KELOMPOK B1-2:
LABORATORIUM BIOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam
yang dapat diperbarui maupun yang tidak. Hasil sumber daya alam yaang berupa tumbuhan diketahui
memiliki potensi sebagai bahan baku obat, terutama obat-obat tradisional.
Untuk membuat suatu tumbuhan bisa dijadikan bahan baku obat, tentunya ada serangkaian proses
guna mencapai tujuan tersebut. Proses tersebut bertujuan untuk mengubah bentuk tumbuhan,
mengambil bahan aktifnya, dan juga mengetahui kandungannya sehingga dapat memiliki aktivitas
untuk mengobati penyakit tertentu.
Senyawa yang mengandung bahan aktif dari tumbuhan itulah yang disebut ekstrak. Dimana untuk
mendapatkan ekstrak, maka ada serangkaian proses yang disebut ekstraksi. Ektrasi adalah jenis
pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstrasi bermula dari
penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak anatar bahan dan pelarut sehingga
pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi
(Sudjadadi.1988).
Adapum tujuan praktikum yang ingin dicapai pada praktikum kali ini yaitu :
1. Mampu memahami dan melakukan proses ekstraksi terutama dengan metode perkolasi
2. Mampu memasang alat perkolator dengan benar
3. Mampu membuat ekstrak kental dari daun jambu biji dengan metode perkolasi
4. Mampu mengetahui pengaruh larutan penyari dalam proses ekstraksi
5. Mampu menghitung % rendemen
Tinjauan pustaka
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian
tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat
di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya
sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya ( Tobo F,
2001).
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu
teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan
satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan
dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla,
1985).
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen
berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut
tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses
pendidihan (Makhmud, 2001). Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun
hewan lebih mudah tarut dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika
pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam
dan di luar sel (Tobo F, 2001).
a. Cara dingin
Maserasi
Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan proses perendaman
dimana pelarut yang digunakan dapat melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
yang mudah larut akan terbawa (Ansel, 1989).
Perkolasi
Yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstrasi ini membutuhkan pelarut yang lebih
banyak.
b. Cara panas
Refluks
Yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna.
Soxhlet
Yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
relatife konstan dengan adanya pendinginan balik.
Digesti
Yaitu maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu) ppada temperature yang
lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperature 40-50°C
Infus
Yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 96-98°C) selama
waktu tertentu (15-20 menit).
Dekok
Yaitu infus pada waktu yang lebih lama dan temperature sampai titik didih air
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007):
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-
sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen POM, 1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah
besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab
perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen POM, 1986). Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Ditjen POM, 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator
disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa
perkolasi (Ditjen POM, 1986).
BAB III
METODE KERJA
Beaker Glass
Gelas Ukur
Batang Pengaduk
Perkolator
3.1.2 Bahan
3.2.2 Perkolasi
Bagian bawah perkolator diisi kapas kemudian diberi kertas saring diatasnya
Dimonitor cairan penyari di atas serbuk dalam perkolatpr, jika hampir mencapai
permukaan serbuk ditambahkan cairan penyari lagi
Bobot akhir
% Rendemen = × 100%
Bobot awal
( 82,1608−90,9940 ) g
= × 100%
25,01 g
8,8832 g
= × 100%
25,01 g
= 35,32 %
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap
dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
Sedangkan ekstrak (Extracta) adalah sedian kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh matahari langsung ektrak
kering harus mudah di gerus menjadi serbuk. Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistesi,
komposisi dan senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan konsistensinya yang
pertama yaitu ekstrak cair yaitu ekstrak cair, tingtur, maserat minyak sedangkan yang kedua
Semi solid ekstrak kental (Extracta spissa) serta ekstrak kering.
Beberapa metode yang bisa digunakan untuk ekstraksi yaitu maserasi dan perkolasi.
Sedangkan pada praktikum kali ini yang digunakan yaitu metode perkolasi. Perkolasi adalah cara
penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara
perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara
serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Disebabkan
kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
4.1.1.Klasifikasi Ilmiah dari ekstraks daun jambu
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari tanaman jambu adalah (Psidium guajava
L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Etanol digunakan sebagai pelarut/penyari karena etanol bersifat polar yang dapat menarik
zat aktif yang bersifat polar juga. Etanol lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam
etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dapat bercampur dengan air, dapat memperbaiki
stabilitas bahan obat terlarut, dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel.
Kemudian dimasukkan kapas ke dalam perkolator yang telah. Lalu dimasukkan kertas
saring di atas kapas, dipindahkan massa basah sedikit demi sedikit ke dalam percolator tepat di
atas kertas saring. Seelah itu, dimasukkan kembali kertas saring di atas massa basah dan
ditambahkan cairan penyari. Kemudian dilakukan percobaan aliran. Keran dibuka dan dibiarkan
cairan mengalir dan menetes ke dalam wadah perkolat. Bagian atas tabung perkolator ditutup
dengan alumunium foil agar cairan tidak menguap. Kemudian tunggu ± 15 menit sebelum keran
dibuka kembali.
Setelah diperoleh perkolat, dituang perkolat ke dalam cawan yang sudah ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian uapkan di atas waterbath dengan suhu 60-65ºC hingga diperoleh
ekstrak kental. Setelah mengental, massa kental ekstrak diangkat dan ditimbang. Setelah
diperoleh ekstrak kering, dihitung persentase rendemennya dengan menimbang bobot ekstrak
kering terlebih dahulu. Rendemen adalah perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dari
ekstraksi simplisia tanaman, yang dinayatakan dalam satuan persen (%). Semakin tinggi persen
rendemen menandakan semakin banyaknya hasil ekstraksi yang didapatkan. Dari hasil ekstraksi
simplisia jambu dengan metode perkolasi diperoleh ekstrak sebanyak 8,8332 gram dan persen
rendemen sebesar 35,32%.
Kelebihan :
1. Senyawa yang diinginkan dapat tertarik maksimal oleh cairan penyari karena pelarut
selalu mengaliri simplisia yang sudah dibahasi pelarut sebelumnya
2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat terdorong
keluar)
Kekurangan :
1. Pelarut yang digunakan banyak
2. Kontak antara sampel padat tidak merata
3. Peralatan yang digunakan mahal dan membutuhkan waktu lama
4. Resiko tekontaminasi mikroba karena dilakukan secara terbuka
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perkolasi adalah proses penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang sudah dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk
simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian
cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat
aktif.
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh nilai rendemen dari simplisia daun jambu biji
sebesar 35,32%. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perkolasi yaitu adalah memperhatikan
tempat untuk menampung perkolat; tidak boleh lebih tinggi dari tempat simplisia, kecepatan
tetesan filtrat harus konstan dan jangan sampai cairan selapis habis, dan cairan yang tersisa di
atas simplisia hanya selapis saja; jangan sampai terlalu banyak.
5.2. Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan ektraksi secara perkolasi yaitu:
Bagian atas tabung perkolator setelah diberi cairan penyari segera ditutup agar tidak menguap,
saat penempatan sekat berpori kapas jangan terlalu ditekan agar tidak menyumbat keran, cairan
penyari di atas simplisia selalu dijaga selapis saja jangan sampai terlalu banyak, mengatur
penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan, penguapan dilakukan sampai uap
benar benar habis dan tidak ada lagi air yang menetes sehingga dihasilkan ekstrak yang kental,
dan melakukan penyaringan simplisia yang telah dibasahi dengan cara yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume I. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.
Svehla, G.1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pustka: Jakarta. Terjemahan Soetino
LAMPIRAN