2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10626
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR
TOTAL FENOL DAN TOTAL FLAVONOID DARI EKSTRAK
DAUN KUCAI (Allium schoenoprasum L.)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
SKRIPSI
OLEH:
MARSELINA PURNAMA SARI
NIM 141501062
SKRIPSI
OLEH:
MARSELINA PURNAMA SARI
NIM 141501062
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan karunia-Nya, saya dapat melewati masa perkuliahan, penelitian
dan hingga penyusunan skripsi dengan baik. Adapun judul skripsi saya adalah
“Penetapan Kadar Total Fenol dan Total Flavonoid dari Ekstrak Daun Kucai
merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari
kesulitan yang saya temui, namun berkat bantuan moril maupun materil serta
dukungan dan saran dari berbagai pihak saya dapat melaluinya dengan baik
hingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc. Apt., selaku
yang lebih baik. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Masria Lasma
Tambunan, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan
memberikan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen
Tiam Huang dan Ibunda Lie Tjin serta adik tercinta Descham Winaldo yang telah
memberikan dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga serta doa yang selalu
mereka panjatkan agar jalan saya menuju Sarjana tidak menemui hambatan.
iv
Universitas Sumatera Utara
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Delviana, S.Farm. yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk saling bertukar pikiran dan memberi saran
selama penelitian ini. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Octavina Bakie,
Gra Cella, Cyntia Syahrir, Jennifer Agustina, Vina Kumalasari, Cindy, Kevin, dan
Steven Tandiono yang telah banyak membantu saya dan saling berbagi ilmu untuk
N.Y.P.D., asisten-asisten dan laboran Teknologi Sediaan Farmasi III (Steril) dan
sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah
Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-
Utara.
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR TOTAL FENOL DAN TOTAL FLAVONOID DARI
EKSTRAK DAUN KUCAI (Allium schoenoprasum L.)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
ABSTRAK
Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset
nasional yang perlu digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan
pemanfaatannya. Salah satu sumber daya alam yang dapat dijadikan bahan obat
adalah tanaman kucai, terutama bagian daunnya. Daun kucai mengandung
senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenol dan total
flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak simplisia daun kucai serta uji
aktivitas antioksidan dari ekstrak simplisia daun kucai dengan empat pelarut yang
memiliki polaritas yang berbeda. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental
meliputi pengumpulan sampel, pengolahan sampel, skrining fitokimia dan
pembuatan ekstrak. Simplisia daun kucai kemudian diekstraksi dengan metode
infusa menggunakan pelarut air dan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol, etil asetat dan n-heksan. Penetapan kadar total fenol dilakukan dengan
metode kolorimetri menggunakan reagen Folin-Ciocalteau dan penetapan kadar
total flavonoid dilakukan dengan metode kolorimetri dengan penambahan
pereaksi AlCl3. Penentuan uji aktivitas antioksidan ekstrak simplisia daun kucai
menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazil) yang diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil penentuan kadar total fenol terbanyak terdapat pada ekstrak etanol
simplisia daun kucai sebesar 111,2839 mg GAE/g ekstrak sedangkan kadar total
flavonoid terbanyak terdapat pada ekstrak etil asetat sebesar 34,6390 mg QE/g
ekstrak. Aktivitas antioksidan terbesar terdapat pada ekstrak etil asetat simplisia
daun kucai dengan nilai IC50 236,5093 µg/ml.
Kata kunci : Daun kucai, total fenol, total flavonoid, antioksidan, IC 50, DPPH.
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF
TOTAL PHENOLIC AND TOTAL FLAVONOID CONTENT OF
EXTRACTS OF CHIVES LEAVES (Allium schoenoprasum L.)
USING SPECTROPHOTOMETRY UV-VIS METHOD
ABSTRACT
Natural resources and traditional medicines are national assets that need to
be explored, researched, developed and optimized for their use. One of the natural
resources that can be used as medicinal ingredients is chives, especially the
leaves. Chives leaves contains flavonoid which is potential as antioxidants.
This research aimed to determine the total phenol and total flavonoid
content and also to determine the antioxidant activity in extract of chives leaves
with four solvent that have different polarity. This research was conduted
experimentally and involved the collection, sample processing, production of
extract and phytochemical screening. Simplicia of chives leaves was being
extraction by using infusion method with water solvent and another extracts made
by maceration method using ethanol, ethyl acetate and n-hexana solvent. Total
phenolic content was determined by colorimetric method using Folin-Ciocalteu
reagent. Total flavonoid content was determined with colorimetric method using
AlCl3 reagent. Antioxidants activity was determined by using DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil) as a free radical method and was measured by using
spectrophotometer UV-Vis.
The determination of total phenolic content was found in extract of ethanol
of chives leaves showed the value 111.2839 mg GAE/g extract while total
flavonoid content was found in extract of ethyl acetate 34.6390 mg QE/g extract.
The greatest antioxidant activity was found in the extract of ethyl acetate of chives
leaves with the value of IC50 was 236.5093 µg/ml.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN........................................................................ vi
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Nama Daerah .......................................................... 7
x
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pereaksi HNO3 0,5 N .............................................. 22
xi
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Pembuatan Ekstrak Kental Etanol Daun Kucai .... 28
xii
Universitas Sumatera Utara
maksimum DPPH ............................................... 34
xiii
Universitas Sumatera Utara
4.6 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Infusa Kental
dan Ekstrak Kental Daun Kucai Dengan Metode DPPH 44
LAMPIRAN ........................................................................................... 53
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.4 Kadar Total Fenol pada Infusa Kental dan Ekstrak Kental
Daun Kucai................................................................. .......... 40
4.11 Nilai IC50 dari larutan Infusa Kental 10% Daun Kucai ........ 47
4.12 Nilai IC50 dari larutan Ekstrak Kental Etanol Daun Kucai .. 47
4.13 Nilai IC50 dari larutan Ekstrak Kental Etil Asetat Kucai .... 47
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xviii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset
keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi sumber daya tumbuhan yang ada
merupakan aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai modal dasar
Indonesia yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Seluruh bagian dari tanaman
kucai dapat dimakan (dari pucuk hingga bulbusnya). Bunga kucai dapat
menjadi salah satu bumbu masakan yang favorit (Andarwulan dan Faradilla,
2012). Selain sebagai sumber pangan, daun kucai juga dapat digunakan sebagai
tanaman obat, di mana daun kucai dimakan untuk membersihkan parasit dalam
karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin (Andarwulan dan Faradilla, 2012).
Daun kucai juga mengandung berbagai senyawa fitokimia antara lain alkaloid,
flavonoid, glikosida, steroid dan tanin (Al-Snafi, 2013). Kandungan zat non-gizi
1
Universitas Sumatera Utara
pada kucai seperti senyawa flavonoid dan komponen zat non-gizi lainnya yang
Faradilla, 2012).
Kandungan total fenol dari daun kucai dapat ditetapkan kadarnya yang
Ciocalteau membentuk larutan berwarna biru kompleks yang dapat diukur dengan
akan membentuk kompleks stabil dari senyawa flavon (Bhaigyabati, dkk., 2014).
Penetapan kadar total fenol dan total flavonoid dari daun kucai dibuat dari
kepolarannya, dari yang paling polar yaitu air, etanol, etil asetat dan n-heksana.
Untuk pelarut air digunakan dalam proses infusa simplisia daun kucai sedangkan
kental. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan belum diketahui sifat senyawa
fenol dan flavonoid yang terdapat dalam daun kucai sehingga digunakan beberapa
2
Universitas Sumatera Utara
perbedaan kepolaran dikarenakan tiap jenis fenol dan flavonoid memiliki
hidroksil. Beberapa jenis flavonoid seperti rutin terlarut dalam pelarut polar,
kuersetin dalam pelarut semipolar dan sinersetin pelarut non polar (Suryani, dkk.,
2015).
adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah
salah satunya yaitu Electron Transfer Methods (ET), misalnya Ferric Reducing
Radical Scavenging Assay. Pada umumnya metode yang sering digunakan untuk
karena metode ini sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti
50%) di mana IC50 ini menunjukkan konsentrasi substrat yang mampu meredam
kadar total fenol dan total flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak daun kucai
dengan pelarut yang berbeda serta pengaruhnya terhadap aktivitas senyawa yang
3
Universitas Sumatera Utara
terkandung di dalam ekstrak daun kucai sebagai antioksidan dengan metode
spektrofotometer UV-Vis.
a. Golongan senyawa kimia apa saja yang terkandung pada simplisia daun
kucai?
kucai mempengaruhi kandungan total fenol dan total flavonoid dari daun
kucai?
c. Apakah kandungan total fenol dan total flavonoid dalam ekstrak daun kucai
1.3 Hipotesis
ini adalah :
a. Golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia daun kucai adalah
b. Ekstrak daun kucai dengan pelarut yang lebih polar menunjukkan kandungan
total fenol dan total flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak dengan
pelarut lainnya.
4
Universitas Sumatera Utara
c. Semakin tinggi kadar total fenol dan total flavonoid dalam ekstrak maka
daun kucai.
ekstrak daun kucai dalam pelarut yang berbeda terhadap aktivitas peredaman
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat
5
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pemikiran
Daun
Kucai 1. Alkaloid
2. Glikosida
3. Flavonoid
4. Saponin
Simplisia daun Skrining
5. Tanin
Kucai Fitokimia 6. Steroid/
Triterpenoid
Kandungan
Infusa dan Ekstrak Total Fenol Uji Aktivitas
Antioksidan dengan
daun Kucai
metode peredaman
(air, etanol, etil- Kandungan radikal bebas (DPPH)
Total Flavonoid
asetat, n-heksan)
Nilai IC50
6
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Lokio (Melayu), ganda isi (Palembang), langkio dan kucai (Sunda, Jawa)
rumpun, dan berumbi. Daun kucai berwarna hijau, ramping, pipih dan
7
Universitas Sumatera Utara
memanjang, serta memiliki aroma yang tajam. Bunga kucai berwarna putih dan
ungu (Andarwulan dan Faradilla, 2012). Daun kucai berbentuk bulat dan biasanya
bertekstur halus. Bagian umbi kucai berwarna putih dengan ukuran yang kecil dan
obat modern (Al-Snafi, 2013). Kandungan zat non-gizi pada kucai seperti
senyawa flavonoid dari golongan flavonol (kuersetin dan kaemferol) serta flavon
Faradilla, 2012).
8
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kegunaan Kucai
Seluruh bagian dari tumbuhan kucai dapat dimakan (dari pucuk hingga
bawangnya). Daun kucai yang beraroma tajam dan pekat dapat dicacah dan
dicampurkan dengan masakan seperti telur dadar. Bunga kucai dapat digunakan
membunuh kuman bakteri dalam usus, mengobati anemia serta memiliki khasiat
9
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penelitian Mengenai Tumbuhan yang Berkhasiat sebagai Antioksidan
Tabel 2.3 Penelitian dari berbagai tumbuhan yang berkhasiat sebagai antioksidan
Tumbuhan Bahan Uji Metode Rujukan
Bawang putih
Ekstrak DPPH
(Allium sativum)
Lenkova, dkk., 2016
Bawang merah
Ekstrak DPPH
(Allium cepa)
Bawang prei
Ekstrak DPPH Al-Snafi, 2013
(Allium porrum)
Bawang putih
Ekstrak DPPH
(Allium sativum)
Sinaga, G., 2016
Bawang Batak
Ekstrak DPPH
(Allium chinense)
2.4 Ekstrak
senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian pelarut akan diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian
i. Cara dingin
10
Universitas Sumatera Utara
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
ekstrak (perkolat) yang jumlah satu sampai lima kali dari bahan (Anonim,
2000).
didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut yang terbatas yang
pada residu pertama sebanyak tiga sampai lima kali hingga proses ekstraksi
2000).
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
d. Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air di mana bejana infus tercelup
(Anonim, 2000).
e. Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (lebih dari 30 menit) dan
11
Universitas Sumatera Utara
2.5 Senyawa Fenol
Senyawa fenol adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai
glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Flavonoid merupakan salah
Salah satu contoh senyawa fenolat adalah asam galat yang banyak terdapat
1984).
kandungan khas tumbuhan yang terdapat hampir pada semua bagian tumbuhan
seperti daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga dan biji. Flavonoid
memiliki peranan yang cukup beragam pada tanaman, mulai dari memproduksi
pigmen berwarna kuning, merah, atau biru pada bunga, hingga sebagai penangkal
senyawa tersebut terdapat satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada
satu gula (atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh
glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut
12
Universitas Sumatera Utara
Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang
memiliki struktur dasar terdiri atas 15 atom C (C 6-C3-C6), dimana dua cincin
aromatik yang dihubungkan oleh satuan karbon yang dapat atau tidak dapat
flavonoid dapat dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga jenis tersebut adalah kalkon,
auron, dan flavonoid (Andarwulan dan Faradilla, 2012). Gambar struktur kalkon,
(i) (ii)
(iii)
Gambar 2.1 (i) Kalkon; (ii) Auron dan (iii) Flavonoid (Andarwulan dan
Faradilla, 2012).
kelompok flavonol dan terdapat terutama pada tanaman teh, tomat, apel, kakao,
radikal bebas jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (50-200 mg per hari)
13
Universitas Sumatera Utara
2.7 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan susunan elektron yang
tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan memiliki
menyebabkan kerusakan biologik seperti disfungsi sel yang diikuti inflamasi dan
Radikal bebas endogen adalah radikal bebas dari hasil samping reaksi
dan protein. Dalam proses oksidasi ini terbentuk radikal bebas dan ROS (Reactive
Oxidative Species), yaitu anion superoksid dan hidroksi radikal. Radikal bebas
dan ROS mudah menempel pada sel-sel tubuh dan merusak dengan mengambil
pengaruh dari luar tubuh. Bahan dasar radikal bebas masuk ke dalam tubuh
bebas jika sinar tersebut menerpa suatu benda terus-menerus yang menyebabkan
elektron atom benda tersebut melompat dari orbitnya. Radikal bebas juga
14
Universitas Sumatera Utara
diperoleh karena rokok baik perokok aktif maupun perokok pasif (sekunder)
2.8 Antioksidan
sehingga tidak reaktif lagi sehingga melindungi tubuh dari beragam penyakit
oleh tubuh sendiri. Secara alami tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri,
eksternal adalah antioksidan yang diperoleh dari luar tubuh, seperti melalui
Karoten, dan senyawa flavonoid seperti isoflavon yang terdapat dalam kedelai dan
produk makanan dari kedelai (Sayuti dan Yenrina, 2015; Kosasih, dkk., 2004).
yaitu dengan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
15
Universitas Sumatera Utara
antioxidant) reaksi radikal dengan mendonorkan atom hidrogen secara cepat
pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan lebih stabil dari produk
cara memotong reaksi oksidasi berantai radikal bebas atau dengan cara
Metode untuk menentukan kadar total fenol pada ekstrak tumbuhan yang
Ciocalteau dalam suasana basa, gugus hidroksil pada senyawa fenolik akan
16
Universitas Sumatera Utara
membentuk asam kompleks yang stabil dengan C-4 kelompok keto dan baik C-3
Transfer Methods (ET), misalnya Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan
dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti halnya metode lain (Sayuti dan
Yenrina, 2015).
akan berubah menjadi non-radikal. Peredaman radikal bebas DPPH akan ditandai
dengan berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau kuning pucat
adalah nilai konsentrasi efektif atau Effect Concentration (EC50) atau Inhibition
50% dari DPPH kehilangan sifat radikal atau konsentrasi zat antioksidan yang
17
Universitas Sumatera Utara
memberikan % peredaman sebesar 50%. Zat yang mempunyai aktivitas
antioksidan yang tinggi, mempunyai nilai IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).
mengukur daya peredaman sampel (ekstrak) terhadap radikal bebas DPPH. DPPH
akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredaman radikal bebas
membentuk DPPH yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas yang
bereaksi dengan DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau senyawa
Gambar 2.2 Reaksi DPPH dengan antioksidan (Sayuti dan Yenrina, 2015).
daerah ultraviolet dengan panjang gelombang 190 nm - 380 nm atau pada daerah
18
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar sampel dengan spektrofotometer UV-Vis adalah dengan
sistem optik.
(ii) Monokromator
(slit).
(iii) Optik-optik
Optik dapat dibentuk untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar
ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu
19
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
terikat yaitu penetapan kadar total fenol dan total flavonoid dengan variabel bebas
Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, pada bulan Januari 2018
panci infus, krus porselin, oven listrik, lemari pengering, neraca analitik, penangas
Bahan- bahan kimia lainnya seperti DPPH (Sigma), asam galat, reagen
asam asetat anhidrida, asam klorida, asam nitrat, asam sulfat, serbuk magnesium,
20
Universitas Sumatera Utara
3.3 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kucai dari Pasar
Baru, Perbaungan, Provinsi Sumatera Utara. Foto tanaman kucai dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Utara.
selanjutnya dicuci dibawah air mengalir beberapa kali hingga bersih, kemudian
ditiriskan lalu disebarkan diatas perkamen sampai merata hingga airnya terserap,
dibagi menjadi lima bagian yaitu untuk skrining fitokimia, pembuatan infusa 10%
daun kucai, ekstrak etanol 96% daun kucai, ekstrak etil-asetat daun kucai, dan
ekstrak n-heksan daun kucai. Untuk lebih jelas dapat dilihat bagan alir penyiapan
21
Universitas Sumatera Utara
Molisch, Mayer, besi (III) klorida (FeCl3) 10%, Dragendorff, Bouchardat, natrium
akuades hingga diperoleh volume larutan sebanyak 100 mL (Depkes RI, 1995).
HNO3 pekat. Dilarutkan 27,2 gram KI dalam 50 mL akuades pada wadah lain.
22
Universitas Sumatera Utara
Kedua larutan tersebut dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna.
Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan akuades hingga diperoleh
dilarutkan dalam larutan kalium iodide dan dicukupkan dengan akuades hingga
penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut
dalam asam, penetapan kadar sari larut dalam air dan penetapan kadar sari larut
23
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Penetapan Kadar Air
Metode ini menggunakan alat destilasi, terdiri dari labu alas bulat 500 mL, tabung
a. Penjenuhan toluen
alas bulat, dipasang tabung penyambung, alat penambung dan pendingin bola,
selama 30 menit, kemudian volume air di dalam tabung penerima dibaca dengan
bulat yang berisi penjenuhan toluen tersebut, labu dipanaskan kembali selama 15
menit. Ketika toluen mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik
menjadi 4 tetes per detik. Ketika semua air telah terdestilasi, bagian dalam
tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Air dan toluen
memisah sempurna, volume air dapat dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih
dari kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat di
dalam sampel. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat simplisia yang
24
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Penetapan Kadar Abu Total
dalam krus porselin yang telah lebih dahulu dipijarkan dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
dalam persen terhadap berat simplisia yang telah dikeringkan di udara (Depkes
RI, 1995).
HCl encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,
disaring dengan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas. Residu dan
kertas saring dipijar sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 1050C
hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen
25
Universitas Sumatera Utara
filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam
etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
suling. Dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari
mL campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air suling
26
Universitas Sumatera Utara
Pb(CH3COO)2 0,4 M, lalu dikocok selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari
berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak
lebih dari 50oC. Sisa dilarutkan dalam 2 mL air suling dan 5 tetes pereaksi Molish,
kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit
setinggi 1-10 cm, ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, bila buih tidak hilang
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang
mL HCl pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid
positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1996).
Sebanyak 0,5 gram sampel disari dengan 10 mL air suling, disaring lalu
larutan filtrat lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi FeCl 3. Adanya warna
27
Universitas Sumatera Utara
3.6.6 Pemeriksaan Stereoid/Triterpenoid
disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada sisa ditambahkan 2 tetes
menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, pink atau ungu
alir pembuatan infusa dan ekstrak daun kucai dapat dilihat pada Lampiran 5.
sambil diaduk sesekali, diserkai selagi panas dengan kain flanel, dibilas dengan
akuades panas hingga diperoleh volume infusa 1000 mL (Depkes RI, 1995).
Filtrat hasil infusa diuapkan di atas penangas air dengan suhu sekitar 60-700C
dalam wadah kaca, dimasukkan 1500 mL etanol 96%, ditutup wadah kaca dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah 5 hari,
maserat disaring, dicuci ampas dengan etanol 96% secukupnya hingga diperoleh
28
Universitas Sumatera Utara
2000 mL, lalu dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat yang
sejuk dan terhindar dari matahari selama 2 hari, kemudian dienap-tuangkan dan
disaring. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu
700C sampai diperoleh maserat pekat (Ditjen POM, Depkes RI, 1979).
dalam wadah kaca, dimasukkan 1500 mL etil asetat ditutup wadah kaca dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah 5 hari,
maserat disaring, dicuci ampas dengan etil asetat secukupnya hingga diperoleh
2000 mL, lalu dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat yang
sejuk dan terhindar dari matahari selama 2 hari, kemudian dienap-tuangkan dan
disaring. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu
770C sampai diperoleh maserat pekat (Ditjen POM, Depkes RI, 1979).
dalam wadah kaca, dimasukkan 1500 mL n-heksana ditutup wadah kaca dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah 5 hari,
2000 mL, lalu dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat yang
sejuk dan terhindar dari matahari selama 2 hari, kemudian dienap-tuangkan dan
disaring. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu
700C sampai diperoleh maserat pekat (Ditjen POM, Depkes RI, 1979).
29
Universitas Sumatera Utara
3.8 Penetapan Kadar Total Fenol
Penetapan kadar total fenol pada penelitian Ahlem Rebaya, dkk. (2014)
Ciocalteau dan asam galat sebagai baku pembanding. Bagan alir penetapan kadar
Dipipet dari larutan baku asam galat masing masing 0,3125 mL; 0,625
mL; 1,25 mL; 2,5 mL; 5 mL ke dalam masing- masing labu tentukur 5 mL,
diperoleh larutan dengan konsentrasi 31,25 µg/ml; 62,5 µg/ml; 125 µg/ml; 250
µg/ml; dan 500 µg/ml. Dari masing- masing konsentrasi dipipet sebanyak 0,1 mL,
30
Universitas Sumatera Utara
larutan terhadap reagen yang digunakan (blanko) secara spektrofotometri UV-Vis
(400-800 nm) pada panjang gelombang maksimum. Diperoleh kurva kalibrasi dan
3.8.4 Penetapan Kadar Total Fenol pada Infusa Kental Daun Kucai
sehingga diperoleh larutan 1000 µg/ml. Diambil larutan uji sebanyak 0,1 mL
selama 90 menit. Diukur absorbansi larutan terhadap kalibrasi asam galat pada
3.8.5 Penetapan Kadar Total Fenol pada Ekstrak Kental Daun Kucai
mL sehingga diperoleh larutan 1000 µg/ml. Diambil larutan uji sebanyak 0,1 mL
kucai terhadap kalibrasi asam galat pada panjang gelombang maksimum secara
spektrofotometri UV-Vis. Konsentrasi fenol dalam larutan uji dihitung dari plot
kalibrasi dan kandungan total fenol dinyatakan dalam satuan mg GAE/ gram
ekstrak sampel.
31
Universitas Sumatera Utara
3.9 Penetapan Kadar Total Flavonoid
penelitian Chang C., dkk. (2002) yang dilakukan dengan metode kolorimetri dan
AlCl3 dan 0,1 mL CH3COONa dan 2,8 mL akuades, lalu diinkubasi selama 40
Dipipet dari larutan baku kuersetin masing-masing 1,5 mL; 2,5 mL; 3,625
mL; 4,75 mL; dan 5,875 mL dan dimasukkan ke dalam masing-masing labu
konsentrasi dan ditambahkan 0,1 mL AlCl3 dan 0,1 mL CH3COONa dan 2,8 mL
32
Universitas Sumatera Utara
3.9.4 Penetapan Kadar Total Flavonoid Infusa Kental Daun Kucai
konsentrasi 300 µg/ml. Dipipet larutan ini sebanyak 2 mL, ditambahkan 0,1 mL
AlCl3 dan 0,1 mL CH3COONa serta 2,8 mL akuades, lalu diinkubasi selama 40
konsentrasi 300 µg/ml. Dipipet larutan ini sebanyak 2 mL, ditambahkan 0,1 mL
AlCl3 dan 0,1 mL CH3COONa serta 2,8 mL akuades, lalu diinkubasi selama 40
flavonoid dalam sampel uji yang dihitung dari plot kalibrasi dan dinyatakan dalam
33
Universitas Sumatera Utara
perubahan warna dari ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan
dalam labu tentukur 25 mL, lalu ditambahkan dengan metanol hingga batas tanda
(Molyneux, 2004).
hingga 25 mL, diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Diambil 0,5 mL;
larutan DPPH (konsentrasi 200 µg/ml) dan ditambahkan dengan metanol hingga
tanda batas labu tentukur (10 mL) sehingga diperoleh konsentrasi larutan 50
µg/ml; 100 µg/ml; 200 µg/ml dan 400 µg/ml. Diinkubasi selama 30 menit
34
Universitas Sumatera Utara
3.10.5 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kental Daun Kucai
dengan metanol hingga 25 mL, diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml.
Diambil 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; dan 4 mL dari masing-masing larutan ekstrak
dengan metanol hingga tanda batas labu tentukur (10 mL) sehingga diperoleh
konsentrasi larutan 50 µg/ml; 100 µg/ml; 200 µg/ml dan 400 µg/ml. Diinkubasi
yang diperoleh.
Penentuan persen pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji infusa dan
menyebabkan peredaman sebanyak 50% dari aktivitas DPPH, hal ini dapat dilihat
juga dari perubahan warna dari sampel uji yang berwarna ungu pekat ketika
dengan konsentrasi sampel (µg/ml) sebagai absis (sumbu x) dan nilai persen
35
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
diperoleh 8,62% dan sudah memenuhi syarat untuk simplisia yang lebih kecil dari
10%. Kadar air yang lebih dari 10% dapat menyebabkan ketidakstabilan sediaan
obat serta menjadi media pertumbuhan yang baik untuk jamur atau mikroba
36
Universitas Sumatera Utara
Hasil penetapan kadar abu total pada simplisia daun kucai menunjukkan
kadar abu total sebesar 13,66% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar
internal (abu fisiologis) dan mineral eksternal (non fisiologis) yang berasal dari
dalam atau luar jaringan tanaman itu yang terdapat dalam sampel. Kadar abu tidak
larut dalam asam untuk menunjukkan jumlah silikat yang ada terutama pasir yang
Kadar sari yang larut dalam air sebesar 36,68% sedangkan kadar sari yang
larut dalam etanol 26,87%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar sari yang larut
dalam air lebih besar daripada sari larut dalam etanol, hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terlarut dalam air lebih banyak seperti glikosida, gula, gom,
protein, enzim, zat warna dan asam organik (Depkes RI, 1995).
Hasil skrining fitokimia simplisia daun kucai diketahui bahwa daun kucai
mengandung golongan-golongan senyawa kimia yang dapat dilihat pada Tabel 4.2
Hasil yang diperoleh pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa simplisia daun
37
Universitas Sumatera Utara
Senyawa flavonoid yang yang terdapat dalam tanaman obat yang berfungsi
dengan konsentrasi 500 µg/ml yang dilakukan pada menit ke-90 setelah
serapan maksimum 775 nm. Data hasil pengukuran kurva panjang gelombang
Gambar 4.1 Kurva Panjang gelombang serapan maksimum asam galat (775 nm)
38
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Hasil Penentuan Kurva Serapan Asam Galat
galat pada konsentrasi 31,25 µg/ml; 62,5 µg/ml; 125 µg/ml; 250 µg/ml; dan 500
µg/ml pada panjang gelombang 775 nm. Nilai absorbansi asam galat dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dan kurva serapan asam galat ditunjukkan oleh Gambar 4.2.
Perhitungan persamaan regresi dari kurva serapan asam galat dapat dilihat pada
Lampiran 10.
0.4
Absorbansi
0.3
y = 0.0009x + 0.0066
0.2
r = 0.9997
0.1
0
0 100
200 300 400 500
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.2 Kurva serapan asam galat
Dari kurva serapan asam galat di atas diperoleh nilai r 0,9997 dengan persamaan
Kurva serapan ini dibuat dengan cara memplotkan nilai absorban pada sumbu Y
39
Universitas Sumatera Utara
Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1
4.4.4 Hasil Penentuan Kadar Total Fenol pada Infusa Kental dan Ekstrak
Hasil penentuan kadar total fenol pada infusa dan ekstrak daun kucai dapat
Tabel 4.4 Kadar total fenol pada infusa kental dan ekstrak kental daun kucai
Rata- rata
Kadar Total fenol
Sampel Kadar Total fenol
(mg GAE/g sampel)
(mg GAE/g sampel)
105,0532
Infusa Kental Daun
107,5066 105,9636
Kucai
105,3309
110,7388
Ekstrak Kental
112,8041 111,2839
Etanol 96% Daun Kucai
110,3089
107,2790
Ekstrak Kental
108,2896 107,6768
Etil Asetat Daun Kucai
107,4617
100,8435
Ekstrak Kental n-Heksan
102,1348 102,2592
Daun Kucai
103,5425
Dari Tabel 4.4 diatas, kadar total fenol dari setiap ekstrak uji memiliki
hasil yang berbeda, di mana kadar dari yang terbanyak terletak pada ekstrak kental
etanol sebesar 111,2839 mg GAE/g ekstrak, kemudian ekstrak kental etil asetat
ekstrak dan yang terakhir pada ekstrak kental n-heksan sebesar 102,2592 mg
GAE/g ekstrak. Kadar total fenol dalam ekstrak etanol 96% daun kucai
daun kucai memiliki kelarutan yang lebih baik dalam pelarut etanol (polar)
40
Universitas Sumatera Utara
daripada pelarut lainnya. Hasil dan contoh perhitungan penetapan kadar total fenol
pada infusa kental dan ekstrak kental daun kucai terdapat pada Lampiran 11 dan
12.
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva Panjang gelombang serapan maksimum kuersetin (431,5 nm)
41
Universitas Sumatera Utara
4.5.3 Hasil Penentuan Kurva Serapan Baku Kuersetin
konsentrasi 6 µg/ml; 10 µg/ml; 14 µg/ml; 19 µg/ml; dan 23,5 µg/ml pada panjang
gelombang 431,5 nm. Nilai absorbansi kuersetin dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan
kurva serapan kuersetin dapat dilihat pada Gambar 4.4. Perhitungan persamaan
regresi dari kurva serapan kuersetin dapat dilihat pada Lampiran 13.
0.6
0.5 y = 0.0374x + 0.0033
0.4 r = 0.9998
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.4 Kurva serapan kuersetin
Kurva serapan ini dibuat dengan cara memplotkan nilai absorban pada sumbu Y
42
Universitas Sumatera Utara
dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 tergantung pada arah garis (Harmita,
2004).
4.5.4 Hasil Penentuan Kadar Total Flavonoid pada Infusa Kental dan
Hasil penentuan kadar total flavonoid pada infusa kental dan ekstrak kental
Tabel 4.6 Kadar total flavonoid pada infusa dan ekstrak daun kucai
Rata-rata Kadar
Kadar Total flavonoid
Sampel Total flavonoid
(mg QE/g sampel)
(mg QE/g sampel)
2,9344
Infusa Kental Daun
2,9291 2,8688
Kucai
2,7429
23,1581
Ekstrak Kental
22,8831 23,0663
Etanol 96% Daun Kucai
23,1577
36,2364
Ekstrak Kental
39,3987 34,6390
Etil Asetat Daun Kucai
38,2819
23,7364
Ekstrak Kental n-Heksan
15,8008 20,6981
Daun Kucai
23,0088
Dari Tabel 4.6 diatas, kadar total flavonoid dari setiap ekstrak uji memiliki
hasil yang berbeda, di mana kadar paling banyak terletak pada ekstrak kental etil-
23,0663 mg QE/g ekstrak, ekstrak kental n-heksan 20,6981 mg QE/g ekstrak dan
yang terakhir terletak pada infusa kental daun kucai 2,8688 mg QE/g ekstrak.
Kadar total flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak kental etil asetat daun kucai
dikarenakan senyawa flavonoid yang terdapat pada daun kucai memiliki kelarutan
yang lebih baik dalam pelarut yang semipolar dibandingkan dnegan pelarut
43
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Hasil dan contoh perhitungan kandungan total flavonoid pada infusa
kental dan ekstrak kental daun kucai dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15.
4.6 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Infusa Kental dan Ekstrak Kental
literatur yaitu 30 menit, tetapi dalam beberapa penelitian lain, waktu yang
diperoleh panjang gelombang serapan maksimum pada 516 nm. Hasil pengukuran
panjang gelombang serapan maksimum DPPH dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Kurva Panjang gelombang serapan maksimum DPPH (516 nm)
44
Universitas Sumatera Utara
4.6.3 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan pada Infusa Kental dan Ekstrak
perubahan warna dari ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan
µg/ml; 100 µg/ml; 200 µg/ml; dan 400 µg/ml. Hasil uji aktivitas persen
peredaman DPPH pada larutan infusa kental dan ekstrak kental dapat dilihat pada
Tabel 4.7; 4.8; 4.9 dan 4.10 berikut ini. Contoh perhitungan persen peredaman
Tabel 4.7 Hasil Uji Aktivitas Persen Peredaman DPPH pada Infusa Kental Daun
Kucai
Absorbansi pengukuran
Peredaman (%)
Konsentrasi ke-
(µg/ml) Rata-
I II III I II III
rata
0 1,0128 1,0125 1,0120 0 0 0 0
50 0,8678 0,8674 0,8675 14,32 14,33 14,27 14,03
100 0,6976 0,6981 0,6985 31,12 31,05 30,98 31,05
200 0,5330 0,5334 0,5298 47,38 47,32 47,65 47,45
400 0,4856 0,4847 0,4846 52,05 52,13 52,12 52,10
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil Uji Aktivitas Persen Peredaman DPPH pada Ekstrak Kental
Etanol 96% Daun Kucai
Absorbansi pengukuran
Peredaman (%)
Konsentrasi ke-
(µg/ml) Rata-
I II III I II III
rata
0 1,0461 1,0456 1,0457 0 0 0 0
50 0,9621 0,9619 0,9615 8,02 8,00 8,05 8,02
100 0,8512 0,8510 0,8512 18,63 18,61 18,60 18,61
200 0,6642 0,6637 0,6633 36,51 36,52 36,57 36,53
400 0,4071 0,4069 0,4069 61,08 61,08 61,09 61,08
Tabel 4.9 Hasil Uji Aktivitas Persen Peredaman DPPH pada Ekstrak Kental Etil-
Asetat Daun Kucai
Absorbansi pengukuran
Peredaman (%)
Konsentrasi ke-
(µg/ml) Rata-
I II III I II III
rata
0 1,0440 1,0438 1,0436 0 0 0 0
50 0,8512 0,8514 0,8515 18,47 18,43 18,41 18,44
100 0,7959 0,7957 0,7958 23,76 23,77 23,75 23,76
200 0,5480 0,5478 0,5475 47,51 47,52 47,54 47,52
400 0,2258 0,2258 0,2257 78,37 78,37 78,37 78,37
Tabel 4.10 Hasil Uji Aktivitas Persen Peredaman DPPH pada Ekstrak Kental
n-Heksan Daun Kucai
Absorbansi pengukuran
Peredaman (%)
Konsentrasi ke-
(µg/ml) Rata-
I II III I II III
rata
0 1,0340 1,0339 1,0339 0 0 0 0
50 1,0022 1,0026 1,0033 3,08 3,50 2,96 3,18
100 0,8376 0,8381 0,8378 18,99 19,34 18,97 19,10
200 0,6126 0,6126 0,6126 40,75 41,04 40,75 40,85
400 0,5234 0,5234 0,5233 49,38 49,62 49,39 49,46
Dari keempat tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan
berbagai pelarut. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas peredaman oleh infusa
kental dan larutan ekstrak kental daun kucai. Pada proses ini terjadi interaksi
antara larutan ekstrak kental daun kucai dengan DPPH. Ekstrak kental daun kucai
46
Universitas Sumatera Utara
bentuk reduksinya (Molyneux, 2004). Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak
mampu meredam 50% aktivitas dari radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004).
Contoh perhitungan IC50 dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil perhitungan nilai
IC50 dari larutan infusa kental dan ekstrak kental dapat dilihat pada Tabel 4.11;
Tabel 4. 11 Nilai IC50 dari larutan infusa kental 10% Daun Kucai
Koefisien IC50 Rata-rata
Persamaan Regresi
Korelasi (r) (µg/ml) IC50 (µg/ml)
Y = 0,1240X + 10,3816 0,9445 319,6487
Y = 0,1241X + 10,3474 0,9451 319,4609 319,3219
Y = 0,1243X + 10,3525 0,9444 318,8560
Tabel 4. 12 Nilai IC50 dari larutan Ekstrak Kental Etanol 96% Daun Kucai
Koefisien IC50 Rata-rata
Persamaan Regresi
Korelasi (r) (µg/ml) IC50 (µg/ml)
Y = 0,1536X + 1,8077 0,9971 313,7150
Y = 0,1537X + 1,7956 0,9970 313,7020 313,6735
Y = 0,1537X + 1,8139 0,9970 313,6035
Tabel 4. 13 Nilai IC50 dari larutan Ekstrak Kental Etil Asetat Daun Kucai
Koefisien IC50 Rata-rata
Persamaan Regresi
Korelasi (r) (µg/ml) IC50 (µg/ml)
Y = 0,1893X + 5,2225 0,9953 236,500
Y = 0,1894X + 5,2134 0,9953 236,5144 236,5093
Y = 0,1894X + 5,1993 0,9953 236,5136
Tabel 4. 14 Nilai IC50 dari larutan Ekstrak Kental n-Heksan Daun Kucai
Koefisien IC50 Rata-rata
Persamaan Regresi
Korelasi (r) (µg/ml) IC50 (µg/ml)
Y = 0,1313X + 2,7524 0,9693 359,9617
Y = 0,1314X + 2,9892 0,9693 357,7416 359,2209
Y = 0,1314X + 2,7023 0,9692 359,9595
47
Universitas Sumatera Utara
Menurut Molyneux (2004) nilai IC50 berbanding terbalik dengan aktivitas
rendah. Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa ekstrak kental etil asetat yang
sebanyak 50% dari aktivitas DPPH, hal ini dapat dilihat juga dari perubahan
warna dari sampel uji yang berwarna ungu pekat ketika ditambahkan DPPH yang
akan berubah menjadi kekuningan jika sampel uji memiliki aktivitas peredaman
(Molyneux, 2004).
Ekstrak kental daun kucai dengan pelarut etil asetat memiliki aktivitas
antioksidan yang tertinggi dibandingkan ekstrak kental daun kucai dengan pelarut
lainnya dan infusa kental daun kucai. Hal ini dikarenakan senyawa bioaktif yang
berperan sebagai penghambat radikal bebas DPPH dari ekstrak daun kucai dapat
terekstrak dengan baik jika menggunakan pelarut etil asetat serta kemungkinan
kerusakan senyawa bioaktif pada infusa akibat dari pemanasan (Suryani, dkk.,
2015).
pada ekstrak etil asetat lebih tinggi dibandingkan ekstrak dengan pelarut lainnya.
Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan lebih
banyak terlarut dalam pelarut etil asetat sehingga aktivitas peredaman radikal
bebas DPPH yang tertinggi juga ditunjukkan oleh ekstrak dengan pelarut etil
asetat.
48
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
disimpulkan:
b. Penggunaan pelarut yang berbeda dapat mempengaruhi kadar total fenol dan
total flavanoid dalam infusa kental dan ekstrak kental daun kucai. Total fenol
terbanyak terdapat dalam ekstrak kental etanol daun kucai sedangkan pada
total flavonoid terbanyak terdapat pada ekstrak kental etil asetat daun kucai.
c. Kandungan total fenol dan total flavonoid dalam infusa kental dan ekstrak
kental daun kucai dengan pelarut yang berbeda dapat menunjukkan aktivitas
terletak pada ekstrak kental etil asetat yang memiliki kadar total flavonoid
tertinggi.
5.2 Saran
untuk menguji aktivitas antioksidan daun kucai menggunakan fraksi dari ekstrak
49
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L., Sukandar, E. Y., Roesli, R. M. A., dan Sigit, J. I. (2008). The Effect of
Ethanol Extract of Kucai (Allium schoenoprasum L.) Bulbs on Serum
Nitric Oxide Level in Male Wistar Rats. International Journal of
Pharmacology. 4(6): 487-491.
Bhaigyabati, Th., Devi, P. G., dan Bag, G. C. (2014). Total Flavonoid Content and
Antioxdant Activity of Aqueous Rhizome Extract of Three Hedychium
Species of Manipur Valley. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Science. 5(5) : 970-975.
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., dan Chern, J. C. (2002). Estimation of
Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric
Methods. Journal of Food and Drug Analysis. Vol. 10(3) : 178-182.
50
Universitas Sumatera Utara
Ervianingsih dan Razak, A. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kucai
(Allium schoenoprasum L.) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans.
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. Vol. 3(2): 1-6.
Geng, S., Liu, Y., Ma, H., dan Chen, C. (2015). Original Research Article:
Extraction and Antioxidant Activity of Phenolic Compounds from Okra
Flowers. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 14(5) : 807-814.
Kosasih, E. N., Setiabudhi, T., dan Heryanto, H. (2004). Peran Antioksidan Pada
Lanjut Usia. Jakarta : Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
Halaman 56-57.
Lenkova, M., Bystricka, J., Toth, T., dan Hrstkova, M. (2016). Evaluation and
Comparison of the content of total polypenols and antioxidant activity of
selected species of the genus Allium. Journal of Central European
Agriculture. 17(4): 1119-1133.
Molyneux, P. (2004). Original Article: The use of the stable free radical
diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity.
Songklanakarin J. Sci. Technol. Vol. 26(2) : 211-219.
51
Universitas Sumatera Utara
Rebaya, A., Belghith, S. I., Baghdikian, B., Leddet, V. M., Mabrouki, F., Olivier,
E., Cherif, J. K., dan Ayadi, M. T. (2014). Total Phenolic, Total Flavonoid,
Tannin Content, and Antioxidant Capacity of Halimium halimifolium
(Cistaceae). Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 5(01): 052-
057.
Sinaga, G. (2016). Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (ALLIUM CEPA
L.), Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Bawang Batak (Allium
chinense L.) Dengan Metode Dpph. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Stanojevic, L., Stankovic, M., Nikolic, V., Nikolic, L., Ristic, D., Brunet, J. C.,
dan Tumbas, V. (2009). Article: Antioxidant Activity and Total Phenolic
and Flavonoid Contents of Hieracium pilosella L. Extracts. Sensors 9.
5702-5714.
Wardhany, S. (2018). Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Pada Infus Daun Kucai
(Allium schoenoprasum L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom.
Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
WHO. (1998). Quality control methods for medicinal plant materials. World
Health Organization Geneva. Halaman 33-35.
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar alat
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Tanaman Kucai
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Alir Penyiapan Sampel dan Karakterisasi Simplisia
Daun Kucai
Simplisia
Serbuk simplisia
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Infusa Kental dan Ekstrak Kental Daun
Kucai
a. Pembuatan Infusa Kental 10% Daun Kucai
Serbuk Simplisia
Infusa Kental
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (lanjutan)
Serbuk Simplisia
Ekstrak Kental
Etanol Daun Kucai
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (lanjutan)
Serbuk Simplisia
Ekstrak Kental
Etil Asetat Daun Kucai
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (lanjutan)
Serbuk Simplisia
Ekstrak Kental
n-heksan
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan Alir Penetapan Kadar Total Fenol
Total Fenol
Absorbansi Absorbansi
diinterpretasikan ke diinterpretasikan ke
dalam persamaan regresi dalam persamaan regresi
asam galat asam galat
Kadar Total fenol dalam Kadar Total fenol dalam
Infusa Kental Daun Kucai Ekstrak Kental Daun Kucai
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan Alir Penetapan Kadar Total Flavonoid
Total Flavonoid
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan Alir Pengukuran Aktivitas Peredaman Radikal Bebas DPPH
dipipet 5 ml
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml
dicukupkan dengan metanol hingga garis tanda
Larutan DPPH
(Konsentrasi 40 µg/ml)
Panjang Gelombang
maksimum (516 nm)
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
ditimbang 25 mg ditimbang 25 mg
dilarutkan dalam metanol dilarutkan dalam metanol
hingga 25 ml hingga 25 ml
Absorbansi Absorbansi
dihitung persen peredaman dihitung persen peredaman dan
dan persamaan regresi persamaan regresi
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Daun Kucai
3 –3
1. Kadar air = x 100% = 7,98%
–3
2. Kadar air = x 100% = 9,99%
–
3. Kadar air = x 100% = 7,99%
33
1. Kadar abu total = x 100% = 13,11%
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
berat abu g
% Kadar abu tidak larut dalam asam = x 100%
berat simplisia g
Berat Berat
Berat Berat Krus
No Krus porselen Abu (g)
Sampel (g) porselen +Abu (g)
kosong (g)
1. 2,0090 25,8404 25,8645 0,0241
berat sari g
% Kadar sari larut dalam air = berat sampel 100%
g
3 3
1. Kadar sari larut air = x x100% = 36,21%
3
3
2. Kadar sari larut air = x x100% = 36,53%
3
3. Kadar sari larut air = x x 100% = 37,30%
3 3 3 3 3
% Rata- rata sari larut air = = 36,68%
3
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Persamanan Regresi dari Kurva Serapan Asam Galat
Kurva serapan asam galat
X Y XY X2 Y2
0 0 0 0 0
31,25 0,0323 1,0094 976,5625 0,0010
62,50 0,0671 4,1938 3.906,2500 0,0045
125,00 0,1165 14,5625 15.625,0000 0,0135
250,00 0,2276 56,9000 62.500,0000 0,0518
500,00 0,4389 219,4500 250.000,0000 0,1926
ƩX = ƩY=
968,75 0,8824
ƩXY= 296,1156 ƩX²=333.007,8125 ƩY²=0,2635
=
161,4583 0,1471
- n
a=
Ʃ - Ʃ n
- 3
a= =
333. - .
a = 0,0009
b=
b = 0,1471 – (0,0009)(161,4583)
b = 0,0066
Ʃ - Ʃ Ʃ n
r2 =
Ʃ - Ʃ n Ʃ - Ʃ n
-
r2 = = 0,9995
333. - 3 -
r = 0,9997
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil Penetapan Kadar Total Fenol pada Infusa Kental dan Ekstrak
Kental Daun Kucai
2. Kadar Total Fenol pada Ekstrak Kental Etanol 96% Daun Kucai
Berat Volume Konsen- Kadar total fenol
rata rata
sampel sampel FP Absorbansi trasi (mgGAE/g
absorbansi
(mg) (ml) (µg/ml) ekstrak)
0,1062
0,1071
0,1071
10,4 10 1 0,1068 111,3703 107,0869
0,1060
0,1071
0,1071
0,1099
0,1093
0,1097
10,5 10 1 0,1097 114,5370 109,0829
0,1096
0,1097
0,1099
0,1092
0,1098
0,1089
10,7 10 1 0,1093 114,1296 106,6632
0,1097
0,1091
0,1092
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (lanjutan)
3. Kadar Total Fenol Pada Ekstrak Kental Etil Asetat Daun Kucai
Berat Volume Konsen- Kadar total fenol
rata rata
sampel sampel FP Absorbansi trasi (mgGAE/g
absorbansi
(mg) (ml) (µg/ml) ekstrak)
0,1012
0,1003
0,1011
10,1 10 1 0,1009 104,7778 103,7404
0,1008
0,1012
0,1008
0,1023
0,1033
0,1026
10,2 10 1 0,1026 0,1027 106,8148 104,7204
0,1027
0,1029
0,1045
0,1047
0,1051
10,5 10 1 0,1048 109,1111 103,9153
0,1049
0,1051
0,1045
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Kadar Total Fenol pada Infusa Kental Daun
Kucai
Rumus perhitungan:
konsentrasi Vol.sampel
Kadar total fenol = x FP
erat sampel g
3 –
X= = 106,7037 µg/ml
3 .
Kadar Total Fenol = x1
.
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Perhitungan Persamanan Regresi dari Kurva Serapan Kuersetin
Kurva serapan kuersetin
X Y XY X2 Y2
0 0 0 0 0
6,0 0,2312 1,3872 36,00 0,0535
10,0 0,3712 3,7120 100,00 0,1378
14,5 0,5599 8,1186 210,25 0,3135
19,0 0,7079 13,4501 361,00 0,5011
23,5 0,8803 20,6871 552,25 0,7749
ƩY=
ƩX = 73
2,7505
ƩXY= 47,3550 ƩX²=1.259,50 ƩY²=1,7809
= 12,1667
0,4584
- n
a=
Ʃ - Ʃ n
3 - 3 3
a= =3
. - 3 3333
a = 0,0374
b=
b = 0,4584 – (0,0374)(12,1667)
b = 0,0033
Ʃ - Ʃ Ʃ n
r2 =
Ʃ - Ʃ n Ʃ - Ʃ n
3 - 3
r2 = = 0,9996
. - 3 –
r = 0,9998
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil Penetapan Kadar Total Flavonoid pada Infusa Kental dan
Ekstrak Kental Daun Kucai
2. Kadar Total Flavonoid pada Ekstrak Kental Etanol 96% Daun Kucai
Kadar total
Berat Volume Konsen-
Absor- rata rata Flavonoid
sampel sampel FP trasi
bansi absorbansi (mgQE/g
(mg) (ml) (µg/ml)
ekstrak)
0,2662
0,2662
0,2662
25,3 50 1,667 0,2662 7,0303 23,1611
0,2662
0,2663
0,2663
0,2608
0,2614
0,2614
25,1 50 1,667 0,2611 6,8917 22,8854
0,2611
0,2608
0,2608
0,2703
0,2716
0,2719
25,8 50 1,667 0,2714 7,1689 23,1583
0,2708
0,2719
0,2720
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
3. Kadar Total Flavonoid pada Ekstrak Kental Etil Asetat Daun Kucai
Kadar total
Berat Volume Konsen-
Absor- rata rata Flavonoid
sampel sampel FP trasi
bansi absorbansi (mgQE/g
(mg) (ml) (µg/ml)
ekstrak)
0,4135
0,4119
0,4135
25,2 50 1,667 0,4131 10,9572 36,2414
0,4135
0,4127
0,4135
0,4511
0,4532
0,4556
25,5 50 1,667 0,4517 12,0553 39,4042
0,4545
0,4545
0,4561
0,4481
0,4436
0,4417
25,4 50 1,667 0,4397 11,6676 38,2871
0,4388
0,4348
0,4310
Kadar total
Berat Volume Konsen-
Absor- rata rata Flavonoid
sampel sampel FP trasi
bansi absorbansi (mgQE/g
(mg) (µg/ml)
ekstrak)
0,2703
0,2714
0,2704
25,6 0,05 1,667 0,2708 7,1524 23,2872
0,2699
0,2729
0,2699
0,1822
0,1819
0,1825
25,2 0,05 1,667 0,1820 4,7776 15,8022
0,1816
0,1822
0,1815
0,2688
0,2669
0,2669
25,5 0,05 1,667 0,2666 7,0401 23,0115
0,2667
0,2659
0,2654
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Kadar Total Flavonoid pada Infusa Kental
Daun Kucai
Rumus perhitungan:
konsentrasi Vol.sampel
Kadar total flavonoid = erat sampel g
x FP
3 – 33
X= = 0,8890 µg/ml
3
g ml
Kadar Total Flavonoid = x 1,667
3g
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Persen Peredaman DPPH
Rumus perhitungan :
–
Aktivitas Peredaman (%) = = 14,32%
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Contoh Perhitungan IC50
X Y XY X2 Y2
0 0 0 0 0
50 14,3167 715,8373 2.500 204,9692
100 31,1216 3.112,1643 10.000 968,5567
200 47,3736 9.474,7235 40.000 2244,2597
400 52,0537 20.821,4850 160.000 2709,5890
ƩY=
ƩX = 750
144,8657 ƩXY=
ƩX²=212.500 ƩY²=6127,3745
34.124,2101
= 150
28,9731
- n
a=
Ʃ - Ʃ n
3 . -
a=
. -
a = 0,1240
b=
b = 28,9731 – (0,1240)(150)
b = 10,3817
Jadi, persamaan regresi adalah Y = 0,1240X 10,3817
Koefisien Korelasi (r),
Ʃ - Ʃ Ʃ n
r2 =
Ʃ - Ʃ n Ʃ - Ʃ n
3 . -
r2 = = 0,8921
. - . 3 – 3
r = 0,9445
Jadi, persamaan regresi untuk mendapatkan nilai IC50 adalah
Y = 0,1240X + 10,3817
Nilai IC50 = > 50 = 0,1240X + 10,3817
X = 319,6487 µg/ml
77
Universitas Sumatera Utara