ABSTRACT
LEISA refers to forms of agriculture that seekto optimizethe useof locally available resourcesby combining
the different componentsof the farm system (i.e. plants, animals, soil, water, climate and people) so that they
complementeach other and have the greatestpossible synergeticeffects:In the systemof LEISA proposed here,
ecologicalrisks generatedby the external inputsare avoided;and reversally,thefarm systemperformanceis enriched
by the useof internal inputs (including by products)produced in the agro-ecosystem. Theexternal inputs in theform of
agro-chemicals(inorganicfertilizers and pesticides)are usedin a limited to replace nutrients transportedout of the
a~ro-ecosystem through harvest.Selectinga hypotheticalmodelof LEISA by integratingcrop production (1.25 ha),fish
nursery (0.50 ha), and duck husbandry(1000 ducksat the dike of pond) showsthat the systembeingfeasible. The
hypotheticalmodelneedsinvestationcost as muchas Rp 64 195 000 and operationalcost of Rp 41289825, giving a
total cost of Rp 105484825 (as lending cost).Basedon the estimationof monthlycashflow with annual DF 18% and
~raceperiodof II months,the hypotheticalmodelgivesNPV at the 36th month ,=Rp 38 556 960, Net B/C = 1.43,IRR
= 39.42.andpaybackperiods = 25 months.
I) Mode! hipotetik ini disusun berdasarkan praktek usahatani yang dilaksanakan oleh penulis ketiga
2) Star Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Faperta IPB
3) Wiraswastawan di Cina.iur
49
8ul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)
Kelemahan sistem pertanian konvensional pada masukan kimia artifisial seperti yang telah
monokultur sebagaimanayang dikemukakan di atas dikemukakan. Oi pihak lain, LEIA, meskipun
memerlukanadanyaaltematif sistempertanianlain yang menggunakan masukan ekstemal yang rendah, bahkan
lebih memberikan harapan untuk meningkatkan mungkin tanpa masukan ekstemal sarna sekali,
pendapatanpetani. Tulisan ini bermaksudmenunjukkan bukanlah merupakan sistem pertanian yang ramah
ketangguhan sistem pertanian berkelanjutan dengan lingkungan. Hal ini terjadi karena sistem ini banyak
masukanekstemal rendah (LEISA, low-external-input dipraktekkan di kawasan yang tersebar daD rawan erosi,
and sustainable agriculture) dengan memilih model seperti di lahan-lahan yang berlereng di perbukitan.
pertanian terpadu di lahan basah yang terdiri dari Karena tidak ada lahan altematif yang bisa diusahakan,
usahatanipertanaman,temak itik petelur, clan temak petani sering kali terdorong untuk mengeksploitasi
benih ikan. lahan marginal tersebut di luar daya dukungnya.
Oegradasi tanah berlangsung akibat hara yang terangkut
II. KONSEP EKOLOGIK LEISA DALAM keluar kebun oleh basil pallen tidak terganti oleh kurang
KONTEKS PERKEMBANGAN SISTEM atau tidak adanya masukan ekstemal. Perluasan LEIA
PERTANIAN TROPIKA ke kawasan barn yang umumnya juga marginal
menyebabkan penggundulan bulan, degradasi tanah, dan
A. Arah Perkembangan Sistem Pertanian Tropika peningkatan kerentanan terhadap serangan harna-
penyakit daD bencana kekeringan yang berkepanjangan.
Sejarah pertanian menunjukkan bahwa sistem Seperti halnya LEIA, sistem LEIA pun tidak ber-
pertaniantelah berkembangdari sistem indigenusyang kelanjutan.
ramah lingkungan ke sistem konvensional,industrial,
atau modem yang tidak ramah lingkungan. B. KonsepEk%gik LEISA
Ketidakramahansistem pertanian konvensional, yang
nota bene berkembanglebih dahulu di negara-negara Adanya kelernahan-kelernahan dari sistem HEIA
maju, terjadi karena penggunaanteknologi yang sarat clanLEIA telah mengundangkeperluanuntuk mencari
masukan luar berupa agrokimia, terutama pupuk sistem pertanian alternatif yang meniru ekosistem
inorganik dan pestisidabuatan.Di negaraberkembang alamiah yang "matang". Ekosistem alamiah demikian
yang beriklim tropika, termasuk Indonesia, ketidak- dinilai sebagai ekosistem yang berkelanjutan clan di
ramahan sistem pertanian lebih besar lagi akibat antara sistem buatan yang diinginkan itu, menurut
bergesemyalahan-lahanpertanianke daerahperbukitan. Reijntjeset al. (1992) adalahsistemLEISA. Sistem ini
Hal ini terjadi karena adanyatekanan penduduk dan merupakan bentuk pertanian yang berupaya meng-
konversi lahan pertanian menjadi lahan permukiman optimalkan penggunaan sumberdaya yang tersedia
dan industri manufaktur.Akibatnya, pertaniantropika secaralokal denganmengkombinasikan komponenyang
telah cenderung berkembang menuju sistem yang berbedadalam siStemlapang produksi (yaitu tanaman,
menggunakanmasukan ekstemal berlebihan (disebut hewan, tanah, air, iklim, clan manusianya) sehingga
high-external-inputagriculture, HEIA) atausistemyang komponen-komponentersebut saling melengkapi dan
menggunakansumberdayalokal secaraintensif dengan memiliki pengaruh sinergik yang maksimal. Oalam
sedikit atautidak sarnasekali masukanekstemal,tetapi sistem LEISA, resiko ekologik dari masukaneksternal
mengakibatkankerusakan sumberdayaalam (disebut yang tinggi dihindari, karena itu, masukan eksternal
low-external-inputagriculture, LEIA). berupabahan-bahanagrokimia hanyadigunakansecara
Reijntjes, Haverkort, dan Waters-Bayer (1992) terbatas. Sebaliknya,kinerja sistem diperkaya dengan
menulis bahwa HEIA merupakan pertanian pelibatan masukaninternal yang diproduksi sendiri di
konvensionaldan banyak dipraktekkandi lahan-lahan dalam sistem, yakni denganmendaurulangkanbiomas
yang secaraekologik relatif seragamdan dapat dengan yang dihasilkandi dalamsistemke dalamekosistemdan
mudah dikontrol. Lahan-lahandemikian biasanyajuga menekantransportasibiomaske luar ekosistem hingga
beraksesibilitas baik sehingga memiliki kemudahan minimal. Selain itu, biodiversitas(khususnyatanaman)
dalam pengadaan sarana produksi dan pemasaran ditingkat-kan.Oengankarakteristikdemikian,ekosistem
hasilnya. Sistem ini telah terbukti berhasil yang diharapkan ini akan menjadi produktif daD
meningkatkan produksi pertanian berkat dukungan berkelanjutan karena memiliki fungsi ekologik yang
masukanekstemal yang berupa benih varietas unggul baik akibat adanyaperan komplementerdan sinergik
(terutamahibrid), agrokimia (terutamapupuk inorganik dari aneka spesies tanaman, hewan, clan mikro-
dan pestisida buatan), bahan bakar asal fosil untuk organisme yang menghasilkanmasukan internal clan
mekanisasi, dan dalam beberapakasus juga irigasi. menciptakan fungsi protektif. Sistem LEISA telah
Namun, HEIA disadari berdampakpactahal-hal yang terbukti merupakanpertanian yang bernilai ekonomi
tidak diinginkan, berupakondisi lingkunganyang rusak bagi kalangan petani Kunming, Cina, meskipun
dan berbahayabagi mahluk hidup termasuk manusia. terminologi tersebut tidak digunakan. Ketangguhan
Hal ini terjadi karenasistemtersebutsangattergantung sistemtersebutdicapaiakibat adanyaefisiensi usahatani
yang tinggi dalam agroekosistem sebagaimana yang dibangununtuk mencapaisistem ini. Langkah-langkah
dilaporkanCai (1995) untuk modelpekarangan. yang dapatdigunakansebagaipanduannonnatif dalam
Reijntjes et at. (1992) mengajukanlima prinsip pembangunansistem LEISA di lahan basah adalah
ekologik dari sistem LEISA yang perlu dijadikan sebagai berikut: (I) penetapan lokasi dan penilaian
rujukan dalam praktek bertani. Kelima prinsip tersebut potensi lahannya,(2) penetapanperuntukanlahan dan
adalahsebagaiberikut: (I) mengamankankondisi tanah ragamjenis komoditinya (diversifikasi horizontal), (3)
agar sesuaiuntuk tanaman,terutamadenganmengelola pemilihan dan penetapankomoditi untuk LEISA, (4)
bahanorganik dan merangsangkehidupanjasad hidup penyusunanpola tanaman dan tala letak pertanaman,
di dalam tanah; (2) meng-optimalkanketersediaanhara temak, dan ikan di kebun, (5) penetapan tara
danmenyeimbangkanarushara,terutamadenganmeng- penanganan sarana produksi dan produknya, (6)
introduksikan tanaman penambat nitrogen, mendaur- implementasi kegiatan agribisnis dengan sistem
ulangkan hara, dan menggunakan pupuk ekstemal tersebut,(7) penilaiankeberlanjutankegiatanagribisnis
secara komplementer; (3) meminimalkan kehilangan tersebut, dan (8) pengembangansistem tersebut jika
akibat radiasi matahari, udara, dan air (misalnya layak ke daerah sekitar atau daerah lain. Deskripsi
penguapanair berlebihan,kekeringan,kebanjiran,dan ringkas daTi setiap langkah tersebut dikemukakan
rebah)dengancara mengelolamikroklimat, mengelola dalamsistemLEISA hipotetik di bawahini.
air, dan mengendalikan erosi; (4) meminimalkan
kehilangan basil oleh hama dan penyakit dengan B. Gambaran Hipotetik Agribisni Bersistem LE/SA
mengendalikannyasecaraterpadu;(5) menggalipotensi
kegunaansumberdayagenetik secarakomplementerdan 1. Penetapan Lokasi don Peni/aian Potensi Lahan
sinergik dengan mempertahankanbiodiversitas yang
tinggi. Secarasubstantifkelima prinsip ini tidak berbeda Sistem LEISA hipotetik yang dikemukakan
dengan delapan prinsip yang dikemukakan oleh Cai dalamtulisan ini bertempatdi lahansehamparan(seluas
(1995), tetapi peneliti ini menyebutnyadenganprinsip tidak kurang dari 1.75 hektar) yang berpotensicukup
agro-ekologik, yang memberikan penekanan pada baik di Desa Sindangasih,KecamatanKarang Tengah,
perlunyakeseimbanganantaraaspekekologik dan aspek KabupatenCianjur. Lahan tersebut terdiri dari 1.25 ha
ekonomikdari agroekosistemyang bersangkutan. sawahdan 0.50 ha kolam yang masing-masingdimiliki
oleh petani yang berbeda (dua orang), karenanya,
III. MODEL HIPOTETIK AGRIBISNIS BERSIS- dengan manajemenusahatani yang terpisah. Lahan
TEM LEISA DI LAHAN BASAH sawah (sebelum diubah menjadi sistem LEISA)
biasanyadiusahakandenganpola tanam padiapadiabera
A. LangkahPembangunanAgroekosistemLEISA atau padiaubi jalara bera dengan teknologi pertanian
konvensionalsebagaimanayang dianjurkan oleh Dinas
Keberlanjutansistem LEISA lebih cepat dicapai Pertanian Tanaman Pangan setempat. Lahan yang
jika komoditi yang diusahakanmerupakan komoditi berupakolam pactasaat ini diusahakanuntuk betemak
yang dapat beradaptasidengan lingkungannya.Sistem ikan (nila, bawal,.danpatin) dan itik denganteknologi
LEISA, karenanya,merupakansistem pertanian yang yang dikembangkanoleh petani sendiri. Kedua bidang
spesifik lokasi. Hal ini berarti bahwa keberlanjutan lahan tersebut akan diintegrasikan pengelolaannya
sistem LEISA dapat dicapai oleh ekosistem-ekosistem menjadi satu kesatuan manajemen dengan model
yangberbedakomponennya.Dengandemikian,terdapat pertanianterpadubersistemLEISA.
keperluanuntuk selalu menilai kinerja ekosistemyang
Agribisnis Terpadu. 51
Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)
Tabel4. Frekuensipengusahaan
tanarnandantemak/ikandi kebun
FrekuensiKegiatanUsahatani
Uraian KegiatanUsahatani P Tah SelamaPengembalian
er un Piniaman(3 Tahun)
mT Produksi
jagungmanis I
14." Produksitelur itik I
7.
I) Tidak terhitung waktu penyiapankegiatan produksi; pembesaranikan berlangsungselama 40 hari, Frekuensi
pengusahaan ikan 6 kali per tahun dianggap moderat untuk sistem ini.
4. PenetapanPola Tanamdan Tata Letak Pertanaman, Sarana produksi daD produk di dalam kebun
Ternak,dan lkan ditangani sedemikiancara hingga daur ulang produk
ikutan ataulimbah yang telah diolah dapatberlangsung.
Pola tanam dan pola pengusahaan temak dan ikan Sistempengusahaan tanamandaDternak memanfaatkan
ditentukan dengan mempertimbangkan prinsip intensitas masukan internal semaksimal mungkin. Penggunaan
penggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek masukaneksternalsepertipupuk inorganik daDpestisida
ekonomi maupun dari aspek ekologi (pendaur-ulangan
buatanakansangatdibatasi.Bahanorganik untuk pakan
hara). Pertanaman ganda dilakukan untuk mengu-rangi ternak daD ikan yang didatangkandaTi luar lahan pun
resiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atau akan diutamakandengan menggunakanlimbah pasar
harga produk suatu jenis tanaman rendah. Rotasi terdekat.Demikian pula, pemasaranproduk diupayakan
ke pasarterdekat secaralangsungtanpa perantaraatau
tanaman semusim dilakukan dengan mempertim-
bangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil mengundang pembeli langsung datang ke lahan
sampingan ke dalam tanah. Tabel 4 menyajikan usahatani.Gambar 2 memperlihatkanarus materi daD
frekuensi pengusahaan tanaman dan temak di kebun per uang menurut cara penangananmasukan dan produk
tahun dan selama jangka waktu pengembalian uang tersebutdi atas.
cicilan kepada penyandang dana. Frekuensi
pengusahaan komoditi tersebut disesuaikan dengan 6. Imp/ementasiKegiatanAgribisnis
potensi lahan yang digunakan, khususnya dengan Kegiatan agribisnis dibagi ke dalam tiga tahap:
ketersediaan air atau curah hujan setempat (Gambar I). tahap persiapankegiatan, tahap pelaksanaankegiatan,
dan tahap pemantapankegiatan (Gambar 3). Kegiatan
Penetapan Cara Penanganan Sarana Produksi don yang lebih rinci di masing-masing tahapan adalah
Produk sebagaiberikut.
53
Agribisnis Terpadu.
Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)
r
(
B ) J. manis(0.4ha) I
c
Itik (1000 ekor)
Ikan patin 6 kali (0.20 ha)
Ikan bawal6 kali (0.10 ha)
Ikan patin 6 kali (0.20 ha)
Keong mas
Keterangan:
(1) Angka dalamkurung menunjukkanluastanaman(ha).jumlah temak (ekor), atauluaskolam ikan (ha)
(2) Grafik menunjukkancurah hujan bulanan daTi Januari sampai Desember1998 di kecamatanCibeber, Cianjur
(tidak adadatacurahhujan di KecamatanKarangTengah)
(3) Keongmastumbuhdan berkembangsecaraalamiahdi kolam dan sawahkemudiandipanen
(4) Urutanrotasitanamanantarbidanglahandi TahunII: A7B7C; di TahunIII: C7A7B
;~
55
Agribisnis Terpadu
Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)
I
I i
Proses
.- Produksi
.. ...
Tanaman
l
... +-
.
.
Proses!
Produksi -+-
Temak & Ikan
Implementasi kegiatan memerlukan kinerja menyangkut hubungan kerja dengan para petugas di
manajemenyang baik oleh para pengelolanya.Karena lapangan.Ketidaksepahaman antara pengelola dengan
itu, pertemuanlengkapberkalaantar anggotapengelola petugas di lapangan tersebut harus diupayakan
dan antara pengelola dan tenagakerja di lapang perlu penyelesaiannyasecarakekeluargaandengan memper-
dilaksanakansetidaknyasekali per bulan. Masalahyang hatikanadatdan budayasetempat.
timbul harus diatasi sesegeramungkin, terrnasukyang
~ I. Perancangan(rinci) kegiatanlapang
2. Pengadaanprasaranadan saranaproduksipertanian
-~ 3. Pertemuanpengeloladan dengancalontenagakerja
/'
/
TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN
(sejak bulan ke-2):
1. Pengadaanprasarana dan sarana produksi pertanian
2. Proses produksi pertanian
3. Pemasarandan penguatan pasar basil pertanian
4. Pertemuan berkala pengelola dan dengan karyawan
5. Pemantauan dan perbaikan kegiatan oleh spesialis LEISA
6. Pengembalian pinjaman dan bunganya
7. Sosialisasi kepada lembaga pemerintah/swasta terkait dan
masyarakat setempat
\.
Agribisnis Terpadu
57
But. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)
NPV(18%) = Rp38556960
lRR= 39.42
NetB/C= 1.43
Grace periods
diusulkan II bulan
Payback periods 25 bulan
Keperluan biaya usahatani untuk daur produksi petemakandomba garut dan mengembangkanmina-
selanjutnyabersumberdari pendapatanyang diterima padi di sawahuntuk memperluascakupandiversifikasi
dari kegiatanusahatanidi musim sebelumnya. usahasecarahorizontal dan atau denganmemasukkan
komponen usaha penetasanitik daD komponen usaha
2. Biaya, Penerimaan,don KeuntunganUsahatani pembesaranikan di waduk CirataiJatiluhur/Saguling
Tabel 5 memperlihatkan besaran biaya, untuk mem-perluascakupandiversifikasi usaha secara
penerimaan,clan keuntungan menurut jenis kegiatan vertikal. Konversi kegiatan produksi tanamanmenjadi
produksi yang dilaksanakan.Usahatanidengan sistem benih sebagaiproduknya perlu dipertimbangkanpula
LEISA temyata memberikan keuntungan meskipun untuk meningkatkankeuntunganusahatani.
pembandingan secara langsung dengan usahatani
konvensionalnya tidak dapat dilakukan. Namun,
setidaknya diketahui bahwa pertanaman ganda clan UCAPAN TERIMA KASIH
diversifikasi pengusahaanikan lebih menguntungkan
Para penulis mengucapkanterima kasih kepada
disbanding monokultumya masing-masingjika biaya Sdr. CecepSantiwa,A. Md. yang sejak lama menjadi
usahataniyang digunakan dalam system LEISA ini
sarna dengan system monokultumya tersebut. ternan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan
Diperolehgambaranjuga bahwapemanfaatanpematang denganimplementasisistemLEISA di lapangan.
kolam untuk betemak itik petelur memberikan
tarnbahankeuntungan usahatani dibandingkan tanpa
pernanfaatan tersebut.
DAFfARPUSTAKA
3. KelayakanSistemLE/SA
Anonimus. 2001a. PROPEDA (Program Pembangunan
Kelayakanusahadinilai dengankriteria netpresent Daerah) 2001-2005. KabupatenCianjur. (Buku
value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), dan Saku).
internalrate of return (IRR). Selain itu, ditetapkanjuga
jangkawaktu pengembalianinvestasi(paybackperiods) -. 2001b. REPETADA (Rencana
agribisnis. Berdasarkanperkiraan arus uang bulanan Pembangunan TahunanDaerah)2001 Kabupaten
denganOF 18% per tahun sebagaimanadisajikan pacta Cianjur. (Buku Saku).
Tabel6 diperolehNPV pactaakhir bulan ke-36 = Rp 38
556 960,-, Net B/C = 1.43, daDIRR = 39.42, dengan Baharsjah,S. 1992.Kebijakan pembangunanpertanian
usulan tenggang waktu pengembalian pinjaman II clan penanggulangankemiskinan. Pangan No.
bulan dan jangka waktu pengembalianpinjaman 25 13(IV):43-48.
bulan. Jadi, agribisnis yang diusulkan diduga meng-
untungkan dan uang pinjaman ke bank berikut Cai. C. 1995. The theory and building up of agro-
bunganyadapatdikembalikanpactawaktunya. ecological garden. Handout for The Second
International Training Course on Upland Agro-
IV PENUTUP: ARAH PENGEMBANGAN ecological Construction for The Developing
USAHA Countries.Kunming, China.
Jika agribisnis ini terbukti menguntungkanpula Reijntjes, C., B. Haverkort A. Waters-Bayer. 1992.
dalam implementasinya,pengembanganusaha perlu Farmingfor The Future:An Introductionto Low-
dipertimbangkan dengan membangun kemitraan External-Input and Sustainable Agriculture.
bersama petani setempat, misalnya dengan MacMillan and ILEIA. Leusden,Netherlands.
menempatkanagribisnis ini sebagaiinti dan usahatani
di sekitamya sebagai plasma. Terbuka pula The World Bank. 1998. Indonesia in Crisis: A
kemungkinan mengembangkan usaha ini menjadi MacroeconomicUpdate.Washington,D.C.
inkubatoragribisnis bagi para petani setempatmelalui
jalinan kerjasamadengan instansi pemerintah (Balai
lnformasi dan PenyuluhanPertanian, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Dinas Perikanan, clan Dinas
Petemakan)serta lembaga swadayamasyarakatyang
relevan (seperti Himpunan Kerukunan Tani (HKTI),
HimpunanNelayanSeluruhIndonesia(HNSI), Asosiasi
Petemak Unggas, clan Koperasi Serba Usaha).
Pengembangan usahabahkandapat dilakukan di lahan
yang sarna,misalnya dengan memasukkankomponen
Agribisnis Terpadu 61