2018
Septiani, Revi
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3874
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI
DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini L.)
DENGAN METODE DPPH
SKRIPSI
OLEH:
REVI SEPTIANI
NIM 131501071
SKRIPSI
OLEH:
REVI SEPTIANI
NIM 131501071
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang
berjudul ”Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Jamblang (Syzigium
cumini L.) dengan Metode DPPH”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah
sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas
M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang terus memberi saran dan
terima kasih kepada Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., dan Ibu Dr. Marline
Nainggolan, M.S., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta
saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Dr. Aminah
Dalimunthe, M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan,
M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberi saran dan arahan untuk
menyempurnakan skripsi ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
yang telah memberikan nasihat, motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tidak
terhingga dan tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik moril maupun
iv
Universitas Sumatera Utara
materil serta doa yang tulus yang tiada terhenti dan juga kepada kakak penulis
Reni Julianti, Rina Budi Harningsih, Rika Nurdiani serta abangda Muhammad
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga
Revi Septiani
NIM 131501071
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI
DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini L.)
DENGAN METODE DPPH
ABSTRAK
vii
Universitas Sumatera Utara
ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF EXTRACT AND FRACTION
OF JAMBLANG LEAVES (Syzygium cumini L.)
WITH DPPH METHOD
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Morfologi tumbuhan .................................................. 7
x
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Pereaksi asam klorida 2 N ......................................... 20
xi
Universitas Sumatera Utara
3.7.5 Pemeriksaan tanin ...................................................... 27
xii
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 42
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.3 Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh ekstrak etanol daun
jamblang ........................................................................................ 36
4.6 Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh fraksi sisa daun
jamblang ........................................................................................ 37
4.8 Hasil persamaan regresi linier dan nilai IC50(μg/mL) dari ekstrak
etanol, fraksi daun jamblang dan pembanding kuersetin ............. 39
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
global. Berdasarkan badan kesehatan dunia WHO, lebih dari dua pertiga (70%)
dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit jantung, dan diabetes. Angka kematian akibat penyakit ini diperkirakan
akan terus meningkat diseluruh dunia sebanyak 52 juta jiwa pada tahun 2030
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya,
bersifat sangat reaktif dan tidak stabil (Muchtadi, 2013). Radikal bebas dapat
bersumber dari asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar
matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun dan polusi
udara (Trianda, 2016). Radikal bebas yang berlebihan dapat memicu timbulnya
dihambat ataupun dicegah oleh senyawa antioksidan. Oleh karena itu, tubuh
dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen) (Halliwel, dkk., 1995).
1
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sumbernya, ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan
keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan,
besar makanan dan hasil pertanian, termasuk sayuran, buah-buahan dan ekstrak
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat
ini dilaporkan mengandung senyawa kimia antara lain suatu alkaloid, flavonoid,
resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Senyawa β-sitosterol, asam
betulinat, eugenin, kuersetin kamferol, flavonoid dan tanin terdapat pada kulit
memiliki aktivitas antioksidan (IC50 125,39 bpj). Menurut penelitian lain yang
dilakukan Mustika (2017) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun jamblang dapat
menurunkan kadar glukosa darah sebesar 360-532 mg/dL menjadi 200 mg/dL. Di
termasuk batuk, diabetes, disentri, radang, dan penyakit kulit, seperti kurap, dan
peradangan, anti mikroba, anti bakteri, dan anti HIV (Rosannah, 2014,
2
Universitas Sumatera Utara
pengambilan dalam jumlah banyak tidak menyebabkan kepunahan spesies
tanaman ini. Selain itu, daun juga dapat dimanfaatkan lebih cepat karena tidak
lanjut aktivitas antioksidan dari daun tumbuhan jamblang dengan ekstrak etanol,
fraksi n-heksan, fraksi etilasetat dan fraksi sisa daun jamblang, dimana pengujian
a. apakah ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etilasetat dan sisa daun jamblang
picrylhydrazil (DPPH)?
1.3 Hipotesis
ini adalah:
a. ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etilasetat dan sisa daun jamblang (Syzygium
3
Universitas Sumatera Utara
dan sisa daun jamblang (Syzygium cumini) dapat ditentukan dengan metode
a. aktivitas antioksidan ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etilasetat dan sisa daun
dan fraksi sisa daun jamblang (Syzygium cumini) dapat ditentukan dengan
a. diharapkan ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etilasetat dan sisa daun jamblang
mengembangkannya.
4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir yang dapat dilihat dibawah
EEDJ
Konsentrasi : 5 ppm ;
10 ppm ; 15 ppm ; 20
ppm
FNDJ
Konsentrasi : 20 ppm ;
40 ppm ; 60 ppm ; 80
Uji aktivitas Nilai IC50
ppm.
antioksidan
FEDJ
Konsentrasi : 2 ppm ; 4
ppm ; 6 ppm ; 8 ppm.
FSDJ
Konsentrasi : 5 ppm ;
10 ppm ; 15 ppm ; 20
ppm
Keterangan :
EEDJ : ekstrak etanol daun jamblang
FNDJ : fraksi n-Heksan daun jamblang
FEDJ : fraksi etilasetat daun jamblang
FSDJ : fraksi sisa daun jamblang
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzigium
antara lain: Sumatera: jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang
(Mink). Jamblang (Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhalas
bato, dhuwak (Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak),
(Mudiana, 2007).
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Nama asing
Dalam bahasa Inggris orang mengenalnya dengan nama java plum, black
plum, jambul dan Indian blackberry (Kumar et al., 2010; Soni et al., 2011). Di
(Myanmar), pring bai (Kamboja), va (Laos), wa (Thailand), voi rung, tram moc
2007).
banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat
memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata,
pertualangan menyirip, permukaan atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm,
yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan,
kelopak bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota berbentuk bulat telur,
benang sari banyak, panjangnya 4-7 mm, berwarna putih, daun baunya harum,
bakal buahnya dengan 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm panjangnya, berwarna
putih. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau, setelah
buah berwarna kuning kelabu sampai ungu, mengandung banyak sari buah,
hampir tidak berbau, dengan rasa sepat keasaman. Bijinya 0-5 butir, bentuk
7
Universitas Sumatera Utara
lonjong, keras, panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau sampai cokelat. Berakar
darah sampai 34,6% (Ayyanar & Babu, 2012). Di India jamblang telah lama
batuk, diabetes, disentri, radang, dan penyakit kulit, seperti kurap, dan kadas.
mikroba, anti bakteri, dan anti HIV ( Rosannah, 2014, Mubassarai, et al. 2015).
2.2 Ekstraksi
jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi
A. Cara dingin
1. Maserasi
remaserasi.
8
Universitas Sumatera Utara
2.Perkolasi
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap
B. Cara panas
1. Refluks
menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut
2. Digesti
temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C.
3. Sokletasi
4. Infundasi
5. Dekoktasi
9
Universitas Sumatera Utara
2.3 Fraksinasi
golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan
jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda tergantung pada jenis
begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan tertarik ke pelarut non polar
(Harbone, 1987).
tersebut tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel
lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh seperti pada
waktu kita bernafas (hasil samping proses oksidasi atau pembakaran) (Sayuti,
dkk., 2015).
Pada tahap ini radikal bebas mulai terbentuk yang diproduksi oleh beberapa
proses. Suhu tinggi, proses ekstrusi dan tekanan pada proses pemotongan bahan
ROOR 2 RO*
10
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap inisiasi asam lemak (RH) bereaksi dengan oksigen triplet,
danmembentuk radikal lemak (R*) dan radikal peroksida (HOO*) dengan inisiator
b. Tahap propagasi
R* + 3O2 ROO*
ROO* + RH ROOH + R*
c. Tahap terminasi
Tahap terminasi yaitu senyawa radikal yang bereaksi dengan radikal lain atau
R* + R’* RR
R* + ROO* ROOR
2.5 Antioksidan
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus
reaksi berantai dari radikal bebas. Antioksidan juga berguna untuk mencegah
ikatan rangkap) misalnya minyak dan lemak. Kombinasi beberapa jenis oksidasi
tersier :
11
Universitas Sumatera Utara
a. Antioksidan primer
yang baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang
terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan primer
b. Antioksidan sekunder
radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer antioksidan sekunder adalah
(Winarsi, 2007).
c. Antioksidan tersier
dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang
dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk
perbaikan biomolekuler yang rusak akibat radikal bebas dan DNA pada
d. Oxygen scavenger
12
Universitas Sumatera Utara
digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan alami dan sintetik :
a. Antioksidan alami
bahan alami. Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari senyawa
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa
b. Antioksidan sintetik
makanan yang telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA),
tokoferol, asam askorbat, dan butil hidroksi toluen (BHT) (Ramadhan, 2015).
2.5.1 Kuersetin
banyak terkandung dalam buah-buahan dan sayuran, misalnya apel, anggur, teh,
bawang merah dan kopi. Kuersetin memiliki 5 gugus –OH bebas yang dapat
disubsitusi oleh gugus asil melalui reaksi esterifikasi. Ester kuersetin dapat
melindungi sel dari radikal bebas dengan menetralisir efek buruknya terhadap sel
tubuh. Kuersetin adalah bentuk aglikon dari sejumlah glikosida flavonoid lainnya,
13
Universitas Sumatera Utara
seperti halnya rutin dan kuersitrin, ditemukan dalam buah jeruk, gandum dan
bawang. Beberapa sumber kuersetin yaitu teh hitam, teh hijau, bawang, apel,
pengukuran kualitatif dari suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar (Day dan
Underwood, 1987).
elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu yang diserap zat (Depkes RI,
14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Komponen utama spektrofotometri (Rohman, 2007).
Salah satu uji yang dapat dilakukan untuk menentukan potensi antioksidan
yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas
antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam (Gurav, dkk., 2007).
diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer
elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan radikal bebas dari
DPPH dan membentuk reduksi DPPH. Warna larutan berubah dari ungu tua
menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 516 nm akan
hilang jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan.
Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen
yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat reduktor. Suatu zat
mempunyai sifat antioksidan bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50
yang diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Struktur DPPH (Molyneux, 2004).
senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Harga EC50 atau IC50 yang
Gambar 2.4 Reaksi antara DPPH dengan antioksidan (Williams, et al., 1989).
16
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Pelarut
Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau
etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel
uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).
pengukuran uji sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang
gelombang maksimum untuk DPPH antara 515-520 nm. Pada prakteknya hasil
yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas. Nilai absorbansi yang
menit dan 60 menit. Kenyataannya waktu reaksi yang benar adalah ketika reaksi
aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam sampel. Cara ini biasanya dilakukan
17
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
karakteristik simplisia dan ekstrak, pembuatan ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan
3.2.1 Alat
beker (Pyrex), blender, desikator, mikro pipet, pipet volume 5 mL (Pyrex), pipet
tetes, botol semprot, corong (Pyrex), kaca arloji, cawan penguap, krus porselin,
3.2.2 Bahan
etanol, fraksi n-heksan fraksi etilasetat dan fraksi sisa daun jamblang, kuersetin,
18
Universitas Sumatera Utara
pelarut etanol 80 %, pelarut n-heksan, pelarut etilasetat, metanol p.a., DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil).
membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Tumbuhan
diambil dari pohon yang tumbuh di daerah Jalan Jamin Ginting, Komplek Pamen
No G30, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Daun yang diambil adalah helai
daun yang masih segar, berwarna hijau, dalam keadaan baik dengan usia muda
Daun yang diperoleh dipisahkan dari rantingnya, lalu dibersihkan dari kotoran
yang melekat pada daun, dicuci, ditiriskan kemudian ditimbang sebagai berat
basah dan dikeringkan di lemari pengering sampai kering (ditandai bila diremas
rapuh). Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan daun dalam penelitian ini
selama 12 hari. Selanjutnya daun yang telah kering ditimbang sebagai berat
kering. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu disimpan dalam
wadah tertutup rapat pada suhu kamar untuk mencegah pengaruh lembab dan
pengotor lainnya.
19
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pembuatan Pereaksi
air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
Sebanyak 5,5 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml
pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10
ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga
20
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pereaksi Molisch
nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan
sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan
volume asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan (Depkes
RI, 1995).
pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut
21
Universitas Sumatera Utara
dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total
dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Karakteristik ekstrak
pemeriksaan kadar air, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak
larut asam.
simplisia diletakkan pada kaca objek yang berbeda yang telah ditetesi larutan
dibawah mikroskop.
Cara kerja :
Sebanyak 200 mL toluena dan 2 mL air suling dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluen dibiarkan mendingin selama 30
menit dan volume air pada tabung penerima dibaca. Sebanyak 5 g serbuk
diatur 2 tetes per detik, sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan
destilasi dinaikkan hingga 4 tetes per detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian
22
Universitas Sumatera Utara
kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan
toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih
kedua volume air dibaca dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform (2,5 mL kloroform dalam air sampai
1 liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, lalu
kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, dan sisa dipanaskan
pada suhu 105º C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap
selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali
dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring
sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa
dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, lalu diratakan. Krus
dipijarkan pada suhu 600ºC sampai arang habis, kemudian didinginkan dan
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
23
Universitas Sumatera Utara
telah dikeringkan (Ditjen POM, 1989).
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan
dalam 25 mL asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan pada suhu 600ºC sampai
bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam
menggunakan etanol 80% (Depkes, RI., 1979). Sebanyak 300 g serbuk simplisia
dituangi dengan 2,1 L etanol 80% (etanol yang digunakan sebelumnya telah
didestilasi). Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
sering diaduk, kemudian setelah 5 hari disaring dan diperas. Ampas dicuci dengan
sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya dienap tuangkan. Maserat
temperatur ± 40oC sampai diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak kental yang
24
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan 100 ml n-heksana, dikocok, kemudian didiamkan sampai terdapat 2
klorida 0,2 N, dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit, didinginkan dan
disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloid. Ke dalam 3 tabung
25
Universitas Sumatera Utara
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga pereaksi di
5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1
dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah atau
campuran etanol 96% dengan air (7:3) dan 10 mL asam klorida 2 N, direfluks
air suling dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu
dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada
temperatur tidak lebih dari 50°C. Sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan
dalam tabung reaksi dan diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2
ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula (Ditjen POM, 1989).
kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
26
Universitas Sumatera Utara
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
dalam 100 mL air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan
1-2 tetes peraksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau
2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
biru atau biru hijau menunjukan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah
dalam labu tentukur 5 mL, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis
DPPH konsentrasi 40 ppm dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-
27
Universitas Sumatera Utara
800 nm. Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm ini digunakan sebagai larutan kontrol
operating time larutan DPPH dalam metanol sampai menit ke- 60 pada panjang
lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000
ppm).
Larutan induk baku ekstrak dipipet sebanyak 0,05 mL; 0,1 mL; 0,15
Fraksi n-heksan dipipet sebanyak 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL;
Fraksi etilasetat dipipet sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06 mL; 0,08 mL;
28
Universitas Sumatera Utara
Fraksi sisa dipipet sebanyak 0,05 mL; 0,1 mL; 0,15 mL; 0,2 mL;
masing labu tentukur sampel uji ditambahkan 2 mL larutan induk baku DPPH 0,5
mM (konsentrasi 200 ppm), lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis
Larutan induk baku kuersetin dipipet sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06
garis tanda.
Larutan uji yang telah dipersiapkan, segera diinkubasi pada suhu 370C
selama 15 menit. Selanjutnya kontrol dan sampel uji diukur pada panjang
( bs.kontrol- bs.sampel)
Peredaman DPPH
antioksidan rata-rata (y) dari suatu seri replikasi pengukuran sehingga diperoleh
harga IC50 yaitu konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50%
29
Universitas Sumatera Utara
radikal DPPH selama 15 menit (operating time).
dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat
regresi dengan konsentrasi ekstrak (µg/mL) sebagai absis (sumbu X) dan nilai %
senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50
µg/mL, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 µg/mL, sedang jika IC50 bernilai 100-150
µg/mL dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 µg/mL (Mardawati, dkk., 2008).
30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
hijau muda sampai hijau tua, berbentuk baji, tepi daun rata, pertulangan
tinggi 11-16 cm. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun jamblang dapat
pembuluh angkut bentuk spiral, kristal kalsium oksalat bentuk prisma, stomata
jamblang meliputi pemeriksaan karakteristik kadar air, kadar sari larut air, kadar
sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu larut dalam asam, dapat
31
Universitas Sumatera Utara
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak daun
jamblang
Kadar air simplisia dan ekstrak etanol daun jamblang yaitu 7,94 %; 6,61%.
Kadar air yang di peroleh dari kedua simplisia dan ekstrak lebih kecil dari 10%
jika dilihat standarisasi kadar air simplisia secara umum memenuhi syarat yaitu
tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 1995). Kadar air yang melebihi 10% dapat
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau
larut dalam air sebesar 15,58% sedangkan kadar sari yang larutdalam etanol
sebesar 15,927 %. Hasil penetapan kadar sari menunjukkan bahwa sari yang
larut dalam etanol lebih besar daripada dalam air, hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terlarut dalam etanol lebih banyak seperti glikosida, steroid terikat,
dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin (Depkes, RI., 1989).
internal (abu fisiologis) dan mineral eksternal (non fisiologis) yang berasal dari
dalam atau luar jaringan tanaman itu sendiri yang terdapat di dalam sampel
(Ditjen POM RI, 2000). Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah
32
Universitas Sumatera Utara
silikat, khususnya pasir yang terdapat pada simplisia (WHO, 1992). Penetapan
kadar abu pada simplisia dan ekstrak daun jamblang menunjukkan kadar abu total
sebesar 6,06%; 4,75% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,83%;
0,75%. Monografi dari simplisia dan ekstrak daun jamblang tidak ditemukan di
monografi dari simplisia biji dan kulit batang jamblang, sehingga tidak ada acuan
untuk menentukan parameter simplisia dan ekstrak tersebut. Tingginya kadar abu
yang didapatkan, disebabkan karena tinggi nya kandungan mineral tanaman atau
dapat terjadi karena pencucian tanaman yang belum bersih. Hasil perhitungan
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak dan fraksi daun jamblang
33
Universitas Sumatera Utara
Skrining fitokimia terhadap simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksan,
fraksi etilasetat dan fraksi sisa daun jamblang dilakukan untuk mendapatkan
ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etilasetat dan sisa menunjukkan adanya distribusi
proses fraksinasi, senyawa yang bersifat polar yaitu flavonoid dan tanin terdapat
dalam ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan sisa, sedangkan steroid terdapat dalam
fraksi n-heksan yang bersifat non polar (Rahman dan Choudhary, 2001). Hasil di
mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas sehingga radikal bebas dapat diubah
menjadi tidak radikal (Silalahi, 2006). Selain itu senyawa steroid juga mempunyai
potensi sebagai antioksidan. Hal ini didukung berdasarkan penelitian oleh Cui
dan park (2004) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol 80% dari Inonotus
cukup aktif.
mL) diperoleh ekstrak etanol daun jamblang sebanyak 67,731 g dengan nilai
34
Universitas Sumatera Utara
rendemen ekstrak sebesar 22,577%. Ekstrak etanol kemudian dilakukan fraksinasi
fraksi dari ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran 7. Ekstrak yang diperoleh
maksimum sebesar 1,09502 pada panjang gelombang 516 nm. Data hasil
35
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Hasil Operating Time
digunakan sangat bervariasi dari 1 menit hingga 240 menit (Marinova dan
metanol diperoleh waktu kerja terbaik yaitu pada menit ke- 15 setelah
penambahan pelarut metanol. Hasil operating time larutan DPPH 40 µg/mL dalam
Nilai serapan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut
(DPPH) oleh ekstrak dan fraksi daun jamblang dapat dilihat pada Tabel 4.3, 4.4 ,
Tabel 4.4 Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh ekstrak etanol daun
jamblang
Absorbansi % Peredaman Rata-
Konsentrasi
Rata
(µg/ml)
I II III I II III
0 0,991 0,991 0,991 0 0 0 0
5 0,826 0,826 0,827 16,65 16,65 16,55 16,55
10 0,627 0,627 0,627 36,73 36,73 36,73 36,73
15 0,453 0,453 0,453 54,29 54,29 54,29 54,29
20 0,242 0,242 0,241 75,58 75,58 75,68 75,65
Tabel 4.4 Hasil analisis peredaman oleh fraksi n-heksan daun jamblang
36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil analisis peredaman oleh fraksi etilasetat daun jamblang
Konsentrasi Absorbansi % Peredaman Rata-Rata
(µg/ml) I II III I II III
0 0,991 0,991 0,991 0 0 0 0
2 0,827 0,827 0,827 16,55 16,55 16,55 16,55
4 0,618 0,617 0,618 37,64 37,74 37,64 37,67
6 0,447 0,447 0,448 54,89 54,89 54,79 54,86
8 0,227 0,227 0,225 77,09 77,09 77,29 77,16
Tabel 4.6 Hasil analisis peredaman oleh fraksi sisa daun jamblang
Absorbansi % Peredaman Rata-
Konsentrasi
Rata
(µg/ml)
I II III I II III
0 0,991 0,991 0,991 0 0 0 0
5 0,851 0,85 0,85 14,13 14,23 14,23 14,19
10 0,666 0,665 0,666 36,73 32,79 32,79 32,82
15 0,454 0,454 0,452 54,29 54,19 54,39 54,26
20 0,271 0,272 0,276 75,58 72,55 72,15 72,45
meningkat aktivitas peredaman DPPH karena semakin banyak atom hidrogen dari
ekstrak daun jamblang yang berpasangan dengan elektron pada radikal bebas
pengukuran absorbansi radikal bebas DPPH pada menit ke-15 dengan adanya
37
Universitas Sumatera Utara
penambahan ekstrak dengan konsentrasi 5 µg/mL, 10 µg/mL, 15 µg/mL, dan 20
nilai IC50 dihitung dari regresi linear yang diperoleh (Wulandari, 2009).
2µg/mL, 4 µg/mL, 6 µg/mL dan 8 µg/ diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi
radikal bebas DPPH pada menit ke-15. Kemudian dibandingkan dengan kontrol
Pada Tabel 4.3, 4.4, 4.5, 4.6 dan 4.7 dapat dilihat bahwa kenaikan
menetralkan radikal bebas DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH
menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning
38
Universitas Sumatera Utara
terang (Molyneux, 2004). Hasil perhitungan uji aktivitas antioksidan dapat dilihat
dengan memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH, dengan
konsentrasi larutan uji (µg/mL) sebagai absis dan nilai persen peredaman sebagai
ordinat. Hasil persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan kategori nilai
IC50 sebagai antioksidan menurut mardawati (2008) dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.8 Hasil persamaan regresi linier dan nilai IC50 dari ekstrak dan fraksi
daun jamblang dan pembanding kuersetin
No IC50
Larutan uji Persamaan regresi Korelasi Kategori
. (µg/mL)
Sangat
1. EEDJ Y = 3,7808X - 1,164 13,54 R= 0,998
kuat
Sangat
3. FEDJ Y = 9,6315 X- 1,278 5,32 R= 0,997
kuat
Sangat
4. FSDJ Y = 3,6994X – 2,25 14,13 R= 0,995
kuat
Sangat
5 Kuersetin Y = 11,5225X - 0,272 4,36 R= 0,998 kuat
Keterangan : EEDJ = ekstrak etanol daun jamblang, FNDJ = fraksi n-Heksan daun
jamblang, FEDJ = fraksi etilasetat daun jamblang, FSDJ = fraksi
sisa daun jamblang
Tabel 4.9 Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan
No. Kategori Konsentrasi (ppm)
1. Sangat kuat < 50
2. Kuat 50-100
3. Sedang 101-150
4. Lemah 151-200
39
Universitas Sumatera Utara
Hasil perbandingan analisis IC50 ekstrak etanol daun jamblang (EEDJ),
fraksi n-Heksan daun jamblang (FNDJ), fraksi etilasetat daun jamblang (FEDJ),
fraksi sisa daun jamblang (FSDJ) dan pembanding kuersetin dapat dilihat pada
60 53.5
50
IC50 (µg/mL)
40
30
20 14.13
13.53
10 5.33 4.36
0
EEDJ FNDJ FEDJ FSDJ kuersetin
Gambar 4.2 Hasil perbandingan analisis IC50 (μg/mL) ekstrak, fraksi daun
jamblang dan pembanding kuersetin
Hasil pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan,
etilasetat, sisa dan pembanding memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda satu
memiliki korelasi dengan konsentrasi ekstrak uji. Ekstrak etanol daun jamblang
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 rata-rata sebesar
13,54 µg/mL, fraksi n-heksan nilai IC50 sebesar 53,5 µg/mL kategori kuat, fraksi
etilasetat memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50
sebesar 5,32 µg/mL, fraksi sisa nilai IC50 sebesar 14,13 µg/mL kategori sangat
kuat dan kuersetin memiliki nilai IC50 sebesar 4,36 µg/mL kategori sangat kuat.
Perbedaan nilai IC50 pada masing-masing ekstrak dan fraksi disebabkan oleh
adanya distribusi jenis dan jumlah senyawa metabolit sekunder yang bersifat
40
Universitas Sumatera Utara
Defny, 2015). Pelarut etanol 80% (campuran alkohol dan air) memiliki
kemampuan yang tinggi untuk mengekstraksi hampir semua senyawa bahan alam
menghasilkan aktivitas yang kuat dalam menangkap radikal bebas. Polifenol atau
memiliki peran dalam mencegah oksidasi lipid (Sannigrahi, et al., 2010). Hasil
41
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
etilasetat dan fraksi sisa dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-
masing-masing sebesar 13,54 μg/mL, 53,5 μg/mL, 5,32 μg/mL, 14,13 μg/mL
etilasetat, ekstrak etanol, fraksi sisa dan fraksi n-heksan memiliki aktivitas
5.2 Saran
dengan parameter yang lain seperti antikanker, antiaging dan lainnya dengan
42
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ade, A., dan Nurul, H. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik
Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus
moluccensis) 1(4), 38
Arifin, Helmi, Anggraini, Nelvi, Handayani, Dian, Rasyid dan Roslinda. (2006).
Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi: Hal.88.
Ayyanar, M., dan Babu, P. S. (2012). Syzygium cumini (L) Skleek: A revier of
Phytochemical Constituent and Traditional uses. Asian Pacific Jurnal of
Tropical Biomedicine.2(3): Hal. 240 – 246.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. (1994). Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta: EGC:
Hal.165.
Cui, Y., Kim, D.S., dan Park, K.C. (2004). Antioxidant EffectInonotus
Obliquus J Etnopharmacol: Hal. 96,79-85.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1986).Quantitative chemical analysis. Edisi IV.
Terjemahan Sopyan, I. Jakarta: Penerbit Erlangga: Hal. 382.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid keenam. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 299-305, 334-335.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1, 9-12, 17.
43
Universitas Sumatera Utara
Gandjar, I.G., dan Abdul, R. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal. 222.
Gurav, S., Deshkar, N., Gulkari, V., Duragkar, N., and Patil A. (2007). Free
Radical Scavenging Activity of Polygala Chinensis Linn.
Pharmacologyline, No. 2: Hal. 249.
Mardawati, E., Achyar, C.S., dan Marta, H. (2008). Kajian Aktivitas Antioksi dan
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Rangka
Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di Kecamatan Puspahiang Kabupaten
Tasikmalaya. Laporan Akhir Penelitian. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Hal. 17.
Mubassara, S., Kalyan, K.B., Md. Muksedul, H., Md. Ibrahim, H., and Sudip, P.
(2015). In Vitro Phytochemical Antibacterial and Antioxidant Analyses in
Different Plant Parts of Syzigium cumini. International Journal of
Pharmacognosy and Phytocemical Research. 7(1): 150-155
44
Universitas Sumatera Utara
Molyneux P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of
Science Technology. 26 (2) : 211-219.
Ratnayani, K., Laksmiwati, M., dan Septian, N. (2012). Kadar Total Senyawa
Fenolat Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng serta Uji Aktivitas
Antiradikal Bebas dengan Metode DPPH: Hal. 164.
Rosannah, A.F. (2014). Taksonomi dan Distribusi Jamblang (Syzygium cumini (L)
Skeels) di Aceh Besar. Skripsi. Medan: Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Hal. 2.
Ruan, Z.P., Zhang, L.L. dan Lin, Y.M. (2008). Evaluation of the Antioxidant
Activity of Syzygium cumini Leaves, Molecules, 13, Hal. 2545-2556.
Sannigrahi, S., Mazuder, U.K., Kumar, D.P., Parida, S. and Jain, S. (2010).
Antioxidant Potential of Crude Extract and Different Fractions Enhydra
fluctuans Lour. Iranian Journal of Pharmaceutical Research. 9(1)75-82
Sayuti, K., dan Yenrina, R. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang:
Andalas University Press. Hal. 25-26.
45
Universitas Sumatera Utara
Wachidah, L. N. (2013). Aktivitas Antioksidan serta Penentuan Kandungan
Fenolat Total dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla speciosa
Blume). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Hal. 35-36.
Williams. W. B., Cuvelier, M. E., and Berset, C. (1995). Use of a Free Radical
Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-wissenschaft und
Technologie. 28(1): Hal. 25, 27, dan 28.
World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant
Material. Switherland: WHO. Hal. 26-27.
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
1. Daun jamblang
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambarsimplisia dan serbuk simplisia daun jamblang
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar tumbuhan jamblang
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan kerja penelitian
Daun jamblang
Dicuci
Ditiriskan
Dikeringkan
Simplisia
Dihaluskan
Serbuk simplisia
Pembuatan
ekstrak
Diekstraksi dengan
etanol 80%
Difraksinasi dengan
etanol-air, n-heksana,
Alkaloid
dan etil asetat
Glikosida
Flavonoid
Saponin
Tanin Fraksi Fraksi Fraksi
Triterpenoid etil asetat n-heksana sisa
/streroid
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun jamblang
Ditutup rapat
Disaring
Maserat I Ampas
Ditutup rapat
Disaring
Maserat II Ampas
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Pembuatan fraksi-fraksi dari ekstrak etanol
Ditambahkan n-heksana
Dikocok
Didiamkan sampai
terdapat 2 lapisan
yang terpisah
terdapat 2 lapisan
. Dipekatkan
Fraksi kental
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun
jamblang
volume -volume
Kadar air = x 100%
berat sampel
Volume I = 1,9 ml
Volume II = 2,3 ml
2,3-1,9
Kadar air = x 100 % = 7,903%
5,061
Volume I = 2,3 ml
Volume II = 2,7 ml
2,7-2,3
Kadar air = x 100% = 7,971%
5,018
Volume I = 2,7 ml
Volume II = 3,1 ml
3,1-2,7
Kadar air = x 100% = 7,96%
5,025
volume -volume
Kadar air = x 100%
berat sampel
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
a. Berat sampel = 5,0 g
Volume I = 2,8 ml
Volume II = 3,2 ml
3,2-2,8
Kadar air = x 100 % = 8%
5,0
Volume I = 3,2 ml
Volume II = 3,5 ml
3,5-3,2
Kadar air = x 100% = 5,95%
5,04
Volume I = 3,5 ml
Volume II = 3,8 ml
3,8-3,5
Kadar air = x 100% = 5,9%
5,08
(8+5,95+5)
Kadar air rata-rata= = 6,61%
3
0,16 100
Kadar sari = x x 100% = 15,926%
5,0 20
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
Berat sari = 0,16 g
0,16 100
Kadar sari = x x 100% = 15,917%
5,0 20
0,16 100
Kadar sari = x x 100% = 15,939%
5.0 20
15,926+15,917+15,939
Kadar sari rata-rata = = 15,927%
3
0,17 100
Kadar sari = x x100% = 16,878%
5,0 20
0,14 100
Kadar sari = x x100% = 13,93%
5,0 20
0,16 100
Kadar sari = x x 100% = 15,96%
5,0 20
(16,878+13,93+15,96)
Kadar sari rata-rata= = 15,58%
3
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
4. Penetapan kadar abu total
Simplisia daun jamblang
erat abu
adar abu total 100
erat sampel
0,1129
Kadar abu = x100 % = 5,645%
2,01
0,1359
Kadar abu =
2,019
x 100 % = 6,205%
0,1327
Kadar abu = x100 % = 6,349%
2,09
5,645+6,205+6,349
Kadar abu total rata-rata = = 6,06%
3
erat abu
adar abu total 100
erat sampel
0,0918
Kadar abu = x100 % = 4,56%
2,01
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
b. Berat sampel = 2,1012g
0,0987
Kadar abu = x100 % = 4,69%
2,1012
0,1039
Kadar abu = x100 % = 5,01%
2,072
4,56 + 5,01
Kadar abu total rata-rata = = 4,75%
3
erat abu
Kadar abu yang tidaklarutdalamasam x 100%
erat sampel
0,01
Kadar abu = x 100 % = 0,495%
2,02
0,0 3
Kadar abu = x100 % = 0,56%
2,19
0,03
Kadar abu = x100 % = 1,435%
2,09
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
0,495 + 0,56 + 1,435
Rata-rata = = 0,83%
3
erat abu
Kadar abu yang tidaklarutdalamasam x 100%
erat sampel
a. Berat sampel = 2,01g
0,01
Kadar abu = x100 % = 0,49%
2,01
0,02
Kadar abu = x100 % = 0,95%
2,1012
0,015
Kadar abu = 2,072 x 100 % = 0,72%
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Penentuan waktu kerja
Hasil penentuan waktu kerja uji aktivitas antioksidan
Menit Menit
Absorbansi Absorbansi
ke- ke-
1 0.9108 40 0.9072
2 0.9095 41 0.9081
3 0.9089 42 0.9083
4 0.9084 43 0.9083
5 0.9077 44 0.9084
6 0.9074 0.9083
45
7 0.9070
46 0.9086
8 0.9070
47 0.9087
9 0.9069
10 0.9065 48 0.9088
11 0.9064 49 0.9088
12 0.9063 50 0.9088
13 0.9063 51 0.9088
14 0.9061 52 0.9089
15 0.9061 53 0.9090
16 0.9061 54 0.9090
17 0.9061 55 0.9090
18 0.9059 56 0.9092
19 0.9059 0.9091
57
20 0.9060
58 0.9092
21 0.9061
59 0.9109
22 0.9059
23 0.9059 60 0.9121
24 0.9059
25 0.9060
26 0.9059
27 0.9061
28 0.9059
29 0.9059
30 0.9061
31 0.9061
32 0.9062
33 0.9062
34 0.9063
35 0.9063
36 0.9064
37 0.9064
38 0.9064
39 0.9064
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil uji aktivitas antioksidan
1 0 0.991 0
2 5 0,826 16,65
3 10 0,627 36,73
4 15 0,453 54,29
5 20 0,242 75,58
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,826
% peredaman = × 100% = 16,65%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,627
% peredaman = × 100% = 36,73%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,453
% peredaman = × 100% = 54,29%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,242
% peredaman = × 100% = 75,58%
0,991
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
1 0 0.991 0
2 5 0,826 16,65
3 10 0,627 36,73
4 15 0,453 54,29
5 20 0,242 75,58
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,826
% peredaman = × 100% = 16,65%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,627
% peredaman = × 100% = 36,73%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,453
% peredaman = × 100% = 54,29%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,242
% peredaman = × 100% = 75,58%
0,991
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
1 0 0.991 0
2 5 0,827 16,55
3 10 0,627 36,73
4 15 0,453 54,29
5 20 0,241 75,68
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,827
% peredaman = × 100% = 16,55%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,627
% peredaman = × 100% = 36,73%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,453
% peredaman = × 100% = 54,29%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,241
% peredaman = × 100% = 75,68%
0,991
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,817
% peredaman = × 100% = 17,56%
0,991
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
- Konsentrasi 40 µg/ml
0,991-0,625
% peredaman = × 100% = 36,93%
0,991
- Konsentrasi 60 µg/ml
0,991-0,445
% peredaman = × 100% = 55,09%
0,991
- Konsentrasi 80 µg/ml
0,991-0,234
% peredaman = × 100% = 76,39%
0,991
1 0 0.991 0
2 20 0,814 17,86
3 40 0,626 36,83
4 60 0,444 55,19
5 80 0,233 76,49
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,814
% peredaman = × 100% = 17,86%
0,991
- Konsentrasi 40 µg/ml
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
0,991-0,626
% peredaman = × 100% = 36,83%
0,991
- Konsentrasi 60 µg/ml
0,991-0,444
% peredaman = × 100% = 55,19%
0,991
- Konsentrasi 80 µg/ml
0,991-0,233
% peredaman = × 100% = 76,49%
0,991
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,815
% peredaman = × 100% = 17,76%
0,991
- Konsentrasi 40 µg/ml
0,991-0,628
% peredaman = × 100% = 36,93%
0,991
- Konsentrasi 60 µg/ml
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
0,991-0,445
% peredaman = × 100% = 55,09%
0,991
- Konsentrasi 80 µg/ml
0,991-0,233
% peredaman = × 100% = 76,49%
0,991
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
- Konsentrasi 2 µg/ml
0,991-0,827
% peredaman = × 100% = 16,55%
0,991
- Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,618
% peredaman = × 100% = 37,64%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,4 7
% peredaman = × 100% = 54,89%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,227
% peredaman = × 100% = 77,09%
0,991
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 2 µg/ml
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
0,991-0,827
% peredaman = × 100% = 16,55%
0,991
- Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,618
% peredaman = × 100% = 37,74%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,4 7
% peredaman = × 100% = 54,89%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,227
% peredaman = × 100% = 77,09%
0,991
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 2 µg/ml
0,991-0,827
% peredaman = × 100% = 16,55%
0,991
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
- Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,618
% peredaman = × 100% = 37,64%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,4 7
% peredaman = × 100% = 54,79%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,227
% peredaman = × 100% = 77,29%
0,991
4. Fraksi sisa
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,851
% peredaman = × 100% = 14,13%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,666
% peredaman = × 100% = 32,79%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,454
% peredaman = × 100% = 54,19%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,271
% peredaman = × 100% = 72,65%
0,991
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,85
% peredaman = × 100% = 14,23%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,665
% peredaman = × 100% = 32,89%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,454
% peredaman = × 100% = 54,18%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,272
% peredaman = × 100% = 72,55%
0,991
1 0 0.991 0
2 5 0,85 14,23
3 10 0,666 32,79
4 15 0,452 54,39
5 20 0,276 75,15
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 5 µg/ml
0,991-0,85
% peredaman = × 100% = 14,23%
0,991
- Konsentrasi 10 µg/ml
0,991-0,627
% peredaman = × 100% = 32,79%
0,991
- Konsentrasi 15 µg/ml
0,991-0,452
% peredaman = × 100% = 54,39%
0,991
- Konsentrasi 20 µg/ml
0,991-0,276
% peredaman = × 100% = 72,15%
0,991
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
5. Kuersetin
1 0 0.991 0
2 2 0,756 23,71
3 4 0,559 43,59
4 6 0,301 69,63
5 8 0,077 92,23
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 2 µg/ml
0,991-0,756
% peredaman = × 100% = 23,71%
0,991
- Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,559
% peredaman = × 100% = 43,59%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,301
% peredaman = × 100% = 69,63%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,077
% peredaman = × 100% = 92,23%
0,991
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
1 0 0.991 0
2 2 0,757 23,61
3 4 0,559 43,59
4 6 0,301 69,63
5 8 0,077 92,23
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 2 µg/ml
0,991-0,757
% peredaman = × 100% = 23,61%
0,991
- Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,559
% peredaman = × 100% = 43,59%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,301
% peredaman = × 100% = 69,63%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,077
% peredaman = × 100% = 92,23%
0,991
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
1 0 0.991 0
2 2 0,757 23,61
3 4 0,559 43,59
4 6 0,301 69,63
5 8 0,077 92,23
kontrol - sampel
% peredaman = × 100%
kontrol
Keterangan:
kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
sampel = Absorbansi sampel
- Konsentrasi 2 µg/ml
0,991-0,757
% peredaman = × 100% = 23,61%
0,991
Konsentrasi 4 µg/ml
0,991-0,559
% peredaman = × 100% = 43,59%
0,991
- Konsentrasi 6 µg/ml
0,991-0,301
% peredaman = × 100% = 69,63%
0,991
- Konsentrasi 8 µg/ml
0,991-0,077
% peredaman = × 100% = 92,23%
0,991
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Perhitungan Nilai IC50
No X Y XY X2
1 0 0 0 0
2 5 16,55 82,75 25
3 10 36,73 367,3 100
4 15 54,29 814,35 225
5 20 75,65 1513 400
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
(2777,4)-(50)(183,22)/5
a=
(750)-(50)2 /5
945,2
a=
250
a= 3,7808
b= y̅ - ax̅
b=36,644– (3,7808)(10)
b= -1,164
50 = 3,7808X-1,164
X = 13,53µg/ml
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11.(lanjutan)
No X Y XY X2
1 0 0 0 0
2 20 17,73 354,6 400
3 40 36,79 1471,6 1600
4 60 55,12 3307,2 3600
5 80 76,46 6116,8 6400
2=
∑ X=200 Y =186,1 XY=11250,2 X 12000
Mean 40 37,22
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
(11250,2)-(200)(186,1)/5
a=
(12000)-(200)2 /5
3806,2
a=
4000
a= 0,95155
b= y̅ - ax̅
b=37,22– (0,95155)(40)
b= -0,842
50 = 0,95155X – 0,842
X = 53,5µg/ml
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11.(lanjutan)
No X Y XY X2
1 0 0 0 0
2 2 16,55 33,1 4
3 4 37,67 150,68 16
4 6 54,86 329,16 36
5 8 77,16 617,28 64
2=
∑ X=20 Y =186,24 XY=1130,22 X 120
Mean 4 37,248
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
(1130,22)-(20)(186,24)/5
a=
(120)-(20)2 /5
385,26
a=
40
a= 9,6315
b= y̅ - ax̅
b=37,248– (9,6315)(4)
b= -1,278
50 = 9,6315X-1,278
X = 5,32 µg/ml
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11.(lanjutan)
No X Y XY X2
1 0 0 0 0
2 5 14,19 70,95 25
3 10 32,82 328,2 100
4 15 54,26 813,9 225
5 20 72,45 1449 400
∑ X=50 Y =173,72 XY=2662,05 X2=750
mean 10 34,744
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
(2662,05)-(50)(173,72)/5
a=
(750)-(50)2 /5
924,85
a=
250
a= 3,6994
b= y̅ - ax̅
b=34,744– (3,6994)(10)
b= -2,25
50 = 3,6994X-2,5
X = 14,12 µg/ml
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11.(lanjutan)
No X Y XY X2
1 0 0 0 0
2 2 23,64 47,28 4
3 4 43,59 174,36 16
4 6 69,63 417,78 36
5 8 92,23 737,84 64
2=
∑ X=20 Y =229,09 XY=1377,26 X 120
mean 4 45,818
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
(1377,26)-(20)(229,09)/5
a=
(120)-(20)2 /5
460,9
a=
40
a= 11,5225
b= y̅ - ax̅
b=45,818– (11,5225)(4)
b= -0,272
50 = 11,5225X-0,272
X = 4,36 µg/ml
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Kurva analisis konsentrasi versus persen peredaman
a. Kurva analisis konsentrasi versus persen peredaman dari ekstrak etanol daun
jamblang
80
y = 3,780x - 1,164
R² = 0,998
60
% peredaman
40 Ekstrak Etanol
Linear (Ekstrak Etanol)
20
0
0 10 20 30
-20
konsentrasi (µg/mL)
90
80 y = 0.9516x - 0.842
70
% peredaman
R² = 0.999
60 Fraksi n-Heksan
50
40
30 Linear (Fraksi n-
20
10 Heksan)
0
-10 0 50 100
konsentrasi (µg/mL)
100
y = 9.6315x - 1.278
80 R² = 0.9977
% peredaman
83
Universitas Sumatera Utara
d. Kurva analisis konsentrasi versus persen peredamandari fraksi sisa daun
jamblang
80
70 y = 3.6994x - 2.25
60 R² = 0.9958
% peredaman
50
40 Fraksi Sisa
30 Linear (Fraksi Sisa)
20
10
0
-10 0 10 20 30
Konsetrasi (µg/mL)
100
y = 11.523x - 0.272
80
R² = 0.9988
% peredaman
60
40 Kuersetin
Linear (Kuersetin)
20
0
0 5 10
-20
konsentrasi (µg/mL)
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Gambar spektrofotometer UV-visibel
85
Universitas Sumatera Utara