Anda di halaman 1dari 91

STANDARISASI DAN PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL DAN DEKOK


DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DPPH.

SKRIPSI

YULANDA
NIM : 17.131.810.12

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
STANDARISASI DAN PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL DAN DEKOK
DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DPPH.

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program


StudiFarmasi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Universitas Haji Sumatera Utara

YULANDA
NIM : 17.131.810.12

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : STANDARISASI DAN PERBANDINGAN


UJIAKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
ETANOL DAN DEKOK DAUN SENGGANI
(Melastoma malabathricum L.) DENGAN
MEMGGUNAKAN METODEDPPH.

Nama : Yulanda
Nim : 17.131.810.12
Program Studi : Farmasi
Institusi : Universitas Haji Sumateta Utara

Skripsi Ini Telah Disetujui Dan Disetujui Oleh Pembimbing Untuk


Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Farmasi
universitas Haji Sumatera Utara

Deli Serdang, 28 Agustus 2021

Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi

Aswan Pangondian Harahap S.Farm.,M.Farm

Mengetahui :
Ketua Program Studi Farmasi

Aswan Pangondian Harahap S.Farm., M.Farm

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : STANDARISASI DAN PERBANDINGAN


UJIAKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
ETANOL DAN DEKOK DAUN SENGGANI
(Melastoma malabathricum L.) DENGAN
MEMGGUNAKAN METODE DPPH.

Nama : Yulanda
Nim : 17.131.810.12
Program Studi : Farmasi
Institusi : Universitas Haji Sumateta Utara

Deli Serdang, 28 Agustus 2021

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Ratih Paramitha, S.Si., M.Si .........................

2. Putra Chandara, S.Farm., M.Farm .........................

3. Aswan Pangondian Hrp, S.Farm., M.Farm .........................

Mengesahkan :

Universitas Haji Sumatera Utara


Plh. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Suwanto, S.Pd., M.Pd.

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yulanda

Nim : 17.131.810.12

Program studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Haji Sumatera Utara.

Judul skripsi : STANDARISASI DAN PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN DEKOK DAUN
SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) DENGAN
MEMGGUNAKAN METODEDPPH.

Menyatakan dengan Sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Deli serdang,28 Agustus 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Yulanda
1713181012

v
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

memberikan rahmat karunia beserta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Standarisasi Dan Perbandingan Uji

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Dan Dekok Daun Senggani (Melastoma

Malabathricum L.) Dengan Menggunakan MetodeDPPH.”

Peyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan

berbagai pihak sebagai pihak yang terlihat secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi kepada Yth:

1. Yayasan Pendidikan kesehatan Haji Sumatra Utara yang telah menyiapkan

saranaprasarana.

2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara beserta civitas akademi yang

telahmelaksanakan proses pembelajaran di Universitas Haji Sumatera Utara.

3. Bapak Aswan Pangondian Harahap S.Farm., M.Farm sebagai pembimbing yang

telah memberikanbimbingan, saran maupun masukan demi selesainya skripsi ini.

4. Ibu Ratih Paramitha S.Si.,M.Sidan Bapak Putra Chandra S.Farm.,M.Farm

sebagai penguji I dan II yang telah memberikan arahan dan sarannya kepada

penulis sehingga dapatmudah menyelesaikan skripsi ini.

5. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang paling dalam kepada orang tua,

yang memberikan dukungan dan yang tidak henti mereka berikan dan

menjadikan motivasi kuat dalam mengarungi kerasnya menjalani kehidupan dan

vi
sentuhan belai kasih sayangmu menjadi inspirasi perjalanan hidup yang mampu

menghasilkan goresan-goresan indah disetiap langkahku.

6. Kepada rekan-rekan Mahasiswa/i Teman Sejawat serta sahabat seluruh

Universitas Haji Sumatera Utara khususnya rekan-rekan semester akhir yang

telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membant penulis dalam menyelesaikan skripsi, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca khususnya di bidang Kefarmasian.

Deli Serdang, 28 Agustus 2021

Penulis

vii
Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Haji Sumatera Utara

Skripsi,28 Agustus 2021


Yulanda
1713181012

ABSTRAK

Senggani (Melastoma malabathricum L.) memiliki kandungan kimia


seperti alkaloid, flavonid, tanin, saponin dan steroid . Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan dekok daun senggani
(Melastoma malabathricum L.) serta perbandingan nilai IC50 dari ekstrak etanol dan
dekok daun senggani (Melastoma malabathricum L.)
Metode Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
dengan pelarut etanol 70% . dan dekok dengan pelarut air pada suhu 90 o selama 30
menit.Pengujian aktivutas antioksidan menggunakan metode peredaman radikak
bebas DPPH.
Hasil ekstraksi daun senggani menggunakan pelarut etanol 70%
menghasilkan ekstrak cair kemudian di kentalkan menghasilkan ekstrak kental
sebanyak 110,2 gram dengan persen rendemen sebesar 22,04 %. Dekok daun
senggani menggunakan pelarut air menghasilkan 49,90 gram dengan rendemen
ekstraksebesar 24,95% . Dari Hasil pengukuran aktivitas antioksidan diperoleh nilai
IC50 ekstrak etanol daun senggani (Melastoma malabathricum L.) sebesar 19,206
ppm, dan dekok daun senggani (Melastoma malabathricum L.) sebesar17,140 ppm.
Kesimpulan bahwa Aktivitas antioksidan dari Ekstrak Etanol dan Dekok
daun senggani (Melastoma malabathricum L.) diperoleh melalui metode pengujian
dengan DPPH dengan nilai IC50 ekstraketanol daun senggani sebesar 19,206 ppm
dan dekok daun senggani sebesar17.140 ppm dimana aktivitas antioksidan
tergolong sangat kuat, kedua sempel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
kuat tetapi Nilai IC50 Dekok daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) lebih
baik dibanding kan ekstrak Etanol Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.).

Kata Kunci : Melastoma malabathricum L,aktivitas antioksidan, metode DPPH.

viii
Pharmacy Study Program
Faculty of Health Sciences
North Sumatra Hajj University

Thesis, August 28, 2021


Yulanda
1713181012

ABSTRACT

Senggani (Melastoma malabathricum L.) contains chemicals such as


alkaloids, flavonoids, tannins, saponins and steroids. This study aims to determine
the antioxidant activity of ethanol extract and decoction of senggani leaves
(Melastoma malabathricum L.) and the comparison of IC50 values of ethanol
extract and decoction of senggani leaves (Melastoma malabathricum L.)
Extraction method used in this research is maceration with 70% ethanol
solvent. and decoction with water as a solvent at 90o for 30 minutes. Antioxidant
activity was tested using the DPPH free radical reduction method.
The results of the extraction of senggani leaves using 70% ethanol as a
solvent produced a liquid extract then thickened to produce a thick extract of 110.2
grams with a percent yield of 22.04%. Senggani leaf decoction using water as a
solvent produced 49.90 grams with an extract yield of 24.95%. From the
measurement results of antioxidant activity, the IC50 value of the ethanol extract of
the senggani leaf (Melastoma malabathricum L.) was 19.206 ppm, and the
decoction of the senggani leaf (Melastoma malabathricum L.) was 17.140 ppm.
it was concluded that the antioxidant activity of the ethanol extract and
decoction of senggani leaves (Melastoma malabathricum L) was obtained through
the DPPH test method with an IC50 value of 19.206 ppm of senggani leaf extract
and 17,140 ppm of senggani leaf decoction, where the antioxidant activity was very
strong, both samples had very strong antioxidant activity. very strong antioxidant
but the IC50 value of Senggani (Melastoma malabathricum L.) leaf decoction is
better than the Senggani (Melastoma malabathricum L.) leaf ethanol extract.

Keywords:Melastoma malabathricum L, antioxidant activity, DPPH method.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................................... ii


LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
ABSTRAK.............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1. LatarBelakang......................................................................................... 1
1.2. RumusanMasalah.................................................................................... 3
1.3. TujuanPenelitian...................................................................................... 3
1.4. ManfaatPenelitian.................................................................................... 3
1.5. Kerangka fikir penelitian......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1. Antioksidan............................................................................................. 5
2.1.1. AntioksidanBerdasarkanSumbernya................................................ 6
2.1.2. AntiosidanEmzimatik...................................................................... 7
2.1.3. AntioksidanAlami............................................................................ 7
2.2. Radikal Bebas.......................................................................................... 8
2.3. DPPH....................................................................................................... 11
2.4. Deskripsi Tumbuhan Senggani............................................................... 12
2.4.1. Klasifikasi TumbuhanSenggani....................................................... 13
2.4.2. Morfologi TumbuhanSenggani........................................................ 13
2.4.3. Manfaat Tumbuhan Senggani......................................................... 14
2.4.4. Kandungan Kimia TumbuhanSenggani........................................... 15

x
2.4.4.1. Alkaloid................................................................................. 17
2.4.4.2. Flavonoid............................................................................... 16
2.4.4.3. Saponin.................................................................................. 18
2.4.4.4. Tanin...................................................................................... 19
2.4.4.5. Steroid.................................................................................... 20
2.5. Ekstraksi.................................................................................................. 21
2.5.1. Soxhletasi........................................................................................ 22
2.5.2. Maserasi........................................................................................... 23
2.5.3. Perkolasi.......................................................................................... 26
2.5.4. Infundasi.......................................................................................... 27
2.5.5. Reflux.............................................................................................. 27
2.5.6. Destilasi Uap Air............................................................................. 27
2.5.7. Dekok............................................................................................... 28
2.6. Hipotesis.................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 29

3.1. JenisPenelitian......................................................................................... 29
3.2. TempatPelaksanaanPenelitian................................................................. 29
3.3. Alat-Alat.................................................................................................. 29
3.4. Pembuatan Pereaksi................................................................................. 30
3.4.1. Pereaksi Bouchardat........................................................................ 30
3.4.2. Pereaksi Mayer................................................................................ 30
3.4.3. Pereaksi Dragendorff....................................................................... 30
3.4.4. Larutan Asam Klorida 2N............................................................... 30
3.4.5. Larutan FeCl3 10%........................................................................... 31
3.5. Pengumpulan Bahan Tumbuhan Dan Pembuatan Simplisia................... 31
3.5.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan...................................................... 31
3.5.2. Pembuata Simplisia......................................................................... 31
3.5.3. Metode Ekstraksi............................................................................. 31
3.5.4. Metode Dekok................................................................................. 32
3.6. Skrining................................................................................................... 32

xi
3.6.1. Uji Alkaloid..................................................................................... 32
3.6.2. Uji Flavonoid................................................................................... 33
3.6.3. Saponin............................................................................................ 33
3.6.4. Tanin................................................................................................ 33
3.6.5. Triterpenoid Dan Steroid................................................................. 33
3.7. Karakterisasi Simplisia............................................................................ 34
3.7.1. Penetapan Kadar Air ....................................................................... 34
3.7.2. Penetapan Kadar Abu Total............................................................. 34
3.7.3. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam........................................ 34
3.7.4. Penetapan Kadar Sari Larut Air....................................................... 35
3.7.5. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol.................................................. 35
3.8. Uji Aktivitas Antioksidan........................................................................ 36
3.8.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM (200 ppm)............................... 36
3.8.2. Pengukuran Panjang Glombang Serapan Maksimum..................... 36
3.8.3. Pembuatan LarutanUji Sampel........................................................ 36
3.8.4. Pembuatan LarutanUji Pembanding Vitamin C.............................. 36
3.8.5. Penentuan Proses Pemerangkapan Radikal bebas DPPH................ 37
3.8.6. Perhitungan Nilai IC50...................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 38

4.1. Hasil Ekstraksi Ekstrak Daun Senggani.................................................. 38


4.2. Hasil Ekstraksi Dekok Daun Senggani.................................................... 39
4.3. Hasil Skrining Fitokimia.......................................................................... 40
4.4. Hasil Karakterisasi................................................................................... 41
4.5. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan................................................... 43

BAB V PENUTUP................................................................................................. 46

5.1. Kesimpulan.............................................................................................. 46
5.2. Saran........................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 47

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Fikir Penelitian................................................................... 4
Gambar 2.1. Struktur DPPH ................................................................................... 12
Gambar 2.2. Daun Senggani.................................................................................... 13
Gambar 4.1 Kurva Serapan Maksimum Larutan DPPH.......................................... 43

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 2.1.Kategori Nilai IC50................................................................................... 8


Tabel 4.1.Hasil Ekstrak Etanol Daun Senggani Dan % Rendemen Ekstrak........... 38
Tabel 4.2.Hasil Dekok Daun Senggani Dan % Rendemen Ekstrak........................ 39
Tabel 4.3. Hasil Skrining Fitokimia......................................................................... 40
Tabel 4.4. Hasil Karakterisasi Simplisia.................................................................. 41
Tabel 4.5. Hasil Nilai IC50 Aktivitas Antioksidan Ekstrak....................................... 43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Balasan....................................................................................... 51


Lampiran 2. Bagan Pembuatan Simplisia................................................................ 52
Lampiran 3. Perhitungan Karakterisasi Simplisia................................................... 53
Lampiran 4. Hasil Nilai IC50 Ekstrak Etanol Daun Senggani.................................. 55
Lampiran 5. Hasil Nilai IC50 Dekok Daun Senggani .............................................. 58
Lampiran 6. Hasil Nilai IC50 Vitamin C Sebagai Pembanding................................ 61
Lampiran 7. Grafik Panjang Gelombang................................................................. 64
Lampiran 8. Gambar Kurva Ekstrak Etanol Daun Senggani................................... 65
Lampiran 9. Gambar Kurva Dekok Daun Senggani................................................ 66
Lampiran 10. Gambar Kurva Vitamin C Sebagai Pembanding............................... 67
Lampiran 11. Pengupulan Bahan Baku, Serbuk Simplisia, Proses Ekstraksi..........68
Lampiran 12. Rotary, Waterbuth Dan Hasil Ekstraksi.............................................69
Lampiran 13 .Karakterisasi......................................................................................70
Lampiran 14. Skining Fitokimia..............................................................................71
Lampiran 15. Lampiran Hasil Uji DPPH.................................................................72

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antioksidan memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh.

senyawa antioksidan diperlukan untuk melindungi tubuh dari pengaruh senyawa-

senyawa radikal bebas yang dihasilkan dari proses oksidasi yang terjadi pada

proses transformasi energi metabolik (Andriani.,2013).

Salah satu tumbuhan yang diduga dapat dijadikan sebagai alternatif

sumber antioksidan alami yaitu tumbuhan Senggani (Melastoma malabathricum

L.). Senggani (Melastoma malabathricum L.) merupakan tanaman yang banyak

ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini termasuk tanaman perdu yang

tumbuh liar di daerah rawa, belukar, padang rumput dan hutan. Tanaman senggani

secara empiris digunakan oleh masyarakat sebagai obat luka dengan dikunyah

kemudian ditempelkan pada bagian luka, dapat juga digunakan untuk mengobati

borok, diare, dandisentri. Bagian daun muda dapat direbus untuk pengobatan

rematik, radang sendi (arthritis), relaksasi pada kaki dan dikumur – kumur untuk

mengobati sakit gigi. Bagian daun, buah, dan akarnya juga dapat digunakan untuk

penetral racun dengan cara direbus dan diminum airnya. Berdasarkan banyaknya

khasiat dari tanaman senggani, maka diyakini bahwa tanaman senggani

mengandung senyawa metabolit sekunder yang sangat bermanfaat bagi kesehatan

(Joffry, dkk., 2012).

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang berperan dalam

menentukan khasiat dari tanaman terhadap kesehatan. Daun senggani diketahui

1
2

mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang sangat

kuat dengan nilai IC50 sebesar 21,86 ± 0,625 μg/mL. Skrining fitokimia ekstrak

daun senggani menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,

saponin, tannin, flavornoid dan triterpenoid/steroid. Pengujian senyawa metabolit

sekunder dapat dilakukan dengan skrining fitokimia (Ghalib., 2009).

Adanya kandungan flavonoid yang terdapat pada daun Senggani

(Melastoma malabathricum L.) terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang

tinggi (Anggraini & Lewandowsky, 2015). Penelitian terkait yang pernah

dilakukan terhadap aktivitas antioksidan daun Senggani (Melastoma

malabathricum L.) dengan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa

daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) memiliki aktivitas antioksidan

pada konsentrasi 200 ppm dengan nilai persen inhibisi sebesar 99,1±0,5% (Mamat

et al., 2013). Selain itu, beberapa penelitian dilaporkan pula oleh (Alnajar, dkk.,

2012). juga menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak air daun Senggani

(Melastoma malabathricum L.) memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar

10,573±0.58 μmol/L.

Mengacu pada pentingnya pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif

sumber antioksidan alami. Maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian

aktivitas antioksidan pada tumbuhan senggani (Melastoma malabathricum L.),

yakni pada bagian daun senggani, Diharapkan pemanfaatan tumbuhan daun

Senggani (Melastoma malabathricum L.) dapat lebih maksimal untuk dijadikan

sebagai antioksidan alami dalam mengatasi berbagai penyakit.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1) Apakah daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) memiliki senyawa

metabolit sekunder?

2) Berapa nilai aktivitas antioksidan ekastrak etanol daun senggani dan dekok

daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

3) Manakah nilai IC50aktivitas antioksidan terbaik antara ekstrak etanol daun


senggani dengan dekok daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk Mengetahui Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun

senggani (Melastoma malabathricum L.)

2) Untuk mengetahui berapa nilai aktivitas antioksidan ekastrak etanol daun

senggani dan dekok daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

3) Untuk mengetahui nilai aktivitas antioksidan terbaik antara ekstrak etanol


daun senggani dengan dekok daun senggani (Melastoma malabathricum
L.)

1.4 Manfaat Penelitian

penelitian ini diharapkan dapat memiliki nilai manfaat dari daun senggani

(Melastoma malabathricum L.) dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam

pengembangan obat-obat alami sebagai pencegahan atau terapi terhadap berbagai

penyakit degeneratif yang disebabkan oleh radikal bebas.


4

1.5 Kerangka Fikir Penelitian

Variabel bebas Variabel Terikat Parameter


Daun Senggani Karakterisasi

Simplisia  penetapan kadar


air
Skrining Fitokimia
 penetapan kadar
sari larut dala air
 penetapan kadar
Ekstrak dan Dekok sari larut etanol
 Alkaloid  penetapan kadar
 Flavonoid abu total
 Tanin  penetapan kadar
 Saponin abu tidak larut
Sampel uji Ekstrak dan  Triterpenoid/ asam
Dekok Steroid
Konsentrasi
5 ppm
10 ppm Uji Aktivitas UV-Visibel
15 ppm Antioksidan
20 ppm
25 ppm

Gambar 1.1. Kerangka Fikir Penelitian


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menunda, memperlambat dan

mencegah ptoses oksidasi lipid. Dalam arti khusus Antioksidan adalah zat yang

dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi radikal bebas dalam oksidasi

lipid. Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron

(elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang

dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja

dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).

Mekanisme kerja dari antioksidan untuk mengurangi senyawa radikal

bebas adalah dengan menunda, mencegah, dan menghilangkan kerusakan

oksidatif dari molekul target dengan pendinginan radikal bebas, perkhelatan

logam, menurunkan kadar enzim yang membantu pembentukkan radikal bebas,

dan menstimulasi enzim antioksidan internal (Procházková, et al., 2011).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan endogen,

yaituenzim-enzim yang bersifatantioksidan, seperti: Superoksida Dismutase

(SOD), katalase (Cat), dan glutathione peroksidase (Gpx); serta antioksidan

eksogen, yaitu yang didapat dari luar tubuh/ makanan. Berbagai bahan alam asli

Indonesia banyak mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya,

antara lain vitamin C, E, pro vitamin A, organosulfur, tocopherol, flavonoid,


6

thymoquinone, statin, niasin, phycocyanin, dan lain-lain. Berbagai bahan alam,

baik yang sudah lama digunakan sebagai makanan sehari-hari atau baru

dikembangkan sebagai suplemen makanan, mengandung berbagaia ntioksidan

tersebut (Asri.,2014).

Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif. Stres oksidatif

adalah kondisi ketidak seimbangan antara jumlah radikal bebas yang ada dengan

jumlah antioksidan di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang

mengandung satu atau lebih electron tidak berpasangan dalam orbitalnya,

sehingga bersifat sangat reaktif dan mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya

(lipid, protein, DNA, dan karbohidrat). Antioksidan bersifat sangat mudah

dioksidasi, sehingga radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi

molekul lain dalam sel dari kerusakan akibat oksidasi oleh radikal bebas atau

oksigen reaktif (Asri.,2014).

2.1.1 Antioksidan Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat dibagi menjadi dua macam

antioksidan yaitu antioksidan endogen dan antioksidan eksogen, antioksidan

endogen yaitu enzim- enzim yang bersifat antioksidan seperti superoksida

dismutase (SOD), katalase (Cat), dan glutathione peroksidase (Gpx). Antioksidan

eksogen yaitu antioksidan yang masuk kedala tubuh melalui makanan atau

supelmen. Mereka dapat berupa antioksidan enzim, contohnya Coenzyme Q10

atau berbentuk antioksidan Vitamin seperti vitamin A, C, serta E dan Selenium.

Antioksidan vitamin lebih dikenal oleh masyarakat (Yualianti, 2018).


7

2.1.2 Antioksidan enzimatik

Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara

lain superoksida dismutase, blutatione, peroxidase, peroxidase, dan katalase.

Tubuh dapat menghasilkan antioksidan yang berupa enzim yang aktif bila

didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga ko-faktor.

Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain adalah (Yualianti, 2018).

2.1.3 Antioksidan Alami

Didunia ini banyak sumber antioksidan yang diperoleh dari lingkungan

sekitar manusia sebagai antioksidan alami. Sumber antioksidan tersebut dapat

berasal dari (a) molekul senyawa yang berasal dari satu atau dua komponen

makanan, (b) molekul senyawa yang berasal dari reaksi melalui proses

pengolahan, (c) molekul senyawa yang berasal dari sumber alami kemudian

diisolasi untuk ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan makanan

(Yualianti, 2018).

Zat aktif antioksidan dapat diekstrak dari sumber alami lingkungan kita

baik dari yang berasal bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut. Sumber alami dari bahan

tumbuhan sangat melimpah, kingdom tumbuhan, angiosperm memiliki kira-kira

250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang

telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi antioksidan alami telah

dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang

dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar dibeberapa bagian tanaman, seperti


8

pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Yualianti,

2018).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik

atau polifenolik yang dapat berupa golongan falvonoid, turunan asam sinamat,

kumarin, tokoferol, dan asam-asam organic polifungsional. Golongan flavonoid

memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin,

flavonol, dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat,

klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan alami polifenolik ini adalah

multifungsional dan dapat beraksi sebagai (a) pereduksi, (b) penangkap radikal

bebas, (c) pengkelat logam, (d) peredam terbentuknya singlet oksigen (Yualianti,

2018).

Tabel 2.1 Kategori nilai IC50

Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan menurut (Utami, 2017)

Kategori Konsentrasi
No.
  (ppm)
Sangat Kuat
1. < 50
 
Kuat
2. 50-100
 
Sedang
3. 101-150
 
Lemah
4. 151-200
 

2.2 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari

pasangan elektron bebasnya, atau dengan kata lain, merupakan hasil pemisahan
9

homolitik suatu ikatan kovalen. Akibat pemecahan homolitik ini suatu molekul

akan terpecah menjadi radikal bebas yang mempunyai elektron tak berpasangan.

Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga

molekul radikal menjadi tidak stabil dan akan mudah bereaksi dengan molekul

lain membentuk radikal baru (fakriah, dkk.,2019).

Radikal bebas dapat dihasilkan dari metabolisme tubuh yang merupakan

faktor internal. selain itu juga dihasilkan oleh faktor eksternal seperti asap rokok,

hasil penyinaran ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan

lainnya. Penyakit yang disebabkan radikal bebas bersifat kronis yaitu dibutuhkan

waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata atau bersifat

akumulatif. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas

adalah serangan jantung, kanker, katarak, dan menurunnyafungsi ginjal. Untuk

mencegah penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan (Fakriah,

dkk., 2019)

Radikal bebas yang mengambil elektron dari tubuh manusia dapat

menyebabkan perubahan struktur DNA (Deoxy Nucleic Acid) sehingga timbullah

sel-sel mutan. Kerusakan sel yang diakibatkan serangan radikal bebas antara lain:

1. Kerusakan struktur DNA (deoxy nucleic acid) pada inti sel. Senyawa radikal

bebas merupakan salah satu penyebab kerusakan DNA di samping penyebab

lain seperti virus, radiasi dan zat kimia karsinogen. Akibatnya pembelahan sel

terganggu. Terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam

tubuh yang menyebabkan penyakit kanker.


10

2. Kerusakan membran sel. Komponen terpenting membran sel mengandung

asam lemak tak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap serangan radikal

bebas. Akibatnya, struktur dan fungsi membran akan berubah, yang lebih

ekstrim adalah mematikan sel-sel pada jaringan tubuh. Misalnya kerusakan sel

organ tubuh.

3. Kerusakan Protein. Terjadinya kerusakan akibat seragan radikal bebas ini

termasuk oksidasi protein yang menyebabkan kerusakan jaringan tempat

protein itu berada. Contohnya: kerusakan protein pada lensa mata yang

mengakibatkan katarak.

4. Kerusakan lipid peroksida. Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang

radikal bebas, sehingga reaksi antar zat gizi dalam tubuh menghasilkan

peroksida yang menyebabkan kerusakan sel sehingga dianggap salah satu

penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemerosotan fungsi tubuh).

5. Dapat menimbulkan Autoimun. Dalam keadaan normal, antibodi hanya

terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam tubuh. Autoimun adalah

terbentuknya antibodi terhadap suatu sel tubuh biasa dan hal ini dapat merusak

jaringan tubuh.

6. Proses Penuaan. Paparan radikal bebas bagi tubuh manusia bersifat akumulatif

yang akan muncul sebagai penyakit apabila sistem imunitas tubuh tidak lagi

dapat mentoleransi keberadaan senyawa radikal bebas. Hal ini dipengaruhi oleh

keseimbangan kinerja radikal bebas yang berada dalam tubuh ataupun yang

masuk ke dalam tubuh melalui lingkungan dengan kadar antioksidan dalam

tubuh. Bila kadar radikal bebas melampaui kemampuan tubuh untuk


11

mengelolanya maka akan timbul kondisi stress oksidatif (oxidative stress).

Stress oksidatif ini lah yang menjadi penyebab utama penyakit stroke, jantung,

tekanan darah tinggi, preeklamsia, kanker dan lainnya (Fakriah, dkk.,2019).

2.3 DPPH

DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak

stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 515 nm dan berwarna ungu gelap.

Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi dan

warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan

spektrofotometer, dan diplotkan terhadap konsentrasi Penurunan intensitas warna

yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada

DDPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat

antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk

beresonansi (Erlidawati, dkk,2018).

Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (I, I-difenil-2-

pikrilhidrazil atau α,α-difenil-β-pikrilhidrazil). DPPH merupakan radikal bebas

yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari elektron bebas

pada seluruh molekul. Delokalisasi elektron bebas ini juga mengakibatkan

terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH, sehingga bisa diukur absorbansinya

pada panjang gelombang (λ) sekitar 515 nm. Ketika larutan DPPH dicampur

dengan senyawa tang dapat mendonorkan atom hidrogen, maka warna ungu dari

larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH (Erlidawati, dkk., 2018).

DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) secara luas digunakan untuk menguji


12

kemampuan senyawa bertindak sebagai pencari radikal bebas atau donor

hidrogen, dan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari makanan. Metode ini

dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit

sampel (Wielda, N., 2013).

Gambar 2.1: Struktur DPPH

2.4 Deskripsi Tumbuhan Senggani (Melastoma malabathricum L.)

Senggani dikenal juga dengan sebutan Senduduk (Melayu), Harendong

(Sunda), kluruk (jawa), kemanden (Madura),dan yeh mu tan (China). Tanaman

perdu ini tergolong suku Melastomataceae. Tanaman ini merupakantumbuhan asli

dari Asian. Senggani berbunga sepanjang tahun dan berkembang biak dengan biji.

Buah senggani merupakan salah satu tanaman liar yang oleh masyarakat didaerah

tertentu daunnya dimanfaatkan sebagai obat luka dan sariawan. Buah senggani

matang berwarna ungu, mengindikasikan tingginya kandungan antioksidan

didalamnya. Batangnya berkayu, berwarna cokelat, tegak setinggi 1,5-5 m dengan

percabangan simpodial. Daunnya tunggal, bertangkai, letaknya berhadapan

bersilang. Helai daun berwarna hijau berbentuk bulat telur.Tanaman tumbuh di

dataran rendah sampai ketinggian ± 2200 m dpl (Yanti Elvi,2019).


13

Gambar 2.2: Daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

2.4.1 Klasifikasi Tumbuhan Senggani (Melastoma malabathricum L.)

Kerajaan : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Dicottylendonae

Bangsa : Myrtales

Suku : Melastomataceae

Marga : Melastoma

Jenis : Melastoma malabathricum L.

(Yanti Elvi,2019).

2.4.2 Morfologi Tumbuhan Senggani

Senggani merupakan tumbuhan perdu tegak yang mampu tumbuh hingga

4m. Batang tanaman bercabang, bersisik, dan berambut. Tanaman ini memiliki

buah berwarna ungu tua kemerahan dengan biji kecil-kecil berwarna coklat.

Daunnya tunggal, bertangkai dan letaknya berhadapan bersilang. Bentuk daun


14

adalah bulat telur atau ujung lancip. Permukaan daun berambut kasar serta

memiliki tiga tulang daun yang melengkung (Yanti Elvi., 2019).

Bunga akan keluar pada ujung cabang, berupa malai rata dengan jumlah

tiap malai 4-18 dan berwarna ungu kemerahan. Tanaman dapat tumbuh pada

tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari seperti dilereng gunung,

semak, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau dapat ditanam didaerah objek

wisata sebagai tanaman hias pada ketinggian hingga ketinggian 1.650 diatas

permukaan laut (Yanti Elvi., 2019).

2.4.3 Manfaat Tumbuhan Senggani

Buah senggani dapat dikonsumsi, sedangkan daun mudanya dapat diolah

menjadi lalapan atau makanan lain. Daun berkhasiat sebagai antioksidan, obat

mencret, obat keputihan, obat radang usus, dan obat sariawan. Akar dan getah

tananam tersebut dapat mengobati kejang dan ayan. Untuk obat diare, dipakai ± 2

gram daun muda segar dicuci, ditambah garam dapur secukupnya, dikunyah dan

ditelan (Yanti elvi, 2019).

Daun senggani (Melastoma malabathricum L.)mengandung saponin,

flavonoida, dan tanin. Daun ini mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi

sebagai anti oksidan dan sangat baik untuk pencegahan kangker. Buah yang sudah

matang biasanya dimakan oleh burung, tetapi anak-anak juga bisa memakannya.

Rasanya manis sepat dan setelah mengonsumsi buah ini, lidah berwarna biru

keunguan (Yanti Elvi, 2019).


15

Secara tradisional, tanaman senggani berkhasiat untuk mengatasi

gangguan pencernaan makanan (dispepsi), disentri basiler, diare, hepatitis,

keputihan (leukorea), sariawan, darah haid berlebihan, pendarahan rahim diluar

waktu haid, mimisan, berak darah (melena), wadir berdarah, radang dinding,

pembuluh darah disertai pembekuan darah didalam salurannya (trombongitis), air

susu ibu (ASI) tidak lancar, keracunan singkong, mabuk minuman keras, busung

air dan bisul. Di Taiwan, tanaman ini digunakan untuk menghilangkan stasis,

membersihkan serum dari racun, cedera traumatic, dan disentri. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun senggani memiliki potensi sebagai

penurun tekana darah langsung dengan senyawa bioaktif utama yaitu kastalagin,

prosianidin B-2 helichrisosida (Gagas, dan Ulung., 2014).

2.4.4 Kandungan Kimia Tumbuhan Senggani (Melastoma malabathricum L.)

2.4.4.1 Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Hampir lebih dari

5000 senyawa alkaloid yang ditemukan dalam tumbuhan mempunyai keaktifan

fisiologis tertentu. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen

yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan

bagian dari cincin heterosiklik (Lenny, 2006).

Alkaloid biasanya berbentuk garam organik dalam tumbuhan berbentuk

padat dan berkristal serta kebanyakan tidak berwarna. Keberadaan alkaloid di


16

dalam daun dan buah segar biasanya memberikan rasa pahit di lidah. Alkaloid

memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan

tekanan darah, mengurangi rasa sakit, anti mikroba, obat penenang, obat penyakit

jantung dan lain-lain (Robinson,1995).

Alkaloid dapat juga berbentuk cair, misalnya nikotin dan konin. Pada

umunya alkaloid hanya larut dalam pelarut organik. Kebasaan pada alkaloid

menyebabkan senyawa tersebut mudah mengalami dekomposisi terutama oleh

panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dekomposisi seringkali berupa N-

oksida (Lenny,2006). Alkaloid dapat dipisahkan dari sebagian besar komponen

tumbuhan yang lain berdasarkan sifat basanya. Oleh karena itu, golongan senyawa

ini sering diisolasi dalam bentuk garamnya dengan suatu pelarut HCl atau H2SO4

(Kristanti, dkk., 2008).

2.4.4.2 Flavonoid

Flavonoid adalah metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara

luas pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk

anti virus, anti-inflamasi (Qinghu Wang dkk, 2016).

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom

karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya

terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai

alifatik tiga karbon (Tiang-Yang dkk, 2018).

Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat

ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan. Flavonoid adalah kelas senyawa yang
17

disajikan secara luas di alam. Hingga saat ini, lebih dari 9000 flavonoid telah

dilaporkan, dan jumlah kebutuhan flavonoid bervariasi antara 20 mg dan 500 mg,

terutama terdapat dalam suplemen makanan termasuk teh, anggur merah, apel,

bawang dan tomat. Flavonoid ditemukan pada tanaman, yang berkontribusi

memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari

buah, bunga, dan daun. Flavonoid termasuk dalam famili polifenol yang larut

dalam air (Bustanul dan Sanusi.,2018).

Bioaktif flavonoid dianggap sebagai fitokimia terpenting dalam makanan,

yang memiliki manfaat biologis bagi manusia secara luas. Cara biotransformasi

mikroba untuk menghasilkan flavonoid menjadi perhatian yang besar karena

menghasilkan flavonoid baru, yang tidak ada di alam. Reaksi utama selama

biotransformasi mikroba adalah hidroksilasi, dehidroksilasi, O-metilasi, O-

demethylation, glycosylation, deglycosylation, dehydrogenation, hydrogenation,

siklisasi dan reduksi karbonil. Cunninghamella, Penicillium, dan Strain

Aspergillus sangat populer untuk biotransformasi flavonoid dan mereka dapat

melakukan hampir semua reaksi dengan hasil yang sangat baik (Hui Cao dkk.,

2015).

Aspergillus niger adalah salah satu mikroorganisme yang paling banyak

digunakan dalam fllavonoid biotransformation; Sebagai contoh, A. niger dapat

merubah flavanon ke flanel-4-ol, 2'-hydroxydihydrokalcon, flavon, 3-hydroxy

flavon, 6-hydroxy flanonon, dan 4'hydroxy flavonon. Hydroxylation flavon

olehmikroba biasanya terjadi pada posisi orto gugus hidroksil pada cincin A dan

posisi C-4 dari cincin B dan mikroba hidroksilasi umum. (Hui Cao dkk, 2015).
18

2.4.4.3 Saponin

Saponin merupakan suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa

sapogenin. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan

mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Sifat ini

mempunyai kesamaan dengan surfaktan. Penurunan tegangan permukaan

disebabkan karena adanya senyawa sabun yang dapat merusak ikatan hidrogen

pada air. Senyawa sabun ini memiliki dua bagian yang tidak sama sifat

kepolarannya (Dyck SV.,2010).

Struktur kimia saponin merupakan glikosida yang tersusun atas glikon dan

aglikon. Bagian glikon terdiri dari gugus gula seperti glukosa, fruktosa, dan jenis

gula lainnya. Bagian aglikon merupakan sapogenin. Sifat ampifilik ini dapat

membuat bahan alam yang mengandung saponin bisa berfungsi sebagai surfaktan

(Fulka, dkk., 2018).

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit dan mempunyai masa

molekul besar terdiri dari aglikon baik steroid atau triterpenoid dengan satu atau

lebih rantai gula/ glikosida danh berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat

dibagi dalam dua kelompok yaitu: steroid dengan 27 atom C dan triterpenoids

dengan 30 atom C (Bogoriani., 2008).

saponin steroid terutama ditemukan pada tanaman monokotil (seperti

dalam keluarga Agavaceae, Dioscore aceaedan Liliaceae), sedangkan saponin


19

triterpenoid sebagian besar terdapat pada tanaman dikotil (seperti dalam keluarga

Fabaceae, Araliaceae dan Caryophyllaceae) (Nwaoguikpe et al.,2010).

saponin umumnya hadir dalam akar tanaman tetapi beberapa penelitian

telah melaporkan saponin juga ditemukan pada bagian daun tanaman dan saponin

yang terdapat pada tanaman berkisar antara 1,5- 23 %. saponin memiliki efek

positif yang berguna bagi tubuh. Efek positif saponin jika ditinjau dari segi

kesehatan dapat berfungsi sebagai antioksidan, aktifitas menghambat karies gigi

dan agregasi trombosit, selain itu saponin merupakan senyawa yang mempunyai

efek anti inflamasi, analgesik, anti fungsi dan sitotoksik (Nwaoguikpe et al.,

2010).

Banyak penelitian yang mengungkap tentang sisi positif saponin namun

kenyataannya penggunaan saponin harus dalam batasan-batasan yang telah

ditentukan karena penggunaan tidak sesuai dapat menimbulkan efek yang

merugikan, sehingga harus ditentukan metoda yang paling efektif dalam

menurunkan senyawa saponin pada lidah buaya. Sifat saponin di antaranya adalah

larut dalam air tetapi tidak larut dalam meter dan mudah rusak oleh panas

sehingga perebusan dan pengukusan merupakan pilihan metoda yang dapat

diterapkan, namun harus ditentukan suhu dan waktu yang paling efisien

(Nwaoguikpe et al., 2010).

2.4.4.4. Tanin

Tanin secara umu didefinisikan sebagai senyawa polifenol dan dapat

membentuk kompleks dengan protein membentuk kopolimer yang tidak larut


20

dalam air. Tanin terhidrolisis terbagi menjadi dua yakni golatanin dan elagitanin.

Tanin terkondensasi memiliki berat molekul 1000-1500 pada golatanindan 1000-

3000 pada elagitanin (Harbone.,1996).

Tanin terdapat pada daun, buah yang belum matang, merupakan golongan

senyawa aktif tumbuhan yang termasuk golongan flavonoid, mempunyai rasa

sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Senyawa tanin merupakan

senyawa yang termasuk golongan senyawa flavonoid, karena dilihat dari

strukturnya yang memiliki 2 cincin aromatik yang diikat oleh tiga atom karbon.

Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan

dengan menambahkan pereaksi geser kedalam larutan cuplikan dan mengamati

pergeseran puncak serapan yang terjadi (Hayati, dkk.,2010).

Tanin mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astrigen, antidiare,

antibakteri dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat

kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar

mengkristal, mendapatkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut. Beberapa tanin terbukti memiliki aktivitas antioksidan, menghambat

pertumbuhan tumor dan menghambat enzim seperti “reverse” transkriptase dan

DNA topoisomerase (Desmiaty, dkk.,2008 dalam Malanggia, dkk., 2012).

2.4.4.5. Steroid

Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin

kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam.
21

Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang

terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Samejo dkk., 2013).

Steroid berperan penting bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan garam,

mengendalikan metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual serta

perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Tubuh manusia

memproduksi steroid secara alami yang terlibat dalam berbagai proses

metabolisme. Sebagai contoh steroid dari garam empedu, seperti garam

deoksikolik, asam kholik dan glisin serta konjugat taurin yang berfungsi

memperlancar proses pencernaan (Bhawani dkk., 2011).

Berdasarkan sumbernya steroid dibedakan atas steroid sisntetis dan alami.

Steroid sintetis yang umum digunakan adalah glukokortikosteroid, estrogen,

metilprednisolon, kortikosteroid, androgen, squalamine dan hydrocortisone.

Senyawa ini juga digunakan untuk pengobatan penyakit akibat kelebihan atau

kekurangan hormon, penyakit berbahaya serta penyakit lainnya seperti radang

sendi dan alergi (Bhawani dkk., 2011).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen zat dari

campuran yang berdasarkan pada kelarutan suatu senyawa pada pelarut tertentu.

Sifat- sifat seperti kepolaran pelarut, kelarutan bahan alami yang di isolasi

berperan penting demi sempurnanya proses ekstraksi disamping pengaturan

pelarut dan pengaturan suhu mengekstraksi suatu zat dapat dilakukan dalam

berbagai cara ( Pratiwi., 2014).


22

Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan menarik zat

aktifdari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.

Metode penarikan zat aktif ini berupa pemisahan senyawa di mana komponen-

komponen terlarut dari suatu campuran dipisah dari komponen yang tidak larut

dengan pelarut sesuai, sedangkan proses perpindahan massa zat aktif yang semula

berada dalam sel yang ditarik oleh cairan penyari sehingga didapatkan zat aktif

larut dalam penyari disebut dengan penyarian. Pembuatan ekstrak dimaksudkan

agar zat berkhasiat yang terdapat di dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang

mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat tersebut

dapat diatur dosisnya (Pratiwi, 2014).

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dan dingin. Ekstraksi secara panas dilakukan dengan cara refluks, infudasi,

dan destilasi uap air sedangkan ekstraksi secara dingin dilakukan dengan cara

maserasi, perkolasi dan soxhletasi (Depkes, 1986).

2.5.1Soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah penyarian

berkesinambungan secara dingin. Alat soxhletasi dibuat dari bahan gelas yang

terbagi atas 3 bagian yaitu : bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia

yang akan diekstraksi dilengkapi dengan pipa pada bagian kiri dan kanan, satu

untuk jalannya larutan berkondensasi uap menjadi cairan penyari yang dipakai

tidak terlalu banyak. Sedangkan bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi

cairan penyari dan ekstrak (Depkes, 1986).


23

2.5.2 Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin “macerace” yang mempunyai arti

merendam. Maserasi adalah metode penyarian yang sederhana serta paling banyak

digunakan, baik dalam skala kecil maupun industry. Maserasi merupakan jenis

ekstraksi padat-cair yang dilakukan dengan cara perendaman komponen yang

akan diekstraksi (sampel) pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang

sesuai dengan sampel, dimana pelarut tersebut dapat melarutkan analit yang ada

didalam sampel (like dissolved like). Saat perendalam sampel, pelarut akan masuk

kedalam dinding sel dan melarutkan senyawa aktif yang ada didalamnya, sehingga

terjadi perbedaan konsentrasi tersebut dikarenakan pelarut yang ada didalam sel

telah mengandung senyawa aktif, sedangkan pelarut diluar sel tidak mengandung

senyawa aktif. Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses difusi, dimana

komponen berkonsentrasi tinggi (senyawa aktif yang terlarut oleh pelarut) akan

terdesak keluar dindingn sel dan digantikan oleh komponen berkonsentrasi

rendah. Proses tersebut akan terjadi secara berulangkali sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi. Langkah-langkah yang dilakukan pada ekstraksi ini

adalah sebagai berikut (Anindi, dkk., 2020):

a) Sampel direndam didalam wadah maserasi.

b) Dilakukan perendaman sampel dengan menggunakan pelarut yangsesuai.

c) Perendaman dilakukan selama 3 sampai 5 hari dengan sesekali dilakukan

pengandukan. Pengadukan tersebut berfungsi untuk mempercepat pelarutan

analit oleh pelarut.


24

d) Pada umumnya dilakukan pergantian pelarut dengan pelarut baru setelah

perendalam selama 24 jam sehingga analit atau ekstrak terlarut semua.

e) Setelah selesai, dilakukan proses penyaringan ekstrak dengan sampel

(Anindi, dkk., 2020).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah di usahakan.

Maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi, misalnya:Maserasi dilakukan

dengan menggunakan alat yang disebut bejana maserasi. Alat tersebut dilengkapi

dengan pengadukan yang digerakkan secara mekanik selama berlangsungnya

proses maserasi. Beberapa jenis modifikasi maserasi antara lain (Anindi, dkk.,

2020):

a) Digestin

Merupakan jenis maserasi menggunakan pemanasan dengan suhu 30oC.

Ekstraksi ini hanya dilakukan untuk simplisia atau bahan alam yang kandungan

senyawa aktif di dalamnya tahan terhadap pemanasan (Anindi, dkk., 2020).

b) Maserasi dengan mesin pengaduk

penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, Jenis

modifikasi ini dilengkapi dengan mesin pengaduk yang dapat digerakan secara

terus-menerus, dengan cara ini penyari selalu mengalir kembal secara

berkesinabungan sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama, yaitu waktu proses

selama 6 sampai 24 jam. Mesin pengaduk tersebut berfungsi untuk mempercepat

reaksi dan memberikan hasil ekstraksi yang lebih baik (Anindi, dkk 2020).
25

c) Remaserasi

Merupakan jenis maserasi biasa dengan penambahan pelarut berulang

dengan jumlah yang sama, dimana ampas hasil maserasi pertama (sudah

diendapkan dan diperas) dimaserasi kembali dengan pelarut kedua (Anindi, dkk.,

2020).

d) Maserasi melingkar bertingkat (MMB)

Merupakan jenis maserasi yang lebih baik dibandingkan maserasi

bertingkat. Pada maserasi ini, hasil ekstraksi (ekstrak) pertama dapat digunakan

untuk mengekstraksi sampel yang baru, sehingga menghasilkan ekstrak yang

pekat (Anindi, dkk.,, 2020).

e) Maserasi melingkar

Merupakan jenis maserasi dimana pelarut mengalir dan menyebar ke

sampel dan melarutkan senyawa aktif di dalamnya secara kesinambungan

(Anindi, dkk., 2020).

f) Ekstraksi turbo

Merupakan jenis ekstraksi dengan menggunakan alat pencampuran yang

berputar cepat dan dilengkapi pengaduk (Anindi, dkk., 2020).

f) Ekstraksi Ultra-Turrax

Merupakan pengecilan ukuran partikel sekaligus homogenisasi sistem

emulsi (Anindi, dkk., 2020).

g) Ultrasound-Assisted Solvent Extraction.

Merupakan teknik yang disukai untuk mengsolasi senyawa bioaktif dari

tumbuhan (Anindi, dkk., 2020).


26

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara:

Memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus 4/8

sebanyak 10 bagian kedalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik,

kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dan dibiarkan selama 5

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.

Setelah 5 hari, disaring kedalam wadah penampungan kemudian ampasnya

diperas dan ditambah cairan penyari secukupnya dan diaduk kemudian disaring

lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan

disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang

diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Depkes, 1986).

2.5.3. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan denganmengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Pada metode ini simplisia

yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang pada bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan kebawah disebabakan oleh kekuatan

beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dukurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan gerakan kebawa (Depkes, 1986).

Keuntungan sampel ini tidak memerlukan langka tambahan, yaitu sampel

sel awal telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya yaitu kontak antara sampel
27

padattidak merata atau terbatas, dan pelarut dapat menjadi dingin selama proses

perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Depkes, 1986).

2.5.4. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari

zat aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang dilakukan dengan cara

membasahi dengan air. Biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah

dengan air secukupnya dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit dengan

suhu 90 – 980 C, sambil sekali-kali diaduk. Untuk mencukupi kekurangan air,

ditambahkan melalui ampasnya. Umumnya 100 bagian sari diperlukan 10 bagian

bahan ( Depkes, 1986).

2.5.5. Refluks

Ekstraksi dengan metode refluks merupakan metode ekstraksi dengan

bantuan pemanasan. Metode refluks digunakan untuk simplisia dengankandungan

zat aktif yang tahan terhadap pemanasan. Alat refluks ini terbuat dari bahan gelas

dimana bagian tengahnya dilengkapi dengan lingkaran gelas yang berbentuk spiral

atau bola. Untuk mengekstraksi bahan dimasukkan kedalam labu alas bulat

bersama cairan penyari kemudian dipanaskan. Cairan penyari ini akan mendidih,

menguap dan berkondensasi pada pendingin tegak, lalu turun kembali pada labu

dan sekaligus mengekstraksi kembali. Proses ini berlangsung secara

berkesinambungan sampai bahan tersari sempurna. Pengerjaan ini dilakukan

sebanyak 3-4 kali selama 3-4 jam (Depkes, 1986).


28

2.5.6. Destilasi Uap Air

Ekstraksi secara destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyariserbuk

simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada

tekanan normal. Pada pemanasan biasa memungkinkan akan terjadi kerusakan zat

aktif. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi

uap air air (Depkes, 1986).

2.5.7 Dekok

Dekok adalah Ekstraksi dengan pelarut air pada tempratur 90oC Selama 30

Menit ( Ditjen POM, 2000).

2.6 Hipotesis

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka hipotesis dari penelitian ini yaitu

Ekstrak Etanol dan Dekok Daun Senggani (Melastoma malabathricumL.)

Memiliki Aktivitas Sebagai Antioksidan.


29

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian

Metode penelitian ini adalah metode eksperimental dan akan menyajikan

data dalam bentuk kuantitatif. Penelitian meliputi pengumpulan bahan baku, dan

pengolahan bahan baku, identifikasi, pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining

fitokimia, pembuatan ekstrak etanol daun senggani, dan pengujian aktivitas

antioksidan dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH menggunakan

alat Spektrofotometer UV-Visible.

3.2 Tempat pelaksanaan penelitian

Penelitian ini akan berlangsung pada 2020 sampai 2021 di Laboratorium

Farmasi Universitas Haji SumateraUtara dan di Laboratorium Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

3.3 Alat-alat

a. Alat

Alat-alat yang digunakan terdiri dari peralatan gelas, krus porselin, cawan

porselin, oven, rotary evaporator , neraca analitik, spktrofotometer UV-Vis

(Shimadzu UV-1800).

a. Bahan

Daun senggani, Etanol 70%, Methanol, DPPH (l,l-diphenil-2-

picrylhydrazil),Aquadest, HCl 2N, NaCl (s), HCl (pekat), Pereaksi Mayer,


30

pereaksi Bouchardat, pereaksi Dragendorff, Asam asetat anhidrat (glasial), H 2SO4

(pekat), Zn (s), Mg (s), FeCl310%.

3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1 Pereaksi Bouchardat

Dilarutkan 2 g iodium dan 4 g kalium iodida dalam air secukupnya hingga

diperoleh 100 ml larutan (Ditjen POM, 1995).

3.4.2 Pereaksi Mayer

Dilarutkan 1,36 g raksa (II) klorida dalam 60 ml air, tambahkan pada

larutan 5 g larutan kalium iodida dalam 10 ml air, encerkan dengan air seluruhnya

hingga 100 ml (Ditjen POM,1995).

3.4.3 Pereaksi Dragendorff

Dilarutkan 0,8 g bismuth (III) nitrat dalam asam Nitrat 20 ml kemudian

dicampur dengan larutan kalium iodida 27,2 g dalam 50 ml air suling. Campuran

didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan

dengan air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.4.4 Larutan Asam Klorida 2 N

Larutan asam klorida pekat sebanyak 17 ml ditambahkan air suling sampai

100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.5 Larutan FeCl310%

Sebanyak 10 gram FeCl3 dilarutkan dalam aquades kemudian dicukupkan

sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).


31

3.5 Pengumpulan Bahan Tumbuhan, pembuatan Simplisia

3.5.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Metode pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposive, yaitu

mengambil sampel tumbuhan dengan sengaja dari suatu tempat tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang

digunakan adalah daun Senggani (Melastoma malabathricum L) yang diperoleh

dari daerah Kab. Langkat desa Harapan Maju. Daun yang diambil adalah daun yg

sudah tua yaitu berwarna hijau tua.

3.5.3 Pembuatan simplisia

Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) telah dikumpulkan

dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci dibawah airmenglir hingga bersih

dan ditiriskan. Sampel ditimbang sebagai berat basah dan dikeringkan dalam rak

pengering pada suhu 40° C. Sampel dianggap kering apabila sudah rapuh. Sampel

kering ditimbang dan sampel selanjutnya diserbuk dengan menggunakan blender.

3.5.4 Metode ekstraksi

Ekstraksi daun senggani dilakukan dengan metode maserasi dengan

menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 5 L dengan 2x pengulangan

(remaserasi). Sejumlah 500 gram serbuk daun senggani dimasukkan kedalam

wadah kaca lalu direndam dengan 75 bagian pelarut etanol 70% selama 3-5 hari

dengan sesekali di lakukan pengadukan. Kemudian ampas hasil maserasi pertama

dimaserasi kembali dengan 25 bagian pelarut etanol 70% sebagai maserasi ke 2


32

(remaserasi). Kemudian hasil maserasi pertama dan ke dua di satukan

(soemarie.,2016).

3.5.5 Metode dekoktasi

Timbang Serbuk daun senggani (Melastoma Malabathricum L.) sebanyak

200 gram ke dalam panci (wadah) dengan aquadest sebanyak 2 L, kemudian

panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90 oC Sambil

sesekali diaduk. Lalu disaringkemudian ekstrak cairnya di kentalkan.

3.6 Skrining Fitokimia

3.6.1 Uji Alkaloid

Sebanyak 3 ml ekstrakdaun senggani ditambahdengan 1 ml HCl 2N, dan 9 ml

air suling, kemudianpanaskanselama 2 menit, dinginkankemudiandisaring.Filtrat

dipakai untuk percobaan berikut:

a) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer.

b) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi bouchardat.

c) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendrorff.

alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari

percobaan diatas(DepKes, 1995).

3.6.2 Uji Flavonoid

Sebanyak 1 ml ekstrak daun senggani ditambahkan dengan serbuk Mg dan

HCl 2N kemudian dipanaskan di atas penangas air. Setelah itu ditambahkan

dengan amilal kohol, dikocok hingga tercampur rata. Hasil positifnya adalah

tertariknya warna kuning-merah pada lapisan alkohol (DepKes, 1977).


33

3.6.3 Uji saponin

Sebanyak 1 ml ekstrak daun senggani dilarutkan dengan aquades lalu

dipanaskan di atas penangas air. Setelah dingin, larutan dalam tabung reaksi

dikocok kuat-kuat selama ±30 detik. Hasil positif yaitu terbentuknya busa yang

konsisten selama beberapa menit dengan penambahan 1 tetes HCl 2N masih

terbentuk busa (DepKes, 1977).

3.6.4 Uji tanin

Sebanyak 1 ml ekstrak daun senggani dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan FeCl3, terbentuknya warna merah menandakan

tannin merupakan golongan senyawa fenol. Ekstrak daun senggani sebanyak

1 ml dilarutkan dengan sedikit aquades kemudian dipanaskan di atas

penangas air lalu diteteskan dengan larutan gelatin 1% (1:1). Hasil positif

terbentuknya endapan putih (Harborne, 1987).

3.6.5 Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 1 ml ekstrak daun senggani dimasukkan dalam tabung reaksi,

dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform lalu ditambahkan dengan 0,5 mL asam asetat

anhidrat. Campuran ini selanjutnya ditambah dengan 1-2 mL H2SO4 pekat melalui

dinding tabung. jika hasil yang diperoleh berupa cincin kecoklatan atau violet

pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan jika

terbentuk warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid (Hayati, 2010).

3.7 Karakterisasi simplisia

3.7.1 Penetapan Kadar Air


34

Penetapan kadar air simplisia dilakukan secara pemanasan. menggunakan

oven. Serbuk di timbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang telah diketahui

beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 3-5

jam. Kemudian dinginkan dan timbang. Panaskan lagi di oven selama 30 menit,

dinginkan dan timbang (DepKes, 1977).

Berat cawan+ sampel−berat cawan kosong


%Kadar air simplisia= x 100 %
Berat simplisia

3.7.2 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama,

dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara serta diratakan.

Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan kemudian ditimbang

sampai diperoleh berat konstan. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara (DepKes, 1977).

berat cawan+ abu−berat cawan kosong


%Kadar Abu Total = x 100 %
Berat simplisia

3.7.3 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang dipetroleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dalam 25 ml

asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yg tidak larut asam,saring

menggunakan kertas saring , cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap,

lalu di timbang, hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan

yang telah dikeringkan diudara (Depkes RI,2000).

berat cawan+ abu−berat cawan kosong


%Kadar Abu Tidak Larut Asam = x 100
berat Simplisia
35

3.7.4 Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 gram serbuk Simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100

ml air-klorofom (2,5 ml klorofom dalam air suling sampai 1 lirer) dalam labu

sambil di kocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18

jam, lalu di saring, sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam

cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada

suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung

terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

%Kadar sari Larut Air=

Berat cawan+ sari−berat cawankosong X 5


x 100 %
Berat simplisia

3.7.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100

ml etanol. dalam labu sambil di kocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian

dibiarkan selama 18 jam, lalu di saring, sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan

sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa

dipanaskan pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut

dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

% Kadar Sari Larut Etanol=

berat cawan+ sari−berat cawan kosong X 5


x 100 %
berat simplisia

3.8. UjiAktivitas Antioksidan


36

3.8.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM (200 ppm)

Ditimbang 10 mg serbuk DPPH dilarutkan dengan metanol hingga 50

mL.Diperoleh larutan dpph dengan konsentrasi 200 ppm.

3.8.2. Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Dipipet larutan baku dpph sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu

tentukur 5 mL, lalu ditambahkan metanol sampai batas tanda sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 40 ppm. Diukur panjang gelombang maksimum

menggunakan spektrofotometer UV-Vis (400 nm – 800 nm). Diperoleh Panjang

gelombang Maksimum 515,5 nm.

3.8.3. Pembuatan Larutan Uji sampel

Ditimbang ekstrak kental sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan metanol

hingga 25 mL, diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm. Diambil 0,025

mL; 0,05 mL; 0,075 mL; 0,1 mL; 0,125 mL dari larutan ekstrak yang 1000 ppm ,

kemudian ditambahkan 1 ml larutan DPPH (konsentrasi 200 ppm) dan

ditambahkan dengan metanol hingga batas tanda (labu tentukur 5 mL), diperoleh

konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25 ppm. Diinkubasi selama 30 menit kemudian diukur

absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum 515,5 nm.

3.8.4. Pembuatan Larutan Uji pembanding Vitamin C

Ditimbang baku vitamin C sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan metanol

hingga 50 mL, diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 ppm. Diambil 0,01 mL;

0,02 mL; 0,03 mL; 0,04 mL; 0,05 mL dari larutan pembanding yang 500 ppm ,
37

kemudian ditambahkan 1 ml larutan DPPH (konsentrasi 200 ppm) dan

ditambahkan dengan metanol hingga batas tanda (labu tentukur 5 mL), diperoleh

konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 ppm. Diinkubasi selama 30 menit kemudian diukur

absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum 515,5 nm.

3.8.5. Penentuan Proses Pemerangkapan Radikal bebas DPPH

Penentuan proses pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji

menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH yaitu dihitung

menggunakan rumus berikut:

|.|kontrol−|.|sampel
Aktivitas Peredaman (%) = x 100 %
|.|kontrol

Keterangan: Abs. kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Abs. sampel = Absorbansi sampel

3.8.6. Perhitungan Nilai IC50

Perhitungan hasil dari metode pemerangkapan DPPH adalah dengan

menghitung IC50,nilai ini menunjukkan bahwa ektrak tumbuhan dapat

menyebabkan peredaman sebanyak 50% dari aktivitas DPPH. Hal ini dapat

dilihat juga dari perubahan warna dari sampel uji yang berwarna ungu pekat

ketika ditambahkan DPPH akan berubah menjadi kekuningan jika ekstrak

memiliki peredaman. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi

dengan konsentrasi sampel (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai persen

aktivitas peredaman sebagai ordinat (sumbu Y).


38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Senggani

Hasil ekstraksi ekstrak etanol daun senggani dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil ekstrak etanol daun senggani dan % rendemen ekstrak

No Jenis Hasil

1. Serbuk daun senggani 500 gram

2. % Rendemen 22,04%

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi serbuk simplisia dari daun

senggani sebanyak 500 gramdimaserasi menggunakan etanol 70 % sebanyak 5 L

dengan lama maserasi 7 hari. Ekstrak kental yang didapat kemudian ditimbang

dan didapatkan hasil sebesar 110,2 gram dengan rendemen ekstrak 22.04%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yulistia.,2016. Menggunakan

pelarut etanol 70% dengan metode maserasi dengan lama maserasi selama 3 hari,

ekstrak kental yg diperoleh sebanyak 102,22g dengan rendemen ekstrak 20,44%.


39

Efektivitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: jenis

pelarut yang digunakan, kecepatan proses ekstraksi, dan metode yang di gunakan,

Hasil % rendemen ekstrak pada penelitian saya lebih besar dikarenakan pada

proses ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%

dan dilakukan selama 7 hari, sedangkan pada penelitian yulistia,2016 juga

menggunakan metode yang sama dengan pelarut dan konsentrasi yang sama

namun lama maserasinya yang berbeda yaitu dilakukan selama 3 hari.

4.2 Hasil Ekstraksi Dekok Daun Senggani

Hasil ekstraksi dekok daun senggani dapat dilihat pada table 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Dekok daun senggani dan % rendemen ekstrak

No Jenis Hasil

1. Serbuk daun senggani 200 gram

2. % Rendemen 24,95%

Ekstraksi dilakukan dengan cara dekoktasi serbuk simplisia dari daun

senggani sebanyak 200 gram kemudian panaskan diatas tangas air selama 30 menit

terhitung mulai suhu 90oC menggunakan aquades sebanyak 2 L. Ekstrak kental

yang didapat kemudian ditimbang dan didapatkan hasil sebesar 49,90 gram dengan

rendemen ekstrak 24,95 %.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Toar, 2020. ekstrak kental yg

diperoleh sebanyak 59,52 gram degan rendemen ekstrak 29,76 %.


40

Pada penelitian saya didapat % rendemen yang lebih rendah dikarenakan

lama proses dekoktasi selama 30 menit, sedangkan pada penelitian Toar, 2020 lama

proses dekoktasi selama 50 menit.Semakin lama waktu ekstraksi, maka akan

semakin tinggi rendemen yang di peroleh, karena kesempatan bereaksi antara

bahan dengan pelarut semakin lama sehingga proses penetrasi pelarut kedalam sel

bahan semakin baik, yang menyebabkan semakin banyak senyawa yang berdifusi

keluar sel.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia daun senggani dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

No. Pemeriksaan Daun Senggani

1. Alkaloid +

2. Flavonoid +

3. Saponin +

4. Tanin +

5. Triterpenoid/ Steroid +

Keterangan : (+) : Positif Mengandung senyawa

(-) : Negatif Mengandung Senyawa

Menurut Depkes RI (1995) senyawa alkaloid dinyatakan positif apabila

terbentuk endapan berwarna coklat setelah ditambahkan dari salah satupereaksi

mayer, bouchardat, drugendorff dan hasil dari uji skrining fitokimia ekstrak etanol

daun senggani yg telah dilakukan mendapatkan hasil endapan berwarna coklat

yang artinya ekstrak etanol daun senggani positif mengandung senyawa alkaloid.
41

Menurut Depkes RI (1977) senyawa flavonoid positif ditandai dengan

terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga. dan hasil uji skrining fitokimia

ekstrak etanol daun senggani yang telah dilakukan mendapatkan hasil

terbentuknya warna merah . yang artinya ekstrak etanol daun senggani positif

mengandung flavonoid.

Menurut Depkes RI (1977) senyawa saponin positif ditandai dengan

terbentuknya busa yang stabil dan tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCl

2N. Dan hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun senggani yang telah

dilakukan mendapatkan hasil terbentuknya busa yang stabil.

Menurut Harbone (1987) senyawa tani hasilnya positif ditandai dengan

memberikan warna biru kehitaman atau hijau kehitaan. Dan hasil uji skrining

fitokimia ekstrak etanol daun senggani yang telah dilakukan mendapatkan hasil

perubahan warna biru kehitaman yang artinya ekstrak etanol daun senggani positif

mengandung tanin.

Menurut Hayati (2010) senyawa triterpenoid/steroidhasilnya positif

ditandai dengan terbentuknya cincin kecoklatan atau violet (triterpen) jika terjadi

perubahan warna hijau kebiruan (steroid). dan hasil uji skrining fitokimia ekstrak

etanol daun senggani yang telah dilakukan mendapatkan hasil perubahan warna

hijau kebiruan yang artinya ekstrak etanol daun senggani positif mengandung

steroid.

Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun senggani yang

telah dilakukan hasilnya positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,

saponin dan steroid.


42

4.4 Hasil Karakterisasi Simplisia

Hasil karakterisasi simplisia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.4 Hasil karakterisasi Simplisia

No Parameter Simplisia Hasil Uji (%) Persyaratan MMI (%)

1 Kadar Air 8.5% ≤10%


2 Kadar Abu total 12 % ≤15%
3 Kadar Abu tidak larut Asam 3.5 % ≤ 1%
4 Kadar Sari larut Air 23 % ≥ 7%
5 Kadar Sari Larut Etanol 21% ≥ 3%

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan kadar air simplisia daun senggani

sebesar 8,5% memenuhi persyaratan umum yaitu dibawah 10%. penetapan kadar

air bertujuan untuk memberikan batasan maksimal kandungan air di dalam

simplisia, karena jumlah kadar air yang lebih besar dari 10% dapat menjadi media

pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.

Hasil uji kadar abu total simplisia daun senggani sebesar 12% memenuhi

persyaratan MMI yaitu tidak lebih dari 15%. penetapan kadar abu total bertujuan

untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran.

Hasil uji kadar abu tidak larut asam simplisia daun senggani sebesar 3.5%

tidak memenuhi persyaratan MMI yaitu tidak lebih dari 1% Penetapankadar abu

tidak larut asam bertujuan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari

pasir atau tanah silikat.

Hasil uji kadar sari larut air simplisia daun senggani sebesar 23%

memenuhi persyaratan MMI yaitu lebih dari 7% penetapan kadar sari larut air
43

bertujuan untuk mengetahui jumlah senyawa yang tersari dengan air dari suatu

simplisia.

Hasil uji kadar sari larut etanol simplisia daun senggani sebesar21%

memenuhi persyaratan MMI yaitu lebih dari 3%. penetapan kadar sari larut etanol

simplisia daun senggani bertujuan untuk mengetahui jumlah senyawa yang tersari

dengan etanol.

4.5 Hasil Pengujian aktivitas Antioksidan

4.5.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan maksimum


1

1.038
Abs.

0.500
2

0.000

-0.054

400.00 500.00 600.00 700.00 800.00

No. P/V Wavelength Abs. Description


1 515.50 0.947
2 403.50 0.252

Gambar 4.1 kurva serapan maksimum larutan DPPH

Ekstrak etanol dan dekok daun senggani (Melastoma malabathricum L.)

dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk

diperoleh nilai IC50 dengan dilakukan pengamatan secara spektofotometer UV-


44

Visible pada panjang gelombang maksimum 515,5 nm. Kemampuan antioksidan

diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH (peredaman warna ungu DPPH).

4.4.2 Hasil Nilai IC50

Hasil nilai IC50dari Ekstrak Etanol daun Senggani, Dekok daun Senggani dan

Vitamin C dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Hasil nilai IC50 dari Ekstrak Etanoldaun Senggani, Dekok daun
Senggani dan Vitamin C
No Sampel IC50 (ppm) Kategori

1.Ekstrak Etanol Daun Senggani 19,206 Sangat kuat

2.Dekok Daun Senggani 17.140 Sangat kuat

3.Vitamin C 3,2380 Sangat kuat

Berdasarkan tabel 4.5 Menunjukkan Nilai IC50dari ketiga sampel yaitu

ekstrak etanol daun senggani, dekok daun senggani dan Vitamin C sebagai

pembanding, diperoleh Nilai IC50 pada Ekstrak etanol sebesar 19.206 ppm,

padadekok daun senggani Nilai IC50 sebesar 17.140 ppm dan pada pembanding

Vitamin C sebesar 3.2380 ppm.

Uji aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dalam

Nilai IC50 keseluruhan memperlihatkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dari

daun senggani (Melastoma malabathricum L.) seperti terlihat pada 4.5 diantara

sampel ekstrak etanol dan dekok daun senggani, dekok daun senggani memiliki

Nilai IC50 yg lebih baik dibandingkan ekstrak etanol daun senggani meskipun
45

memiliki Nilai IC50 yang sama-sama kuat. Perbedaan Nilai IC50antara masing-

masing sampel dengan pembanding vitamin C diakibatkan oleh masing-masing

senyawa dalam memberikan Elektron kepada DPPH, semakin banyak elektron

yang diberikan kepada DPPH akan mengakibatkan penurunan Nilai absorbansinya

yang berarti meningkatkan persen inhibisi dan menurunnya Nilai IC50.

Nilai IC50 Dekok daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) lebih baik

dibandingkan dengan Nilai IC50 ekstrak Etanol Daun Senggani (Melastoma

malabathricum L.).hal ini dikarenakan polaritas pelarut yang digunakan selama

peroses ekstraksi.
46

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah:

1. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun senggani (Melastoma

malabathricum L.) mengandung alkaloid, saponin, tannin, flavornoid dan

steroid.

2. Aktivitas antioksidan dari Ekstrak Etanol dan Dekok daun senggani

(Melastoma malabathricum L) diperoleh melalui metode pengujian dengan

DPPH dengan nilai IC50 ekstraketanol daun senggani sebesar 19,206 ppm dan

dekok daun senggani sebesar17.140 ppm dimana aktivitas antioksidan

tergolong sangat kuat.

3. Dari hasil penelitian nilai IC50 yang diperoleh Ekstrak Etanol daun

sengganiSebesar19,206 ppm,dan dekok daun senggani sebesar 17,140 ppm,

kedua sempel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat tetapi Nilai IC 50

Dekok daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) lebih baik dibanding kan

ekstrak Etanol Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.).

5.2 Saran
47

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan cara maserasi

yang berbeda dan membuat formulasi dari ekstrak dan dekok daun senggani

seperti sediaan Masker, facial wash, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani.,2013.Aktifitas Antioksidan Ekstrak dan kandungan Komponen


bioaktif sari buah Namnam.Jurnal kimia valensi: jurnal penelitian dan
pengembangan ilmu kimia, 1(2), pp.130-136.

Asriullah Jabbar, dkk., 2019. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah, Daun,
Batang Dan Rimpang Pada Tanaman Wualae (Etlingera Elatior (Jack) R.M
Smith). Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari 93232.

Asri,W.,2014.PeranAntioksidanBagiKesehatan,PusatBiomedisdanTeknologiDasar
KesehatanBalibangkes, Kemenkes RI.

Ahmad, R., Munim, A., & Elya, B., 2012. Study of antioxidant activity with
reduction of free radical DPPH and xanthine oxidase inhibitor of the
extract Ruellia tuberosa Linn Leaf. International Research Journal of
Pharmacy, 3(11).

Anindi, dkk., 2020.Uji aktifitas antioksidan ekstrak daun salam (Syzygium


polyanthum) dengan menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. Dalam J.
Akademika Kim, 19 Agustus. Palu.

Alnajar, Zahra A.A., dkk .,2012. Acute toxicity evaluation, antibacterial,


antioxidant and immunomodulatory effects of Melastoma malabathricum.
Molecules, 17, 3547-3559

Anggraini, T., Lewandowsky, P.,2015. The exotic plants of Indonesia: mahkota


dewa (Phaleria macrocarpa), sikaduduak (Melastoma malabathricum Linn)
48

and mengkudu (Morinda citrifolia) as potentantioxidant sources. Advanced


Science Engineering Information Technology, 5(2), 2088-5334

Badarinath, A. Dkk., 2010. A Review on In-vitro Antioxidant Methods :


Comparisons, Correlations, and Considerations. International Journal of
PharmTech Research,1276-1285.

Bustanul Arifin dan Sanusi Ibrahim., 2018. Struktur Bioaktivitas dan Antioksi
dan Flavonoid. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang 25613.

Bogoriani, W., 2008. Isolasi dan Identifikasi Glikosida Steroid dari Daun Andong
(Cordyline terminalis Kunth.). Jurnal Kimia, 2(1), 40-4.

Bhawani, S.A., Sulaiman, O., Hashim, R., dan Ibrahim, M.N.M., 2011, Thinlayer
chromatographic analysis of steroids., Trop J Pharm Res., 9, 301-313.

Departemen Kesehatan RI.,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, 551,713. Jakatra

Departemen kesehatan Republik Indonesia.,1977. MateriaMedika Indonesia


JilidI.DirektoratJenderalPengawasanObatdanMakanan. Jakarta. Hal 130.

Ditjen POM.,1985. Forularium kosmetika indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal.9,29

Dyck SV, Gerbaux P, Flammang P.,2010. Qualitative and quantitative saponin


contents in five sea cucumbers from the Indian Ocean. Mar
Drugs. ;8(1):173-89.

Fulka Nurzaman, Joshita Djajadisastra, Berna Elya.,2018.Identifikasi Kandungan


Saponin dalam Ekstrak Kamboja Merah (Plumeria rubra L.) dan Daya
Surfaktan dalam Sediaan Kosmetik. Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia.

Fakriah, Eka Kurniasih, Adriana, Rusydi., 2019. Sosialisasi Bahaya Radikal


Bebas Dan Fungsi Antioksidan Alami Bagi Kesehatan. Jurusan Teknik
Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe.
49

Gholib, D., 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma Malabathricum
L) terhadap Trychophyton mentragrophytees dan candida albicans. Brita
biologi. 9(5):523-527.
Harborne, J.B. 1987. MetodeFitokimia: PenuntunCaraModernMenganalisis
Tumbuhan, Diterjemahkan: K. Padmawinatadan I. Soediro,
TerbitanKedua. InstitutTeknologi Bandung. Bandung. Hal 4-46.

Hayati, E.K., Fasyah, A.G. dan Sa’adah, L., 2010. Fraksinasi dan dentifikasi
Senyawa Tanin pada daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Alchemy, 4(2): 193-200.

Harborne,J.B., 1996. MetodeFitokimiaPenuntunCaraModernMenganalisis


Tumbuhan, Diterjemahkan: Kosasi Padmawinatadan Imam Sudiro, EdisiII,
Hal 4-7 : 69-76, ITB. Bandung.

Hui Cao, dkk., 2015. Microbial biotransformation of bioactive flavonoids. 33, (1),
214-223.

Indriyani, P. 2014. Karamunting dan Kemunting Tumbuhan Liar Kaya


Manfaat.http://www.grapesdanewssite.wordpress.com.(Diakses tanggal 21
November 2015).

Jenova, R., 2009. Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan LD50
Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) Terhadap Mencit Balb/C.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Joffry, dkk., 2012. Melastoma malabathricum L. Smith Ethnomedicinal Uses,


Chemical Constituents, and Pharmacological Properties: A Review,
Evidence Based Complementary and Alternative Medicine.
doi:10.1155/2012/258434.

Kesuma Sayuti dan Rina Yenrina., 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik.
Andalas University Press. Padang.

Kristanti, novi., 2008. Buku ajar fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.
50

Kartikasari D. Hairunisa, Meri R., 2018. uji aktivitas antioksidan ekstrak buah
senggani (melastoma malabathricum l.) metode dpph (2,2-diphenyl-1-
picrylhidrazyl) serta aplikasinya pada krim antioksidan. Akademi Farmasi
Yarsi Pontianak.

Lenny, S. 2006. Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan
Metode Brine Shirmp. Jurnal. Medan: USU.

Malanggia, L. P.,Sangia, M. S., Paedonga, J.J. E., 2012. Penentuan kandungan


Tanin dan Uji aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah alpukat .Jurnal
Mipa Unsrat Online, 1(1): 5-10.

Midian Sirait dkk, 1985. Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. Hal 1-15.

Mamat., dkk.,2013. Methanol extract of Melastoma malabathricum leaves exerted


antioxidant and liver protective activity in rats. BMC Complementary and
Alternative Medicine, 13:326

Nwaoguikpe, R.N., Braide, W., & Ezejiofor, T.I.N. 2010. The effect of Aloe vera
plant (Aloe barbadensis) extracts on sickle cell blood (hbss). African
Journal of Food Science and Technology, 1(3): 058-063.

Pratiwi.,2014.Skrining Uji Efek Antimitosis Ekstrak Daun Botto’-botto’


(Chromolaena odorata L.) Menggunakan Sel Telur Bulubabi (Tripneustus
gratilla L.).Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Qinghu, dkk., 2016. AntiInflammatory Effects, Nuclear Magnetic Resonance


Identification And HighPerformance Liquid Chromatography Isolation Of
The Total flavonoids From Artemisia Frigida, Journal Of Food And Drug
Analysis, 24, 385-391.

Robinson., T .,1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.


Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB.
51

Rogers, N, dkk., 2014. Regulation of Soluble Guanylate Cyclase by Matricellular


Thrombospondins: Implications for Blood Flow. Frontiers in Physiology,
Volume 5, p. 134.

Samejo, M,Q., Memon, S., Bhanger, M.I., dan Khan, K. M., 2013, Isolation and
characterization of steroids from Calligonum polygonoides., J. Pharmacy
Res., 6, 346-349.

Tian-yang., Wang., Qing Li., Kai-shun Bi. .,2018. Bioactive flavonoids In


Medicinal Plants: Structure, Activity And Biological Fateasian. Journal
Of Pharmaceutical Sciences, 13, 12–23.

Ulung, Gagas, dan Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. 2014. Sehat Alami dengan
Herbal 250 Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Wielda, N., 2013. Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH ekstrak


maserasi dan Soxhlet dari Gambir yang diuji pada pelarut yang berbeda.
Fakultas Ilmu kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Winarti S, 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Graha Ilmu,137-165.

Yanti Elvi., 2019, Mudah Menanam terung Kiat manfaat dan budidaya ;Bhuana
Ilmu Populer ,hal 52-54.

Zakaria, Z.A.,2007. Free radical scavenging activity of some plants available in


Malaysia. IJPT, 6(1), 87-91
52

Lampiran 1.Surat balasan


53

Lampiran 2. Bagan Pembuatan Simplisia

Daun Senggani
54

Dicuci bersih lalu di tiriskan


Dikeringkan dan di angin-anginkan
Simplisia

Ditimbang berat kering


Di haluskan

Serbuk Simplisia

500 gram

Karakterisasi

Parameter

 Penetapan kadar air


 Penetapan kadar abu
total
 Penetapan kadar abu
tidak larut asam
 Penetapan kadar sari
larut air
 Penetapan kadar Sari
larut etanol

Lampiran 3. Perhitungan karakterisasi simplisia


1) Penetapan Kadar Air simplisia
berat cawan+ sampel konstan−berat cawankosong
Rumus% = x 100 %
berat sampel
55

73 ,87−73 , 70
% Kadar air simplisia = x 100 %
2
0,17
= x 100 %
2
= 8,5%

2) Penetapan Kadar Abu total


berat crus + abu−berat crus kosong
Rumus % = x 100 %
berat sampel
66,30−66,06
% Kadar Abu Total Sampel = x 100 %
2
0,24
= x 100 %
2
= 12 %

3) Penetapan Kadar Abu Tidak larut Asam


berat abu sisa pijar
Rumus % = x 100 %
berat simplisia
66,13−66,06
% Kadar Abu tidak larut asam sampel= x 100 %
2
0.07
= x 100 %
2
=3.5 %

4) Kadar Sari Larut Air


Berat ekstrak x 5
% Kadar sarilarut air= x 100 %
berat simplisia
73,43−73,20 x 5
% Kadar Sari Larut air sampel 11 = x 100 %
5
0,23 x 5
= x 100 %
5
1,15
= x 100 %
5
= 23 %

5) Kadar Sari Larut Etanol


Berat ekstrak x 5
Rumus % = x 100 %
berat simplisia
0,21 x 5
% Kadar sari larut etanol Sampel = x 100 %
5
1,05
= x 100 %
5
56

= 21%

Lampiran 4. Hasil Nilai IC50 Ekstrak Etanol Daun Senggani

|.|kontrol−|.|sampel
Aktivitas Peredaman (%)= x 100 %
|.|kontrol

Keterangan
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
Akontrol = Absorbansi sampel
Tabel Nilai Penurunan Absorbansi dan % peredaman
Konsentrasi
Absorbansi %Peredaman
(ppm)
0 0,959 0
5 0,818 14,70281543
10 0,697 27,32012513
15 0,602 37,22627737
20 0,449 53,180339625
25 0,43 64,5464025

ekstrak daun senggani


Absorbans
Konsentrasi (µg/ml) % Peredaman
i
0 0,959 0
5 0,818 14,70281543
10 0,697 27,32012513
15 0,602 37,22627737
20 0,499 53,180339625
25 0,34 64,5464025

Tabel IC50 Dari Sampel


Konsentras
i % Peredaman
  X Y XY X2 Y2
  0 0 0 0 0
14,7028154 73,5140771 216,172781
1 5 3 6 25 6
2 10 27,3201251 273,201251 100 746,389237
57

3 3 1
37,2262773 558,394160 1385,79572
3 15 7 6 225 7
53,1803962 1063,60792 2828,15454
4 20 5 5 400 5
1613,66006 4166,23807
5 25 64,5464025 3 625 6
196,976016 3582,37747 9342,75036
∑ 75 7 7 1375 7
Mea 32,8293361
n 12,5 1

Lanjutan Lampiran 4

  X Y = %peredaman XY X2

  0
0 0 0

  5 14,70281543 73,51407716 25

  10 27,32012513 273,2012513 100

  15 37,22627737 558,3941606 225

  20 53,180339625 959,3326382 400


  25 64,5464025 1613,660063 625
         

total 75 191,7622523 3478,10219 1375


Mea 229,166
n 12,5 32,82933611 579,6836983 7

Nilai a 1081,074035
437,5
nilai a 2,471026367
nilai b 1,072545807

IC50 19,2062292
Keterangan : X = Konsentrasi (ppm)
Y = % Peredaman

a=
58

3582,377477 - 75 x 196,9760167
a=
1375 - 5625 / 6
1.120,17726825
a=
437,5
a= 2,5604051846

b=
b = 2,5604051846 X 12,5 - 32,82933611
b = 0,82422713025

r= 4012,121212 - 75 X 218,3838 / 6            
  1375 - 5625 / 6   - 11716,44 - 47691,5 / 6
  1282,323232      
  1283,914311      
  0,998760759      
             

Lanjutan Lampiran 4
Jadi Nilai IC50
50= ax+b
X= 19,2062292 Ppm

Larutan Uji Persamaan Regresi IC50 (ppm)   nilai r


0,9971601
pengulangan 1 Y= 2,4710X + 1,0725 19,2062292  
1
59

Lampiran 5. Hasil Nilai IC50Dekok Daun Senggani,

|.|kontrol−|.|sampel
Aktivitas Peredaman (%)= x 100 %
|.|kontrol

Keterangan
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
Akontrol = Absorbansi sampel
Tabel Penurunan absorbansi dan % peredaman

Konsentrasi (ppm) Absorbansi %Peredaman


0 0,983 0
5 0,944 13,23232323
10 0,891 30
15 0,743 45,15151515
20 0,541 56,26262626
25 0,121 73,73737374

Tabel Rebusan Daun Senggani

Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi % Peredaman


0 0,99 0
60

5 0,859 13,23232323
10 0,693 30
15 0,543 45,15151515
20 0,433 56,26262626
25 0,26 73,73737374

Konsentrasi % Peredaman
  X Y XY X2 Y2
  0 0 0 0 0
66,1616161
1 5 13,23232323 6 25 175,0943781
2 10 30 300 100 900
677,272727
3 15 45,15151515 3 225 2038,65932
1125,25252
4 20 56,26262626 5 400 3165,483114
1843,43434
5 25 73,73737374 3 625 5437,200286
4012,12121
∑ 75 218,3838384 2 1375 11716,4371

Mean 12,5 36,3973064


Y=
%peredama
  X n XY X2

  0
0 0 0

  5 13,23232323 66,16161616 25

  10 30 300 100

  15 45,15151515 677,2727273 225

  20 56,26262626 1125,252525 400


  25 73,73737374 1843,434343 625
         

Total 75 218,3838384 4012,121212 1375


229,166
Mean 12,5 36,3973064 668,6868687 7
1282,32323
Nilai a 2
61

437,5
2,93102453
nilai a 1

nilai b -0,24050024

IC50 17,14093475

X = Konsentrasi
Keterangan :
(ppm)
Y = % Peredaman

a=

218,38383
a= 4012,121212 - 75 X 8 / 6
1375 - 5625 / 6
1282,323232
a=
437,5
a= 2,931024531

b=
36,397306
b=
2,931024531 x 12,5 - 4
b= -0,240500241

218,383
r=
4012,121212 - 75 X 8 / 6            
6 11716,4
 
1375 - 5625 /   - 4 - 47691,5 / 6
  1282,323232      
  1283,914311      
  0,998760759      
               

Lanjutan Lampiran 5
Jadi, nilai Ic 50, persamaan regresi, dan nilai r dari rebusan daun senggani
adalah :

Nilai IC50
50= ax+b
62

X= 17,14093475 ppm
Persamaan
Larutan Uji IC50 (ppm)  
Regresi nilai r
pengulangan Y= 2,9310 X - 0,9987607
17,14093475  
1 0,2405 6

Lampiran 6. Hasil Nilai IC50 Vitamin C sebagai pembanding

|.|kontrol−|.|sampel
Aktivitas Peredaman (%)= x 100 %
|.|kontrol

Keterangan
63

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel


Akontrol = Absorbansi sampel
Tabel Penurunan Absorbansi dan %Peredaman

Konsentrasi (ppm) Absorbansi %Peredaman


0 0,9893 0
1 0,8258 16,52683716
2 0,6709 32,18437279
3 0,5259 46,84120085
4 0,389 60,67926817
5 0,2309 76,66026483

VITAMIN C

Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi % Peredaman


0 0,9893 0
1 0,8258 16,52683716
2 0,6709 32,18437279
3 0,5259 46,84120085
4 0,389 60,67926817
5 0,2309 76,66026483

Konsentrasi % Peredaman
  X Y XY X2 Y2
  0 0 0 0 0
16,5268371 82,6341857 273,136346
1 5 6 9 25 4
32,1843727 321,843727 1035,83385
2 10 9 9 100 2
46,8412008 702,618012 2194,09809
3 15 5 7 225 7
60,6792681 1213,58536 3681,97358
4 20 7 3 400 6
76,6602648 1916,50662 5876,79620
5 25 3 1 625 4
232,891943 4237,18791 13061,8380
∑ 75 8 1 1375 9
38,8153239
Mean 12,5 7

Lanjutan Lampiran 6
64

Y=
  X %peredaman XY X2
  0 0 0 0
  1 16,52683716 16,52683716 1
  2 32,18437279 64,36874558 4
  3 46,84120085 140,5236025 9
  4 60,67926817 242,7170727 16
  5 76,66026483 383,3013242 25
         
Total 15 232,8919438 847,4375821 55
Mean 2,5 38,81532397 141,239597 9,166667

Nilai a 265,2077226
17,5
nilai a 15,15472701
nilai b 0,928506448

IC50 3,238032168

X = Konsentrasi
Keterangan :
(ppm)
Y = % Peredaman

a=

232,89194
a= 847,4375821 - 15 X 4 / 6
55 - 225 / 6
265,2077226
a=
17,5
a= 15,15472701

b=
b= 15,15472701 X 2,5 - 38,815324
b= 0,928506448

232,891
r=
847,4375821 - 15 X 9 / 6            
6 13061,8 54238,6
 
55 - 225 /   - 4 - 6 / 6
  265,2077226      
  265,3033754      
65

5
  0,99963803      

Lanjutan Lampiran 6
Jadi, nilai Ic 50, persamaan regresi, dan nilai r vitamin C adalah :
Nilai IC50

50= ax+b
X= 3,238032168 Ppm

Larutan Uji Persamaan Regresi IC50 (ppm)   nilai r


Vitamin C Y= 15,1547X + 0,9285 3,238032168   0,99963803
66

Lampiran 7. Grafik Panjang Gelombang DPPH


1.038

0.500
Abs.

0.000
-0.054
400.00 500.00600.00700.00 800.00
nm.

No. P/V Wavelength Abs. Description

1 515.50 0.947

2 403.50 0.252
67

Lampiran 8.Gambar Kurva Ekstrak etanol daun senggani


StandardCurve

1.021

0.800
Abs.

0.600

0.400

0.278
0.0005.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Conc.(mg/l)

y=-0.02371x+0.94891

Table Correlation Coefficientr2=0.99443


SampleID Type Conc WL515.5
1 Bankoo Std-Repeat 0.000 0.959
2 Bankoo-2 Std-Repeat 0.000 0.959
3 Bankoo-3 Std-Repeat 0.000 0.959
4 Bankoo-Avg Average 0.000 0.959
5 sene.etnldaunsenggani Std-Repeat 5.000 0.818
6 sene.etnldaunsenggani-2 Std-Repeat 5.000 0.818
7 sene.etnldaunsenggani-3 Std-Repeat 5.000 0.818
8 sene.etnldaunsenggani-Avg Average 5.000 0.818
9 Ekstraketnldaunsengganii Std-Repeat 10.000 0.697
10 ekstraketnldaunsengganii-2 Std-Repeat 10.000 0.697
11 ekstraketnldaunsengganii-3 Std-Repeat 10.000 0.697
12 ekstraketnldaunsengganii-Avg Average 10.000 0.697
13 Daunsenggani Std-Repeat 15.000 0.602
14 daunsenggani-2 Std-Repeat 15.000 0.602
15 daunsenggani-3 Std-Repeat 15.000 0.602
16 daunsenggani-Avg Average 15.000 0.602
17 Dsenggani Std-Repeat 20.000 0.499
18 dsenggani-2 Std-Repeat 20.000 0.498
19 dsenggani-3 Std-Repeat 20.000 0.499
20 dsenggani–Avg Average 20.000 0.499
21 Dnsengganii Std-Repeat 25.000 0.340
22 dnsengganii-2 Std-Repeat 25.000 0.340
23 dnsengganii-3 Std-Repeat 25.000 0.340
68

24 dn sengganii-Avg Average 25.000 0.340

Lampiran 9. Gambar Kurva Dekok Daun Senggani

StandardCurve

1.066
1.000

0.800
Abs.

0.600

0.400

0.186
0.0005.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Conc.(mg/l)
y=-0.02903 x+ 0.99263
CorrelationCoefficientr2=0.99745
Standard tabel
SampleID Type Ex Conc WL515.0 Wgt.Factor Comments
1 Blanko Std-Repeat 0.000 0.990 1.000
2 blanko-2 Std-Repeat 0.000 0.990 1.000
3 blanko-3 Std-Repeat 0.000 0.990 1.000
4 blanko-Avg Average 0.000 0.990 1.000 Avgofpreceding3Samples
5 Reb Std-Repeat 5.000 0.860 1.000
6 reb-2 Std-Repeat 5.000 0.859 1.000
7 reb-3 Std-Repeat 5.000 0.859 1.000
8 reb-Avg Average 5.000 0.859 1.000 Avgofpreceding3Samples
9 Rebu Std-Repeat 10.000 0.690 1.000
10 rebu-2 Std-Repeat 10.000 0.693 1.000
11 rebu-3 Std-Repeat 10.000 0.696 1.000
12 rebu-Avg Average 10.000 0.693 1.000 Avgofpreceding3Samples
13 Rebus Std-Repeat 15.000 0.543 1.000
14 rebus-2 Std-Repeat 15.000 0.543 1.000
15 rebus-3 Std-Repeat 15.000 0.543 1.000
16 rebus-Avg Average 15.000 0.543 1.000 Avgofpreceding3Samples
17 Rebusan Std-Repeat 20.000 0.434 1.000
18 rebusan-2 Std-Repeat 20.000 0.433 1.000
19 rebusan-3 Std-Repeat 20.000 0.433 1.000
20 rebusan–Avg Average 20.000 0.433 1.000 Avg of preceding 3 Samples
21 Rebussan Std-Repeat 25.000 0.255 1.000
69

22 rebussan-2 Std-Repeat 25.000 0.260 1.000


23 rebussan-3 Std-Repeat 25.000 0.264 1.000
24 rebussan-Avg Average 25.000 0.260 1.000 Avg of preceding 3 Samples
Lampiran 10. Gambar Kurva IC50 Vitamin

Standard Curve
1.0651

1.0000

0.8000
Abs.

0.6000

0.4000

0.2000

0.1551
0.000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000
Conc. (mg/l)
Correlation Coefficient r2 = 0.99928

SampleID Type Ex Conc WL516.0 Wgt.Factor Comments


1 Blanko Std-Repeat 0.0000 0.9893 1.0000
2 Blanko-2 Std-Repeat 0.0000 0.9893 1.0000
3 Blanko-3 Std-Repeat 0.0000 0.9892 1.0000
4 Blanko-Avg Average 0.0000 0.9893 1.0000 Avgofpreceding3Samples
5 1ppm Std-Repeat 1.0000 0.8256 1.0000
6 1ppm-2 Std-Repeat 1.0000 0.8259 1.0000
7 1ppm-3 Std-Repeat 1.0000 0.8259 1.0000
8 1ppm-Avg Average 1.0000 0.8258 1.0000 Avgofpreceding3Samples
9 2ppm Std-Repeat 2.0000 0.6705 1.0000
10 2ppm-2 Std-Repeat 2.0000 0.6710 1.0000
11 2ppm-3 Std-Repeat 2.0000 0.6714 1.0000
12 2ppm-Avg Average 2.0000 0.6709 1.0000 Avgofpreceding3Samples
13 3ppm Std-Repeat 3.0000 0.5263 1.0000
14 3ppm-2 Std-Repeat 3.0000 0.5257 1.0000
15 3ppm-3 Std-Repeat 3.0000 0.5257 1.0000
16 3ppm-Avg Average 3.0000 0.5259 1.0000 Avgofpreceding3Samples
17 4ppm Std-Repeat 4.0000 0.3880 1.0000
18 4ppm-2 Std-Repeat 4.0000 0.3895 1.0000
19 4ppm-3 Std-Repeat 4.0000 0.3895 1.0000

20 4ppm-Avg Average 4.0000 0.3890 1.0000 Avg of preceding 3 Samples


21 5ppm Std-Repeat 5.0000 0.2310 1.0000
22 5ppm-2 Std-Repeat 5.0000 0.2309 1.0000
23 5ppm-3 Std-Repeat 5.0000 0.2310 1.0000
24 5ppm-Avg Average 5.0000 0.2309 1.0000 Avg of preceding 3 Samples
70

Standard Tabel
Lampiran 12. Pengumpulan bahan Baku, Serbuk Simplisia, dan proses ekstraksi.
Pengumpulan bahan

Serbuk Simplisia

Proses Ekstraksi (Metode Maserasi)


71

Lampiran 12. Proses rotary, Water buth dan hasil ekstraksi


Proses Rotary Evaporator Water bath

Hasil ekstraksi
72

Lampiran13. Karakterisasi
Penetapan kadar air, kadar abu total, Kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut
air, kadar sari larut etanol.
73

Lampiran 14. Skrining fitokimia

Uji Alkaloid dengan pereaksi mayer, bouchardat dan drugendorff

Uji flafonoid, uji saponin, Uji tanin, uji steroid


74

Lampiran 15. Hasil Uji DPPH

Alat Spektrofotometer UV-Vis

Ekstrak etanol daun senggani Dekok daaun senggani


75

RIWAYAT HIDUP

Yulanda atau yang akrab disapa yulan, lahir di alue udep

(aceh timur), 21 juni 1998. Penulis merupakan anak ke tiga

dari bapak Rusli Usman dengan ibu Widi Utami penulis

merupakan kewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam.

Penulis tinggal d desa Harapan Maju Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat, Provinsi Seumatra Utara. Penulis menyelasaikan pendidikan

di sekolah Dasar Negri 057765 Aman Damai kecamatan Sei Lepan pada tahun

2004-2010 dan kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama MTS TPI

Sawit seberang kecamatan Sawit seberang pada tahun 2010-2013. Dan kemudian

melanjutkan pendidkannya di Sekolah Menengah Atas MAS TPI Sawit seberang

kecamatan Sawit Seberang pada tahun 2013-2016 , Kemudian melanjutkan

pendidikannya di Unversitas Haji Sumatera Utara Program Studi Farmasi pada

tahun 2017-2021. Selain kuliah penulis juga mengikut organisasi sepert senat

mahasiswa (SEMA) dan menjabat sebagai Bendahara, karna sejatinya

kesempurnaan hanya milik sang pencipta maka penulis sangat mengharapkan dan

menghargai kritik dan saran mengenai skripsi ini, yng dapat dsampaikan kepada

penulis di alamat email Yyulanda02@gmal.com No Hp.082368403359.


76

Anda mungkin juga menyukai