SKRIPSI
WINDA FRESHA
G 701 16 002
MARET 2020
1
STUDI PROSPEKTIF EVALUASI KADAR GLUKOSA DARAH
PASIEN HIPERTENSI YANG MENGGUNAKAN OBAT
GOLONGAN ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER
(ARB) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PALU
SKRIPSI
WINDA FRESHA
G 701 16 002
MARET 2020
2
3
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
DEWAN PENGUJI
MENGETAHUI,
Dakan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Winda Fresha
G 701 16 002
5
ABSTRAK
Kata kunci: kadar glukosa darah puasa, hipertensi, Angiotensin Receptor Blocker
6
ABSTRACT
7
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat bantuan berupa bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga
akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini. Dan yang
sangat teristimewa penulis persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada
Ayahanda Irwan Sakur S.pd.I dan Ibunda Asni Haruas yang telah
membesarkan, membimbing dan mendidik penulis selama 21 tahun dengan kasih
sayang, perhatian yang tulus, dan doa yang selalu dipanjatkan selama ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan terimakasih penulis persembahkan
juga untuk saudara-saudariku Moh. Rizki Fauzan, S.pd dan Moh Farhan Sakur
yang telah memberikan motivasi, mengingatkan dan mendoakan penulis serta
sudah memberikan kasih sayang kepada penulis yang tak terhingga.
8
menyelesaikan skripsi dan selalu memberi wawasan, arahan dan meluangkan
waktunya untuk mendengarkan keluhan penulis.
5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah banyak
membantu dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
6. Seluruh staf akademik FMIPA UNTAD yang telah memberikan pelayanan
yang baik kepada penulis selama kuliah.
7. Semua Laboran Jurusan Farmasi yang banyak membantu selama praktikum (ka
ian, ka isti, ka lena, ka mute, ka najib dan pak joko).
8. Kepala RSUD Undata Palu yang telah memberikan izin melaksanakan
penelitian.
9. Kepala Ruangan dan Seluruh Staf Poli Jantung RSUD Undata Palu yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian.
10. Teruntuk teman-teman kelas A (Aquad) terima kasih untuk semua waktunya
yang mulai dari awal maba sampai dengan sekarang masih selalu bersama-
sama dalam segala hal apapun yang dilakukan.
9
11. Teruntuk keluarga penulis selama di Farmasi “Rata-ratasquad” yaitu Anggun
Fitriana, Sri Rahayu, Nurul Ismi T jane, Titania Nurhalizah Pakamundi, Oviana
Kristiono, Moch. Taufik Hidaya R.Saing, Muh. Suarman dan Moh Aqib,
terima kasih untuk semua waktunya, yang dari awal selalu ada dalam suka
maupun duka, yang selalu mau mengerti penulis, yang selalu menasehati mana
yang baik dan buruk, semoga kita semua diberikan kesehatan dan umur yang
panjang, sehingga kita dapat bertemu kembali dalam keadaan sehat dan sukses
untuk kita semua. Semoga segala urusannya lancar dan dipermudah. Semua
perjalanan butuh proses, dan semua perjalanan punya cerita masing-masing.
Semangat sampai titik akhir perkuliahan guys. Mari saling mengingat dan
jangan pernah saling melupakan.
12. Teruntuk sahabat penulis Dwi Farra Oliza, Rifka Aprilia dan Putri Valeriana
yang dari TK sampai sekarang ini walaupun kita beda tempat pendidikan
terima kasih selalu mau mendengarkan keluh kesah penulis dan memberikan
motivasi dan dukungan. Semoga dilancarkan melewati tahap tugas akhirnya.
13. Teruntuk sahabat sedari SMA penulis yang sama-sama berjuang di Farmasi
untad Moch.Taufik Hidayah R.Saing. Terimakasih untuk ilmu, nasehat, dan
saling supportnya. Semoga dilancarkan segala urusannya. Semangat.
14. Teruntuk patner penulis Anggun Fitriana, dari awal proposal hingga skripsi,
yang secara kebetulan dosen pembimbing sama, dan judul pun hampir sama,
karena judulnya sehingga judul penulis pun tercipta. Terima kasih sudah mau
mengerti dengan penulis yang selalu banyak maunya, menjengkelkan, terima
kasih untuk drama selama proposal, penelitian dan skripsi. Terima kasih pula
untuk perjuangannya hingga sampai ditahap ini, Semoga selalu dalam keadaan
yang baik, sampai ketemu dikeadaan yang lebih baik nantinya.
15. Teruntuk teman seperjuangan penelitian di Rumah Sakit Undata Palu Anggun
Fitriana, Firda, dan Ria. Dan juga buat Upik, Ayu, dan Kiki yang selalu
menemani penulis saat evaluasi, terima kasih untuk waktunya semangat dan
suskses untuk kita semua.
16. Terima kasih untuk teman-teman SPKK Farmasi angkatan ke II tahun 2019.
10
17. Keluarga Pulvis 2016, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
terima kasih telah mewarnai perkuliahanan selama ini, sukses selalu untuk
kalian.
18. Kakak-kakak dan adik-adik angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017
dan 2018 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menjadi
bagian yang indah selama di Farmasi.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini.
Penulis berharap semoga Allah SWT yang Maha Pengasih membalas segala
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak khususnya untuk ilmu farmasi sehingga dapat
bermanfaat untuk masyarakat luas.
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
1.4.1 Pendidikan .............................................................................. 3
1.4.2 Pelayanan ............................................................................... 3
1.4.3 Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................................... 4
12
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 6
2.2 Tatalaksana Terapi 7
2.2.1 Farmakologi 7
2.2.2 Non Farmakologi 10
2.5 Algoritma Terapi.......................................................................... 13
BAB V PENUTUP................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 30
5.2 Saran .. ................................................................................... 30
13
PERSETUJUAN ETIK ............................................................................
SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBIMBING SKRIPSI.........................
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI...................................................
NASKAH JURNAL .................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 algoritma terapi hipertensi ...................................................... 13
15
DAFTAR ISTILAH
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Analisis Uji Mann Whitney Pada Selisih Peningkatan Kadar
Gula Darah Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu .................................................................................. 40
Lampiran 3 Data Kadar Gula Darah Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu ..................................................................... 42
Lampiran 4 Data Pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta
hipertensi di rumah sakit umum daerah undata pa.................. 43
Lampiran 5 Data obat yang digunakan oleh pasien rawat jalan poli jantung
dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah
undata palu...................................................................... 44
Lampiran 6 Dokumentasi ............................................................................ 45
17
18
BAB I
PENDAHULUAN
19
mencapai 31,7% (Yonata, Satria, & Pratama, 2016). Di Sulawesi Tengah
prevalensi hipertensi pada tahun 2015 hingga 2017 mengalami peningkatan
yaitu dari 3,61% menjadi 27,8% (Dinkes Sulawesi Tengah, 2017) . Adapun di
Kota Palu sendiri presentase hipertensi menurut (Dinkes Sulawesi Tengah,
2017) adalah sebesar 44,5%.
20
losartan juga dapat menurunkan kadar gula darah. Losartan dapat menurunkan
kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan sampai hipertensi sedang
(Bharati & Singh, 2016). Dimana obat ini bekerja dengan mencegah efek
inhibisi angiotensin II terhadap sekresi insulin sel pangkreas, sehingga
konsentrasi insulin serum akan meningkat dan mengakibatkan penurunan
kadar gula darah (Tian, Yan, Deng, & She, 2016).
21
dapat diberikan yaitu mengenai Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB
1.4.2 Pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah bagi
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB.
1.4.3 Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian yang
terkait degan Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu.
22
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan
darah arteri (BP) yang terus meningkat. Pada awal tahun 1990-an
hiperensi diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko paling signifikan
untuk penyakit kardiovaskular (CV). Meningkatkan kesadaran dan
diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol BP dengan pengobatan
yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas CV (Dipiro et al.,
2017).
2.1.2 Klasifikasi
Menurut (Glenn et al., 2017) klasifikasi hipertensi dapat dilihlihat pada
tabel berikut :
Table 2.1 Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi Sistolik mm Hg Diastolik mm Hg
24
Normal < 120 Dan < 80
Tinggi 120-129 Dan < 80
Tekanan darah tinggi 130-139 Atau 80 – 89
(hipertensi) tahap 1
Tekanan darah tinggi ≥ 140 atau ≥ 90
(hipertensi) tahap 2
2.1.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer/esensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat
pada hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan
yang mendas, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
hyperaldosteronism dan sebagainya (Paul A. James et al., 2014).
2.1.4 Patofisiologi
Berbagai faktor yang mengendalikan BP merupakan komponen
potensial yang berkontribusi dalam pengembangan unsur esensial
hipertensi. Ini termasuk kerusakan pada humoral (yaitu, sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS) atau mekanisme vasodepresor,
mekanisme neuron abnormal, defek autoregulasi perifer, dan gangguan
pada natrium, kalsium, dan hormon natriuretik. Banyak dari faktor-
faktor ini secara kumulatif dipengaruhi oleh RAAS multifaset, yang
akhirnya mengatur TD arteri. Mungkin tidak ada satu faktor pun yang
bertanggung jawab sepenuhnya (Dipiro et al., 2017).
25
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bias timbul
gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas dan
gelisah (Manuntung, 2018).
26
total. Sebaliknya, efek verapamil dan diltiazem terutama pada
jantung, mengurangi denyut jantung dan curah jantung.
Dihydropyridine kerja panjang lebih disukai karena mereka lebih
nyaman bagi pasien dan menghindari fluktuasi besar dalam
konsentrasi obat plasma yang dapat dikaitkan dengan efek
samping (Whittlesea & Hodson, 2019)
3. Diuretik
Contoh dari obat-obatan termasuk bendrolumethiazide dan
hydrochlorothiazide, atau diuretik seperti tiazid, misalnya,
klortalidon dan indapamid. Obat-obatan ini murah dan dapat
ditoleransi dengan baik kebanyakan pasien. Tindakan diuretik
mereka dicapai dengan blokade reabsorpsi natrium tubulus ginjal
distal. Awalnya, mereka berkurang tekanan darah dengan
mengurangi volume darah yang bersirkulasi, tetapi dalam jangka
panjang, mereka mengurangi resistansi perifer total,
menunjukkan tindakan vasodilatasi langsung. Meskipun
umumnya ditoleransi dengan baik, diuretik thiazide dan seperti
thiazide dapat menyebabkan hipokalaemia, peningkatan kecil
kolesterol low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, dan
asam urat yang berhubungan dengan gangguan ekskresi urat.
Disfungsi ereksi juga sering terjadi (Whittlesea & Hodson, 2019).
4. α-Adrenoreceptor blockers
α Adrenoreseptor blocker memusuhi α adrenoceptor di dinding
pembuluh darah dan, dengan demikian, mencegah noradrenalin
(norepinefrin) yang diinduksi vasokonstriksi. Akibatnya, mereka
mengurangi resistensi perifer total dan tekanan darah. Prazosin
pada awalnya digunakan tetapi memiliki kelemahan yaitu short
acting dan menyebabkan hipotensi irstdosis. Agen yang lebih
baru seperti doxazosin dan terazosin memiliki durasi aksi yang
lebih lama. Ada kekhawatiran tentang penggunaan linier α-
blocker pertama karena beberapa studi menunjukkan bahwa
27
doxazosin lebih sering dikaitkan dengan gagal jantung dan stroke
daripada diuretik thiazide. Namun, mereka dapat dianggap
sebagai tambahan terapi untuk pasien dengan hipertensi resisten
yang tidak terkontrol dengan menggunakan agen lain (Whittlesea
& Hodson, 2019).
5. β-Adrenoreceptor antagonis
Cara kerja β-adrenoreceptor atau antagonis pada hipertensi tidak
pasti. Blokade β-adrenoreseptor mengurangi curah jantung dalam
jangka pendek dan selama latihan. Ini juga mengurangi sekresi
renin dengan cara antagonisasi reseptor β dalam aparatus
juxtaglomerular. Tindakan pusat juga penting bagi beberapa
agen. Β-blocker non-selektif dapat menimbulkan efek samping
sebagai akibat antagonisme β2-adrenoceptor, yaitu asma. dan
memperburuk klaudikasio intermiten. Namun, yang disebut
‘Kardio selektif’ (β1-selektif) β-blocker tidak sepenuhnya bebas
dari efek samping ini (Whittlesea & Hodson, 2019).
6. β-Blockers
β-blockers dbagi menjadi beta blockers generasi pertama, kedua,
dan ketiga. Golongan obat ini juga dapat diklasifikasikan sebagai
vasodilator dan non vasodilator. β-blockers vasodilatasi
(carvedilol dan nebivolol) lebih efektif dan diterima dengan baik
dari pada β-blockers non vasodilatasi (atenolol, metoprolol dan
propranolol). Karena pemanfaatannya tidak meningkatkan
kemungkinana DM dan penambahan berat badan. Salah satu beta
blockers vasodilatasi nebivolol tidak hanya secara efektif
mengontrol tekanan darah dengan meningkatkan kadar oksida
nitrit tetapi juga memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Karena berbagai efek menguntungkan dari β-blockers
vasodilatasi (Whittlesea & Hodson, 2019).
28
7. α-Adrenergic Receptor Blockers
Untuk mengobati hipertensi resistensi, agen antihipertensi lini
kedua seperti α-adrenergik receptor blockers, vasodilator dan gen
yang bekerja secara terpusat dapat digunakan karena obat
golongan ini tidak menunjukan efek yang diinginkan ketika
digunakan sebagai monoterapi. Obat ini dapat digunakan dalam
kasus kondisi alergi dengan agen antihipertensi lini pertama
(Whittlesea & Hodson, 2019).
8. Central α-Agonis
Metildopa disarankan sebagai terapi lini pertama untuk
mengontrol tekanan darah pada wanita hamil hipertensi.
Metildopa memiliki sedikit efek samping seperti kekurangan
energi dan pusing. Klonidin bukan obat antihipertensi lini
pertama, tetapi seperti spironolakton, obat ini juga
mengendalikan tekanan darah rendah hipertensi ketika
ditambahkan ke rejimen tiga jenis (ACEI, ARB dan CCB)
(Whittlesea & Hodson, 2019).
9. Adrenergic Depleters
Reserpine adalah alkaloid yang diperoleh dari rauwolfia
serpentine. Ini efektif untuk hipertensi ketika diberikan dalam
dosis rendah. Ini memiliki aktivitas yang sama dengan agen
antihipertensi lini pertama lainnya untuk mengontrol tekanan
darah sistolik, tatapi diperlukan lebih banyak uji klinis untuk
menentukan dosis (Whittlesea & Hodson, 2019).
10. Vasodilators
Hydralazine intravena memiliki khasiat untuk hipertensi akut
selama kehamilan itu juga mengonttrol tekanan darah pada anak-
anak yang dirawat di rumah sakit tetapi dapat menghasilkan
hipotesis. Mioxidil digunakan untuk hipertensi resisten dan tidak
29
terkontrol sebagai obat antihipertensi cadangan (Whittlesea &
Hodson, 2019).
Menurut (Dipiro et al., 2017) program diet yang masuk akal adalah
program yang dirancang untuk mengurangi berat badan secara bertahap
(untuk pasien kelebihan berat badan dan obesitas) dan yang membatasi
asupan natrium hanya dengan konsumsi alkohol sedang jika seseorang
mengonsumsi alkohol. Berhasil implementasi modifikasi gaya hidup
diet oleh dokter memerlukan promosi agresif melalui pasien
pendidikan, dorongan, dan penguatan terus. Alasan untuk intervensi
diet pada hipertensi dapat dijelaskan kepada pasien sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan, sekecil 5% hingga 10% dari berat tubuh
Anda, dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada
kelebihan berat badan atau obesitas pasien.
2. Diet yang kaya buah-buahan dan sayuran dan rendah lemak jenuh
telah terbukti menurunkan BP pada pasien dengan hipertensi.
3. Kebanyakan orang mengalami penurunan TD dengan
pembatasan natrium
30
kandungan lemak jenuh dan total berkurang. Disarankan sebagai wajar
dan diet layak yang telah terbukti menurunkan BP. Asupan natrium
harus diminimalisasi sebanyak mungkin, idealnya menjadi 1,5 g / hari,
meskipun tujuan sementara kurang dari 2,3 g / hari mungkin masuk akal
mengingat kesulitan dalam mencapai ini asupan rendah. Pasien harus
mengetahui berbagai sumber natrium makanan (misalnya, makanan
olahan, sup, dan garam dapur) sehingga mereka dapat mengikuti
rekomendasi ini. Asupan kalium harus didorong melalui buah-buahan
dan sayuran dengan kandungan tinggi (idealnya 4,7 g / hari) pada
mereka yang memiliki fungsi ginjal normal atau tanpa gangguan
ekskresi kalium. Penggunaan alkohol berlebihan dapat menyebabkan
atau memperburuk hipertensi. Pasien dengan hipertensi yang minum
minuman beralkohol harus membatasi asupan harian mereka (Dipiro et
al., 2017).
31
2.3 Algoritma terapi
Hipertensi
tahap 1 (SBP
130-139 atau
DBP 80-89 Hipertensi tahap 2
hg) (SBP ≥ 140 atau DBP
≥ 90 hg)
Monoterapi
ACEI, ARB, CCB
Atau Tiazid Dua kombinasi
Atau obat
Dua Kombinasi Obat ACEI atau ARB
Menggunakan dengan CCB
ACEI Atau ARB ACEI atau ARB
Dengan CCB Atau dengan tiazid
Tiazid
32
Dengan
Compelling
Indication
33
BAB III
METODE PENELITIAN
34
pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Jenis penelitian
ini akan dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa sebelum dan
sesudah penerimaan terapi ARB dengan jangka waktu 3 bulan (Bharati &
Singh, 2016).
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien dengan Diabetes Mellitus
35
b. Pasien hipertensi yang meninggal dunia setelah mendapatkan
perawatan di instalasi rawat jalan rumah sakit umum daerah
undata palu.
c. Pasien hipertensi yang diberikan terapi diuretik tiazid,
kortikosteroid, propanolol, fenotiazin, litium dan asam nikotinat.
3. Besar sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ≥ 30 pasien.
Dimana ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian (Agung, 2006).
36
2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini yaitu penggunaan obat
antihipertensi golongan ARB.
b. Definisi Operasional
1. Pasien hipertensi adalah pasien yang terdaftar pada registrasi di
Rumah sakit umum daerah undata palu.
2. Evaluasi kadar glukosa adalah monitoring kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah terapi antihipertensi ARB.
3. Kadar glukosa puasa adalah ≤ 126 mg/dL. Puasa didefinisikn
sebagai tidak adanya asupan kalori selama setidaknya 8 jam .
4. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki
secara biologis sejak seseorang lahir.
Kategori : a. laki-laki b. Perempuan
Skala : Nominal
5. Usia adalah usia pasien waktu masuk rumah sakit berdasarkan
kelompok umur adalah sebagai berikut:
a. 18 – 30 tahun
b. 31 – 50 tahun
c. 51 – 64 tahun
d. > 65 tahun
Skala : Rasio
6. Manifestasi klinik merupakan gejala spesifik dialami pasien seperti
pusing, sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur dan keluar
darah dari hidung secara tiba-tiba.
7. Diagnosa adalah identifikasi penyakit dari kondisi pasien
8. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung
untuk menggerakan darah keseluruh tubuh.
37
Tekanan darah tinggi
130-139 atau 80 – 89
(hipertensi) tahap 1
Tekanan darah tinggi
≥ 140 atau ≥ 90
(hipertensi) tahap 2
38
5. Meter berbunyi bip dan berkedeip ketika darah yang berada di
strip tes cukup. Tunggu hingga hasil tes muncul di layar setelah
5 detik.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sampel
40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli rawat jalan penyakit
jantung rumah sakit umum daerah Undata Palu selama bulan September 2019
sampai Januari 2020, diperoleh sebanyak 33 pasien yang terdiagnosa
hipertensi, dengan 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan 3
pasien memenuhi kriterian eksklusi diamana 1 pasien terdiagnosa Diabetes
Mellitus dan 2 pasien tidak kembali (lost to follow up) sehingga hanya 30
pasien yang dapat dijadikan sebagai sampel.
Tabel 4.1 Data demografi pasien hipertensi yang dijadikan sampel penelitian
di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Jumlah pasien Persentase
Karakteristik pasien
(n=30) (%)
14 46.7
Laki-laki
Jenis kelamin 16 53.3
Perempuan
33.3
≥65 10
53.3
51-64 16
Usia 10.0
31-50 3
3.3
18-30 1
Wiraswasta 2 6.7
Pensiun 10 33.3
41
Tabel 4.1 menjelakan bahwa dari 30 sampel pasien hipertensi rawat jalan
di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, jumlah sampel pasien
hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu pasien yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 pasien (53,3%) sedangkan pasien
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 pasien (46,7%). Jenis kelamin
dapat berpengaruh pada regulasi tekanan darah. Hal ini sejalaan dengan
penelitian (Hussain et al., 2016) yang menjalaskan bahwa hipertensi lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Akan tetapi pada
perempuan resiko hipertensi akan menigkat setelah masa menopaus.
Dimana pada masa monopaus hormon estrogen akan berkurang, apabila
hormon estrogen berkurang maka sel-sel endotel akan terganggu sehingga
memicu timbulnya plak didalam pembuluh darah yang akan menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi.
42
sebelumnya telah dijelaskan bahwa usia menjadi salah satu faktor resiko
dari hipertensi, seiring dengan bertambahnya usia maka akan lebih beresiko
terdiagnosa hipertensi. Kemudian kurangnya melakukan aktivitas fisik juga
menjadi salah satu faktor resiko hipertensi Pmisalnya olahraga, olahraga
dapat mempengaruhi tekanan darah, menurut (Sartik, Tjekyan, &
Zulkarnain, 2017) menjelaskan bahwa olahraga dapat menyebabakan
pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru dan jalan darah yang baru,
dengan demikian hal yang menghambat pengaliran darah dapat dihindarkan
atau dikurangi, yang berarti menurunkan tekanan darah.
43
Nyeri dada, sesak nafas,
jantung 2 6.7
Pusing 1 3.3
4.3.2 Diagnosa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data
diagnosa pasien hipertensi seperti yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
44
Hipertensi + HHD + CHF 3 10.0
Hipertensi + APS 3 10.0
Hipertensi + CHF 4 13.3
Hipertensi + CHF + CAD 5 16.7
Hipertensi + AHD 2 6.7
Keterangan: HHD : Hipertensi heart deases, CAD: coronary artery
disease, CHF : congestive heart failure, APS : Angina
Pektoris Stabil, AHD : Anemic Heart Disease.
45
Tabel 4.4 Profil pengobatan pasien di poli jantung dengan penyakit
Penyerta hipertensi yang dijadikan sampel penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu
Nama Obat Jumlah Presentase
Kelas Terapi Golongan Obat Dosis (n = 30) (%)
Arb Candesartan 28 93,3
Telmisaartan 2 6,7
Penyekat Beta Bisoprolol 11 36,7
Diuretik Furosemid 8 26,6
Antiplatelet Clopidogrel 13 43,3
Obat Statin Simvastatin 6 20
Kardiovaskular Atrovastatin 1 3,3
Isosorbid
Nitrat 3 10
Dinitrit
Anti Koagulan Warfarin 1 3,3
Anti Trombolitik Aspilet 6 20
Anti Hiperlipidemia Fenofibrat 1 3,3
Antireflukd Dan Penghambat Pompa Lansoprazole 6 20
Antiulserasi Proton Sucralfat 1 3,3
Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 2 6,7
Multivitamin Suplemen Vitamin B 7 23,3
Allopurinol 1 3,3
Analgesik Dan Anti
Asetilsistenin 2 6,7
Inflamasi Non
Steroid Diklofenak 2 6,7
Muskuloskeletal
Meloxicam 1 3,3
Analgesik -
Paracetamol 1 3,3
Antipiretik
Tabel 4.4 menunjukan bahawa oabt yang paling banyak digunakan oleh
pasien hipertensi yaitu obat candesartan sebanyak 28 pasien (93,3%). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Husain, Azim, & Bhasin, 2011) dimana dijelaskan
bahwa candesartan diklasifikasikan sebagai antagonis tipe 1 reseptor
angiotensin II. Antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 banyak digunakan
dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infark miokard.
Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan memiliki penyerapan
46
oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah dan
digunakan dalam pengobatan hipertensi.
Tabel 4.5 Data terapi pengobatan pasien hipertensi yang dijadikan Sampel
Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Regimen Jumlah Persentase
Terapi Golongan Obat (n=30) (%)
Candesartan 15 50
Tunggal ARB
Telmisartan 2 6,7
ARB +
Candesartan + Furosemid 8 26,7
Kombinasi Diuretik
2 ARB +
Beta Candesartan + Bisoprolol 5 16,7
Blocker
Keterangan : ARB : Angiotensin Receptor Blocker
47
15 pasien (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian (Husain et al., 2011)
dimana dijelaskan bahwa candesartan diklasifikasikan sebagai antagonis tipe
1 reseptor angiotensin II. Antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 banyak
digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung,
infark miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan
memiliki penyerapan oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana
takanan darah dan digunakan dalam pengobatan hipertensi. Sedangkan untuk
telmisartan sebanyak 2 pasien (6,7%). Untuk antihipertensi kombinasi 2 yang
paling banyak yaitu ARB dengan diuretik sebanyak 8 pasien (26,7%).
Penggunaan dua obat dapat menyebabakan efek aditif terhadap penurunan
tekanan darah. Kombinasi ARB dengan diuretik merupakan kombinasi
spesifik yang dapat menjadi pilihan. Furosemid merupakan diuretik kuat
digunakan penyakit jantung yang lebih berat, untuk menangani kelebihan
cairan karena furosemide menghasilkan diuresisi yang lebih besar dengan
tingkat natriuresis yang sama (Rosendorff et al., 2016).
48
selisih 13,351 mg/dl. Dan untuk telmisartan 80 mg memiliki nilai rata-rata
GDP sebelum dan sesudah yaitu 101,00 mg/dl dan 97,00 mg/dl dengan
selisish 3,960 ml/dl. Dari data tersebut obat candesartan dengan dosis 16 mg
dengan jumlah pasien 3 orang memiliki nilai selisih lebih besar dibandingkan
candesartan 8 mg dengan jumlah pasien 25 orang.
ARB +
Candesartan + 0,164
Diuretik
Furosemid
(n=8) 116.92 112.08
Kombinasi 2
mg/dl mg/dl
ARB + Beta
Candesartan +
Blocker Bisoprolol
(n=5)
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa nilai selisih dari regimen terapi tunggal dan
kombinasi setelah dilakukan uji chi square diperoleh yaitu 0,164 mg/dl,
berdasarkan nilai selisih tersebut diperoleh data tidak signifikan. Sehingga
dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh atau hubungan antara
pengobatan antihiperensi tunggal dan kombinasi terhadap penurunan kadar
gula darah pausa.
4.8 Evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat
golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
49
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data evaluasi kadar
glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan ARB yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Data evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang
menggunakan obat golongan ARB
Hasil
Rerata
Kategori Presentase Signifikan
(mg/dl)
p=0,05
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kadar GDP pasien hipertensi
sebelum dan sesudah menggunakan obat golongan ARB selama 3 bulan
terjadi penurunan kadar GDP yaitu dari 113,83 mg/dL menjadi 107,83
mg/dL, selisih 6,367 dengan persentase penurunan 5,593% dan nilai
signifikan 0,049. Berdasarkan nilai evaluasi dari 30 pasien setelah dilakukan
pemeriksaan GDP sebanyak 26 pasien nilai GDP menurun, akan tetapi masih
berada di batas normal, dan 1 pasien nilai GDP menurun dibawah batas
normal yaitu < 70 mg/dl . Sedangkan 3 pasien mengalami peningkatan GDP
diatas batas normal. Dimana Untuk nilai normal GDP yaitu 70 - 126 mg/dL
(Dipiro et al., 2017).
Pada penelitian ini, sebelum dilakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro wilk karena
jumlah sampel pada penelitian ini <50. Setelah dilakukan uji normalitas
didapatkan nilai signifikan >0,05 yang berarti data terdistribusi normal.
Karena data terdistribusi normal sehingga dilakukan uji analisis
menggunakan paired samples t-test.
50
Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test. Didapatkan hasil kadar GDP
dengan nilai p=0,049 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
penurunan kadar GDP dari penggunaan antihipertensi golongan ARB. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tian et al., 2016) yang
menjelaskan tentang Antihipertensi golongan ARB dapat menurunkan kadar
glukosa darah, ARB yang terkait dapat menurunkan kadar glukosa darah
adalah valsartan. Berdasarkan hasil penelitian (Dakhale et al., 2015)
telmisartan dan losartan juga dapat menurunkan kadar gula darah. Dan
Losartan dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan
sampai hipertensi sedang (Bharati & Singh, 2016).
51
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat pengaruh terhadap
evaluasi kadar glukosa darah puasa pasien hipertensi yang menggunakan obat
golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu yang dilakukan
selama 3 bulan, dimana nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,049.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan perbandingan evaluasi
kadar GDP terhadap pasien hipertensi yang menggunakan obat candesartan
dan telmisartan.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Dakhale, G., Salve, A., Hardas, M., Mahatme, M., Hiware, S., & Shinde, A. (2015).
Clinical efficacy and safety of telmisartan versus losartan and their effect on
lipid profile in stage 1 hypertension: A randomized, double blind, 12 week
trial. 5(3), 49–56. https://doi.org/10.7439/ijpr
55
Blood Pressure in adults. Hypertension, 71(6), E13–E115.
https://doi.org/10.1161/HYP.0000000000000065
Hartayu, T. S., & Setyaningsih, D. (2017). The effectiveness of clopidogrel as an
antithrombotic compared to ticlopidine and aspirin ( meta-analysis )
efektivitas clopidogrel sebagai antitrombotik dibandingkan terhadap
ticlopidine dan aspirin ( meta-analysis ) Fakultas Farmasi , Universitas
Sanata. 14(1), 65–73.
Husain, A., Azim, M. S., & Bhasin, M. M. and P. S. (2011). A review on
Candesartan: Pharmacological and pharmaceutical profile. Journal of Applied
Pharmaceutical Science, 1(10), 12–17.
Hussain, Akhtar, M., Mamun, A., Reid, A., Huxley, C., & R., R. (2016). Prevalence,
awareness, treatment and control of hypertension in Indonesian adults aged
≥40 years: Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS
ONE, 11(8), 1–16. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160922
Manuntung, A. (2018). Terapi kognitif pada Pasien Hipertensi. Wineka Medika.
Oktianti, D., Dewi, F., & Pujiawati, M. (2017). Evaluation of Antihypertension
Drugs on Patients Diabetes Mellitus in Rsi Sultan Agung Semarang 2016. 7,
197–203.
Paul A. James, M., Suzanne Oparil, M., Barry L. Carter, P., Cushman, W. C.,
Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., … Olugbenga Ogedegbe, MD, MPH,
MS; Sidney C. Smith Jr, Laura P. Svetkey, MD, MHS; Sandra J. Taler, MD;
Raymond R. Townsend, M. J. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). 1097(5),
507–520. https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427
Ramadini, I., & Lestari, S. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Stress Dengan
Nyeri Dada Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung
Rsup. Dr. M. Djamil. Human Care Journal, 2(3).
https://doi.org/10.32883/hcj.v2i3.98
Rosendorff, C., Lackland, D. T., Allison, M., Aronow, W. S., Black, H. R.,
Blumenthal, R. S., … White, W. B. (2016). Treatment of Hypertension in
Patients with Coronary Artery Disease. A Case-Based Summary of the 2015
AHA/ACC/ASH Scientific Statement. American Journal of Medicine, 129(4),
372–378. https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2015.10.045
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors and the Incidence
of Hipertension in Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–
191. https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191
56
Sumawa, P. M. R. (2015). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode Januari-Juni 2014. Pharmacon, 4(3), 126–133. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/8850
Tian, Z., Yan, Y., Deng, S., & She, Q. (2016). Effect of valsartan on insulin
resistance in patients with hypertension: A systematic review and meta-
analysis. International Journal of Clinical and Experimental Medicine, 9(7),
14047–14056.
Whittlesea, C., & Hodson, K. (2019). Clinical Pharmacy and Therapeutics. In Appl.
Phys. A (Vol. 73).
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Arif Satria Putra Pratama dan Ade
Yonata | Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke Majority.
Majority, 5(3), 17.
57
LEMBAR PENGUMPUL DATA
Kadar Glukosa Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Antihipertensi Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Terapi Pengobatan
58
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Sebelum Sesudah
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Studi
Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi Yang Menggunaan Obat
Golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu” dan setelah mendapatkan kesepakatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara suka rela dan tanpa
paksaan menyatakan bersedia diikut sertakan dalam penelitian tersebut.
Palu, 2019
Yang menyatakan
( ………………………………..)
59
LAMPIRAN 1
Hasil Analisis Uji Shapiro Wilk Pada Selisih Peningkatan Kadar Gula Darah
Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
60
LAMPIRAN 2
Hasil Analisis Paired Samples T-Test Pada Selisih Peningkatan Kadar Gula
Darah Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Lower Upper
61
62
63
LAMPIRAN 3
Data Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palua
Jenis kelamin U Kadar GDP
NO.RM BB TB
L P (Thn) Baselanie Evaluasi Ket. Selisih
213995 √ 80 70 Kg 165 Cm 101 mg/dl 97 mg/dl ↓ 4
412752 √ 59 60 Kg 155 Cm 118 mg/dl 113 mg/dl ↓ 5
167468 √ 63 60 Kg 156 Cm 131 mg/dl 120 mg/dl ↓ 11
559247 √ 43 65 Kg 155 Cm 140 mg/dl 126 mg/dl ↓ 14
82586 √ 59 52 Kg 150 Cm 93 mg/dl 89 mg/dl ↓ 4
01012509 √ 43 55 Kg 150 Cm 87 mg/dl 85 mg/dl ↓ 2
446933 √ 66 72 Kg 165 Cm 101 mg/dl 97 mg/dl ↓ 4
386677 √ 64 55 Kg 160 Cm 147 mg/dl 116 mg/dl ↓ 31
324804 √ 60 75 Kg 157 Cm 139 mg/dl 120 mg/dl ↓ 19
01005325 √ 61 47 Kg 147 Cm 101 mg/dl 98 mg.dl ↓ 3
558873 √ 65 50 Kg 147 Cm 158 mg/dl 140 mg/dl ↓ 18
813444 √ 80 55 Kg 150 Cm 105 mg/dl 103 mg/dl ↓ 2
460859 √ 59 75 Kg 159 Cm 91 mg/dl 90 mg/dl ↓ 1
296416 √ 55 65 Kg 150 120 mg/dl 112 mg/dl ↓ 8
144685 √ 57 87 Kg 163 Cm 106 mg/dl 100 mg/dl ↓ 6
527196 √ 57 78 Kg 154 Cm 121 mg/dl 149 mg/dl ↓ 15
424658 √ 56 55 Kg 154 Cm 111 mg/dl 137 mg/dl ↑ -26
508925 √ 65 77 Kg 150 Cm 123 mg/dl 106 mg/dl ↑ -26
546736 √ 59 63 Kg 164 Cm 101 mg/dl 72 mg/dl ↓ 29
382945 √ 66 55 Kg 155 Cm 103 mg/dl 70 mg/dl ↓ 33
64
377620 √ 68 76 Kg 165 Cm 94 mg/dl 90 mg/dl ↓ 4
468734 √ 60 80 Kg 159 Cm 113 mg/dl 111 mg/dl ↓ 2
465878 √ 72 65 Kg 165 Cm 97 mg/dl 90 mg/dl ↓ 7
406501 √ 63 53 Kg 150 Cm 117 mg/dl 113 ng/dl ↓ 4
111602 √ 60 45 Kg 155 Cm 142 mg/dl 126 mg/dl ↓ 16
01012338 √ 52 60 Kg 150 Cm 102 mg/dl 100 mg/dl ↓ 2
519291 √ 71 50 Kg 150 Cm 110 mg/dl 161 mg/dl ↑ -51
371671 √ 65 60 Kg 160 Cm 108 mg/dl 87 mg/dl ↓ 21
489312 √ 46 50 Kg 157 Cm 101 mg/dl 80 mg/dl ↓ 21
806566 √ 21 40 Kg 147 Cm 134 mg/dl 126 mg/dl ↓ 8
Keterangan:
No. RM : Nomor Rekam Medik, L : Laki-Laki, P : Perempuan, U : Usia, BB : Berat Badan, TB : Tinggi Badan, GDP : Gula Darah Puasa
65
LAMPIRAN 4
Pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah undata palu
JK U Manifestasi klinis
NO.RM BB TB
L P (Thn) ND CP SN SK P JNTG
213995 √ 80 70 Kg 165 Cm √
412752 √ 59 60 Kg 155 Cm √ √
167468 √ 63 60 Kg 156 Cm √
559247 √ 43 65 Kg 155 Cm √ √
82586 √ 59 52 Kg 150 Cm √ √
01012509 √ 43 55 Kg 150 Cm √ √ √
446933 √ 66 72 Kg 165 Cm √ √
386677 √ 64 55 Kg 160 Cm √ √
324804 √ 60 75 Kg 157 Cm √ √ √
01005325 √ 61 47 Kg 147 Cm √
558873 √ 65 50 Kg 147 Cm √
813444 √ 80 55 Kg 150 Cm √
460859 √ 59 75 Kg 159 Cm √
296416 √ 55 65 Kg 150 Cm √
144685 √ 57 87 Kg 163 Cm √
527196 √ 57 78 Kg 154 Cm √
424658 √ 56 55 Kg 154 Cm √
508925 √ 65 77 Kg 150 Cm √
546736 √ 59 63 Kg 164 Cm √
66
382945 √ 66 55 Kg 155 Cm √
377620 √ 68 76 Kg 165 Cm √ √
468734 √ 60 80 Kg 159 Cm √
465878 √ 72 65 Kg 165 Cm √
406501 √ 63 53 Kg 150 Cm √
111602 √ 60 45 Kg 155 Cm √
01012338 √ 52 60 Kg 150 Cm √
519291 √ 71 50 Kg 150 Cm √
371671 √ 65 60 Kg 160 Cm √
489312 √ 46 50 Kg 157 Cm √
806566 √ 21 40 Kg 147 Cm √
Keterangan :
ND: Nyeri dada, CP: Cepat Capek, SN : Sesak Nafas, SK : Sakit kepala, P : Pusing, JNTG : Jantung
67
LAMPIRAN 5
Data obat yang digunakan oleh pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah
undata palu
JK Manifestasi klinis
U
NO.RM Dosis
L P (Thn) Nama obat Frekuensi Bentuk sediaan Rute pemberian
(mg)
Telmisartan 80 0-0-1 Tablet P.O
213995 √ 80 Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
Nevodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
412752 √ 59 Cetocolazol 200 1x1 Tablet P.O
Alprazolam 0,5 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tabel P.O
167468 √ 63
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
559247 √ 43
Concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
82586 √ 59 Aspilet 81 0-0-1 Tablet P.O
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
01012509 √ 43 Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Clopidogrel 75 1-0-0 Tablet P.O
Telmisartan 80 0-0-1 Tablet P.O
446933 √ 66
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
386677 √ 64 Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Sucralfat 2 2x1 Tablet P.O
324804 √ 60 Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
68
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Allopurinol 100 0-0-1 Tablet P.O
Concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
01005325 √ 61
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Finofibrat 300 1x1 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
558873 √ 65 Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
813444 √ 80 Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
460859 √ 59 Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Asetilsistein 3x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Cedocard 5 3x1 Tablet P.O
296416 √ 55
Asetilsistein 3x1 Tablet P.O
Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
144685 √ 57
Aspilet 80 Tablet P.O
natrium diklofenak 50 3 x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
527196 √ 57
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
69
Aspilet 80 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
424658 √ 56 Aspilet 80 Tablet P.O
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
508925 √ 65
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
concor 5 1-0-0 Tablet P.O
546736 √ 59
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Aspilet 80 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
382945 √ 66
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Finofibrat 300 1x1 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
377620 √ 68 Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Neorodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Meloxicam 15 1x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
468734 √ 60
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
465878 √ 72
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Neorodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
406501 √ 63
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
70
Aprozolam 8 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
111602 √ 60
Lansoprazole 30 0-1-0 Kapsul P.O
Paracetamol 500 3x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
71
LAMPIRAN 6
Dokumentasi
72
73
74
RIWAYAT HIDUP
75
76
77
78
79
Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu.
Amelia Rumi, S.Farm., M.Sc., Apt1, Winda Fresha2
1
Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kode Pos 94118
Email :windafsh@gmail.com
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah arteri
(BP) yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi kadar
glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) seperti losartan, candesartan, valsartan,dan telmisartan di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan studi
cross-sectional dengan pengambilan data secara prospektif dengan jumlah sampel
penelitian 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi yakni pasien dewasa usia ≥ 18 tahun
yang menggunakan terapi ARB selama 3 bulan, diagnosa utama hipertensi tanpa Diabetes
Mellitus, menggunakan obat golongan ARB dan tidak menggunakan obat-obat yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
menggunakan alat gulkometer Accu-Chek Performa, dengan bahan sampel darah pasien.
Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah puasa pasien hipertensi yang
menggunakan obat golongan ARB terdapat penurunan rata-rata baseline dan evaluasi dari
113,83 mg/dl menjadi 107,83 mg/dl dengan nilai selisih 6,367 mg/dl. Analisis statistik
didapatkan nilai signifikansi p 0,045 (p=0,049; p<0,05) dimana antihipertensi golongan
ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada pasien hipertensi. Jika dilihat
secara klinis obat golongan ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien
hipertensi ringan sampai hipertensi sedang.
Kata kunci: kadar glukosa darah puasa, hipertensi, Angiotensin Receptor Blocker
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah arteri
(BP) yang terus meningkat. Pada awal tahun 1990-anhiperensi diidentifikasi sebagai salah
satu faktor risiko paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular (CV). Meningkatkan
kesadaran dan diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol BP dengan pengobatan
yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas CV.5 Hipertensi terjadi ketika tekanan darah
sistolik di atas atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas atau
sama dengan 90 mmHg.16
80
Angiotensin Receptor Blocker(ARB)adalah agen antihipertensi yang digunakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Pada beberapa penelitian obat golongan ARB ini
dapat menurunkan kadar glukosa darah. Oleh krena itu, hal inilah yang melatarbelakangi
penelitian tentang Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Hipertensi
yang menggunakan Obat golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
ETIKA PERSETUJUAN
Penelitian ini telah disetujui oleh komite Etika Penelitian dari Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan, Universitas Tadulako, dengan surat nomor 6744/UN 28.1.30/KL/2019.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah puasa sebanyak 2
kali pengukuran, yaitu sebelum dan dan sesudah diberikan terapi ARB selama 3 bulan
pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang dimaksud adalah pasien yang menerima
terai golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dengan kriteria inklusi,
yaitu: Pasien berusia> 18 tahun, pasien yang bersedia ikut dalam penelitian, pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, pasien yang menerima terapi antihipertensi golongan ARB,
pasien yang tidak terdiagnosis diabetes mellitus, dan sedang tidak menggunakan obat-
obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli rawat jalan penyakit
jantung rumah sakit umum daerah Undata Palu selama bulan September 2019 sampai
Januari 2020, diperoleh sebanyak 33 pasien yang terdiagnosa hipertensi, dengan 30
pasien yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan 3 pasien memenuhi kriterian eksklusi
diamana 1 pasien terdiagnosa Diabetes Mellitus dan 2 pasien tidak kembali (lost to follow
up) sehingga hanya 30 pasien yang dapat dijadikan sebagai sampel.
81
33.3
≥65 10
53.3
51-64 16
Usia 10.0
31-50 3
3.3
18-30 1
Wiraswasta 2 6.7
Pensiun 10 33.3
82
hipertensi. Kemudian kurangnya melakukan aktivitas fisik juga menjadi salah satu faktor
resiko hipertensi misalnya olahraga, olahraga dapat mempengaruhi tekanan darah,
menurut penelitian Sartika dkk tahun 2017 bahwa olahraga dapat menyebabakan
pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru dan jalan darah yang baru, dengan
demikian hal yang menghambat pengaliran darah dapat dihindarkan atau dikurangi, yang
berarti menurunkan tekanan darah.13
83
Hipertensi + CHF 4 13.3
Hipertensi + CHF + CAD 5 16.7
Hipertensi + AHD 2 6.7
Pada Tabel 3 menunjukan bahwa dari 30 pasien hipertensi yang dijadikan sebagai
sampel, diagnosis utama yang paling sering diderita pasien hipertensi adalah hipertensi
dengan Hipertensi Heart Deasese (HHD) sebanyak 6 pasien (20,0%). HHD atau penyakit
jantung hipertensi merupakan istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan yang disebebkan karena peningkatan tekanan darah baik
secara langsung maupun tidak. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
komplikasi penyakit lainnya. Hipertensi memiliki korelasi yang kuat terhadap kejadian
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kejadian hipertensi dapat menyebabkan
terjadinya Risiko stroke, infark miokard (IM), angina, gagal jantung, gagal ginjal, bahkan
kematian dini yang disebabkan langsung oleh peningkatan tekanan darah. Nilai tekanan
darah mulai dari 115/75, memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang berlipat disetiap
peningkatan 20/10 mmHg. Pasien dengan kondisi tekanan darah berada pada posisi
prehipertensi juga memiliki resiko mengalami gangguan kardiovaskular.4
Telmisaartan 2 6,7
84
Anti
Fenofibrat 1 3,3
Hiperlipidemia
Antireflukd Dan Penghambat Lansoprazole 6 20
Antiulserasi Pompa Proton Sucralfat 1 3,3
Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 2 6,7
Multivitamin Suplemen Vitamin B 7 23,3
Allopurinol 1 3,3
Analgesik Dan Anti
Inflamasi Non Asetilsistenin 2 6,7
Muskuloskeletal Steroid Diklofenak 2 6,7
Meloxicam 1 3,3
Analgesik -
Paracetamol 1 3,3
Antipiretik
Tabel 4 menunjukan bahawa oabt yang paling banyak digunakan oleh pasien
hipertensi yaitu obat candesartan sebanyak 28 pasien (93,3%). Hal ini sejalan dengan
penelitian Husain dkk tahun 2011 dimana dijelaskan bahwa candesartan diklasifikasikan
sebagai antagonis tipe 1 resepto r angiotensin II.7 Antagonis reseptor angiotensin II tipe
1 banyak digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infark
miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan memiliki penyerapan
oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah dan digunakan dalam
pengobatan hipertensi.
Kombinasi
ARB + Candesartan +
2 8 26,7
Diuretik Furosemid
ARB +
Candesartan +
Beta 5 16,7
Bisoprolol
Blocker
85
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa antihipertensi golongan ARB tunggal yang paling
banyak digunakan pasien hipertensi adalah candesartan sebanyak 15 pasien (50%). Hal ini
sejalan dengan penelitian Husain dkk tahun 2011 dimana dijelaskan bahwa candesartan
diklasifikasikan sebagai antagonis tipe 1 reseptor angiotensin II.7 Antagonis reseptor
angiotensin II tipe 1 banyak digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi,
gagal jantung, infark miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan
memiliki penyerapan oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah
dan digunakan dalam pengobatan hipertensi. Sedangkan untuk telmisartan sebanyak 2
pasien (6,7%). Untuk antihipertensi kombinasi 2 yang paling banyak yaitu ARB dengan
diuretik sebanyak 8 pasien (26,7%). Penggunaan dua obat dapat menyebabakan efek
aditif terhadap penurunan tekanan darah. Kombinasi ARB dengan diuretik merupakan
kombinasi spesifik yang dapat menjadi pilihan. Furosemid merupakan diuretik kuat
digunakan penyakit jantung yang lebih berat, untuk menangani kelebihan cairan karena
furosemide menghasilkan diuresisi yang lebih besar dengan tingkat natriuresis yang
sama.12
Hasil
Rerata
Kategori Presentase Signifikan
(mg/dl)
p=0,05
Tabel 6 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kadar GDP pasien hipertensi sebelum
dan sesudah menggunakan obat golongan ARBselama 3 bulan terjadi penurunan kadar
GDP yaitu dari 113,83 mg/dL menjadi 107,83 mg/dL, selisih 6,367 dengan persentase
penurunan 5,593% dan nilai signifikan 0,049. Berdasarkan nilai evaluasi dari 30 pasien
setelah dilakukan pemeriksaan GDP sebanyak 26 pasien nilai GDP menurun, akan tetapi
masih berada di batas normal, dan 1 pasien nilai GDP menurun dibawah batas normal
yaitu < 70 mg/dl . Sedangkan 3 pasien mengalami peningkatan GDP diatas batas normal.
Dimana Untuk nilai normal GDP yaitu 70 - 126 mg/dL.5
Pada penelitian ini, sebelum dilakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro wilk karena jumlah sampel
pada penelitian ini <50. Setelah dilakukan uji normalitas didapatkan nilai signifikan >0,05
yang berarti data terdistribusi normal. Karena data terdistribusi normal sehingga
dilakukan uji analisis menggunakan paired samples t-test.
Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test. Didapatkan hasil kadar GDP
dengan nilai p=0,049 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan
kadar GDP dari penggunaan antihipertensi golongan ARB. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tian dkk tahun 2016 yang menjelaskan tentang
Antihipertensi golongan ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dan obat ARB dapat
menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan sampai hipertensi sedang.1
86
tersebut telah diminimalisir.hal ini disebabakan karena ketidakmampuan mengonttrol
penuh penggunaan obat lain yand dapat mempengaruhi hasil penelitian, dan hanya dapat
diminimalisir dengan mengontrol kriteria inklusi dari penelitian.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata kadar gula darah puasa pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan ARB
selama 3 bulan terdapat penurunan rata-rata baseline dan evaluasi dari 113,83 mg/dl
menjadi 107,83 mg/dl dengan nilai selisih 6,367 mg/dl. Analisis statistik diperoleh nilai
signifikansi p 0,045 (p=0,049; p<0,05) bahwa antihipertensi golongan ARB dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa pada pasien hipertensi. Jika dilihat secara klinis
obat golongan ARB dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan
sampai hipertensi sedang.
UCAPAN TERIMAKASIH
Rasa syukur peneliti ditujukan kepada Allah SWT yang memberi kesehatan,
kesempatan serta petunjuk kepada peneliti. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan penelitian ini hingga terbitnya
jurnal ini. Kedua orang tua peneliti, saudara, terkhusus dosen pembimbing, pembahas,
Rumah Sakit Daerah Undata Palu dan seluruh teman dan rekan yang membantu peneliti
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun untuk perbaikan.
REFERENSI
1
Bharati, S., & Singh, N. (2016). Effect of losartan and amlodipine on insulin sensitivity
in non-diabetic hypertensive patients. International Journal of Basic and Clinical
Pharmacology, 5(1), 202–208. https://doi.org/10.18203/2319-2003.ijbcp20160128
2
Dakhale, G., Salve, A., Hardas, M., Mahatme, M., Hiware, S., & Shinde, A. (2015).
Clinical efficacy and safety of telmisartan versus losartan and their effect on lipid
profile in stage 1 hypertension: A randomized, double blind, 12 week trial. 5(3),
49–56. https://doi.org/10.7439/ijpr
3
Dinkes Sulawesi Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017.
https://doi.org/10.1007/978-3-8349-9424-0
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M.
4
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M.
5
87
8
Hussain, Akhtar, M., Mamun, A., Reid, A., Huxley, C., & R., R. (2016). Prevalence,
awareness, treatment and control of hypertension in Indonesian adults aged ≥40
years: Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS ONE, 11(8), 1–16.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160922
9
Manuntung, A. (2018). Terapi kognitif pada Pasien Hipertensi. Wineka Medika.
10
Ramadini, I., & Lestari, S. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Stress Dengan Nyeri
Dada Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung Rsup. Dr. M.
Djamil. Human Care Journal, 2(3). https://doi.org/10.32883/hcj.v2i3.98
11
Rikesdas. (2013). Riskesdas 2013 meenn. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (Penyakit Menular), 103.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
12
Rosendorff, C., Lackland, D. T., Allison, M., Aronow, W. S., Black, H. R., Blumenthal,
R. S., … White, W. B. (2016). Treatment of Hypertension in Patients with Coronary
Artery Disease. A Case-Based Summary of the 2015 AHA/ACC/ASH Scientific
Statement. American Journal of Medicine, 129(4), 372–378.
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2015.10.045
13
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors and the Incidence of
Hipertension in Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191
14
Sumawa, P. M. R. (2015). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Januari-Juni 2014. Pharmacon, 4(3), 126–133. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/8850
15
Tian, Z., Yan, Y., Deng, S., & She, Q. (2016). Effect of valsartan on insulin resistance
in patients with hypertension: A systematic review and meta-analysis. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine, 9(7), 14047–14056.
16
Whittlesea, C., & Hodson, K. (2019). Clinical Pharmacy and Therapeutics. In Appl. Phys.
A (Vol. 73).
17
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Arif Satria Putra Pratama dan Ade Yonata
| Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke Majority. Majority, 5(3), 17.
88