Anda di halaman 1dari 88

STUDI PROSPEKTIF EVALUASI KADAR GLUKOSA DARAH

PASIEN HIPERTENSI YANG MENGGUNAKAN OBAT


GOLONGAN ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER
(ARB) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PALU

SKRIPSI

WINDA FRESHA
G 701 16 002

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET 2020

1
STUDI PROSPEKTIF EVALUASI KADAR GLUKOSA DARAH
PASIEN HIPERTENSI YANG MENGGUNAKAN OBAT
GOLONGAN ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER
(ARB) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PALU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program StudiFarmasi padaJurusan Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

WINDA FRESHA
G 701 16 002

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET 2020

2
3
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Judul : Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien


Hipertensi Yang Menggunakan Obat Golongan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu
Nama : Winda Fresha
Stambuk : G70116002

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dra. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si., Apt. ………


Sekretaris : Amelia Rumi, S.Farm., M.Sc.,Apt. ………
Penguji 1 : Dr. Abd. Rahman Razak, S.Si, M.Si, Apt. ………

MENGETAHUI,
Dakan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako

Darmawati Darwis, S.Si.,M.Si., Ph.D


NIP. 197111241997022001

4
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 3 Maret 2020


Penulis,

Winda Fresha
G 701 16 002

5
ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah


arteri (BP) yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) seperti losartan, candesartan, valsartan,dan
telmisartan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan studi cross-sectional dengan pengambilan data
secara prospektif dengan jumlah sampel penelitian 30 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi yakni pasien dewasa usia ≥ 18 tahun yang menggunakan terapi ARB
selama 3 bulan, diagnosa utama hipertensi tanpa Diabetes Mellitus, menggunakan
obat golongan ARB dan tidak menggunakan obat-obat yang dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu menggunakan
alat gulkometer Accu-Chek Performa, dengan bahan sampel darah pasien. Hasil
penelitian menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah puasa pasien hipertensi yang
menggunakan obat golongan ARB terdapat penurunan rata-rata baseline dan
evaluasi dari 113,83 mg/dl menjadi 107,83 mg/dl dengan nilai selisih 6,367 mg/dl.
Analisis statistik didapatkan nilai signifikansi p 0,045 (p=0,049; p<0,05) dimana
antihipertensi golongan ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada
pasien hipertensi. Jika dilihat secara klinis obat golongan ARB dapat menurunkan
kadar glukosa darah pada pasien hipertensi ringan sampai hipertensi sedang.

Kata kunci: kadar glukosa darah puasa, hipertensi, Angiotensin Receptor Blocker

6
ABSTRACT

Hypertension is a common disease that is determined as arterial blood pressure (BP)


which continues to increase. Angiotensin Receptor Blocker (ARB) such as losartan,
candesartan, valsartan, and telmisartan in Undata District General Hospital, Palu.
This study is a cross-sectional study using prospective research data collection with
a sample of 30 patients who met the inclusion criteria: adult patients ≥ 18 years who
used ARB therapy for 3 months, the main diagnosis of hypertension without
Diabetes Mellitus, using ARB drugs and can not use drugs that can affect blood
bleeding levels. As a tool and material used is using the Accu-Chek Performa
gulkometer, with the patient's blood sample material. The results showed the
average value of fasting blood sugar levels of hypertension patients using ARB
class drugs could reduce the average baseline and evaluation from 113.83 mg / dl
to 107.83 mg / dl with a difference of 6.367 mg / dl. Statistical analysis obtained a
significance value of p 0.045 (p = 0.049; p <0.05) where the antihypertensive group
of ARB can reduce fasting blood glucose levels in hypertensive patients. If seen
clinically ARB class of drugs can reduce blood levels in patients with mild to
moderate hypertension.

Keywords: fasting blood glucose level, hypertension, Angiotensin Receptor


Blocker

7
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,


karena atas rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi
Yang Menggunakan Obat Golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi dalam Program Studi Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat bantuan berupa bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga
akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini. Dan yang
sangat teristimewa penulis persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada
Ayahanda Irwan Sakur S.pd.I dan Ibunda Asni Haruas yang telah
membesarkan, membimbing dan mendidik penulis selama 21 tahun dengan kasih
sayang, perhatian yang tulus, dan doa yang selalu dipanjatkan selama ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan terimakasih penulis persembahkan
juga untuk saudara-saudariku Moh. Rizki Fauzan, S.pd dan Moh Farhan Sakur
yang telah memberikan motivasi, mengingatkan dan mendoakan penulis serta
sudah memberikan kasih sayang kepada penulis yang tak terhingga.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada bapak


Yusriadi, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen wali dan ibu Amelia Rumi, S.Farm.,
M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang dari awal membimbing penulis sampai

8
menyelesaikan skripsi dan selalu memberi wawasan, arahan dan meluangkan
waktunya untuk mendengarkan keluhan penulis.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:


1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz., MP. selaku Rektor Universitas Tadulako yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Universitas Tadulako Palu.
2. Ibu Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada penilis untuk mengikuti pendidikan di Prodi
Farmasi FMIPA UNTAD.
3. Bapak M. Sulaiman Zubair, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt. selaku Ketua Jurusan
Farmasi dan Bapak Akhmad Khumaidi, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Sekertaris
Jurusan Farmasi FMIPA UNTAD.
4. Ibu Inggrid Faustine, S.Si., M.Sc., Apt. selaku pembahas I serta Ririen Hardani,
S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembahas II yang telah memberikan
masukan, arahan dan kritikan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah banyak
membantu dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
6. Seluruh staf akademik FMIPA UNTAD yang telah memberikan pelayanan
yang baik kepada penulis selama kuliah.
7. Semua Laboran Jurusan Farmasi yang banyak membantu selama praktikum (ka
ian, ka isti, ka lena, ka mute, ka najib dan pak joko).
8. Kepala RSUD Undata Palu yang telah memberikan izin melaksanakan
penelitian.
9. Kepala Ruangan dan Seluruh Staf Poli Jantung RSUD Undata Palu yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian.
10. Teruntuk teman-teman kelas A (Aquad) terima kasih untuk semua waktunya
yang mulai dari awal maba sampai dengan sekarang masih selalu bersama-
sama dalam segala hal apapun yang dilakukan.

9
11. Teruntuk keluarga penulis selama di Farmasi “Rata-ratasquad” yaitu Anggun
Fitriana, Sri Rahayu, Nurul Ismi T jane, Titania Nurhalizah Pakamundi, Oviana
Kristiono, Moch. Taufik Hidaya R.Saing, Muh. Suarman dan Moh Aqib,
terima kasih untuk semua waktunya, yang dari awal selalu ada dalam suka
maupun duka, yang selalu mau mengerti penulis, yang selalu menasehati mana
yang baik dan buruk, semoga kita semua diberikan kesehatan dan umur yang
panjang, sehingga kita dapat bertemu kembali dalam keadaan sehat dan sukses
untuk kita semua. Semoga segala urusannya lancar dan dipermudah. Semua
perjalanan butuh proses, dan semua perjalanan punya cerita masing-masing.
Semangat sampai titik akhir perkuliahan guys. Mari saling mengingat dan
jangan pernah saling melupakan.
12. Teruntuk sahabat penulis Dwi Farra Oliza, Rifka Aprilia dan Putri Valeriana
yang dari TK sampai sekarang ini walaupun kita beda tempat pendidikan
terima kasih selalu mau mendengarkan keluh kesah penulis dan memberikan
motivasi dan dukungan. Semoga dilancarkan melewati tahap tugas akhirnya.
13. Teruntuk sahabat sedari SMA penulis yang sama-sama berjuang di Farmasi
untad Moch.Taufik Hidayah R.Saing. Terimakasih untuk ilmu, nasehat, dan
saling supportnya. Semoga dilancarkan segala urusannya. Semangat.
14. Teruntuk patner penulis Anggun Fitriana, dari awal proposal hingga skripsi,
yang secara kebetulan dosen pembimbing sama, dan judul pun hampir sama,
karena judulnya sehingga judul penulis pun tercipta. Terima kasih sudah mau
mengerti dengan penulis yang selalu banyak maunya, menjengkelkan, terima
kasih untuk drama selama proposal, penelitian dan skripsi. Terima kasih pula
untuk perjuangannya hingga sampai ditahap ini, Semoga selalu dalam keadaan
yang baik, sampai ketemu dikeadaan yang lebih baik nantinya.
15. Teruntuk teman seperjuangan penelitian di Rumah Sakit Undata Palu Anggun
Fitriana, Firda, dan Ria. Dan juga buat Upik, Ayu, dan Kiki yang selalu
menemani penulis saat evaluasi, terima kasih untuk waktunya semangat dan
suskses untuk kita semua.
16. Terima kasih untuk teman-teman SPKK Farmasi angkatan ke II tahun 2019.

10
17. Keluarga Pulvis 2016, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
terima kasih telah mewarnai perkuliahanan selama ini, sukses selalu untuk
kalian.
18. Kakak-kakak dan adik-adik angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017
dan 2018 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menjadi
bagian yang indah selama di Farmasi.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini.

Penulis berharap semoga Allah SWT yang Maha Pengasih membalas segala
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak khususnya untuk ilmu farmasi sehingga dapat
bermanfaat untuk masyarakat luas.

Palu, 3 Maret 2020

Penulis

11
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ............................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
1.4.1 Pendidikan .............................................................................. 3
1.4.2 Pelayanan ............................................................................... 3
1.4.3 Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5


2.1 Hipertensi ...................................................................................... 5
2.1.1 Definisi ................................................................................ 5
2.2.2 Klasifikasi ............................................................................ 5
2.2.3 Etiologi ................................................................................ 6
2.2.4 Patofisiologi ........................................................................ 6

12
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 6
2.2 Tatalaksana Terapi 7
2.2.1 Farmakologi 7
2.2.2 Non Farmakologi 10
2.5 Algoritma Terapi.......................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 14


3.1 Desain Penelitian.................................................................. 14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 15
3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................... 15
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 15
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................... 14
3.3.1 Populasi ..................................................................... 14
3.3.2 Sampel ....................................................................... 14
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................... 15
3.5 Teknik pengumpulan Data.................................................... 15
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................... 16
3.5.1 Variabel Penelitian ..................................................... 16
3.5.2 Definisi Operasional .................................................. 16
3.7 Analisis Data ....................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….


19
4.1 Sampel ................................................................................. 19
4.2 Karakteristrik Demografi Pasien.......................................... 20
4.3 Karakteristik Klinik ........ ..................................................... 20
4.3.1 Manifestati Klinik ........................................................ 21
4.3.1 Diagnosa ..................................................................... 22
4.4 Profil Pengobatan ........ ....................................................... 23
4.5 Terapi Pengobatan ............................................................... 25
4.6 Dosis Pengobatan ................................................................ 26
4.7 Evaluasi Perbandingan GDP pasien hipertensi dengan
pengobatan antihipertensi tunggal dan kombinasi ................ 27
4.8 Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi ............... 27

BAB V PENUTUP................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 30
5.2 Saran .. ................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31


LAMPIRAN........ ..................................................................................... 34
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN

13
PERSETUJUAN ETIK ............................................................................
SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBIMBING SKRIPSI.........................
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI...................................................
NASKAH JURNAL .................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tahapan dari hipertensi ........................................................................... 5


4.1 Data demografi pasien hipertensi yang dijadikan sampel penelitian di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu .............................................. 19
4.2 Data manifestasi klinik pasien hipertensi yang dijadikan sampel
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu ........................... 21
4.3 Data diagnosa pasien hipertensi yang dijadikan sampel
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu ........................... 22
4.4 Data Profil pengobatan pasien di poli jantung dengan penyakit
Penyerta hipertensi yang dijadikan sampel penelitian di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu. .................................................................. 24
4.5 Data terapi pengobatan pasien hipertensi yang dijadikan sampel
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu............................ 25
4.6 Data dosis pengobatan antihipertensi golongan ARB .............................. 26
4.7 Data perbandingan GDP pasien hipertensi dengan pengobatan
Antihipertensi tunggal dan kombinasi yang dijadikan sampel
Penelitian ............................................................................................... 27
4.8 Data evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang
Menggunakan obat golongan ARB ............................................................. 28

14
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 algoritma terapi hipertensi ...................................................... 13

15
DAFTAR ISTILAH

ARB : Angiotensin Receptor Blocker (ARB) merupakan salah


satu antihipertensi yang bekerja dengan cara
menghambat receptor angiotensin II

HHD : Hipertensi Heart Desease (HHD) adalah istilah yang


diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara
keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy
(LVH), aritmia jantung, penyakit jantung coroner, dan
penyakit jantung kronis (CHF), yang disebabakan
karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tdakan langsung.

CAD : Coronary Artery Disease, yaitu kelainan pada


pembuluh darah arteri coroner pada jantung.
Arterosklerosis: Penyempitan penebalan arteri karena
penumpukan plak pada dinding arteri.

CHF : Congestive Heart Failure atau dikenal dengan gagal


jantung kongestif kondisi dimana jantung tidak
memompa cukup darah ke organ tubuh dan jaringan
lain.

Morbiditas : Ukuran jumlah individual yang memiliki penyakit


selama periode waktu tertentu.

Mortalitas : Ukuran jumlah kematian pada suatu populasi.

16
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Hasil Analisis Uji Mann Whitney Pada Selisih Peningkatan Kadar
Gula Darah Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu .................................................................................. 40

Lampiran 2 Hasil Analisis Paired Samples T-Test Pada Selisih Peningkatan


Kadar Gula Darah Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu ..................................................................... 41

Lampiran 3 Data Kadar Gula Darah Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu ..................................................................... 42

Lampiran 4 Data Pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta
hipertensi di rumah sakit umum daerah undata pa.................. 43

Lampiran 5 Data obat yang digunakan oleh pasien rawat jalan poli jantung
dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah
undata palu...................................................................... 44
Lampiran 6 Dokumentasi ............................................................................ 45

17
18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah
arteri (BP) yang terus meningkat. Pada awal tahun 1990-an hiperensi
diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko paling signifikan untuk penyakit
kardiovaskular (CV). Meningkatkan kesadaran dan diagnosis hipertensi, dan
meningkatkan kontrol BP dengan pengobatan yang tepat dianggap sebagai
inisiatif kesehatan masyarakat yang penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas CV (Dipiro et al., 2017). Hipertensi terjadi ketika tekanan darah
sistolik di atas atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di
atas atau sama dengan 90 mmHg (Whittlesea & Hodson, 2019).

Menurut laporan (Rikesdas, 2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab


kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi
kematiannya mencapai 6,7% dari proporsi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil (Rikesdas, 2013) menunjukkan prevalensi hipertensi secara
nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan
sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi
terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka tahu sedang
berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri
sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita
hiperetnsi yang lebih berat. Di indonesia sendiri, prevalensi hipertensi

19
mencapai 31,7% (Yonata, Satria, & Pratama, 2016). Di Sulawesi Tengah
prevalensi hipertensi pada tahun 2015 hingga 2017 mengalami peningkatan
yaitu dari 3,61% menjadi 27,8% (Dinkes Sulawesi Tengah, 2017) . Adapun di
Kota Palu sendiri presentase hipertensi menurut (Dinkes Sulawesi Tengah,
2017) adalah sebesar 44,5%.

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu merokok, stress, garam,


obesitas. Mekanisme yang berbeda berkontribusi pada pathogenesis hipertensi
termaksuk perifer resistensi, system renin angiotensin aldosterone, perubahan
mikro vaskular, peradangan dan sensitivitas insulin. Angiotensin Converting
Enzyme (ACEI), Angiotensin receptor bloker (ARB), Calcium Channel Bloker
(CCB), dan Diuretik thiazide merupakan agen antihipertensi lini pertama yang
sebagian besar digunakan sendiri atau dalam kombinasi (Batool, Gilani, &
Javed, 2018).

Penggunaan antihipertensi tunggal yang paling banyak adalah golongan


Angiotensin Receptor Blocker (54,76%) (Oktianti, Dewi, & Pujiawati, 2017).
Obat dari golongan Angiotensin Receptor Blocker yaitu candesartan,
irbesartan, valsartandan telmisartan. Obat golongan ini bekerja dengan cara
menghambat receptor angiotensin II. Kerjanya sebenarnya hampir sama
dengan obat hipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor,
bedanya obat ini menghambat aktivitasi angiotensin II terhadap reseptornya,
sedangkan Angitonsin Converting Enzyme Inhibitor menghambat produksi
angiotensin II. Secara teori obat ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan
Angiotensin Converting Enzyme inhibitor karena tidak menghasilkan efek
samping batuk kering (Farida & Cahyani, 2018).

Antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menunjukkan


kecenderungan lebih kuat dari pada antihipertensi lainnya dalam mengurangi
tingkat insulin, Angiotensin Receptor Blocker (ARB) yang terkait dapat
menurunkan kadar glukosa darah adalah valsartan (Tian, Yan, Deng, & She,
2016). Berdasarkan hasil penelitian (Dakhale et al., 2015) telmisartan dan

20
losartan juga dapat menurunkan kadar gula darah. Losartan dapat menurunkan
kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan sampai hipertensi sedang
(Bharati & Singh, 2016). Dimana obat ini bekerja dengan mencegah efek
inhibisi angiotensin II terhadap sekresi insulin sel pangkreas, sehingga
konsentrasi insulin serum akan meningkat dan mengakibatkan penurunan
kadar gula darah (Tian, Yan, Deng, & She, 2016).

Angiotensin Receptor Blocker adalah agen antihipertensi yang digunakan di


Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Pada beberapa penelitian obat
golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ini dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Oleh krena itu, hal inilah yang melatarbelakangi penelitian
tentang Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien
Hipertensi yang menggunakan Obat golongan Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan
obat golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) di Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu.

1.3 Tujuan penelitian


Mengetahui evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan
obat golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) seperti losartan,
candesartan, valsartan,dan telmisartan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam materi
kefarmasian khususnya dibidang farmasi klinik yang mana materi yang

21
dapat diberikan yaitu mengenai Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB

1.4.2 Pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah bagi
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB.

1.4.3 Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian yang
terkait degan Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan ARB di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu.

1.5 Batasan Masalah


Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada evaluasi pengaruh pemberian
ARB terhadap kadar glukosa darah pasien hipertensi, life style dari pasien,
dan penggunaan obat lain yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kadar
GDP pasien.

22
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan
darah arteri (BP) yang terus meningkat. Pada awal tahun 1990-an
hiperensi diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko paling signifikan
untuk penyakit kardiovaskular (CV). Meningkatkan kesadaran dan
diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol BP dengan pengobatan
yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas CV (Dipiro et al.,
2017).

Tekanan darah didistribusikan secara terus-menerus dalam populasi,


dan tidak ada titik batas yang jelas antara subyek hipertensi dan
normotensi, walaupun terdapat gambaran sistolik/diastolik. Tekanan
darah 140/90 mmHg dianggap sebagai batas normal. Sehingga
hipertensi dianggap sebagai tekanan darah sistolik di atas atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic di atas atau sama
dengan 90 mmHg (Whittlesea & Hodson, 2019).

2.1.2 Klasifikasi
Menurut (Glenn et al., 2017) klasifikasi hipertensi dapat dilihlihat pada
tabel berikut :
Table 2.1 Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi Sistolik mm Hg Diastolik mm Hg

24
Normal < 120 Dan < 80
Tinggi 120-129 Dan < 80
Tekanan darah tinggi 130-139 Atau 80 – 89
(hipertensi) tahap 1
Tekanan darah tinggi ≥ 140 atau ≥ 90
(hipertensi) tahap 2

2.1.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer/esensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat
pada hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan
yang mendas, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
hyperaldosteronism dan sebagainya (Paul A. James et al., 2014).

2.1.4 Patofisiologi
Berbagai faktor yang mengendalikan BP merupakan komponen
potensial yang berkontribusi dalam pengembangan unsur esensial
hipertensi. Ini termasuk kerusakan pada humoral (yaitu, sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS) atau mekanisme vasodepresor,
mekanisme neuron abnormal, defek autoregulasi perifer, dan gangguan
pada natrium, kalsium, dan hormon natriuretik. Banyak dari faktor-
faktor ini secara kumulatif dipengaruhi oleh RAAS multifaset, yang
akhirnya mengatur TD arteri. Mungkin tidak ada satu faktor pun yang
bertanggung jawab sepenuhnya (Dipiro et al., 2017).

2.1.5 Manifestasi klinis


Pada sebagaian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan, yang bias saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

25
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bias timbul
gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas dan
gelisah (Manuntung, 2018).

2.2 Tatalaksana Terapi


2.2.1 Farmakologi
1. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor memblokir
konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, sedangkan
angiotensin receptor blockers (ARBs) memblokir aksi
angiotensin II pada reseptor tipe angiotensin II. Karena
angiotensin II adalah vasokonstriktor dan menstimulasi pelepasan
aldosteron, antagonisme menyebabkan vasodilatasi dan retensi
kalium, serta menghambat retensi garam dan air. Inhibitor ACE
juga menghambat produksi kininase dan, dengan demikian,
mencegah pemecahan bradikinin. Ini tampaknya penting dalam
etiologi ACE inhibitor, yang merupakan masalah pada efek 10-
20% pengguna. ARB tidak menghambat kininase dan sesuai
pilihan bagi pasien yang tidak toleran terhadap ACE inhibitor
karena batuk. ACE inhibitor juga dikaitkan dengan yang
signifikan kejadian angioedema, yang dalam kasus-kasus parah
dapat menyebabkan pembengkakan area pharyngolaryngeal yang
berbahaya yang mengarah ke stridor, mengancam jalan napas
pasien. (Whittlesea & Hodson, 2019).

2. Calcium Channal Blokcer


Agen ini memblokir saluran kalsium lambat di perifer pembuluh
darah dan jantung. Kerja kelompok dihydropyridine hampir
secara eksklusif pada saluran kalsium tipe-l di perifer arteriol dan
mengurangi tekanan darah dengan mengurangi resistensi perifer

26
total. Sebaliknya, efek verapamil dan diltiazem terutama pada
jantung, mengurangi denyut jantung dan curah jantung.
Dihydropyridine kerja panjang lebih disukai karena mereka lebih
nyaman bagi pasien dan menghindari fluktuasi besar dalam
konsentrasi obat plasma yang dapat dikaitkan dengan efek
samping (Whittlesea & Hodson, 2019)
3. Diuretik
Contoh dari obat-obatan termasuk bendrolumethiazide dan
hydrochlorothiazide, atau diuretik seperti tiazid, misalnya,
klortalidon dan indapamid. Obat-obatan ini murah dan dapat
ditoleransi dengan baik kebanyakan pasien. Tindakan diuretik
mereka dicapai dengan blokade reabsorpsi natrium tubulus ginjal
distal. Awalnya, mereka berkurang tekanan darah dengan
mengurangi volume darah yang bersirkulasi, tetapi dalam jangka
panjang, mereka mengurangi resistansi perifer total,
menunjukkan tindakan vasodilatasi langsung. Meskipun
umumnya ditoleransi dengan baik, diuretik thiazide dan seperti
thiazide dapat menyebabkan hipokalaemia, peningkatan kecil
kolesterol low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, dan
asam urat yang berhubungan dengan gangguan ekskresi urat.
Disfungsi ereksi juga sering terjadi (Whittlesea & Hodson, 2019).

4. α-Adrenoreceptor blockers
α Adrenoreseptor blocker memusuhi α adrenoceptor di dinding
pembuluh darah dan, dengan demikian, mencegah noradrenalin
(norepinefrin) yang diinduksi vasokonstriksi. Akibatnya, mereka
mengurangi resistensi perifer total dan tekanan darah. Prazosin
pada awalnya digunakan tetapi memiliki kelemahan yaitu short
acting dan menyebabkan hipotensi irstdosis. Agen yang lebih
baru seperti doxazosin dan terazosin memiliki durasi aksi yang
lebih lama. Ada kekhawatiran tentang penggunaan linier α-
blocker pertama karena beberapa studi menunjukkan bahwa

27
doxazosin lebih sering dikaitkan dengan gagal jantung dan stroke
daripada diuretik thiazide. Namun, mereka dapat dianggap
sebagai tambahan terapi untuk pasien dengan hipertensi resisten
yang tidak terkontrol dengan menggunakan agen lain (Whittlesea
& Hodson, 2019).

5. β-Adrenoreceptor antagonis
Cara kerja β-adrenoreceptor atau antagonis pada hipertensi tidak
pasti. Blokade β-adrenoreseptor mengurangi curah jantung dalam
jangka pendek dan selama latihan. Ini juga mengurangi sekresi
renin dengan cara antagonisasi reseptor β dalam aparatus
juxtaglomerular. Tindakan pusat juga penting bagi beberapa
agen. Β-blocker non-selektif dapat menimbulkan efek samping
sebagai akibat antagonisme β2-adrenoceptor, yaitu asma. dan
memperburuk klaudikasio intermiten. Namun, yang disebut
‘Kardio selektif’ (β1-selektif) β-blocker tidak sepenuhnya bebas
dari efek samping ini (Whittlesea & Hodson, 2019).

6. β-Blockers
β-blockers dbagi menjadi beta blockers generasi pertama, kedua,
dan ketiga. Golongan obat ini juga dapat diklasifikasikan sebagai
vasodilator dan non vasodilator. β-blockers vasodilatasi
(carvedilol dan nebivolol) lebih efektif dan diterima dengan baik
dari pada β-blockers non vasodilatasi (atenolol, metoprolol dan
propranolol). Karena pemanfaatannya tidak meningkatkan
kemungkinana DM dan penambahan berat badan. Salah satu beta
blockers vasodilatasi nebivolol tidak hanya secara efektif
mengontrol tekanan darah dengan meningkatkan kadar oksida
nitrit tetapi juga memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Karena berbagai efek menguntungkan dari β-blockers
vasodilatasi (Whittlesea & Hodson, 2019).

28
7. α-Adrenergic Receptor Blockers
Untuk mengobati hipertensi resistensi, agen antihipertensi lini
kedua seperti α-adrenergik receptor blockers, vasodilator dan gen
yang bekerja secara terpusat dapat digunakan karena obat
golongan ini tidak menunjukan efek yang diinginkan ketika
digunakan sebagai monoterapi. Obat ini dapat digunakan dalam
kasus kondisi alergi dengan agen antihipertensi lini pertama
(Whittlesea & Hodson, 2019).

8. Central α-Agonis
Metildopa disarankan sebagai terapi lini pertama untuk
mengontrol tekanan darah pada wanita hamil hipertensi.
Metildopa memiliki sedikit efek samping seperti kekurangan
energi dan pusing. Klonidin bukan obat antihipertensi lini
pertama, tetapi seperti spironolakton, obat ini juga
mengendalikan tekanan darah rendah hipertensi ketika
ditambahkan ke rejimen tiga jenis (ACEI, ARB dan CCB)
(Whittlesea & Hodson, 2019).

9. Adrenergic Depleters
Reserpine adalah alkaloid yang diperoleh dari rauwolfia
serpentine. Ini efektif untuk hipertensi ketika diberikan dalam
dosis rendah. Ini memiliki aktivitas yang sama dengan agen
antihipertensi lini pertama lainnya untuk mengontrol tekanan
darah sistolik, tatapi diperlukan lebih banyak uji klinis untuk
menentukan dosis (Whittlesea & Hodson, 2019).

10. Vasodilators
Hydralazine intravena memiliki khasiat untuk hipertensi akut
selama kehamilan itu juga mengonttrol tekanan darah pada anak-
anak yang dirawat di rumah sakit tetapi dapat menghasilkan
hipotesis. Mioxidil digunakan untuk hipertensi resisten dan tidak

29
terkontrol sebagai obat antihipertensi cadangan (Whittlesea &
Hodson, 2019).

2.2.2 Non farmakologis


Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus menjalani
modifikasi gaya hidup. Namun, mereka tidak boleh digunakan sebagai
pengganti terapi obat antihipertensi untuk pasien dengan hipertensi
tidak pada tujuan BP, terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko
CV tambahan atau komplikasi terkait hipertensi. Selain menurunkan
BP pada pasien dengan hipertensi yang diketahui, kepatuhan ketat
dengan modifikasi gaya hidup dapat mengurangi perkembangan
menjadi hipertensi pada pasien dengan nilai prehypertension BP
(Dipiro et al., 2017).

Menurut (Dipiro et al., 2017) program diet yang masuk akal adalah
program yang dirancang untuk mengurangi berat badan secara bertahap
(untuk pasien kelebihan berat badan dan obesitas) dan yang membatasi
asupan natrium hanya dengan konsumsi alkohol sedang jika seseorang
mengonsumsi alkohol. Berhasil implementasi modifikasi gaya hidup
diet oleh dokter memerlukan promosi agresif melalui pasien
pendidikan, dorongan, dan penguatan terus. Alasan untuk intervensi
diet pada hipertensi dapat dijelaskan kepada pasien sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan, sekecil 5% hingga 10% dari berat tubuh
Anda, dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada
kelebihan berat badan atau obesitas pasien.
2. Diet yang kaya buah-buahan dan sayuran dan rendah lemak jenuh
telah terbukti menurunkan BP pada pasien dengan hipertensi.
3. Kebanyakan orang mengalami penurunan TD dengan
pembatasan natrium

Program diet untuk menghentikan hipertensi adalah pola makan yang


kaya akan buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan

30
kandungan lemak jenuh dan total berkurang. Disarankan sebagai wajar
dan diet layak yang telah terbukti menurunkan BP. Asupan natrium
harus diminimalisasi sebanyak mungkin, idealnya menjadi 1,5 g / hari,
meskipun tujuan sementara kurang dari 2,3 g / hari mungkin masuk akal
mengingat kesulitan dalam mencapai ini asupan rendah. Pasien harus
mengetahui berbagai sumber natrium makanan (misalnya, makanan
olahan, sup, dan garam dapur) sehingga mereka dapat mengikuti
rekomendasi ini. Asupan kalium harus didorong melalui buah-buahan
dan sayuran dengan kandungan tinggi (idealnya 4,7 g / hari) pada
mereka yang memiliki fungsi ginjal normal atau tanpa gangguan
ekskresi kalium. Penggunaan alkohol berlebihan dapat menyebabkan
atau memperburuk hipertensi. Pasien dengan hipertensi yang minum
minuman beralkohol harus membatasi asupan harian mereka (Dipiro et
al., 2017).

Aktivitas fisik aerobik terdiri dari 3 hingga 4 sesi per minggu,


berlangsung rata-rata 40 menit per sesi, dan melibatkan aktivitas fisik
intensitas sedang hingga kuat harus didorong jika memungkinkan.
Studi telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik dapat
mengurangi BP, bahkan tanpa adanya penurunan berat badan. Pasien
harus berkonsultasi dokter mereka sebelum memulai program olahraga,
terutama mereka yang memiliki komplikasi terkait hipertensi (Dipiro et
al., 2017).

Merokok bukanlah penyebab sekunder dari hipertensi esensial. Karena


itu, berhenti merokok bukan strategi yang direkomendasikan untuk
mengendalikan BP. Merokok adalah faktor risiko utama, independen,
dan dapat dimodifikasi untuk penyakit CV. Pasien dengan hipertensi
yang merokok harus dikonseling mengenai risiko kesehatan tambahan
akibat merokok. Selain itu, manfaat potensial yang dapat diberikan
penghentian harus dijelaskan untuk mendorong penghentian (Dipiro et
al., 2017).

31
2.3 Algoritma terapi

Pilihan terapi obat


awal

Tidak ada indikasi Indikasi yang


yang meyakinan meyakinan

Hipertensi
tahap 1 (SBP
130-139 atau
DBP 80-89 Hipertensi tahap 2
hg) (SBP ≥ 140 atau DBP
≥ 90 hg)

Monoterapi
ACEI, ARB, CCB
Atau Tiazid Dua kombinasi
Atau obat
Dua Kombinasi Obat ACEI atau ARB
Menggunakan dengan CCB
ACEI Atau ARB ACEI atau ARB
Dengan CCB Atau dengan tiazid
Tiazid

32
Dengan
Compelling
Indication

Gagal Penyakit Penyakit Pencegahan


pasca Diabetes
Jantung Arteri Ginjal stroke
miokard Mellitus
dengan Koroner Kronik berulang
fraksi ejeksi
berkurang
β-Blocker ACEi (A-1) ACEi (A-1)
β-Blocker Thiazid (A-
(A-1); dan atau ARB atau ARB
(A-1); dan 2) atau
tambah tambah (A-1) (A-1)
Diuretik dan Thiazid dan
ACEi/ARB ACEI (A-1) ACEi (A-1)
atau ARB ACEi (A-2)
(A-1); atau ARB
kemudian (A-2) (B-2)
tambah β- contohnya, CCB (A-1)
Blocker (A- valsartan,
1) losartan,
telmisatrtan,
candesartan, CCB (B-1)
ibesartan, Thiazide (A-
Antagonist olmesartan, 1), β-Blocker
dan (B-2)
(A-1) eprosartan.
Tiazid (B-2)

Gambar 2.1 Algoritma pengobatan pasien hipertensi


(Dipiro et al., 2017)

33
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu studi cross-
sectional yang merupakan bentuk studi secara observasional (non-
eksperimental), yang dimana data akan dikumpulkan secara prospektif pada

34
pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Jenis penelitian
ini akan dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa sebelum dan
sesudah penerimaan terapi ARB dengan jangka waktu 3 bulan (Bharati &
Singh, 2016).

3.2 Lokasi dan waktu penelitian


a. Lokasi
Penelitian dilakukan di Poli rawat jalan penyakit jantung Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung pada periode September 2019 – Januari
2020.

3.3 Populasi dan sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi tanpa
komplikasi diabetes melitus di Rumah sakit Umum Daerah Undata Palu.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang diterapi dengan
antihipertensi ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dewasa usia ≥ 18 tahun.
b. Pasien yang bersedia ikut dalam penelitian.
c. Pasien terdiagnosa utama hipertensi.
d. Pasien hipertensi yang menggunakan antihipertensi golongan
ARB, baru pertama kali atau pasien lama yang sudah pernah
menggunakan antihipertensi golongan ARB.

2. Kriteria eksklusi
a. Pasien dengan Diabetes Mellitus

35
b. Pasien hipertensi yang meninggal dunia setelah mendapatkan
perawatan di instalasi rawat jalan rumah sakit umum daerah
undata palu.
c. Pasien hipertensi yang diberikan terapi diuretik tiazid,
kortikosteroid, propanolol, fenotiazin, litium dan asam nikotinat.

3. Besar sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ≥ 30 pasien.
Dimana ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian (Agung, 2006).

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan adalah non probability
sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan
menggunakan purposive sampling dimana sampel yang diambil berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yaitu dengan mencatat isi rekam medik pasien
secara serta hasil laboratorium pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian terapi ARB dengan jangka waktu 3 bulan
(Bharati & Singh, 2016).

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


a. Variable Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu penurunan kadar gula
darah dari penggunaan antihipertensi.

36
2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini yaitu penggunaan obat
antihipertensi golongan ARB.

b. Definisi Operasional
1. Pasien hipertensi adalah pasien yang terdaftar pada registrasi di
Rumah sakit umum daerah undata palu.
2. Evaluasi kadar glukosa adalah monitoring kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah terapi antihipertensi ARB.
3. Kadar glukosa puasa adalah ≤ 126 mg/dL. Puasa didefinisikn
sebagai tidak adanya asupan kalori selama setidaknya 8 jam .
4. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki
secara biologis sejak seseorang lahir.
Kategori : a. laki-laki b. Perempuan
Skala : Nominal
5. Usia adalah usia pasien waktu masuk rumah sakit berdasarkan
kelompok umur adalah sebagai berikut:
a. 18 – 30 tahun
b. 31 – 50 tahun
c. 51 – 64 tahun
d. > 65 tahun
Skala : Rasio
6. Manifestasi klinik merupakan gejala spesifik dialami pasien seperti
pusing, sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur dan keluar
darah dari hidung secara tiba-tiba.
7. Diagnosa adalah identifikasi penyakit dari kondisi pasien
8. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung
untuk menggerakan darah keseluruh tubuh.

Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg


Normal < 120 Dan < 80
Tinggi 120-129 Dan < 80

37
Tekanan darah tinggi
130-139 atau 80 – 89
(hipertensi) tahap 1
Tekanan darah tinggi
≥ 140 atau ≥ 90
(hipertensi) tahap 2

9. Profil penggunaan obat adalah gambaran obat yang digunakan


pasien hipertensi.
10. Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan
terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT
didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram debagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Kg/m2).
Klasifikasi IMT
Undeweight < 18,5
Berat badan normal 18,5 - 22,9
Overwight 23 - 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30

11. Baseline adalah pemeriksaan awal gula darah puasa sebelum


diberikan terapi antihipertensi ARB.
12. Evaluasi adalah pemeriksaan gula darah puasa untuk melihat adanya
pengaruh pengguaan antihipertensi golongan ARB.
13. Cara penggunaan alat accu chek performa
1. Pasang jarum pada pen softclix lancing accu chek performa
2. Pasang strip kearah panah alat pengukur kadar gula darah sampai
berbunyi bip. Simbol tetesan darah yang berkedip muncul.
3. Pegang perangkat tusuk dengan kuat pada ujung jari dan tekan
tombol pelepas kuning hingga jarum menusuk jari
4. Setelah darah keluar, sentuh ujung strip tes sampai setetes darah.
Jangan menaruh darah di atas strip tes.

38
5. Meter berbunyi bip dan berkedeip ketika darah yang berada di
strip tes cukup. Tunggu hingga hasil tes muncul di layar setelah
5 detik.

3.7 Analisis Data


Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
dilakukan dengan menggunakan data yang didapatkan dari rekam medik
meliputi:
1. Karakteristik demografi pasien meliputi umur pasien dan jenis kelamin
pasien.
2. Karakteristik klinik meliputi tanggal masuk rumah sakit, tanggal kaluar
rumah sakit, penyakit penyerta, cara keluar, manifestasi klinik,
diagnosa.
3. Profil pengobatan selama proses pengobatan dilakukan
Analisis kuantitatif dilakukan terhadap hasil nilai laboratorium kadar
gula darah puasa pada pasien hipertensi sebagai penganalisis hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen dengan uji
statistik T-test (Paired Test) untuk kejadian penurunan kadar gula darah
puasa akibat penggunaan antihipertensi golongan ARB.

39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel

40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli rawat jalan penyakit
jantung rumah sakit umum daerah Undata Palu selama bulan September 2019
sampai Januari 2020, diperoleh sebanyak 33 pasien yang terdiagnosa
hipertensi, dengan 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan 3
pasien memenuhi kriterian eksklusi diamana 1 pasien terdiagnosa Diabetes
Mellitus dan 2 pasien tidak kembali (lost to follow up) sehingga hanya 30
pasien yang dapat dijadikan sebagai sampel.

4.2 Karakteristik Demografi Pasien


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data demografi pasien dengan
kategori jenis kelamin, umur dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Data demografi pasien hipertensi yang dijadikan sampel penelitian
di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Jumlah pasien Persentase
Karakteristik pasien
(n=30) (%)
14 46.7
Laki-laki
Jenis kelamin 16 53.3
Perempuan

33.3
≥65 10
53.3
51-64 16
Usia 10.0
31-50 3
3.3
18-30 1

Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 8 26.7

Ibu Rumah Tangga 9 30.0

Wiraswasta 2 6.7

Pensiun 10 33.3

Indeks Masa Petani 1 3.3


Tubuh

Berat Badan Normal 7 23.3


Overwight 19 63.3
Obesitas II 4 13.3

41
Tabel 4.1 menjelakan bahwa dari 30 sampel pasien hipertensi rawat jalan
di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, jumlah sampel pasien
hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu pasien yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 pasien (53,3%) sedangkan pasien
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 pasien (46,7%). Jenis kelamin
dapat berpengaruh pada regulasi tekanan darah. Hal ini sejalaan dengan
penelitian (Hussain et al., 2016) yang menjalaskan bahwa hipertensi lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Akan tetapi pada
perempuan resiko hipertensi akan menigkat setelah masa menopaus.
Dimana pada masa monopaus hormon estrogen akan berkurang, apabila
hormon estrogen berkurang maka sel-sel endotel akan terganggu sehingga
memicu timbulnya plak didalam pembuluh darah yang akan menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi.

Rentang usia yang paling banyak terdiagnosa hipertensi yaitu 51 – 64 tahun


sebanyak 16 pasien (53,3%). Hal ini telah sesuai dengan penelitian
(Hussain et al., 2016) yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi usia
≥ 40 tahun di Indonesia meningkat secara signifikan seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku oleh karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh darah yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah
(Sumawa, 2015).

Berdasarkan pekerjaan pasien, pensiun lebih banyak menderita hipertensi


yaitu sebanyak 10 pasien (33,3%), kemudian ibu rumah tangga sebanyak 9
pasien (30,0%), selanjutnya disusul dengan pegawai negri sipil sebanyak 8
pasien (26,7%). Sedangkan untuk wiraswasta sebanyak 2 pasien (6,7%) dan
petani sebanyak 1 (3,3%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan faktor
yang mempengaruhi pasien pensiun lebih beresiko terdiagnosa hipertensi
karena umur dari pasien berada di range 51-64 tahun dan ≥65 tahun,

42
sebelumnya telah dijelaskan bahwa usia menjadi salah satu faktor resiko
dari hipertensi, seiring dengan bertambahnya usia maka akan lebih beresiko
terdiagnosa hipertensi. Kemudian kurangnya melakukan aktivitas fisik juga
menjadi salah satu faktor resiko hipertensi Pmisalnya olahraga, olahraga
dapat mempengaruhi tekanan darah, menurut (Sartik, Tjekyan, &
Zulkarnain, 2017) menjelaskan bahwa olahraga dapat menyebabakan
pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru dan jalan darah yang baru,
dengan demikian hal yang menghambat pengaliran darah dapat dihindarkan
atau dikurangi, yang berarti menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) pasien dengan


overwight sebanyak 19 pasien (65%), disusul dengan pasien yang memiliki
berat badan normal sebanyak 7 pasien (23,3%), dan pasien obesitas II
sebanyak 4 pasien (13,3%). Terdapat hubungan yang erat antara IMT
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik baik pada populasi laki-laki
maupun perempuan. Pada laki-laki, IMT dihubungkan dengan peningkatan
4,0 mmHg tekanan darah sistolik dan 2,4 mmHg pada perempuan (Hussain
et al., 2016). Hasil penelitian ini memperlihatkan sebagian besar pasien
hipertensi adalah pasien overwight.

4.3 Karakteristik Klinik


4.3.1 Manifestasi klinik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didpatkan data
manifestasi klinik pasien hipertensi seperti yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.2 Data manifestasi klinik pasien hipertensi yang dijadikan
sampel penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu
Jumlah Pasien Persentase
Manifestasi klinik
(n=30) (%)
Nyeri dada 20 66.7
Nyeri dada, cepat capek 1 3.3
Nyeri dada, sesak nafas 5 16.7
Nyeri dada, sesak nafas, sakit
3.3
kepala 1

43
Nyeri dada, sesak nafas,
jantung 2 6.7
Pusing 1 3.3

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 30 pasien yang mengalami


hipertensi, gejala yang paling sering muncul adalah nyeri dada dengan
jumlah pasien sebanyak 20 (66,7%), selanjutnnya pasien dengan
manifestasi klinik nyeri dada, sesak nafas sebanyak 5 pasien (16,7%),
kemudian pasien dengan manifestasi klinik nyeri dada, sesak nafas
dan jantung sebanyak 2 pasien (6,7%). Sedangkan untuk pasien
dengan manifestasi klinik nyeri dada, cepat capek sebanyak 1 (3,3%)
sama halnya dengan pasien yang manifestasi kliniknya nyeri dada,
sesak nafas sakit kepala, dan pasien yang manifestasi kliniknya
pusing. Hal ini telah sejalan dengan penelitian (Ramadini & Lestari,
2018) yang mejelaskan bahwa penyakit kardiovaskular mempunyai
manifestati berupa nyeri dada. Sakit kepala, pusing dan sesak napas
merupakan manifestasi klinik dari hipertensi (Manuntung, 2018).

4.3.2 Diagnosa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data
diagnosa pasien hipertensi seperti yang dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.3 Data diagnosa pasien hipertensi yang dijadikan sampel


penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Diagnosa Jumlah pasien Persentase


(n=30) (%)
Hipertensi + HHD + CAD 3 10.0
Hipertensi + CHF + CHD 1 3.3
Hipertensi + HHD + APS 3 10.0
Hipertensi + HHD 6 20.0

44
Hipertensi + HHD + CHF 3 10.0
Hipertensi + APS 3 10.0
Hipertensi + CHF 4 13.3
Hipertensi + CHF + CAD 5 16.7
Hipertensi + AHD 2 6.7
Keterangan: HHD : Hipertensi heart deases, CAD: coronary artery
disease, CHF : congestive heart failure, APS : Angina
Pektoris Stabil, AHD : Anemic Heart Disease.

Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 30 pasien hipertensi yang


dijadikan sebagai sampel, diagnosis utama yang paling sering
diderita pasien hipertensi adalah hipertensi dengan Hipertensi Heart
Deasese (HHD) sebanyak 6 pasien (20,0%). HHD atau penyakit
jantung hipertensi merupakan istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan yang disebebkan
karena peningkatan tekanan darah baik secara langsung maupun
tidak (Anonim, 2014). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan komplikasi penyakit lainnya. Hipertensi memiliki
korelasi yang kuat terhadap kejadian morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular. Kejadian hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
Risiko stroke, infark miokard (IM), angina, gagal jantung, gagal
ginjal, bahkan kematian dini yang disebabkan langsung oleh
peningkatan tekanan darah. Nilai tekanan darah mulai dari 115/75,
memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang berlipat disetiap
peningkatan 20/10 mmHg. Pasien dengan kondisi tekanan darah
berada pada posisi prehipertensi juga memiliki resiko mengalami
gangguan kardiovaskular (Dipiro et al., 2015).

4.4 Profil Pengobatan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan profil pengobatan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dapat dilihat pada tabel
berikut:

45
Tabel 4.4 Profil pengobatan pasien di poli jantung dengan penyakit
Penyerta hipertensi yang dijadikan sampel penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu
Nama Obat Jumlah Presentase
Kelas Terapi Golongan Obat Dosis (n = 30) (%)
Arb Candesartan 28 93,3
Telmisaartan 2 6,7
Penyekat Beta Bisoprolol 11 36,7
Diuretik Furosemid 8 26,6
Antiplatelet Clopidogrel 13 43,3
Obat Statin Simvastatin 6 20
Kardiovaskular Atrovastatin 1 3,3
Isosorbid
Nitrat 3 10
Dinitrit
Anti Koagulan Warfarin 1 3,3
Anti Trombolitik Aspilet 6 20
Anti Hiperlipidemia Fenofibrat 1 3,3
Antireflukd Dan Penghambat Pompa Lansoprazole 6 20
Antiulserasi Proton Sucralfat 1 3,3
Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 2 6,7
Multivitamin Suplemen Vitamin B 7 23,3
Allopurinol 1 3,3
Analgesik Dan Anti
Asetilsistenin 2 6,7
Inflamasi Non
Steroid Diklofenak 2 6,7
Muskuloskeletal
Meloxicam 1 3,3
Analgesik -
Paracetamol 1 3,3
Antipiretik

Tabel 4.4 menunjukan bahawa oabt yang paling banyak digunakan oleh
pasien hipertensi yaitu obat candesartan sebanyak 28 pasien (93,3%). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Husain, Azim, & Bhasin, 2011) dimana dijelaskan
bahwa candesartan diklasifikasikan sebagai antagonis tipe 1 reseptor
angiotensin II. Antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 banyak digunakan
dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infark miokard.
Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan memiliki penyerapan

46
oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah dan
digunakan dalam pengobatan hipertensi.

Clopidogrel sebanyak 13 pasien dengan nilai presentase 43,3%, clopidogrel


merupakan agen antiplatelet pertolongan pertama aktivasi sitokrom P450
(CYP), dan karena obat metabolik aktifnya bertindak sebagai penghambat
selektif untuk adenosin difosfat (ADP) yang diinduksi agregasi trombosit dan
dengan demikian mempengaruhi aktivasi platelet yang bergantung pada ADP
(Hartayu & Setyaningsih, 2017). Manfaat terapi antiplatelet untuk
pencegahan sekunder pada pasien dengan hipertensi jauh lebih besar dari
pada bahaya yang mungkin terjadi (Lip GY., et.al., 2011).

Bisoprolol sebanyak 11 pasien dengan nilai presentase 36,7%, bisoprolol


merupakan anti angina dan terapi iskemik pada pasien dengan penyakit
jantung koroner stabil penyakit arteri (CAD). Namun itu juga diketahui dapat
meningkatkan resiko disfungsi ereksi (Fauzan, Irawan, & Hariawan, 2016).

4.5 Terapi Pengobatan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terapi pengobatan pasien
hipertensi yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Data terapi pengobatan pasien hipertensi yang dijadikan Sampel
Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Regimen Jumlah Persentase
Terapi Golongan Obat (n=30) (%)
Candesartan 15 50
Tunggal ARB
Telmisartan 2 6,7

ARB +
Candesartan + Furosemid 8 26,7
Kombinasi Diuretik
2 ARB +
Beta Candesartan + Bisoprolol 5 16,7
Blocker
Keterangan : ARB : Angiotensin Receptor Blocker

Tabel 4.5 menjelaskan dari 30 pasien, antihipertensi golongan ARB tunggal


yang paling banyak digunakan pasien hipertensi adalah candesartan sebanyak

47
15 pasien (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian (Husain et al., 2011)
dimana dijelaskan bahwa candesartan diklasifikasikan sebagai antagonis tipe
1 reseptor angiotensin II. Antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 banyak
digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung,
infark miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan
memiliki penyerapan oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana
takanan darah dan digunakan dalam pengobatan hipertensi. Sedangkan untuk
telmisartan sebanyak 2 pasien (6,7%). Untuk antihipertensi kombinasi 2 yang
paling banyak yaitu ARB dengan diuretik sebanyak 8 pasien (26,7%).
Penggunaan dua obat dapat menyebabakan efek aditif terhadap penurunan
tekanan darah. Kombinasi ARB dengan diuretik merupakan kombinasi
spesifik yang dapat menjadi pilihan. Furosemid merupakan diuretik kuat
digunakan penyakit jantung yang lebih berat, untuk menangani kelebihan
cairan karena furosemide menghasilkan diuresisi yang lebih besar dengan
tingkat natriuresis yang sama (Rosendorff et al., 2016).

4.6 Dosis pengobatan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan dosis pengobatan
antihipertensi golongon ARB yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Data dosis pengobatan antihipertensi golongan ARB


Golongan Rata-rata
Obat Dosis Selisih
obat Baseline Evaluasi
Candesartan
8 mg 113,24 107,24 5,298
(n=25) mg/dl mg/dl mg/dl
Candesartan
ARB 16 mg 127,33 110,33 13,351
(n=3) mg/dl mg/dl mg/dl
Telmisartan 80 mg 101,00 3,960
97,00 mg/dl
(n=2) mg/dl mg/dl

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa penggunaan candesartan 8 mg memiliki nilai


rata-rata GDP sebelum dan sesudah yaitu 113,24 mg/dl dan 107,24 mg/dl
dengan nilai selisih 5,298 mg/dl. Candesartan 16 mg memiliki nilai rata-rata
GDP sebelum dan sesudah yaitu 127,33 mg/dl dan 110,33 mg/dl dengan

48
selisih 13,351 mg/dl. Dan untuk telmisartan 80 mg memiliki nilai rata-rata
GDP sebelum dan sesudah yaitu 101,00 mg/dl dan 97,00 mg/dl dengan
selisish 3,960 ml/dl. Dari data tersebut obat candesartan dengan dosis 16 mg
dengan jumlah pasien 3 orang memiliki nilai selisih lebih besar dibandingkan
candesartan 8 mg dengan jumlah pasien 25 orang.

4.7 Evaluasi perbandingan GDP pasien hipertensi dengan pengobatan


antihipertensi tunggal dan kombinasi
Berdasarkan penelilitian yang dilakukan didapatkan perbandingan
pengobatan antihipertensi tunggal dan kombinasi dari golongan ARB yang
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Data perbandingan GDP pasien hipertensi dengan pengobatan


Antihipertensi tunggal dan kombinasi yang dijadikan sampel
penelitian
Regimen Rata-rata
Golongan Obat Selisih
Terapi Baseline Evaluasi
Candesartan
ARB
Tunggal (n=15) 111,47 103,94
(n=17) Telmisartan mg/dl mg/dl
(n=2)

ARB +
Candesartan + 0,164
Diuretik
Furosemid
(n=8) 116.92 112.08
Kombinasi 2
mg/dl mg/dl
ARB + Beta
Candesartan +
Blocker Bisoprolol
(n=5)

Tabel 4.7 menjelaskan bahwa nilai selisih dari regimen terapi tunggal dan
kombinasi setelah dilakukan uji chi square diperoleh yaitu 0,164 mg/dl,
berdasarkan nilai selisih tersebut diperoleh data tidak signifikan. Sehingga
dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh atau hubungan antara
pengobatan antihiperensi tunggal dan kombinasi terhadap penurunan kadar
gula darah pausa.

4.8 Evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat
golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

49
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data evaluasi kadar
glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan ARB yang
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Data evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yang
menggunakan obat golongan ARB
Hasil
Rerata
Kategori Presentase Signifikan
(mg/dl)
p=0,05

Baseline Evaluasi Selisih


GDP 5,593 0,049
113,83 107,83 6,367

Keterangan : GDP = Gula Darah Puasa

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kadar GDP pasien hipertensi
sebelum dan sesudah menggunakan obat golongan ARB selama 3 bulan
terjadi penurunan kadar GDP yaitu dari 113,83 mg/dL menjadi 107,83
mg/dL, selisih 6,367 dengan persentase penurunan 5,593% dan nilai
signifikan 0,049. Berdasarkan nilai evaluasi dari 30 pasien setelah dilakukan
pemeriksaan GDP sebanyak 26 pasien nilai GDP menurun, akan tetapi masih
berada di batas normal, dan 1 pasien nilai GDP menurun dibawah batas
normal yaitu < 70 mg/dl . Sedangkan 3 pasien mengalami peningkatan GDP
diatas batas normal. Dimana Untuk nilai normal GDP yaitu 70 - 126 mg/dL
(Dipiro et al., 2017).

Pada penelitian ini, sebelum dilakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro wilk karena
jumlah sampel pada penelitian ini <50. Setelah dilakukan uji normalitas
didapatkan nilai signifikan >0,05 yang berarti data terdistribusi normal.
Karena data terdistribusi normal sehingga dilakukan uji analisis
menggunakan paired samples t-test.

50
Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test. Didapatkan hasil kadar GDP
dengan nilai p=0,049 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
penurunan kadar GDP dari penggunaan antihipertensi golongan ARB. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tian et al., 2016) yang
menjelaskan tentang Antihipertensi golongan ARB dapat menurunkan kadar
glukosa darah, ARB yang terkait dapat menurunkan kadar glukosa darah
adalah valsartan. Berdasarkan hasil penelitian (Dakhale et al., 2015)
telmisartan dan losartan juga dapat menurunkan kadar gula darah. Dan
Losartan dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan
sampai hipertensi sedang (Bharati & Singh, 2016).

51
52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat pengaruh terhadap
evaluasi kadar glukosa darah puasa pasien hipertensi yang menggunakan obat
golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu yang dilakukan
selama 3 bulan, dimana nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,049.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan perbandingan evaluasi
kadar GDP terhadap pasien hipertensi yang menggunakan obat candesartan
dan telmisartan.

53
54
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. G. (2006). Panduan Penelitian Eksperimen Beserta Analisis Statistik


dengan SPSS. Journal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, p. 187.
Batool, A., Gilani, P., & Javed, T. (2018). Risk Factors, Pathophysiology and
Management of Hypertension. International Journal of Pharma Sciences and
Scientific Research, 4(5), 49–61.
Bharati, S., & Singh, N. (2016). Effect of losartan and amlodipine on insulin
sensitivity in non-diabetic hypertensive patients. International Journal of
Basic and Clinical Pharmacology, 5(1), 202–208.
https://doi.org/10.18203/2319-2003.ijbcp20160128

Dakhale, G., Salve, A., Hardas, M., Mahatme, M., Hiware, S., & Shinde, A. (2015).
Clinical efficacy and safety of telmisartan versus losartan and their effect on
lipid profile in stage 1 hypertension: A randomized, double blind, 12 week
trial. 5(3), 49–56. https://doi.org/10.7439/ijpr

Dinkes Sulawesi Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah


Tahun 2017. https://doi.org/10.1007/978-3-8349-9424-0
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2015). Pharmacotherapy 8th edition A Pathophysiologic Approach (8th
Editio; CodeMantra, Ed.). New York: McGraw-Hill Education.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2017). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
Farida, U., & Cahyani, P. W. (2018). Pattern of Antihypertensive Drugs Usage in
Inpatient Hypertension Patients at RSUD Mardi Waluyo Blitar. 29–33.
Fauzan, F., Irawan, B., & Hariawan, H. (2016). Bisoprolol Therapy and The Risk
of Erectile Dysfunction in Stable Coronary Artery Disease Patients. 56–60.
Glenn, Levine, T., C. P., O’Gara, M., L., C.-E. J., Halperin, MD, FACC, F., …
Biykem Bozkurt, MD, PhD, FACC, F. (2017). Highlights from the 2017
Guideline for the Prevention, detection, evaluation and manaGement of hiGh

55
Blood Pressure in adults. Hypertension, 71(6), E13–E115.
https://doi.org/10.1161/HYP.0000000000000065
Hartayu, T. S., & Setyaningsih, D. (2017). The effectiveness of clopidogrel as an
antithrombotic compared to ticlopidine and aspirin ( meta-analysis )
efektivitas clopidogrel sebagai antitrombotik dibandingkan terhadap
ticlopidine dan aspirin ( meta-analysis ) Fakultas Farmasi , Universitas
Sanata. 14(1), 65–73.
Husain, A., Azim, M. S., & Bhasin, M. M. and P. S. (2011). A review on
Candesartan: Pharmacological and pharmaceutical profile. Journal of Applied
Pharmaceutical Science, 1(10), 12–17.

Hussain, Akhtar, M., Mamun, A., Reid, A., Huxley, C., & R., R. (2016). Prevalence,
awareness, treatment and control of hypertension in Indonesian adults aged
≥40 years: Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS
ONE, 11(8), 1–16. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160922
Manuntung, A. (2018). Terapi kognitif pada Pasien Hipertensi. Wineka Medika.
Oktianti, D., Dewi, F., & Pujiawati, M. (2017). Evaluation of Antihypertension
Drugs on Patients Diabetes Mellitus in Rsi Sultan Agung Semarang 2016. 7,
197–203.
Paul A. James, M., Suzanne Oparil, M., Barry L. Carter, P., Cushman, W. C.,
Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., … Olugbenga Ogedegbe, MD, MPH,
MS; Sidney C. Smith Jr, Laura P. Svetkey, MD, MHS; Sandra J. Taler, MD;
Raymond R. Townsend, M. J. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). 1097(5),
507–520. https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427

Ramadini, I., & Lestari, S. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Stress Dengan
Nyeri Dada Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung
Rsup. Dr. M. Djamil. Human Care Journal, 2(3).
https://doi.org/10.32883/hcj.v2i3.98

Rikesdas. (2013). Riskesdas 2013 meenn. Jakarta: Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
(Penyakit Menular), 103. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Rosendorff, C., Lackland, D. T., Allison, M., Aronow, W. S., Black, H. R.,
Blumenthal, R. S., … White, W. B. (2016). Treatment of Hypertension in
Patients with Coronary Artery Disease. A Case-Based Summary of the 2015
AHA/ACC/ASH Scientific Statement. American Journal of Medicine, 129(4),
372–378. https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2015.10.045
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors and the Incidence
of Hipertension in Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–
191. https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191

56
Sumawa, P. M. R. (2015). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode Januari-Juni 2014. Pharmacon, 4(3), 126–133. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/8850

Tian, Z., Yan, Y., Deng, S., & She, Q. (2016). Effect of valsartan on insulin
resistance in patients with hypertension: A systematic review and meta-
analysis. International Journal of Clinical and Experimental Medicine, 9(7),
14047–14056.

Whittlesea, C., & Hodson, K. (2019). Clinical Pharmacy and Therapeutics. In Appl.
Phys. A (Vol. 73).
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Arif Satria Putra Pratama dan Ade
Yonata | Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke Majority.
Majority, 5(3), 17.

57
LEMBAR PENGUMPUL DATA
Kadar Glukosa Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Antihipertensi Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

No. Rekam Medik


Nama Pasien
Umur
Berat badan
Tinggi badan
Jenis kelamin
Diagnosa
Manifestasi Klinik
Penyakit Penyerta
Lama pengobatan

Terapi Pengobatan

58
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Sebelum Sesudah

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT


SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. HP :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Studi
Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi Yang Menggunaan Obat
Golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu” dan setelah mendapatkan kesepakatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara suka rela dan tanpa
paksaan menyatakan bersedia diikut sertakan dalam penelitian tersebut.

Palu, 2019
Yang menyatakan

( ………………………………..)

59
LAMPIRAN 1
Hasil Analisis Uji Shapiro Wilk Pada Selisih Peningkatan Kadar Gula Darah
Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sebelum 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%


sesudah 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sebelum .133 30 .189 .932 30 .055


*
sesudah .099 30 .200 .974 30 .650

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

60
LAMPIRAN 2
Hasil Analisis Paired Samples T-Test Pada Selisih Peningkatan Kadar Gula
Darah Puasa Pasien Hipertensi Dirumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
sebelum 113.83 30 18.283 3.338
Pair 1
sesudah 107.47 30 22.028 4.022

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum & sesudah 30 .661 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-


tailed)
Mea Std. Std. 95% Confidence
n Deviatio Error Interval of the
n Mean Difference

Lower Upper

Pai sebelum - 6.36 16.955 3.096 .035 12.698 2.05 29 .049


r1 sesudah 7 7

61
62
63
LAMPIRAN 3
Data Kadar Glukosa Darah Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palua
Jenis kelamin U Kadar GDP
NO.RM BB TB
L P (Thn) Baselanie Evaluasi Ket. Selisih
213995 √ 80 70 Kg 165 Cm 101 mg/dl 97 mg/dl ↓ 4
412752 √ 59 60 Kg 155 Cm 118 mg/dl 113 mg/dl ↓ 5
167468 √ 63 60 Kg 156 Cm 131 mg/dl 120 mg/dl ↓ 11
559247 √ 43 65 Kg 155 Cm 140 mg/dl 126 mg/dl ↓ 14
82586 √ 59 52 Kg 150 Cm 93 mg/dl 89 mg/dl ↓ 4
01012509 √ 43 55 Kg 150 Cm 87 mg/dl 85 mg/dl ↓ 2
446933 √ 66 72 Kg 165 Cm 101 mg/dl 97 mg/dl ↓ 4
386677 √ 64 55 Kg 160 Cm 147 mg/dl 116 mg/dl ↓ 31
324804 √ 60 75 Kg 157 Cm 139 mg/dl 120 mg/dl ↓ 19
01005325 √ 61 47 Kg 147 Cm 101 mg/dl 98 mg.dl ↓ 3
558873 √ 65 50 Kg 147 Cm 158 mg/dl 140 mg/dl ↓ 18
813444 √ 80 55 Kg 150 Cm 105 mg/dl 103 mg/dl ↓ 2
460859 √ 59 75 Kg 159 Cm 91 mg/dl 90 mg/dl ↓ 1
296416 √ 55 65 Kg 150 120 mg/dl 112 mg/dl ↓ 8
144685 √ 57 87 Kg 163 Cm 106 mg/dl 100 mg/dl ↓ 6
527196 √ 57 78 Kg 154 Cm 121 mg/dl 149 mg/dl ↓ 15
424658 √ 56 55 Kg 154 Cm 111 mg/dl 137 mg/dl ↑ -26
508925 √ 65 77 Kg 150 Cm 123 mg/dl 106 mg/dl ↑ -26
546736 √ 59 63 Kg 164 Cm 101 mg/dl 72 mg/dl ↓ 29
382945 √ 66 55 Kg 155 Cm 103 mg/dl 70 mg/dl ↓ 33

64
377620 √ 68 76 Kg 165 Cm 94 mg/dl 90 mg/dl ↓ 4
468734 √ 60 80 Kg 159 Cm 113 mg/dl 111 mg/dl ↓ 2
465878 √ 72 65 Kg 165 Cm 97 mg/dl 90 mg/dl ↓ 7
406501 √ 63 53 Kg 150 Cm 117 mg/dl 113 ng/dl ↓ 4
111602 √ 60 45 Kg 155 Cm 142 mg/dl 126 mg/dl ↓ 16
01012338 √ 52 60 Kg 150 Cm 102 mg/dl 100 mg/dl ↓ 2
519291 √ 71 50 Kg 150 Cm 110 mg/dl 161 mg/dl ↑ -51
371671 √ 65 60 Kg 160 Cm 108 mg/dl 87 mg/dl ↓ 21
489312 √ 46 50 Kg 157 Cm 101 mg/dl 80 mg/dl ↓ 21
806566 √ 21 40 Kg 147 Cm 134 mg/dl 126 mg/dl ↓ 8
Keterangan:

Peningkatan Gula Darah Puasa :

No. RM : Nomor Rekam Medik, L : Laki-Laki, P : Perempuan, U : Usia, BB : Berat Badan, TB : Tinggi Badan, GDP : Gula Darah Puasa

65
LAMPIRAN 4
Pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah undata palu
JK U Manifestasi klinis
NO.RM BB TB
L P (Thn) ND CP SN SK P JNTG
213995 √ 80 70 Kg 165 Cm √
412752 √ 59 60 Kg 155 Cm √ √
167468 √ 63 60 Kg 156 Cm √
559247 √ 43 65 Kg 155 Cm √ √
82586 √ 59 52 Kg 150 Cm √ √
01012509 √ 43 55 Kg 150 Cm √ √ √
446933 √ 66 72 Kg 165 Cm √ √
386677 √ 64 55 Kg 160 Cm √ √
324804 √ 60 75 Kg 157 Cm √ √ √
01005325 √ 61 47 Kg 147 Cm √
558873 √ 65 50 Kg 147 Cm √
813444 √ 80 55 Kg 150 Cm √
460859 √ 59 75 Kg 159 Cm √
296416 √ 55 65 Kg 150 Cm √
144685 √ 57 87 Kg 163 Cm √
527196 √ 57 78 Kg 154 Cm √
424658 √ 56 55 Kg 154 Cm √
508925 √ 65 77 Kg 150 Cm √
546736 √ 59 63 Kg 164 Cm √

66
382945 √ 66 55 Kg 155 Cm √
377620 √ 68 76 Kg 165 Cm √ √
468734 √ 60 80 Kg 159 Cm √
465878 √ 72 65 Kg 165 Cm √
406501 √ 63 53 Kg 150 Cm √
111602 √ 60 45 Kg 155 Cm √
01012338 √ 52 60 Kg 150 Cm √
519291 √ 71 50 Kg 150 Cm √
371671 √ 65 60 Kg 160 Cm √
489312 √ 46 50 Kg 157 Cm √
806566 √ 21 40 Kg 147 Cm √
Keterangan :
ND: Nyeri dada, CP: Cepat Capek, SN : Sesak Nafas, SK : Sakit kepala, P : Pusing, JNTG : Jantung

67
LAMPIRAN 5
Data obat yang digunakan oleh pasien rawat jalan poli jantung dengan penyakit penyerta hipertensi di rumah sakit umum daerah
undata palu
JK Manifestasi klinis
U
NO.RM Dosis
L P (Thn) Nama obat Frekuensi Bentuk sediaan Rute pemberian
(mg)
Telmisartan 80 0-0-1 Tablet P.O
213995 √ 80 Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
Nevodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
412752 √ 59 Cetocolazol 200 1x1 Tablet P.O
Alprazolam 0,5 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tabel P.O
167468 √ 63
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
559247 √ 43
Concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
82586 √ 59 Aspilet 81 0-0-1 Tablet P.O
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
01012509 √ 43 Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Clopidogrel 75 1-0-0 Tablet P.O
Telmisartan 80 0-0-1 Tablet P.O
446933 √ 66
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
386677 √ 64 Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Sucralfat 2 2x1 Tablet P.O
324804 √ 60 Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O

68
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Allopurinol 100 0-0-1 Tablet P.O
Concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
01005325 √ 61
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Finofibrat 300 1x1 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
558873 √ 65 Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
813444 √ 80 Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
460859 √ 59 Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Asetilsistein 3x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Cedocard 5 3x1 Tablet P.O
296416 √ 55
Asetilsistein 3x1 Tablet P.O
Lansoprazol 30 0-1-0 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
144685 √ 57
Aspilet 80 Tablet P.O
natrium diklofenak 50 3 x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
527196 √ 57
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O

69
Aspilet 80 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
424658 √ 56 Aspilet 80 Tablet P.O
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
508925 √ 65
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
concor 5 1-0-0 Tablet P.O
546736 √ 59
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Aspilet 80 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
382945 √ 66
Neurodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Finofibrat 300 1x1 Kapsul P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
377620 √ 68 Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Neorodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Meloxicam 15 1x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
468734 √ 60
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
465878 √ 72
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Neorodex 50 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
406501 √ 63
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O

70
Aprozolam 8 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 16 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
111602 √ 60
Lansoprazole 30 0-1-0 Kapsul P.O
Paracetamol 500 3x1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O

01012338 √ 52 Aspilet 80 3x1 Tablet P.O


Natrium diklofenak 50 3 x1 Tablet P.O
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Diltiazem 30 1-1-0 Kapsul P.O
519291 √ 71 concor 5 1-0-0 Tablet P.O
Atorvastatin 20 0-0-1 Tablet P.O
ISDN 5 1-0-0 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
371671 √ 65
Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Simvastatin 10 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
489312 √ 46 Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Clopidogrel 75 0-0-1 Tablet P.O
Candesartan 8 0-0-1 Tablet P.O
806566 √ 21 Furosemid 40 1-0-0 Tablet P.O
Warfarin 10 0-1-0 Tablet P.O
Keterangan:
` No.RM :: Rekam Maedik, JK : Jenis Kelamin, L : Laki-laki, P : Perempuan, U : Umur

71
LAMPIRAN 6
Dokumentasi

72
73
74
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Winda Fresha lahir di Buol Sulawesi


tengah tanggal 25 juni 1998, anak dari bapak Irwan Sakur
S.Pdi dan Ibu Asni Haruas. Alamat sekarang di Jl.
Soeprapto. Penyusun menamatkan pendidikan dasarnya di
SDN 18 Lipunoto dan tamat pada tahun 2010, setelah itu
melanjutkan studinya di SMPN 1 Biau dan tamat pada tahun
2013, dan tahun 2016 penulis menamatkan pendidikannya
di SMAN 1 Biau, Pada tahun 2016 Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi di kota Palu, tepatnya di Universitas Tadulako, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam di Jurusan Farmasi. Penulis masuk melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2016.
Pada tahun 2020 Penulis menyelesaikan studi strata satunya di Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, dengan
masa studi 3 tahun 8 bulan 3 hari.

75
76
77
78
79
Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien
Hipertensi yang Menggunakan Obat Golongan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu.
Amelia Rumi, S.Farm., M.Sc., Apt1, Winda Fresha2
1
Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kode Pos 94118
Email :windafsh@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah arteri
(BP) yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi kadar
glukosa darah pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) seperti losartan, candesartan, valsartan,dan telmisartan di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan studi
cross-sectional dengan pengambilan data secara prospektif dengan jumlah sampel
penelitian 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi yakni pasien dewasa usia ≥ 18 tahun
yang menggunakan terapi ARB selama 3 bulan, diagnosa utama hipertensi tanpa Diabetes
Mellitus, menggunakan obat golongan ARB dan tidak menggunakan obat-obat yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
menggunakan alat gulkometer Accu-Chek Performa, dengan bahan sampel darah pasien.
Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah puasa pasien hipertensi yang
menggunakan obat golongan ARB terdapat penurunan rata-rata baseline dan evaluasi dari
113,83 mg/dl menjadi 107,83 mg/dl dengan nilai selisih 6,367 mg/dl. Analisis statistik
didapatkan nilai signifikansi p 0,045 (p=0,049; p<0,05) dimana antihipertensi golongan
ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada pasien hipertensi. Jika dilihat
secara klinis obat golongan ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien
hipertensi ringan sampai hipertensi sedang.

Kata kunci: kadar glukosa darah puasa, hipertensi, Angiotensin Receptor Blocker

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai tekanan darah arteri
(BP) yang terus meningkat. Pada awal tahun 1990-anhiperensi diidentifikasi sebagai salah
satu faktor risiko paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular (CV). Meningkatkan
kesadaran dan diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol BP dengan pengobatan
yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas CV.5 Hipertensi terjadi ketika tekanan darah
sistolik di atas atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas atau
sama dengan 90 mmHg.16

Menurut laporan Rikesdas tahun 2013 bahwa hipertensi merupakan penyebab


kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya
mencapai 6,7% dari proporsi kematian pada semua umur di Indonesia.11 Hasil dari
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
25,8%.11 Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4%
yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita
hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita
tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk
menderita hiperetnsi yang lebih berat. Di indonesia sendiri, prevalensi hipertensi
mencapai 31,7%.17 Di Sulawesi Tengah prevalensi hipertensi pada tahun 2015 hingga 2017
mengalami peningkatan yaitu dari 3,61% menjadi 27,8%.3 Adapun di Kota Palu sendiri
presentase hipertensi menurut Dinas Kesehatan tahun 2017 adalah sebesar 44,5%.3

80
Angiotensin Receptor Blocker(ARB)adalah agen antihipertensi yang digunakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu. Pada beberapa penelitian obat golongan ARB ini
dapat menurunkan kadar glukosa darah. Oleh krena itu, hal inilah yang melatarbelakangi
penelitian tentang Studi Prospektif Evaluasi Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Hipertensi
yang menggunakan Obat golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

ETIKA PERSETUJUAN
Penelitian ini telah disetujui oleh komite Etika Penelitian dari Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan, Universitas Tadulako, dengan surat nomor 6744/UN 28.1.30/KL/2019.

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah puasa sebanyak 2
kali pengukuran, yaitu sebelum dan dan sesudah diberikan terapi ARB selama 3 bulan
pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang dimaksud adalah pasien yang menerima
terai golongan ARB di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dengan kriteria inklusi,
yaitu: Pasien berusia> 18 tahun, pasien yang bersedia ikut dalam penelitian, pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, pasien yang menerima terapi antihipertensi golongan ARB,
pasien yang tidak terdiagnosis diabetes mellitus, dan sedang tidak menggunakan obat-
obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah.

Adapun tahapan penelitian yakni peneliti meminta kesediaan subjek penelitian


dengan memeberikan informed consent, selanjutnya apabila subjek peneliti bersedia
ikut serta dalam penelitian, peneliti mengambil sampel darah puasa secara bio-fisiologi
pada ujung jari menggunakan alat glucometer Accu-Chek Performa, hasil kadar gula
darah puasa ini digunakan sebagai baseline, setelah 3 bulan terapi ARB dilakukan kembali
pengukuran kadar gula darah puasa pada subjek penelitian sebagai nilai evaluasi,
selanjutnya data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis
deskriptif dilakukan berdasarkan data yang didapat dari rekam medik meliputi
karakteristik demografi, karakteristik klinik dan profil penggunaan obat selama proses
pengobatan. Analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah
puasa menggunakan uji normalitas Shapiro wilk dan Uji statistik Paired sample t-test.

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli rawat jalan penyakit
jantung rumah sakit umum daerah Undata Palu selama bulan September 2019 sampai
Januari 2020, diperoleh sebanyak 33 pasien yang terdiagnosa hipertensi, dengan 30
pasien yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan 3 pasien memenuhi kriterian eksklusi
diamana 1 pasien terdiagnosa Diabetes Mellitus dan 2 pasien tidak kembali (lost to follow
up) sehingga hanya 30 pasien yang dapat dijadikan sebagai sampel.

Tabel 1. Data demografi pasien hipertensi yang dijadikan sampel penelitian


di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Jumlah pasien Persentase
Karakteristik pasien
(n=30) (%)
14 46.7
Laki-laki
Jenis kelamin 16 53.3
Perempuan

81
33.3
≥65 10
53.3
51-64 16
Usia 10.0
31-50 3
3.3
18-30 1

Pegawai Negeri Sipil 8 26.7

Ibu Rumah Tangga 9 30.0

Wiraswasta 2 6.7

Pensiun 10 33.3

Pekerjaan Petani 1 3.3

Berat Badan Normal 7 23.3


Overwight 19 63.3
Obesitas II 4 13.3

Berdasarkan Tabel 1 menjeslakan bahwa dari 30 sampel pasien hipertensi rawat


jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, jumlah sampel pasien hipertensi
berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu pasien yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 16 pasien (53,3%) sedangkan pasien yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 14 pasien (46,7%). Jenis kelamin dapat berpengaruh pada regulasi tekanan
darah. Hal ini sejalaan dengan penelitian Hussain dkk tahun 2016 yang menjalaskan
bahwa hipertensi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.8 Akan tetapi pada
perempuan resiko hipertensi akan menigkat setelah masa menopaus. Dimana pada masa
monopaus hormon estrogen akan berkurang, apabila hormon estrogen berkurang maka
sel-sel endotel akan terganggu sehingga memicu timbulnya plak didalam pembuluh darah
yang akan menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Rentang usia yang paling banyak terdiagnosa hipertensi yaitu 51 – 64 tahun


sebanyak 16 pasien (53,3%). Hal ini telah sesuai dengan penelitian Hussain dkk tahun
2016 yang menyatakan bahwaprevalensi hipertensi usia ≥ 40 tahun di Indonesia
meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.8 Peningkatan tekanan
darah ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku oleh karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dari
pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.14

Berdasarkan pekerjaan pasien, pensiun lebih banyak menderita hipertensi yaitu


sebanyak 10 pasien (33,3%), kemudian ibu rumah tangga sebanyak 9 pasien (30,0%),
selanjutnya disusul dengan pegawai negri sipil sebanyak 8 pasien (26,7%). Sedangkan
untuk wiraswasta sebanyak 2 pasien (6,7%) dan petani sebanyak 1 (3,3%). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan faktor yang mempengaruhi pasien pensiun lebih beresiko
terdiagnosa hipertensi karena umur dari pasien berada di range 51-64 tahun dan ≥65
tahun, sebelumnya telah dijelaskan bahwa usia menjadi salah satu faktor resiko dari
hipertensi, seiring dengan bertambahnya usia maka akan lebih beresiko terdiagnosa

82
hipertensi. Kemudian kurangnya melakukan aktivitas fisik juga menjadi salah satu faktor
resiko hipertensi misalnya olahraga, olahraga dapat mempengaruhi tekanan darah,
menurut penelitian Sartika dkk tahun 2017 bahwa olahraga dapat menyebabakan
pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru dan jalan darah yang baru, dengan
demikian hal yang menghambat pengaliran darah dapat dihindarkan atau dikurangi, yang
berarti menurunkan tekanan darah.13

Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) pasien dengan overwight


sebanyak 19 pasien (65%), disusul dengan pasien yang memiliki berat badan normal
sebanyak 7 pasien (23,3%), dan pasien obesitas II sebanyak 4 pasien (13,3%). Terdapat
hubungan yang erat antara IMT dengan tekanan darah sistolik dan diastolik baik pada
populasi laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, IMT dihubungkan dengan
peningkatan 4,0 mmHg tekanan darah sistolik dan 2,4 mmHg pada perempuan.8 Hasil
penelitian ini memperlihatkan sebagian besar pasien hipertensi adalah pasien overwight.

Tabel 2. Data manifestasi klinik pasien hipertensi yang dijadikan sampel


penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Jumlah Pasien Persentase


Manifestasi klinik
(n=30) (%)
Nyeri dada 20 66.7
Nyeri dada, cepat capek 1 3.3
Nyeri dada, sesak nafas 5 16.7
Nyeri dada, sesak nafas,
3.3
sakit kepala 1
Nyeri dada, sesak nafas,
jantung 2 6.7
Pusing 1 3.3

Berdasarkan penelitian tabel 2, menunjukan bahwa dari 30 pasien yang


mengalami hipertensi, gejala yang paling sering muncul adalah nyeri dada dengan jumlah
pasien sebanyak 20 (66,7%), selanjutnnya pasien dengan manifestasi klinik nyeri dada,
sesak nafas sebanyak 5 pasien (16,7%), kemudian pasien dengan manifestasi klinik nyeri
dada, sesak nafas dan jantung sebanyak 2 pasien (6,7%). Sedangkan untuk pasien dengan
manifestasi klinik nyeri dada, cepat capek sebanyak 1 (3,3%) sama halnya dengan pasien
yang manifestasi kliniknya nyeri dada, sesak nafas sakit kepala, dan pasien yang
manifestasi kliniknya pusing. Hal ini telah sejalan dengan penelitian Rahmadani dkk
tahun 2018 yang mejelaskan bahwa penyakit kardiovaskular mempunyai manifestati
berupa nyeri dada.10 Sakit kepala, pusing dan sesak napas merupakan manifestasi klinik
dari hipertensi.9

Tabel 3 Data diagnosa pasien hipertensi yang dijadikan sampelpenelitian


di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Diagnosa Jumlah pasien Persentase


(n=30) (%)
Hipertensi + HHD + CAD 3 10.0
Hipertensi + CHF + CHD 1 3.3
Hipertensi + HHD + APS 3 10.0
Hipertensi + HHD 6 20.0
Hipertensi + HHD + CHF 3 10.0
Hipertensi + APS 3 10.0

83
Hipertensi + CHF 4 13.3
Hipertensi + CHF + CAD 5 16.7
Hipertensi + AHD 2 6.7

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa dari 30 pasien hipertensi yang dijadikan sebagai
sampel, diagnosis utama yang paling sering diderita pasien hipertensi adalah hipertensi
dengan Hipertensi Heart Deasese (HHD) sebanyak 6 pasien (20,0%). HHD atau penyakit
jantung hipertensi merupakan istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan yang disebebkan karena peningkatan tekanan darah baik
secara langsung maupun tidak. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
komplikasi penyakit lainnya. Hipertensi memiliki korelasi yang kuat terhadap kejadian
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kejadian hipertensi dapat menyebabkan
terjadinya Risiko stroke, infark miokard (IM), angina, gagal jantung, gagal ginjal, bahkan
kematian dini yang disebabkan langsung oleh peningkatan tekanan darah. Nilai tekanan
darah mulai dari 115/75, memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang berlipat disetiap
peningkatan 20/10 mmHg. Pasien dengan kondisi tekanan darah berada pada posisi
prehipertensi juga memiliki resiko mengalami gangguan kardiovaskular.4

Tabel 4 Profil pengobatan pasien di poli jantung dengan penyakit


Penyerta hipertensi yang dijadikan sampel penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu
Nama Obat Jumlah Presentase
Kelas Terapi Golongan Obat
Dosis (n = 30) (%)
ARB Candesartan 28 93,3

Telmisaartan 2 6,7

Penyekat Beta Bisoprolol 11 36,7


Diuretik Furosemid 8 26,6

Antiplatelet Clopidogrel 13 43,3


Obat
Kardiovaskular Statin Simvastatin 6 20
Atrovastatin 1 3,3
Isosorbid
Nitrat 3 10
Dinitrit
Anti Koagulan Warfarin 1 3,3

Anti Trombolitik Aspilet 6 20

84
Anti
Fenofibrat 1 3,3
Hiperlipidemia
Antireflukd Dan Penghambat Lansoprazole 6 20
Antiulserasi Pompa Proton Sucralfat 1 3,3
Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 2 6,7
Multivitamin Suplemen Vitamin B 7 23,3
Allopurinol 1 3,3
Analgesik Dan Anti
Inflamasi Non Asetilsistenin 2 6,7
Muskuloskeletal Steroid Diklofenak 2 6,7
Meloxicam 1 3,3
Analgesik -
Paracetamol 1 3,3
Antipiretik

Tabel 4 menunjukan bahawa oabt yang paling banyak digunakan oleh pasien
hipertensi yaitu obat candesartan sebanyak 28 pasien (93,3%). Hal ini sejalan dengan
penelitian Husain dkk tahun 2011 dimana dijelaskan bahwa candesartan diklasifikasikan
sebagai antagonis tipe 1 resepto r angiotensin II.7 Antagonis reseptor angiotensin II tipe
1 banyak digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infark
miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan memiliki penyerapan
oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah dan digunakan dalam
pengobatan hipertensi.

Clopidogrel sebanyak 13 pasien dengan nilai presentase 43,3%, clopidogrel


merupakan agen antiplatelet pertolongan pertama aktivasi sitokrom P450 (CYP), dan
karena obat metabolik aktifnya bertindak sebagai penghambat selektif untuk adenosin
difosfat (ADP) yang diinduksi agregasi trombosit dan dengan demikian mempengaruhi
aktivasi platelet yang bergantung pada ADP.6 Manfaat terapi antiplatelet untuk
pencegahan sekunder pada pasien dengan hipertensi jauh lebih besar dari pada bahaya
yang mungkin terjadi.

Bisoprolol sebanyak 11 pasien dengan nilai presentase 36,7%, bisoprolol


merupakan anti angina dan terapi iskemik pada pasien dengan penyakit jantung koroner
stabil penyakit arteri (CAD). Namun itu juga diketahui dapat meningkatkan resiko
disfungsi ereksi (Fauzan, Irawan, & Hariawan, 2016).
Tabel 5 Data terapi pengobatan pasien hipertensi yang dijadikan Sampel
Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

Regimen Jumlah Persentase


Golongan Obat
Terapi (n=30) (%)
Tunggal ARB Candesartan 15 50
Telmisartan 2 6,7

Kombinasi
ARB + Candesartan +
2 8 26,7
Diuretik Furosemid
ARB +
Candesartan +
Beta 5 16,7
Bisoprolol
Blocker

Keterangan : ARB : Angiotensin Receptor Blocker

85
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa antihipertensi golongan ARB tunggal yang paling
banyak digunakan pasien hipertensi adalah candesartan sebanyak 15 pasien (50%). Hal ini
sejalan dengan penelitian Husain dkk tahun 2011 dimana dijelaskan bahwa candesartan
diklasifikasikan sebagai antagonis tipe 1 reseptor angiotensin II.7 Antagonis reseptor
angiotensin II tipe 1 banyak digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi,
gagal jantung, infark miokard. Candesartan adalah obat lipofilik aktif secara oral dan
memiliki penyerapan oral yang cepat. Hal ini menyebabakan penurunana takanan darah
dan digunakan dalam pengobatan hipertensi. Sedangkan untuk telmisartan sebanyak 2
pasien (6,7%). Untuk antihipertensi kombinasi 2 yang paling banyak yaitu ARB dengan
diuretik sebanyak 8 pasien (26,7%). Penggunaan dua obat dapat menyebabakan efek
aditif terhadap penurunan tekanan darah. Kombinasi ARB dengan diuretik merupakan
kombinasi spesifik yang dapat menjadi pilihan. Furosemid merupakan diuretik kuat
digunakan penyakit jantung yang lebih berat, untuk menangani kelebihan cairan karena
furosemide menghasilkan diuresisi yang lebih besar dengan tingkat natriuresis yang
sama.12

Tabel 6 Data evaluasi kadar glukosa darah pasien hipertensi yangmenggunakan


obat golongan ARB

Hasil
Rerata
Kategori Presentase Signifikan
(mg/dl)
p=0,05

Baseline Evaluasi Selisih


GDP 5,593 0,049
113,83 107,83 6,367

Keterangan :GDP = Gula Darah Puasa

Tabel 6 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kadar GDP pasien hipertensi sebelum
dan sesudah menggunakan obat golongan ARBselama 3 bulan terjadi penurunan kadar
GDP yaitu dari 113,83 mg/dL menjadi 107,83 mg/dL, selisih 6,367 dengan persentase
penurunan 5,593% dan nilai signifikan 0,049. Berdasarkan nilai evaluasi dari 30 pasien
setelah dilakukan pemeriksaan GDP sebanyak 26 pasien nilai GDP menurun, akan tetapi
masih berada di batas normal, dan 1 pasien nilai GDP menurun dibawah batas normal
yaitu < 70 mg/dl . Sedangkan 3 pasien mengalami peningkatan GDP diatas batas normal.
Dimana Untuk nilai normal GDP yaitu 70 - 126 mg/dL.5

Pada penelitian ini, sebelum dilakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro wilk karena jumlah sampel
pada penelitian ini <50. Setelah dilakukan uji normalitas didapatkan nilai signifikan >0,05
yang berarti data terdistribusi normal. Karena data terdistribusi normal sehingga
dilakukan uji analisis menggunakan paired samples t-test.

Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test. Didapatkan hasil kadar GDP
dengan nilai p=0,049 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan
kadar GDP dari penggunaan antihipertensi golongan ARB. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tian dkk tahun 2016 yang menjelaskan tentang
Antihipertensi golongan ARB dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dan obat ARB dapat
menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan sampai hipertensi sedang.1

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil


penelitian. life style dan penggunaan monoterapi ARB yang terbatas, sehingga hasil
penelitan kurang menggambarkan efek dari ARB secara spesifik, meskipun kerancauan

86
tersebut telah diminimalisir.hal ini disebabakan karena ketidakmampuan mengonttrol
penuh penggunaan obat lain yand dapat mempengaruhi hasil penelitian, dan hanya dapat
diminimalisir dengan mengontrol kriteria inklusi dari penelitian.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata kadar gula darah puasa pasien hipertensi yang menggunakan obat golongan ARB
selama 3 bulan terdapat penurunan rata-rata baseline dan evaluasi dari 113,83 mg/dl
menjadi 107,83 mg/dl dengan nilai selisih 6,367 mg/dl. Analisis statistik diperoleh nilai
signifikansi p 0,045 (p=0,049; p<0,05) bahwa antihipertensi golongan ARB dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa pada pasien hipertensi. Jika dilihat secara klinis
obat golongan ARB dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien hipertensi ringan
sampai hipertensi sedang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Rasa syukur peneliti ditujukan kepada Allah SWT yang memberi kesehatan,
kesempatan serta petunjuk kepada peneliti. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan penelitian ini hingga terbitnya
jurnal ini. Kedua orang tua peneliti, saudara, terkhusus dosen pembimbing, pembahas,
Rumah Sakit Daerah Undata Palu dan seluruh teman dan rekan yang membantu peneliti
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun untuk perbaikan.

REFERENSI
1
Bharati, S., & Singh, N. (2016). Effect of losartan and amlodipine on insulin sensitivity
in non-diabetic hypertensive patients. International Journal of Basic and Clinical
Pharmacology, 5(1), 202–208. https://doi.org/10.18203/2319-2003.ijbcp20160128
2
Dakhale, G., Salve, A., Hardas, M., Mahatme, M., Hiware, S., & Shinde, A. (2015).
Clinical efficacy and safety of telmisartan versus losartan and their effect on lipid
profile in stage 1 hypertension: A randomized, double blind, 12 week trial. 5(3),
49–56. https://doi.org/10.7439/ijpr
3
Dinkes Sulawesi Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017.
https://doi.org/10.1007/978-3-8349-9424-0

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M.
4

(2015). Pharmacotherapy 8th edition A Pathophysiologic Approach (8th Editio;


CodeMantra, Ed.). New York: McGraw-Hill Education.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M.
5

(2017). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.


6
Hartayu, T. S., & Setyaningsih, D. (2017). The effectiveness of clopidogrel as an
antithrombotic compared to ticlopidine and aspirin ( meta-analysis ) efektivitas
clopidogrel sebagai antitrombotik dibandingkan terhadap ticlopidine dan aspirin (
meta-analysis ) Fakultas Farmasi , Universitas Sanata. 14(1), 65–73.
7
Husain, A., Azim, M. S., & Bhasin, M. M. and P. S. (2011). A review on Candesartan:
Pharmacological and pharmaceutical profile. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 1(10), 12–17.

87
8
Hussain, Akhtar, M., Mamun, A., Reid, A., Huxley, C., & R., R. (2016). Prevalence,
awareness, treatment and control of hypertension in Indonesian adults aged ≥40
years: Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS ONE, 11(8), 1–16.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160922
9
Manuntung, A. (2018). Terapi kognitif pada Pasien Hipertensi. Wineka Medika.
10
Ramadini, I., & Lestari, S. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Stress Dengan Nyeri
Dada Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung Rsup. Dr. M.
Djamil. Human Care Journal, 2(3). https://doi.org/10.32883/hcj.v2i3.98
11
Rikesdas. (2013). Riskesdas 2013 meenn. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (Penyakit Menular), 103.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
12
Rosendorff, C., Lackland, D. T., Allison, M., Aronow, W. S., Black, H. R., Blumenthal,
R. S., … White, W. B. (2016). Treatment of Hypertension in Patients with Coronary
Artery Disease. A Case-Based Summary of the 2015 AHA/ACC/ASH Scientific
Statement. American Journal of Medicine, 129(4), 372–378.
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2015.10.045
13
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors and the Incidence of
Hipertension in Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191
14
Sumawa, P. M. R. (2015). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Januari-Juni 2014. Pharmacon, 4(3), 126–133. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/8850
15
Tian, Z., Yan, Y., Deng, S., & She, Q. (2016). Effect of valsartan on insulin resistance
in patients with hypertension: A systematic review and meta-analysis. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine, 9(7), 14047–14056.
16
Whittlesea, C., & Hodson, K. (2019). Clinical Pharmacy and Therapeutics. In Appl. Phys.
A (Vol. 73).
17
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Arif Satria Putra Pratama dan Ade Yonata
| Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke Majority. Majority, 5(3), 17.

88

Anda mungkin juga menyukai