2016
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13246
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PASIEN DI BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
OLEH:
RIZKI AZHARI PANE
NIM 132410004
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
RIZKI AZHARI PANE
NIM 132410004
TUGAS AKHIR
Oleh :
Medan, Agustus2016
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing,
Disahkan oleh :
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
akhir dengan judul: “Pemeriksaan SGOT dan SGPT Pada Pasien di Balai
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang
seperti saat sekarang ini. Adapun penulisan tugas akhir ini dilakukan karena
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara Medan.
kesulitan yang dihadapi, namun dengan bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa
yang tulus dari berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat diatasi oleh penulis.
Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program Studi
5. Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan hingga tugas akhir ini selesai.
Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
9. Bapak dan Ibu dosen Staf Pengajar Fakultas Farmasi Program Diploma III
10. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sudirman Pane dan Ibunda Mardiana
Daulay serta adik – adikku Kakak, Adek, Sarah, dan Ahmad yang telah
selama ini, Muhammad Arief Muchwan, Lisa Putri, Ayang Ludita, Mutia
Audina, Nova Widya Sari, Tasya Nur Utari, Melati Claudya, Fanny Ulfah
12. Kepada Lindra, Rory, Elsya, Adel, Lusy, Nita Syahri, Suhaida terima
ini.
13. Terimakasih kepada teman – teman Program Studi D-III Analis Farmasi
dan Makanan Stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
berlangsung
baik dari segi penulisan maupun dari segi isinya. Maka dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
Tugas Akhir ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Harapan penulis, tugas akhir ini
RizkiAzhari Pane
NIM 132410004
NIM : 132410004
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab
pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya
ABSTRAK
Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
adalahSGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT (Serum
Glutamat Piruvat Transaminase). Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ditentukan
dengan menggunakan metode kinetik enzimatik (sesuai dengan
IFCC).Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar SGOT dan SGPT pada
pasien di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa 2 orang pasien memiliki kadar SGOT dan
SGPT yang normal, terjadi peningkatan kadar SGOT pada 1 pasien, terjadi
peningkatan kadar SGPT pada 1 pasien dan terjadi peningkatan kadar SGOT dan
SGPT secara bersamaan pada 1 pasien.
Kata kunci:kerusakan sel hati, metode pemeriksaan, SGOT, SGPT.
ABSTRACT
Two kinds of enzymes are associated with liver damage is SGOT (Serum
Glutamat Oxaloactate Transaminase) and SGPT (Serum Glutamat Pyruvat
Transaminase). The inspectionof SGOT and SGPT levels was determine using
enzymatic kinetics method (according to IFFC). The inspection was determine to
knowing levels of SGOT and SGPT patients in Balai Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Sumatera Utara. The results showed that two patients had normal
levels of SGOT and SGPT, a patient had increased of SGOT levels, a patient had
increased of SGPT levels, and a patient had increased of SGOT and SGPT levels.
Halaman
JUDUL .................................................................................................... i
4.1 Hasil 16
4.2 Pembahasan.................................................................................. 16
LAMPIRAN ............................................................................................ 22
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
endemik yang tinggi mengenai penyakit hati. Angka kejadian kerusakan hati
sangat tinggi, dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat berlangsung
lama. Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat–obatan (Lucena, dkk.,
2008).
Di Amerika Serikat sendiri ada sekitar 2000 kasus gagal hati akut yang
terjadi setiap tahunnya dan lebih dari 50 % disebabkan oleh obat – obatan. Obat
yang dikatakan hepatoksik adalah obat yang dapat menginduksi kerusakan hati
atau biasanya disebut dengan drug induced liver injury. Obat penginduksi
kerusakan hati semakin diakui sebagai salah satu penyebab terjadinya penyakit
umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim serum, salah satunya adalah
apabila keduanya meningkat.Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
piridoksal fosfat (vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke
kerusakan hati dibandingkan dengan SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT
sumber utamanya ada di hati, sedangkan enzim GOT banyak terdapat pada
jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009).
Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel – sel
kerusakan sel – sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT,
maka semakin tinggi tingkat kerusakan sel – sel hati (Cahyono, 2009).
tujuan diagnostik.ALT meningkat lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis
hati dan hepatitis akut.Sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis,
miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan
a. Untuk mengidentifikasi nilai SGOT – SGPT pada pasien yang ada di Balai
a. Agar dapat mengidentifikasi nilai SGOT – SGPT pada pasien yang ada di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hati
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan
atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada
dan perut).Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku – sikunya
membulat, beratnya sekitar 1.25 – 1.5 kg dengan berat jenis 1.05.Ukuran hati pada
wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi
regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga perempat
bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang
normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan yang besar
dan memiliki lebih dari 500 fungsi. Fungsi – fungsi utama hati adalah sebagai
berikut:
a. Menampung darah
karbohidrat)
(Wijayakusuma, 2008).
hati tertentu. Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati
gangguan yang terjadi sudah berlangsung lebih dari 6 bulan (Depkes RI, 2007).
Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal, yakni kegagalan hati
fulminan, yang berarti perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga
kegagalan hati yang berakibat kematian (fatal) terjadi kurang dari empat minggu
plastik), virus, dan lain – lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga
Tes yang lazim dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan
hati pada umumya dilakukan berdasarkan deteksi kebocoran zat – zat tertentu dari
sel hati ke dalam peredaran darah. Sebagian besar dari tes tersebut merupakan tes
yang mengukur aktivitas enzim dalam serum atau plasma. Aktivitas enzim yang
paling sering diukur adalah aktivitas enzim transaminase ( Ali Sulaiman, 2007).
Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
mengkatalisis pemindahan gugus asam amino dan asam alfa keto. SGOT (Serum
(Hidayat, 2010).
ini.Namun, enzim transaminase mayoritas terdapat di dalam sel hati, jantung, dan
otak. Pada keadaan adanya nekrosis sel yang parah, perubahan permeabilitas
membran atau kapiler enzim ini akan bocorke dalam sirkulasi. Oleh karena
itu,jumlah enzim ini akan meningkat pada keadaan nekrosis sel atau proses radang
di hati karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam
pada dasarnya adalah satu – satunya sel dengan konsentrasi SGPT yang tinggi,
SGPT dalam jumlah yang lebih sedikit dapat dijumpai di pankreas, paru –
paru, limfa, dan eritosit. Dengan demikian, SGPT serum memiliki spesifitas yang
mengandung SGOT tiga sampai empat kali lebih banyak daripada SGPT (Sacher
untuk memantau perjalanan penyakit hepatitis, sirosis atau hasil pengobatan yang
mungkin toksik bagi hati.SGOT terdapat dalam jaringan yang memiliki aktivitas
metabolik yang tinggi: jadi, enzim ini dapat meningkat pada kerusakan atau
kematian jaringan organ seperti jantung, hati, otot, skeletal, dan ginjal. Meskipun
tidak spesifik bagi penyakit hati, kadarSGOT dapat meningkat pada sirosis,
Pada kerusakan sel hati yang disebabkan oleh berbagai hal, termasuk
hepatitis virus, jumlah SGPT serum akan meningkat mendahului gejala lainnya,
seperti kuning (ikterus). Kenaikan ini dapat mencapai seratus kali nilai normal
(Sadikin, 2007).
Puncak aktivitas SGPT dalam serum dicapai pada hari ke-7 sampai hari
ke-12 sesudah kerusakan dan lambat laun, dalam waktu 3 sampai 5 minggu, akan
kembali lagi menjadi normal. Peningkatan sampai 20 kali dari nilai normal dapat
(Sadikin, 2002).
walaupun dalam tingkat yang lebih rendah.Konsentrasi normal enzim ini dalam
serum berada dalam rentang nilai yang cukup besar, yaitu antara 1-23 sampai 55
dan ikterik hemolitik. Pada ikterik, kadar SGPT yang berasal dari hati nilainya
lebih dari 300 U/l, sedangkan yang bukan berasal dari hati kadar SGPT kurang
dari 300 U/l. Kadar SGPT serum biasanya meningkat sebelum tampak ikterik
(Kee, 2007).
diagnostik.Kadar SGPT meningkat lebih khas pada kasus nekrosis hati dan
meningkat pada kasus nekrosis miokardium. Pada kasus hati, kadarSGPT lebih
lama kembali ke batas normal dibandingkan dengan enzim SGOT (Kee, 2007).
SGOT juga dapat meningkat pada penyakit kerusakan jaringan hati. Pada
aktivitas SGOT serum ini dapat mencapai dua puluh sampai seratus kali harga
kedua enzim ini harus diukur.Umumnya pada kerusakan hati, yang lebih menonjol
Selain pada kerusakan hati, SGOT juga dapat meningkat sampai delapan
kali pada penyakit otot seperti distrofi otot progresif dan penyakit
dermatomiositis.Pada cedera otot, aktivitas enzim SGOT ini juga dapat naik
walaupun dalam ukuran yang lebih rendah, yaitu sekitar 2 - 5 kali (Sadikin, 2002).
laboratorium bisa berbeda–beda). Sebagai test faal hati, dapat dianggap ada
kelainan fatal apabila nilai SGOT lebih besar dari 2 – 3 kali batas atas nilai normal
(Kosasih, 2008).
Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hati konsentrasinya
atau yang disebut juga dengan AST (Aspartate Aminotransferase) adalah lebih
antaralaboratorium bisa berbeda – beda). Sama dengan SGOT, tes SGPT juga
kelainan faal, apabila nilai SGPT lebih besar dari dua sampai tiga kali batas atas
rendah. Nilai normal kadar SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) atau
yang disebut juga dengan ALT (Alanine Aminotransferase) adalah lebih kecil dari
sebagai berikut:
iii. Hepatitis viral akut (disebut juga hepatitis virus akut), yaitu
iv. MCI (Miocard Infark), yaitu enam jam setelah MCI manifest
setelah 3 – 5 hari.
sedang (lebih kurang 100 – 400 U/L) dapat disebabkan oleh miokarditis
meningkatsedikit (di bawah 100 U/L) dapat disebabkan oleh sirosis hati,
pankreas akut), hepatitis karena obat, hepatitis kronis, pagutan ular, heat
sitoplasma sel hati dianggap lebih spesifik daripada SGOT (yang berasal dari
mitokondria dan sitoplasma hepatosit) untuk kerusakan parenkim sel hati. Pada
umumnya nilai tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT pada kerusakan hati akut
karena virus, nekrosis sel hati karena keracunan dan shock atau
empedu, kongesti liver karena cardiac failure, ataupun kerusakan otot rangka
(Djojodibroto, 2001).
METODE PENGUJIAN
Daerah Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar Pasar
V Barat I No. 4 Medan.Telp. (061) 6613249 Fax (061) 6613249 Sumatera Utara.
3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah aquadest, empat botol reagen satu
(R1/reagen enzim) SGOT dan satu botol reagen dua (R2/reagen pemulai) SGOT,
empat botol reagen satu (R1/reagen enzim) SGPT dan satu botol reagen dua
Disediakan satu buah botol kosong. Dimasukkan empat bagian reagen satu
GOT yang terdiri dari empat botol sebanyak 1000µl tiap botol. Dimasukkan lagi
pemeriksaan. Dipilih parameter yang akan diperiksa dengan tombol navigasi kiri –
kanan, lalu enter (pilih SGOT). Ditekan enter sampai pada sampel test. Saat
diminta water blank aspirate, aquadest dimasukkan pada feed tube. Tombol
aspirasi ditekan dan tunggu sampai selesai. Sampel dimasukkan pada feed tube,
lalu tombol aspirasi ditekan. Sampel dibiarkan sampai tertera “testing” pada
display alat. Dibaca hasil pada alat spektrofotometer dengan panjang gelombang
340 nm.
GPT yang terdiri dari 4 botol sebanyak 1000µl tiap botol.Dimasukkan lagi satu
pemeriksaan. Dipilih parameter yang akan diperiksa dengan tombol navigasi kiri –
kanan, lalu enter (pilih SGPT). Ditekan enter sampai pada sampel test. Saat
diminta water blank aspirate, aquadest dimasukkan pada feed tube. Tombol
aspirasi ditekan dan tunggu sampai selesai. Sampel dimasukkan pada feed tube,
lalu tombol aspirasi ditekan. Sampel dibiarkan sampai tertera “testing” pada
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT pada lima pasien yang ada di Balai
Laboratorium Kesehatan daerah Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT pada lima pasien yang ada di
Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan
1 0429 33 57
3 0475 29 30
4 0623 32 41
5 0745 78 35
4.2 Pembahasan
kode 0429 diperoleh nilai SGOT yaitu 33 U/l dan nilai SGPT yaitu 57 U/l.Terjadi
sedikit peningkatan pada nilai SGPT pasien, yang dapat diperkirakan bahwa
Pada pasien dengan kode 0433 nilai SGOT nya adalah 192 U/l dan nilai
SGPT nya adalah 157 U/l. Dalam kasus ini, SGOT dan SGPT pasien sama – sama
kerusakan sel yang aktif, tetapi tidak berhubungan dengan koma atau
Pada pasien dengan kode 0475 diperoleh nilai SGOT 29 U/l dan nilai
SGPT yaitu 30 U/l, dan pasien dengan kode 0623 diperoleh nilai SGOT 32 U/l
dan nilai SGPT yaitu 41 U/l. Dalam kasus ini, nilai SGOT dan SGPT kedua
pasien berada dalam range normal, yang mencerminkan bahwa se – sel hati masih
Sedangkan pada pasien dengan kode 0745 diperoleh nilai SGOT 78 U/l
dan nilai SGPT yaitu 35.Pada pasien ini nilai SGPT masih dalam keadaan normal,
tetapi nilai SGOT meninggi sedikit (di bawah 100 U/L).Hal ini dapat disebabkan
oleh sirosis hati, metastasis neoplasma ke hati, penyakit otot, setelah trauma otot,
temuan laboratorium. SGOT dan SGPT terdapat pada sel – sel darah merah,
dan SGPT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).
5.1 Kesimpulan
dua pasien dengan kadar SGOT dan SGPT yang normal, satu pasien
kadar SGPT, dan satu pasien mengalami peningkatan kadar SGOT dan
SGPT.
karena obat, hepatitis kronis, pagutan ular, heat stroke, hepatitis karena
rangka.
dan SGPT satu kali pengukuran saja, melainkan beberapa kali pengukuran
dari pasien yang sudah jelas diagnosis penyakitnya, agar dapat diketahui
perbedaan hasilnya.
Lucena, M.I., Cortes, M.G., Cueto, R., Duran, J.L.L., dan Andrade,
R.J.(2008).Assessment of Drug Induced Injuy in Clinical Practice.
French:Fundamental and Clinical Pharmacology.
Panil, Z. (2007). Memahami Teori dan Praktik Biokimia dasar Medis untuk
Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan Analis Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pratt, D.S. (2010). Liver Chemistry and function test. In:Feldma M, Friedma, L.S.,
Brandt, L.J., eds. Scheisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver
Disease. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier.
Sardini, S. (2007).Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum dengan
Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC. Jakarta: BATAN.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner& Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sulaiman, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 1. Jakarta: Jayabadi.
Lampiran 1. (lanjutan)
Salah satu mahasiswa pada saat pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT.