Anda di halaman 1dari 39

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Kertas Karya Diploma

2016

Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada


Pasien di Balai Laboratorium Kesehatan
Daerah Sumatera Utara

Pane, Rizki Azhari


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13246
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PASIEN DI BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

OLEH:
RIZKI AZHARI PANE
NIM 132410004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PASIEN DI BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
RIZKI AZHARI PANE
NIM 132410004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN SGOT DAN PADA PASIEN DI BALAI


LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RIZKI AZHARI PANE


NIM 132410004

Medan, Agustus2016

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing,

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.


NIP 197802152008122001

Disahkan oleh :
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas

akhir dengan judul: “Pemeriksaan SGOT dan SGPT Pada Pasien di Balai

Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara”. Salawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah

membawa manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang

seperti saat sekarang ini. Adapun penulisan tugas akhir ini dilakukan karena

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara Medan.

Penulis menyadari selama proses penyelesaian tugas akhir ini banyak

kesulitan yang dihadapi, namun dengan bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa

yang tulus dari berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat diatasi oleh penulis.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Sillahi, M.App.Sc., Apt., selaku kordinator

program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh

perhatian hingga tugas akhir ini selesai.

5. Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan hingga tugas akhir ini selesai.

6. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku Dosen Penasehat

Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis

dalam hal akademis setiap semester.

7. Ibu dr. Hartati selaku Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Klinik.

8. Seluruh staf dan pegawai di Balai Laboraturium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

9. Bapak dan Ibu dosen Staf Pengajar Fakultas Farmasi Program Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan

mahasiswa dalam menuntut ilmu di Program Diploma III Analis Farmasi

dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

10. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sudirman Pane dan Ibunda Mardiana

Daulay serta adik – adikku Kakak, Adek, Sarah, dan Ahmad yang telah

mencurahkan perhatian serta memberikan dukungan baik moril maupun

materil serta segenap doa kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Universitas Sumatera Utara


11. Buat sahabat – sahabat yang selalu ada untuk meluangkan waktunya

selama ini, Muhammad Arief Muchwan, Lisa Putri, Ayang Ludita, Mutia

Audina, Nova Widya Sari, Tasya Nur Utari, Melati Claudya, Fanny Ulfah

Lubis, Fadhilah Karimah Hasanah, dan Desi Kusuma Darma. Terimakasih

untuk kebersamaannya selama ini.

12. Kepada Lindra, Rory, Elsya, Adel, Lusy, Nita Syahri, Suhaida terima

kasih telah memberikan dukungan, doa, dan nasehat – nasehatnya selama

ini.

13. Terimakasih kepada teman – teman Program Studi D-III Analis Farmasi

dan Makanan Stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat selama perkuliahan

berlangsung

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan

baik dari segi penulisan maupun dari segi isinya. Maka dengan kerendahan hati

penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan

Tugas Akhir ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah

diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Harapan penulis, tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi farmasi.

Medan, Agustus 2016


Penulis

RizkiAzhari Pane
NIM 132410004

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rizki Azhari Pane

NIM : 132410004

Program Studi : Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada Pasien di


Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi
Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab
pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya

Medan, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan,

Rizki Azhari Pane


NIM 13241004

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PASIEN DI BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA
UTARA

ABSTRAK
Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
adalahSGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT (Serum
Glutamat Piruvat Transaminase). Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ditentukan
dengan menggunakan metode kinetik enzimatik (sesuai dengan
IFCC).Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar SGOT dan SGPT pada
pasien di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa 2 orang pasien memiliki kadar SGOT dan
SGPT yang normal, terjadi peningkatan kadar SGOT pada 1 pasien, terjadi
peningkatan kadar SGPT pada 1 pasien dan terjadi peningkatan kadar SGOT dan
SGPT secara bersamaan pada 1 pasien.
Kata kunci:kerusakan sel hati, metode pemeriksaan, SGOT, SGPT.

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PASIEN DI BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA
UTARA

ABSTRACT

Two kinds of enzymes are associated with liver damage is SGOT (Serum
Glutamat Oxaloactate Transaminase) and SGPT (Serum Glutamat Pyruvat
Transaminase). The inspectionof SGOT and SGPT levels was determine using
enzymatic kinetics method (according to IFFC). The inspection was determine to
knowing levels of SGOT and SGPT patients in Balai Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Sumatera Utara. The results showed that two patients had normal
levels of SGOT and SGPT, a patient had increased of SGOT levels, a patient had
increased of SGPT levels, and a patient had increased of SGOT and SGPT levels.

Keywords:liver damage, method, SGOT, SGPT.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

SURAT ORISINALITAS ....................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian .................................................................... 3

1.3 Manfaat Penelitian .................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 4

2.1 Hati ................................................................................................ 4

2.2 Gangguan Fungsi Hati............................................................. 5

2.3 Uji Fungsi Hati .............................................................................. 6

2.4 Metode Pengukuran SGOT - SGPT .............................................. 9

2.4.1 Metode Pengukuran SGOT .......................................... 9

2.4.2 Metode Pengukuran SGPT ........................................... 9

2.5 Nilai Normal SGOT - SGPT ......................................................... 10

2.5.1 Nilai Normal SGOT ..................................................... 10

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Nilai Normal SGPT ...................................................... 10

2.6 Masalah Klinis SGOT - SGPT ............................................... 11

2.6.1 Masalah Klinis SGOT .................................................. 11

2.6.2 Masalah Klinis SGPT ................................................... 12

BAB III METODE PENGUJIAN ........................................................... 13

3.1 Tempat Pelaksanaan ............................................................... 13

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 13

3.2.1 Alat – Alat ......................................................................... 13

3.2.2 Bahan – Bahan ................................................................... 13

3.3 Prosedur Kerja.............................................................................. 13

3.3.1 Prosedur Kerja SGOT ......................................................... 13

3.3.2 Prosedur Kerja SGPT .......................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 16

4.1 Hasil 16

4.2 Pembahasan.................................................................................. 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 18

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 18

5.2 Saran .............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20

LAMPIRAN ............................................................................................ 22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT ................................................. 16

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Alat dan Bahan ................................................................ 22

2 Surat ACC Judul Penelitian ........................................................... 25

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di negara

maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam peringkat

endemik yang tinggi mengenai penyakit hati. Angka kejadian kerusakan hati

sangat tinggi, dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat berlangsung

lama. Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat–obatan (Lucena, dkk.,

2008).

Di Amerika Serikat sendiri ada sekitar 2000 kasus gagal hati akut yang

terjadi setiap tahunnya dan lebih dari 50 % disebabkan oleh obat – obatan. Obat

yang dikatakan hepatoksik adalah obat yang dapat menginduksi kerusakan hati

atau biasanya disebut dengan drug induced liver injury. Obat penginduksi

kerusakan hati semakin diakui sebagai salah satu penyebab terjadinya penyakit

hati akut maupun kronis (Lucena, dkk., 2008).

Lebih dari 70 % parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan

sebelum tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal.Fungsi hati

umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim serum, salah satunya adalah

serum aminotransferase (transminase) (Smeltzer, 2002).

Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati

apabila keduanya meningkat.Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat

menyebabkan peningkatan baik SGOT maupun SGPT menjadi ribuan

IU/Liter.Pengukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat

Universitas Sumatera Utara


untuk memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati (Sacher

dan McPherson, 2002).

Duaaminotransferase yang paling sering diukur adalah Alanine

Aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut dengan Glutamate – Piruvat

Transaminase (GPT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), yang dahulu disebut

Glutamate – Oxaloacetate Transaminase (GOT). Baik ALT dan AST memerlukan

piridoksal fosfat (vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke

dalam reagen pemeriksaan untuk meningkatan pengukuran enzim – enzim ini

seandainya terjadi defisiensi vitamin B6 (misalnya hemodialisis, malnutrisi)

(Sacher dan McPherson, 2002).

Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap

kerusakan hati dibandingkan dengan SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT

sumber utamanya ada di hati, sedangkan enzim GOT banyak terdapat pada

jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009).

Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel – sel

hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat memperlihatkan tingkat

kerusakan sel – sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT,

maka semakin tinggi tingkat kerusakan sel – sel hati (Cahyono, 2009).

Kadar ALT (SGPT) seringkali dibandingkan dengan AST (SGOT) untuk

tujuan diagnostik.ALT meningkat lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis

hati dan hepatitis akut.Sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis,

miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan

kongesti hati (Akatsuki, 2009).

Universitas Sumatera Utara


1.2 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi nilai SGOT – SGPT pada pasien yang ada di Balai

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya ketidaknormalan pada kadar

SGOT dan SGPT.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Agar dapat mengidentifikasi nilai SGOT – SGPT pada pasien yang ada di

Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

b. Agar dapat mengetahui penyebab terjadinya ketidaknormalan pada kadar

SGOT dan SGPT.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hati

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan

atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada

dan perut).Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku – sikunya

membulat, beratnya sekitar 1.25 – 1.5 kg dengan berat jenis 1.05.Ukuran hati pada

wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi

tidak berarti fungsinya berkurang (Wijayakusuma, 2008).

Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan kemampuan untuk

regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga perempat

bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang

normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan

yang berarti (Wijayakusuma, 2008).

Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan yang besar

dan memiliki lebih dari 500 fungsi. Fungsi – fungsi utama hati adalah sebagai

berikut:

a. Menampung darah

b. Membersihkan darah untuk melawan infeksi

c. Memproduksi dan mengekskresikan empedu

d. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme

karbohidrat)

e. Membantu metabolisme lemak

f. Membantu metabolisme protein

Universitas Sumatera Utara


g. Membantu metabolisme vitamin dan mineral

h. Menetralisir zat – zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)

i. Mempertahankan suhu tubuh.

(Wijayakusuma, 2008).

2.2Gangguan Fungsi Hati

Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit

hati tertentu. Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati

akut atau kronis.Dikatakan akut apabila kelainan – kelainan yang terjadi

berlangsung sampai dengan 6 bulan, sedangkan penyakit hati kronis berarti

gangguan yang terjadi sudah berlangsung lebih dari 6 bulan (Depkes RI, 2007).

Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal, yakni kegagalan hati

fulminan, yang berarti perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga

kegagalan hati yang berakibat kematian (fatal) terjadi kurang dari empat minggu

(Depkes RI, 2007).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati adalah:

a. Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan

seksual, atau darah (parenteral).

b. Zat – zat toksik, seperti alkohol atau obat – obatan tertentu.

c. Genetik atau keturunan, seperti hemochromatosis.

d. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, yang ditimbulkan

karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan

tubuhnya sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan terhadap sel

– sel hati yang berakibat dengan timbulnya peradangan kronis.

Universitas Sumatera Utara


e. Kanker, seperti Hepatocelluler Carcinoma, dapat disebabkan oleh senyawa

karsinogenik antara lain alfatoksin, polivinil klorida (bahan pembuat

plastik), virus, dan lain – lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga

dapat berkembang menjadi kanker hati (Depkes RI, 2007).

2.3 Uji Fungsi Hati

Tes yang lazim dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan

hati pada umumya dilakukan berdasarkan deteksi kebocoran zat – zat tertentu dari

sel hati ke dalam peredaran darah. Sebagian besar dari tes tersebut merupakan tes

yang mengukur aktivitas enzim dalam serum atau plasma. Aktivitas enzim yang

paling sering diukur adalah aktivitas enzim transaminase ( Ali Sulaiman, 2007).

Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati

yang termasuk dalam golongan aminotransferase adalah enzim yang

mengkatalisis pemindahan gugus asam amino dan asam alfa keto. SGOT (Serum

Glutamat Oksaloasetat Transaminase) mengkatalisis reaksi antara asam aspartat

dengan asam alfa-ketoglutamat. Sedangkan SGPT (Serum Glutamat Piruvat

Transaminase) mengkatalisis reaksi antara alanin dengan asam alfa-ketoglutamat

(Hidayat, 2010).

Berdasarkan interpretasi, semua sel prinsipnya mengandung enzim

ini.Namun, enzim transaminase mayoritas terdapat di dalam sel hati, jantung, dan

otak. Pada keadaan adanya nekrosis sel yang parah, perubahan permeabilitas

membran atau kapiler enzim ini akan bocorke dalam sirkulasi. Oleh karena

itu,jumlah enzim ini akan meningkat pada keadaan nekrosis sel atau proses radang

akut maupun kronis (Panil, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Aminotransferase tersebar luas di dalam tubuh, terutama banyak dijumpai

di hati karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam

menyalurkan asam – asam amino ke jalur – jalur biokimiawi lainnya. Hepatosit

pada dasarnya adalah satu – satunya sel dengan konsentrasi SGPT yang tinggi,

sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadaryang sedang

(Sacher dan McPherson, 2002).

SGPT dalam jumlah yang lebih sedikit dapat dijumpai di pankreas, paru –

paru, limfa, dan eritosit. Dengan demikian, SGPT serum memiliki spesifitas yang

relatif tinggi untuk mendeteksi kerusakan hati.Sedangkan sejumlah besar SGOT

(Serum Glutamat Oxaloacetat Transaminase) terdapat di hati, miokardium, dan

otot rangka; eritrosit juga memiliki SGOT dalam jumlah sedang.Hepatosit

mengandung SGOT tiga sampai empat kali lebih banyak daripada SGPT (Sacher

dan McPherson, 2002).

KadarSGPT meningkat terutama pada penyakit hati dan dapat digunakan

untuk memantau perjalanan penyakit hepatitis, sirosis atau hasil pengobatan yang

mungkin toksik bagi hati.SGOT terdapat dalam jaringan yang memiliki aktivitas

metabolik yang tinggi: jadi, enzim ini dapat meningkat pada kerusakan atau

kematian jaringan organ seperti jantung, hati, otot, skeletal, dan ginjal. Meskipun

tidak spesifik bagi penyakit hati, kadarSGOT dapat meningkat pada sirosis,

hepatitis, dan penyakit kanker hati (Smeltzer, 2002).

Pada kerusakan sel hati yang disebabkan oleh berbagai hal, termasuk

hepatitis virus, jumlah SGPT serum akan meningkat mendahului gejala lainnya,

seperti kuning (ikterus). Kenaikan ini dapat mencapai seratus kali nilai normal

Universitas Sumatera Utara


tertinggi, meskipun yang paling banyak ditemukan yaitu antara 20 sampai 50 kali

(Sadikin, 2007).

Puncak aktivitas SGPT dalam serum dicapai pada hari ke-7 sampai hari

ke-12 sesudah kerusakan dan lambat laun, dalam waktu 3 sampai 5 minggu, akan

kembali lagi menjadi normal. Peningkatan sampai 20 kali dari nilai normal dapat

juga terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa yang melibatkan hati

(Sadikin, 2002).

Pada keadaan alkoholisme, juga terjadi peningkatan aktivitas SGPT serum,

walaupun dalam tingkat yang lebih rendah.Konsentrasi normal enzim ini dalam

serum berada dalam rentang nilai yang cukup besar, yaitu antara 1-23 sampai 55

U/L (Sadikin, 2002).

Enzim SGPT juga digunakan untuk membedakan penyebab kerusakan hati

dan ikterik hemolitik. Pada ikterik, kadar SGPT yang berasal dari hati nilainya

lebih dari 300 U/l, sedangkan yang bukan berasal dari hati kadar SGPT kurang

dari 300 U/l. Kadar SGPT serum biasanya meningkat sebelum tampak ikterik

(Kee, 2007).

Kadar SGPT seringkali dibandingkan dengan SGOT untuk tujuan

diagnostik.Kadar SGPT meningkat lebih khas pada kasus nekrosis hati dan

hepatitis akut.Kadar SGPT ditemukan dalam kisaran normal atau sedikit

meningkat pada kasus nekrosis miokardium. Pada kasus hati, kadarSGPT lebih

lama kembali ke batas normal dibandingkan dengan enzim SGOT (Kee, 2007).

SGOT juga dapat meningkat pada penyakit kerusakan jaringan hati. Pada

kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan ataupun infeksi, kenaikan

aktivitas SGOT serum ini dapat mencapai dua puluh sampai seratus kali harga

Universitas Sumatera Utara


batas normal tertinggi.Oleh karena itu, dalam menilai kerusakan hati, aktivitas

kedua enzim ini harus diukur.Umumnya pada kerusakan hati, yang lebih menonjol

adalah kenaikan aktivitas enzim SGPT (Sadikin, 2002).

Selain pada kerusakan hati, SGOT juga dapat meningkat sampai delapan

kali pada penyakit otot seperti distrofi otot progresif dan penyakit

dermatomiositis.Pada cedera otot, aktivitas enzim SGOT ini juga dapat naik

walaupun dalam ukuran yang lebih rendah, yaitu sekitar 2 - 5 kali (Sadikin, 2002).

2.4 Metode Pengukuran SGOT – SGPT

2.4.1 Metode Pengukuran SGOT

Kadar SGOT ditentukan dengan menggunakan metode kinetik enzimatik

(menurut IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)). Prinsip dari

pemeriksaan ini adalahSerum Glutamat Oxaloacetat Transaminase (SGOT)

mengkatalisis transaminase dari L – aspartate dan alfa –ketoglutarat membentuk

L- glumate dan oxaloacetate (Sardini, 2007).

Oxaloacetate direduksi menjadi malate oleh enzim Malate Dehydrogenase

(MDH) dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NADH) yang kemudian

teroksidasi menjadi NAD.Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan

serapan (absorban) berbanding langsung dengan aktivitas SGOT dan diukur

secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm (Sardini, 2007).

2.4.2 Metode Pengukuran SGPT

Kadar SGPT ditentukan menggunakan metode kinetik enzimatik ( sesuai

dengan IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)). Prinsip dari

pemeriksaan ini adalah Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)

Universitas Sumatera Utara


mengkatalis transaminase dari L – alanine dan alfa - ketoglutarat membentuk L –

glutamate dan pyruvat (Sardini, 2007).

Pyruvat yang terbentuk direduksi menjadi laktat oleh enzim Laktat

Dehydrogenase (LDH) dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NADH) yang

kemudian teroksidasi menjadi NAD.Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil

penurunan serapan (absorban) berbanding langsung dengan aktivitas SGPT.Dikur

secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm (Sardini, 2007).

2.5 Nilai Normal SGOT – SGPT

2.5.1 Nilai Normal SGOT

Nilai normal SGOT adalah 2 – 19 U/L. Cara optimized UV, 25 oC (antara

laboratorium bisa berbeda–beda). Sebagai test faal hati, dapat dianggap ada

kelainan fatal apabila nilai SGOT lebih besar dari 2 – 3 kali batas atas nilai normal

(Kosasih, 2008).

Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hati konsentrasinya

rendah. Nilai normal kadar SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetate Transaminase)

atau yang disebut juga dengan AST (Aspartate Aminotransferase) adalah lebih

kecil dari 35 U/L (Pratt, 2010).

2.5.2 Nilai Normal SGPT

Nilai normal SGPT adalah 2 – 23 U/L. Cara optimized UV, 25 oC (

antaralaboratorium bisa berbeda – beda). Sama dengan SGOT, tes SGPT juga

dianggap sebagai tes kelainan parenkim hati.Dapat dianggap ada sangkaan

kelainan faal, apabila nilai SGPT lebih besar dari dua sampai tiga kali batas atas

nilai normal (Kosasih, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hati konsentrasinya

rendah. Nilai normal kadar SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) atau

yang disebut juga dengan ALT (Alanine Aminotransferase) adalah lebih kecil dari

41 U/L ( Pratt, 2010).

2.6 Masalah Klinis SGOT – SGPT

2.6.1 Masalah Klinis SGOT

Masalah–masalah klinis yang terjadi pada ketidaknormalan SGOT adalah

sebagai berikut:

a. Hasil SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetate Transaminase) sangat tinggi

(mencapai 1000 U/L atau lebih) dapat disebabkan oleh:

i. Hepatitis fulminan (gagal hati akut)

ii. Nekrosis hati berat (kematian sel – sel hati)

iii. Hepatitis viral akut (disebut juga hepatitis virus akut), yaitu

sebelum ikterus ( 2 – 3 hari) kadar SGOT sangat tinggi. Lambat

laun menurun dan bilirubin naik.

iv. MCI (Miocard Infark), yaitu enam jam setelah MCI manifest

SGOT mulai naik. Maksimum 18 – 24 jam, kembali normal

setelah 3 – 5 hari.

b. Hasil SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetate Transaminase)meningkat

sedang (lebih kurang 100 – 400 U/L) dapat disebabkan oleh miokarditis

(peradangan dinding otot jantung), kardiomiopati (lemah jantung),

penyakit berat termasuk septikemia dan malaria

c. Hasil SGOT(Serum Glutamat Oxaloacetate Transaminase)

meningkatsedikit (di bawah 100 U/L) dapat disebabkan oleh sirosis hati,

Universitas Sumatera Utara


metastasis neoplasma ke hati, penyakit otot, setelah trauma otot, infeksi

umum, aneurisma diseksans (pelebaran abnormal bagian arteri akibat

kelemahan pada dinding pembuluh darah), infark paru–paru, shock, dan

perikarditis (peradangan pada lapisan pelindung jantung)

d. Hasil SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetate Transaminase) variabel dapat

disebabkan oleh mononukleosis infeksiosa, pankreatitis akut (peradangan

pankreas akut), hepatitis karena obat, hepatitis kronis, pagutan ular, heat

stroke (sengatan panas) (Kosasih, 2008).

2.6.2 Masalah Klinis SGPT

SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase)yang berasal dari

sitoplasma sel hati dianggap lebih spesifik daripada SGOT (yang berasal dari

mitokondria dan sitoplasma hepatosit) untuk kerusakan parenkim sel hati. Pada

umumnya nilai tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT pada kerusakan hati akut

sedangkan pada proses kronis dapat sebaliknya (Kosasih, 2008).

Selain meningkat pada kerusakan parenkim hati (seperti hepatitis viral),

SGPT juga akanmeningkat pada infiltrasi lemak, hepatitis reaktif nonspesifik

(dimana mungkinSGPT merupakan satu–satunya tes yang akan menunjukkan

peningkatan) (Kosasih, 2008).

Menurut Dr. R. Darmanto Djojodibroto, SpP (2001), SGPT (Serum

Glutamat Piruvat Transaminase) dapat meningkat tinggi pada penyakit hepatitis

karena virus, nekrosis sel hati karena keracunan dan shock atau

hipoksemia.Sedangkan kenaikan moderat terjadi pada sirosis, sumbatan saluran

empedu, kongesti liver karena cardiac failure, ataupun kerusakan otot rangka

(Djojodibroto, 2001).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada pasien dilakukan di ruang

Laboratorium Kimia Klinik yang terdapat di Balai Laboratorium Kesehatan

Daerah Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar Pasar

V Barat I No. 4 Medan.Telp. (061) 6613249 Fax (061) 6613249 Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat – alat

Alat – alat yang digunakan adalah alat spektrofotometer, botol, mikro

pipet, rak tabung, dan tabung reaksi.

3.2.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan adalah aquadest, empat botol reagen satu

(R1/reagen enzim) SGOT dan satu botol reagen dua (R2/reagen pemulai) SGOT,

empat botol reagen satu (R1/reagen enzim) SGPT dan satu botol reagen dua

(R2/reagen pemulai) SGPT, serta serum darah.

3.3 Prosedur Kerja SGOT – SGPT

3.3.1 Prosedur Kerja SGOT

a. Pembuatan Working Reagent SGOT

Disediakan satu buah botol kosong. Dimasukkan empat bagian reagen satu

GOT yang terdiri dari empat botol sebanyak 1000µl tiap botol. Dimasukkan lagi

satu bagian reagen dua GOT sebanyak 1000µl. Dihomogenkan.

b. Pemeriksaan GOT dengan Metode Sampel Start

Universitas Sumatera Utara


Disediakan satu buah tabung reaksi. Dimasukkan 100µl serum darah ke

dalam tabung. Ditambahkan 1000µl working reagent GOT. Dihomogenkan.

Dinyalakan alat spektrofotometer, tombol 1 ditekan untuk melakukan

pemeriksaan. Dipilih parameter yang akan diperiksa dengan tombol navigasi kiri –

kanan, lalu enter (pilih SGOT). Ditekan enter sampai pada sampel test. Saat

diminta water blank aspirate, aquadest dimasukkan pada feed tube. Tombol

aspirasi ditekan dan tunggu sampai selesai. Sampel dimasukkan pada feed tube,

lalu tombol aspirasi ditekan. Sampel dibiarkan sampai tertera “testing” pada

display alat. Dibaca hasil pada alat spektrofotometer dengan panjang gelombang

340 nm.

3.3.2 Prosedur Kerja SGPT

a. Pembuatan Working Reagent SGOT

Disediakan satu buah botol kosong.Dimasukkan empat bagian reagen satu

GPT yang terdiri dari 4 botol sebanyak 1000µl tiap botol.Dimasukkan lagi satu

bagian reagen dua GPT sebanyak 1000µl. Dihomogenkan.

b. Pemeriksaan GPT dengan Metode Sampel Start

Disediakan satu buah tabung reaksi. Dimasukkan 100µl serum darah ke

dalam tabung. Ditambahkan 1000µl working reagent GPT. Dihomogenkan.

Dinyalakan alat spektrofotometer, tombol 1 ditekan untuk melakukan

pemeriksaan. Dipilih parameter yang akan diperiksa dengan tombol navigasi kiri –

kanan, lalu enter (pilih SGPT). Ditekan enter sampai pada sampel test. Saat

diminta water blank aspirate, aquadest dimasukkan pada feed tube. Tombol

aspirasi ditekan dan tunggu sampai selesai. Sampel dimasukkan pada feed tube,

lalu tombol aspirasi ditekan. Sampel dibiarkan sampai tertera “testing” pada

Universitas Sumatera Utara


display alat. Dikalibrasi menggunakan aquadest. Dibaca hasil pada alat

spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT pada lima pasien yang ada di Balai

Laboratorium Kesehatan daerah Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT pada lima pasien yang ada di
Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan

No Kode Pasien Kadar SGOT (U/l) Kadar SGPT (U/l)

1 0429 33 57

2 0433 192 157

3 0475 29 30

4 0623 32 41

5 0745 78 35

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan SGOT dan SGPT dilakukan pada lima pasien menggunakan

spektrofotometri dengan metode kinetik (menurut IFCC). Pada pasien dengan

kode 0429 diperoleh nilai SGOT yaitu 33 U/l dan nilai SGPT yaitu 57 U/l.Terjadi

sedikit peningkatan pada nilai SGPT pasien, yang dapat diperkirakan bahwa

pasien mengalami penyakit sirosis, sumbatan saluran empedu, kongesti liver

karena cardiac failure, ataupun kerusakan otot rangka(Djojodibroto, 2001).

Pada pasien dengan kode 0433 nilai SGOT nya adalah 192 U/l dan nilai

SGPT nya adalah 157 U/l. Dalam kasus ini, SGOT dan SGPT pasien sama – sama

meningkat. Peningkatan nilai transaminase plasma yang moderat biasanya

Universitas Sumatera Utara


diantara 50 dan 300 U/l ditemukan pada sirosis sebanding dengan derajat

kerusakan sel yang aktif, tetapi tidak berhubungan dengan koma atau

dekompensasi (Baron, 1995).

Pada pasien dengan kode 0475 diperoleh nilai SGOT 29 U/l dan nilai

SGPT yaitu 30 U/l, dan pasien dengan kode 0623 diperoleh nilai SGOT 32 U/l

dan nilai SGPT yaitu 41 U/l. Dalam kasus ini, nilai SGOT dan SGPT kedua

pasien berada dalam range normal, yang mencerminkan bahwa se – sel hati masih

dalam keadaan utuh ( belum mengalami kerusakan) (Pratt, 2010).

Sedangkan pada pasien dengan kode 0745 diperoleh nilai SGOT 78 U/l

dan nilai SGPT yaitu 35.Pada pasien ini nilai SGPT masih dalam keadaan normal,

tetapi nilai SGOT meninggi sedikit (di bawah 100 U/L).Hal ini dapat disebabkan

oleh sirosis hati, metastasis neoplasma ke hati, penyakit otot, setelah trauma otot,

infeksi umum, aneurisma disekstans, infark paru – paru, shock,

ataupunpericarditis (Kosasih, 2008).

Faktor faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan

SGOT dan SGPT di laboratorium adalah pengambilan spesimen darah dan

persiapan reagen serta alat yang digunakan.Pengambilan spesimen harus

memperhatikan kemungkinan terjadinya hemolisis.Darah diambil dan ditampung

pada tabung tanpa antikoagulan, kemudian dilakukan pemusingan untuk

mendapatkan serum.Hemolisis perlu dihindari karena dapat mempengaruhi

temuan laboratorium. SGOT dan SGPT terdapat pada sel – sel darah merah,

sehingga apabila terjadi hemolisis dapat menyebabkan peningkatan kadar SGOT

dan SGPT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang dilakukan di Balai

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada lima pasien di Balai

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu terdapat

dua pasien dengan kadar SGOT dan SGPT yang normal, satu pasien

mengalami peningkatan kadar SGOT, satu pasien mengalami peningkatan

kadar SGPT, dan satu pasien mengalami peningkatan kadar SGOT dan

SGPT.

b. Ketidaknormalan SGOT dan SGPT dapat disebabkan oleh beberapa

penyakit seperti hepatitis fulminan, nekrosis hati berat, MCI (Miocard

Infark),miokarditis, kardiomiopati, penyakit berat termasuk septikemia,

malaria, sirosis hati, metastasis neoplasma ke hati, penyakit otot, setelah

trauma otot, infeksi umum, aneurisma disekstans, infark paru – paru,

shock, pericarditis, mononukleosis infeksiosa, pankreatitis akut, hepatitis

karena obat, hepatitis kronis, pagutan ular, heat stroke, hepatitis karena

virus, nekrosis sel hati karena keracunan,sirosis, sumbatan saluran

empedu, kongesti liver karena cardiac failure ataupun kerusakan otot

rangka.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

a. Sebaiknya pada saat penelitian tidak hanya melakukan pemeriksaan SGOT

dan SGPT satu kali pengukuran saja, melainkan beberapa kali pengukuran

untuk memperoleh hasil yang akurat.

b. Sebaiknya pada saat pemeriksaan SGOT – SGPT digunakan serum darah

dari pasien yang sudah jelas diagnosis penyakitnya, agar dapat diketahui

perbedaan hasilnya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B., dan Suharjo B. (2009). Hepatitis A Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius.

Depkes RI. (2007). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djojodibroto, D.R. (2001). Seluk – Beluk Pemeriksaan Kesehatan (


GeneralMedical Check Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.

Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan; Paradigma Kuantitatif.


Cetakan Pertama. Surabaya: Health Books Publishing.

Kee, J.L. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi


6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kosasih, E.N., dan Kosasih, A.S. (2008). Tafsiran Hasil Pemeriksaan


Laboratorium Klinik. Tangerang: Karisma Publishing Grup.

Lucena, M.I., Cortes, M.G., Cueto, R., Duran, J.L.L., dan Andrade,
R.J.(2008).Assessment of Drug Induced Injuy in Clinical Practice.
French:Fundamental and Clinical Pharmacology.

Panil, Z. (2007). Memahami Teori dan Praktik Biokimia dasar Medis untuk
Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan Analis Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pratt, D.S. (2010). Liver Chemistry and function test. In:Feldma M, Friedma, L.S.,
Brandt, L.J., eds. Scheisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver
Disease. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier.

Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. (2002). Tinjauan Klinis Hasil


PemeriksaanLaboratorium Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sadikin, M. (2002).Biokimia Enzim. Jakarta: Penerbit Widya Medika.

Sardini, S. (2007).Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum dengan
Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC. Jakarta: BATAN.

Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner& Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sulaiman, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 1. Jakarta: Jayabadi.

Universitas Sumatera Utara


Wijayakusuma, H. (2008). Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta
Pustaka Bunda.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1.Gambar Alat dan Bahan

Reagen 1 SGOT dan Reagen 2 SGOT

Reagen 1 SGPT dan Reagen 2 SGPT

Lampiran 1. (lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


Alat Spektrofotometer yang digunakan beserta sampel

Pipet mikro yang digunakan untuk memipet sampel.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. (lanjutan)

Salah satu mahasiswa pada saat pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Surat ACC Judul Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai