Anda di halaman 1dari 71

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

dr. Putu Ristyaning Ayu, M.Kes, SpPK


Bag Patologi Klinik FK UNILA
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tujuan pemeriksaan laboratorium:
1. Menunjang diagnosis
2. Monitoring perjalanan penyakit
3. Monitoring terapi
4. Prognosis
5. Penentuan derajat penyakit
Macam-macam pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan hematologi
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan serologi imunologi
4. Pemeriksaan urinalisis
5. Pemeriksaan feses
6. Pemeriksaan cairan tubuh (mis cairan pleura, peritoneum, otak, sendi)
7. Pemeriksaan mikrobiologi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Bahan pemeriksaan laboratorium:


1. Darah lengkap (whole blood)
2. Serum/Plasma (serum  tanpa antikoagulan, plasma  menggunakan antikoagulan)
3. Urin
4. Feses
5. Cairan tubuh
6. Sekret/pus
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan:


 Pemeriksaan Darah Tepi
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Hitung jenis (Differential Count)
 Hitung sel: eritrosit, leukosit, trombosit
 MCV, MCH, MCHC
 LED (Laju Endap Darah)
 Pemeriksaan morfologi darah tepi (MDT)/Gambaran darah tepi (GDT)
 Eritrosit: size, shape, staining
 Leukosit: jumlah, morfologi
 Trombosit: jumlah, morfologi
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan:


 Pemeriksaan darah (khusus)
 Retikulosit
 Analisis Hb
 G6PD
 Sugar water test
 Uji fragilitas osmotik eritrosit
 Sumsum tulang
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan:


 Pemeriksaan hemostasis dan trombosis
• aPTT (activated partial thromboplastin time)
• PT (prothrombin time)
• TT (Thrombin time)
• Agregasi trombosit
• Fibrinogen
• D-dimer
• Faktor X, VIII, Xa
• Bleeding time
• Cloting time
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Bahan pemeriksaan hematologi:


 Darah perifer (darah vena)
 Darah kapiler

Antikoagulan yang sering digunakan adalah:


 EDTA  K2EDTA, K3EDTA
 Natrium sitrat  untuk pemeriksaan hemostasis
 Heparin
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
Fungsi pemeriksaan hemoglobin
 Mengetahui adanya anemia
 Merupakan pemeriksaan darah rutin
Dasar pemeriksaan
 Colorimetri (contoh: cara Sahli)
 Spektrofotometri
Nilai rujukan:
• Berdasarkan metode dan populasi setempat  berbeda2
• Nilai rujukan dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan beberapa keadaan
tertentu (seperti kehamilan)

Haemoglobin
• 15±2 g/dL
Men 150 ± 20 g/l

Women 135 ± 15 g/l • 13,5± 1,5 g/dL


PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

Dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti :


• Kehamilan  Hb lebih rendah
• Olah raga  Hb lebih tinggi atau lebih rendah (mekanismenya belum jelas)
• Ketinggian  Hb lebih tinggi (polisitemia sekunder)
• Merokok
• Variasi diurnal
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT

 Merupakan pemeriksaan hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam


100 mL darah dan dinyatakan dalam persen (%)
 Nilai ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan menghitung indeks
eritrosit seperti MCV, MCH, dan MCHC
 Metodenya ada dengan cara mikro dan makro
 Peningkatan terjadi bila volume eritrosit meningkat (misal pada polisitemia, pada
gangguan jantung bawaan dsb) atau volume plasma berkurang (misalnya pada
demam berdarah dengue)
 Penurunan terjadi akibat penurunan volume eritrosit misalnya pada anemia
PEMERIKSAAN ERITROSIT
Hitung eritrosit
• Bisa dengan cara manual menggunakan pipet eritrosit dan larutan hayem maupun
dengan cara automatik
• Satuan adalah per volume (per-liter atau per µL)
• Nilai rujukan berdasarkan alat dan metode, umur, dan jenis kelamin sehingga tidak
dapat disamakan

Red blood cell count


Men 5.0 ± 0.5 × 1012/l• 4,5-5,5 juta/ µL
Women 4.3 ± 0.5 × 1012/l• 3,8-4,8 jt/ µL

Indeks eritrosit
 Memerlukan data jumlah eritrosit dalam juta/ µL, nilai hemoglobin, dan nilai
hematokrit
PEMERIKSAAN ERITROSIT
Indeks eritrosit
 Memerlukan data jumlah eritrosit dalam juta/ µL, nilai hemoglobin, dan nilai
hematokrit
 Mean corpuscular Volume (MCV)
• Merupakan rerata volume eritrosit
• Digunakan untuk klasifikasi anemia dan menggambarkan kemungkinan
patofisiologi kelainan eritrosit
• Perhitungannya : Ht/jumlah eritrosit
• Satuan :femtoliter (fL)
• Nilai rujukan : 82-92 fL
PEMERIKSAAN ERITROSIT
Indeks eritrosit
 Mean corpuscular haemoglobin (MCH)
 Merupakan rerata banyaknya hemoglobin dalam satu eritrosit
 Perhitungan: Hb (g/dL)/jumlah eritrosit
 Nilai rujukan : 27-31 pg (picogram)
 Pada gangguan sintesis hb seperti pada hemoglobinopathy atau defisiensi besi
maka nilainya menurun
 Mean corpuscular hemoglobin concentration
 Mencerminkan gram hb/dl dalam hematokrit
 Perhitungan: Hb (g/dL0/Hematokrit
 Nilai rujukan 31-36 g/dL
PEMERIKSAAN LEUKOSIT

 HITUNG LEUKOSIT
 Dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan pipet leukosit
dan larutan Turk maupun secara automatis
 Nilai rujukan berbeda menurut metode dan umur.
 Nilai rujukan : 5000-10.000/µL
 Meningkat pada keadaan infeksi, inflamasi, keganasan (leukemia)
 Menurun pada infeksi (biasanya viral infection), gangguan produksi di
sumsum tulang
 Hitung jenis leukosit
 Bisa dilakukan secara manual dengan sediaan hapus darah tepi maupun
automatis
PEMERIKSAAN TROMBOSIT

 Hitung trombosit
 Dapat dilakukan manual dengan menggunakan amonium oksalat 1% atau
automatis
 Nilai rujukan 150.000-400.000/µL
 Biasanya nilai trombosit pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada lelaki, pada
umur kurang dari 1 tahun trombositnya lebih tinggi dibandingkan dewasa
 Meningkat pada :
1. Exercise berat
2. Essential trombositosis
 Menurun pada:
1. Produksinya berkurang  gangguan pembentukan trombosit di sumsum tulang
2. Penghancuran trombosit  Idiopatik atau Imunologik trombositopeni purpura
3. Hipersplenisme
PEMERIKSAAN MORFOLOGI DARAH
TEPI/GAMBARAN DARAH TEPI
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH HAPUS
Bahan:
1. Darah tanpa antikoagulan (darah vena atau kapiler)  bila darah
kapiler digunakan maka tempak jelas agregasi trombosit,
sedangkan pada darah vena tdpt agregasi ringan
2. Darah dgn antikoagulan (EDTA)  chelasi kalsium shg mencegah
agregasi trombosit dan trombosit akan tersebar merata

ALAT:
1. Gelas obyek
2. Kaca penghapus

REAGEN:
1. Metanol absolut untuk fiksasi
2. Pewarnaan Romanowsky :
• MGG (May Grunwald Giemsa)
• Wright
• Wright Giemsa
Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH HAPUS

ANTIKOAGULAN:
• K2EDTA  direkomendasikan oleh ICSH (International Committee for
Standardization in Haematology)  1,5-2,2 mg/mL
• K3EDTA  ukuran sel mengecil  hematokrit rendah
• Na2EDTA  kurang larut dibandingkan garan kalium
EDTA yg berlebihan mempengaruhi morfologi sel saat pewarnaan

CARA PEMBUATAN HAPUSAN :


1. Wedge spread film  hapusan manual diatas gelas obyek
• Gelas obyek harus bersih dan bebas minyak
• Spreader untuk membuat hapusan ukurannya lebih sempit
dibandingkan ukuran slide
• Teteskan satu tetes darah didekat ujung slide
• Letakkan spreader dgn sudut 25-30° di depan tetesan darah
• Dorong spreader kebelakng kemudian hapuskan ke depan dengan
halus dan cepat sehngga terbentuk hapusan tipis menyebar di atas
gelas obyek
• Keringkan di udara kemudian difiksasi dgn metanol absolut selama
10-20 menit kemudian diwarnai
Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.
Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.
Sediaan yang baik

Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


Sediaan hapus darah vena dgn antikoagulan  menunjukkan distribusi platelet merata

Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


Sediaan darah vena tanpa antikoagulan
Agregasi platelet
Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.
Sediaan hapus darah kapiler tanpa antikoagulan
Agregasi
trombosit
Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH HAPUS

2. Hapusan otomatis
Hapusan cara Wedge dapat dilakukan dengan spreader mekanik
yang diintegrasikan dalam mesin pewarnaan atau automated
full blood counter

3. Hapusan dari darah dgn Ht tinggi


Bila Ht>60%, Hb>20g/dL  sulit untuk membuat sediaan
hapus yang baik sehingga untuk pembuatan sediaan 
campurkan setetes darah dengan setetes saline fisiologis atau
plasma darah gol AB untuk menurunkan viskositas sehingga
dapat dibuat sediaan hapus yang baik

4. Buffy coat film


Digunakan untuk mengkonsentrasikan sel yang berinti (misalnya
pada jumlah lekosit yang rendah). Darah dengan antikoagulan
disentrifugasi kemudian diambil buffy coatnya (setetes) dan
dicampur dgn setetes plasma EDTA autolog dan dilakukan
hapusan seperti biasa

Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


PEWARNAAN SEDIAAN
• Romanowsky stanining  MGG, Wright, Wrigth Giemsa
Prinsip pewarnaan:
• Komponen esensial pewarnaan romanowsky:
1. Basic dye atau cationic dye (spt Azure B)  biru atau biru violet
mewarnai asam nukleat (berikatan dgn phosphat dari DNA dan
RNA), nukleoprotein, granula basofil, dan berikatan secara lemah
dgn granula netrofil
2. Acidic dye atau anionic dye (seperti eosin) merah atau orange 
hemoglobin, granula eosinofil, dan juga berikatan dgn protein inti
kationik (mewarnai inti)
• CARA PERWARNAAN
1. Dilakukan fiksasi dgn metanol absolut selama 10 menit
2. Teteskan wright diatas hapusan sehingga seluruh hapusan tertutup
merata minimum 1 menit
3. Teteskan buffer phosphat dlm jumlah yang sama pada sediaan dan
diamkan selama 4-6 menit
4. Dicuci dgn air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna dan
bersihkan bagian belakang slide
5. Keringkan di udara

1. Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


2. Shafer, JA. Preparation of blood film examination.In: Martin, AS, Steininger, CL, Koepke, JA editors. Clinical haematology: Principles, Procedure, Correlations. 2nd ed.
Philadelphia.Lippincott.1998.p.20-33
KARAKTERISTIK WARNA DARI BERBAGAI KOMPONEN SEL
PADA PEWARNAAN ROMANOWSKY

Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


MENILAI SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

• Cek label pd slide (identitas pasien dan tanggal)


• Menilai sediaan secara makroskopis
• Menilai tepi, ekor, dan keseluruhan hapusan dgn
perbesaran 100X (10X obyektif), dinilai apakah
penyebaran sel-sel darah cukup merata, dapat dilihat
jumlah lekosit dan kelompok trombosit
• Menilai eritrosit, lekosit, dan platelet dgn perbesaran
400X (40X obyektif)
• Bila ada keadaan khusus  perbesaran 1000X(100X
obyektif) dgn menggunakan minyak emersi

Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006.


Wirawan, R. Pemeriksaan laboratorium hematologi sederhana. Edisi kedua. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.1996. hal:35
EVALUASI MORFOLOGI SEL DARAH PD SHDT

ERITROSIT
• Dievaluasi distribusi, ukuran (size), shape (bentuk), konsentrasi Hb
(staining), dan inklusi
• Distribusi:
o Terdapat bagian yang tipis  sel terpisah satu dgn lainnya dan tidak
ada overlapping  di daerah ini dilakukan penilaian eritrosit. Bagian
tipis tersebut ± 1/3 dari panjang hapusan
o Pada bagian tepi dan ujung hapusan distribusi ireguler disertai bentuk
artifaktual dan distorsi ukuran serta warna
o Jgn dilakukan penilaian di bagian yg saling menumpuk atau jarang-
jarang
o Distribusi abnormal :
 Rouleaux  eritrosit tidak terpisah satu dgn lainnya, tampak
tumpukan panjang atau pendek menyerupai koin. Rouleaux
terbentuk karena permukaan bikonkaf eritrosit beraposisi.
Formasi ini bisa terbentuk pada hiperproteinemia dan mieloma
multipel
 Aglutinasi  terjadi bila terdapat antibodi eritrosit sehingga
terjadi aglutinasi
Miwa, S. Atlas of blood cell.Tokyo. Bunkodo Co.Ltd. 1998.
Evaluasi Morfologi eritrosit

• Eritrosit normal berbentuk bikonkaf, berdiameter 7-8 μm, dan


terdapat bagian yang pucat di tengah (central pallor)
• Central pallor kurang lebih 1/3 dari eritrosit
• Evaluasi morfologi eritrosit meliputi size (ukuran), shape(bentuk),
dan staining

Ukuran:
• Dinilai apakah ukurannya normositik, makrositik, atau mikrositik
• Ukuran eritrosit kurang lebih sebesar inti limfosit kecil sehingga
untuk menilai ukuran dapat diperbandingkan ukuran eritrosit dgn
ukuran inti limfosit kecil
Bentuk:
• Dinilai apakah terdapat bermacam-macam bentuk (poikilositosis)
Staining:
• Normokrom/hipokrom/polikrom
• Normokrom maka central pallor ±1/3 eritrosit, hipokrom maka
CP>1/3, bila polikromasi  tidak tdpt CP

• Bain, BJ.Blood Cells: apractical guide.4th ed.London.Blackwell Publishing.2006


• Miwa, S. Atlas of blood cell.Tokyo. Bunkodo Co.Ltd. 1998.
Evaluasi Morfologi eritrosit

Badan Inklusi:
• Dilaporkan ada tidaknya badan inklusi seperti basophilic stippling,
Howell-Jolly bodies, cincin Cabot, Nucleated RBC atau eritrosit
berinti, atau parasit (seperti Plasmodium spp)

Eritrosit normal

Central pallor

Miwa, S. Atlas of blood cell.Tokyo. Bunkodo Co.Ltd. 1998.


Mikrositik hipokrom

CP > 1/3

Miwa, S. Atlas of blood cell.Tokyo. Bunkodo Co.Ltd. 1998.


Badan Inklusi

Papanheimer

Basophilic stippling
Howell Jolly bodies

Heinz bodies
EVALUASI LEKOSIT

• Dinilai kesan jumlah, hitung jenis, dan morfologi


Jumlah
• Dinilai apakah jumlah normal/meningkat/atau menurun
• Kesan jumlah normal lekosit berkisar 1 lekosit/500 eritrosit  hal ini
kurang praktis shg pengalaman memudahkan untuk memperkirakan jumlah
lekosit
Morfologi
1. Kriteria untuk identifikasi lekosit :
• Ukuran sel
• Ratio inti-sitoplasma
 Ratio tinggi : Inti besar, sitoplasma sedikit
 Ratio rendah : inti lebih kecil dibandingkan volume sitoplasma
• Karakteristik sitoplasma
 Warna sitoplasma
 Ada tidaknya granula
 Warna dan ukuran granula
• Karakteristik inti
 Bentuk  Kromatin
 Warna  Ada tidaknya nukleoli
Lawrence, LW. The phagocytic leucocytes: morphology, kinetics, and function. In:Martin, EA, Steineger, CA, Koepke, JA editors. Clinical hematology: Principles,
Procedures, Correlations.Philadelphia. Lippincott. 1998.p:303-316
EVALUASI LEKOSIT

2. Klasifikasi lekosit:
1. Granulosit (neutrofil, eosinofil, basofil) dan nongranulosit
(limfosit dan monosit)
2. PMN (Netrofil, eosinofil, basofil) dan MN (limfosit dan monosit)
3. Fagosit (Netrofil, eosinofil, basofil, monosit) dan imunosit
(limfosit)
Urutan diff coun lekosit: basofil, eosinofil, batang, segmen, limfosit,
monosit

Netrofil segmen Netrofil-batang

Lawrence, LW. The phagocytic leucocytes: morphology, kinetics, and function. In:Martin, EA, Steineger, CA, Koepke, JA editors. Clinical hematology: Principles,
Procedures, Correlations.Philadelphia. Lippincott. 1998.p:303-316
Eosinofil
• Ukuran 10-15 μm
• Sitoplasma mengandung granula besar, berwarna merah,
homogen,granula tidak menutupi inti
• Kromatin inti padat
• Inti berlobus dua
• 1-3 % di darah tepi
• Meningkat : infestasi parasit (eosinofilia berat > 50%),
alergi (eosinofilia ringan 5-15%),asma brokiale,
infiltrat paru, hay fever, penyakit kulit, penyembuhan
dari infeksi, HES, CML, Myelomonositik leukemia dg eosi
nofilia, setelah radiasi. Kadang juga ditemukan pd pasi
en AIDS
• Terdapat variasi diurnal (rendah pd pagi hari dan tinggi
pada malam hari)

Basofil
• Ukuran 10-15 μm
• sitoplasmanya mengandung granula besar, warna
biru kehitaman, heterogen (ukuran:0,2-1 μm), gra
nula menutupi inti
• Granula basofil mengsekresi histamin, heparin  bila terstimu
lasi  eksositosis
• 0-1% di darah tepi
• Meningkat: CML fase akselerasi dan blast, myksedem, kolitis
ulseratif, sinusitis kronik, smallpox, chicken pox, dan setelah
injeksi dg protein asing
Basofil
Netrofil Batang
• Diameter berkisar 15 μm
• Sitoplasma mengandung granula halus, warna ungu
muda
• Inti : kromatin inti padat, kasar, menggumpal, berwar
na merah keunguan, inti membentuk lekukan > ½
jarah pinggir inti ke garis tengah, membentuk tapal
kuda, huruf U atau C,
• 1-5% di darah tepi (digsum)/5-10% (shiro miwa)
• Bila meningkat  shift to the left  respon pejamu
Netrofil-batang

Netrofil Segmen
• ukuran berkisar 10-15 μm
• sitoplasma merah muda mengandung granula kecil, ha
lus, warna merah muda
• Inti: warna ungu tua,terdiri dari bbrp lobus (3-5)di
sertai dgn filamen menghubg antara lobus satu dg
lainnya, kromatin inti padat,
• 50-70% didarah tepi
• Netrofilia: infeksi akut, proses inflamasi, intoksikasi,
hemoragik akut, hemolisis akut, olahraga berlebihan,
neoplasma dan myeloproliferatif
Netrofil segmen • Neutropenia : infeksi, syok anafilaktik, hemodialisis,
obat, zat kimia, atau penggunaan alkohol berlebihan
LIMFOSIT
• Limfosit kecil 7-10

Limfosit kecil Limfosit besar


Eosinofil Basofil

Limfosit kecil Limfosit besar


Eosinofil Monosit

Diff Count:
1. Basofil 0-1 %
2. Eosinofil 1-3%
3. Netrofil Segmen 40-60%
4. Limfosit 20-40%
5. Monosit 2-8%
EVALUASI TROMBOSIT
• Dinilai jumlah dan morfologi trombosit
• Jumlah normal trombosit : 1 trombosit dalam 15-20
eritrosit (4-8 trombosit dalam 100 eritrosit)
• Morfologi dinilai apakah morfologi normal atau tidak
 Ukuran normal berkisar 1-4 um
 Terdapat 2 bagian yaitu kromomer yang bergranula di
tengah, dan hialomer yang mengelilingi kromomer
 Bentuk abnormal antara lain giant trombosit, clumping
DIAGNOSIS SEL DARAH TEPI PATOLOGIK
Table 2.6 -- Effects of cigarette smoking[*]54–59

Increased Decreased
Haemoglobin (Hb) Plasma volume
Red cell count (RBC) Protein S
Packed cell volume (PCV)
Mean cell volume (MCV)
Mean cell haemoglobin (MCH)
White cell count (WBC)
Neutrophil count
Lymphocyte count T cells (CD4-positive)
Monocyte count
Carboxyhaemoglobin (>2 %)
Platelet count (transient)
Mean platelet volume
Fibrinogen
β-thromboglobulin
von Willebrand factor
Red cell mass
Haptoglobins
Plasma viscosity
Whole blood viscosity
Erythrocyte sedimentation rate (ESR)
PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia klinik dapat
dibedakan menjadi:
 Hati  pemeriksaan fungsi hati
1. Gangguan integritas sel hati : peningkatan enzim transaminase yaitu ALT dan
AST.
2. Gangguan fungsi ekskresi: peningkatan bilirubin
3. Gangguan fungsi sintesis: penurunan albumin serum, pemanjangan
prothrombin time (PT), dan penurunan kadar kolinesterase.
4. Gangguan detoksikasi: kadar amoniak darah dan asam hipurat
5. Bila terjadi kolestasis: peningkatan enzim alkali fosfatase (ALP), γ-globulin
transpeptidase (GGT), dan 5’nucleotidase.
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia klinik dapat


dibedakan menjadi:
 Ginjal fungsi ginjal, cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa:
1. Ureum
2. Kreatinin
3. Klirens (klirens kreatinin atau klirens ureum)
4. Glomerular Filtration Rate (GFR)
5. Analisis gas darah  pH, pCO2, HCO3, pO2
6. Elektrolit  natrium, kalium, chlorida, calsium
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia
klinik dapat dibedakan menjadi:
 Ginjal fungsi ginjal, cairan dan elektrolit, keseimbangan
asam basa:
7. Protein total, Albumin, globulin
8. Osmolaritas urin atau darah  zat terlarut dalam air
9. Mikroalbuminuria
10. Cystatin-C  kerusakan tubulus proksimal ginjal

 Tulang  metabolisme tulang


1. PTH (parathyroid hormone)
2. Phosphat
3. Kalsium
4. ALP
5. Penanda pembentukan atau resorbsi tulang
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia klinik dapat dibedakan
menjadi:
 Endokrin  gangguan metabolik endokrin
1. Gangguan metabolisme karbohidrat  misalnya pada DM :
 Glukosa darah  diagnosis
 HbA1c  monitoring penyakit dan terapi
 Kadar insulin
 Pemeriksaan benda keton
2. Gangguan metabolisme lipid dan lipoprotein
 Kolesterol total
 Trigliserida
 LDL, HDL, apo A, apo B
 Lp (a)
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia klinik dapat dibedakan
menjadi:
 Jantung
 Creatine Kinase (CK) :
1. CK BB  otak
2. CK MM  otot serat lintang
3. CK MB  jantung
4. Untuk gangguan jantung  pemeriksaan CK total dan CK MB
 Troponin
 Myoglobin
 LDH
 BNP (B-natriuretik peptide)  gagal jantung
 CRP  risiko gangguan jantung koroner
JENIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

Berdasarkan organ yang mengalami gangguan, pemeriksaan kimia klinik dapat


dibedakan menjadi:
 Gastrointestinal  gangguan pankreaas
 Amilase
 Lipase
PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
 Pemeriksaan imunologi merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan prinsip imunologi
 Sering disebut dengan imunoserologi diagnostik
 Antigen/antibodi yang akan diperiksa akan berikatan dengan
antibodi/antigen yang terdapat dalam reagen kemudian ikatan
ini akan dideteksi secara enzimatis
 Selain itu pemeriksaan imunologik juga menguji kompetensi
imunologik berupa uji respon imun
 Metode pemeriksaan imunologi antara lain:
1. imunopresipitasi
2. Immunoblotting
3. Radioimmunoassay
4. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
5. Chemiluminescence immunoassay
6. Immunofluorescence
7. flowcytometry
Pemeriksaan berdasarkan prinsip imunologik

Pemeriksaan serologik untuk penyakit infeksi


1. Infeksi hepatitis
 HBsAg, anti HBs, HBcAg, anti HBc, HBeAg, anti Hbe
 HAV, anti HAV
 HCV, anti HCV
2. Infeksi virus dengue
 NS-1
 IgM/IgG dengue
3. Infeksi HIV
 Anti HIV atau HIV Ag
 Western blot  terhadap antigen yang ada pada HIV
 CD4  flowcytometry
Pemeriksaan berdasarkan prinsip imunologik
Pemeriksaan serologik untuk penyakit infeksi
3. Typhoid
 Widal  kurang spesifik
 IgM atau IgG typhoid
4. Leptospirosis/Weill’s disease
 MAT
 Immunoblotting
 IgM anti leptospirosis
5. Helicobacter pylori
6. Clostridium defficile
7. Infeksi siphilis  treponema pallidum
8. dll
Pemeriksaan berdasarkan prinsip imunologik

Pemeriksaan serologik untuk penyakit non infeksi


1. Pemeriksaan gangguan thyroid  TSH, T4, T3, fT4, fT3
2. Pemeriksaan penyakit autoimun disease  pemeriksaan
complemen, rheumatoid factor, anti nuclear antibody (ANA), beta-2
glikoprotein, dsDNA, anti dsDNA, dll
3. Pemeriksaan hormon
PEMERIKSAAN FESES
PENDAHULUAN

 Dilakukan pada gangguan traktus gastrointestinal


 Bahan pemeriksaan berupa feses sewaktu
 Pemeriksaan yang dilakukan :
1. Makroskopis
2. Mikroskopis
3. Darah samar
4. Pemeriksaan khusus berdasarkan indikasi seperti alpha-1 antitrypsin
(untuk kebocoran protein melalui saluran cerna)
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS FESES

1. WARNA
 Normal kekuningan
 Hijau  sayur mayur
 Abu2 atau dempul  ikterus obstruktif  tidak ada zat warna tinja,
 Abu2  defisiensi enzim pankreas sehingga banyak lemak tidak dicerna
 Merah  perdarahan saluran cerna distal
 Hitam  perdarahan saluran cerna proksimal
2. BAU  normalnya bau indol, skatol, dan asam butirat. Bila terdapat bau busuk
kemungkinan ada proses pembusukan oleh kuman
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS FESES

3. KONSISTENSI
 Normal  lunak mempunyai bentuk
 Encer  diare
 Keras  konstipasi
4. LENDIR
 Menandakan ada radang pada mukosa saluran cerna
 Bila lendir hanya di permukaan  radang di colon (usus besar)
 Bila lendir bercampur dengan feses  radang di intestinal (usus halus)
 Kadang bercampur darah
 Pada disentri, intusepsi, ileocolitis kadang dijumpai lendir tanpa tinja
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS FESES

3. DARAH
 Perhatikan warna darahnya
 Bila darah segar biasanya dari saluran cerna distal seperti rektum, anus, atau
kolon distal
 Bila makin hitam dan bercampur dengan feses kemungkinan di saluran cerna
proksimal
4. PARASIT
 Cacing ascaris atau ancylostoma mungkin tampak
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS FESES
Meliputi pemeriksaan:
1. Sel epitel
2. Makrofag
3. Leukosit
4. Eritrosit
5. Kristal
6. Sisa makanan
7. Sel ragi
8. Telur cacing
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS FESES
Sisa makanan:
 Karbohidrat  menggunakan larutan lugol  positif bila
terdapat butir2 biru atau merah
 Lemak  Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70%  lemak
netral menjadi tetes2 merah atau jingga

Anda mungkin juga menyukai