Anda di halaman 1dari 7

Sel Epithel (Epithelial Cell) Sedimen Urine

Dalam memeriksa sedimen urine dilaboratorium klinik, tentu kita diwajibkan melaporkan adanya sel epitel dan komponen lainnya. Berikut ini saya ulas sedikit tentang macam-macam sel epitel yang sering ditemukan dan jarang ditemukan dalam sedimen urine. moga bermanfaat bagi para analis sekalian. 1. Epitel Skuamus (Squamous Epithelial Cell) Sel epitelium skuamus (bersisik) adalah sel-sel yang paling besar ditemukan dalam urine normal. Sel skuamus yang terlihat dalam urine normal biasanya tidak berasal dari saluran kemih. Hanya dua dari tiga uretra laki-laki ditemukan sel-sel squamous, karena umumnya pada saluran kemih ditemukan sel-sel transisional, kubik, atau silinder. Sel skuamus ini terlihat sebagai sel-sel tipis, datar (kempes), terlihat bersisik, persegi panjang tidak beraturan, biasanya dengan satu garis besar tidak beraturan atau bersudut dan suatu inti yang kecil, menyerupai batu permata berlian, sitoplasma besar namun inti relatif kecil (perbedaan dengan sel renal tubular). Dalam lapang pandang dengan Sedi-Stain, terlihat sebagai sel tunggal, berdua, berhimpit dengan sel skuamus lain, terikat membentuk untaian dengan sel skuamus lain dan cenderung menumpuk. Sel ini menyerap zat warna cukup kuat, terlihat dalam lapang pandang berwarna merah ungu, inti ungu gelap, terdapat granular didalam sitoplasma, Sel-sel skuamus umumnya ditemukan dalam jumlah sedikit didalam voided dan secara umum menunjukkan pencemaran dari alat genital. Makna yang utama adalah sebagai indikator dari pencemaran itu. Pada wanita umumnya lebih banyak ditemukan sel skuamus dibandingkan pria didalam urine, karena alat kelamin wanita merupakan suatu rongga lebih besar dibandingkan dengan pria dan sering mengalami gangguan infeksi sehingga dapat terjadi peluruhan sel epitel akibat abrasi. Hal lain dengan ditemukannya dalam jumlah banyak sel squamous pada kebanyakan spesimen wanita karena kebetulan, hal ini akibat mencuci genitalia eksternal. Namun demikian, perlu waspada dengan spesimen pasien orang tua. Pasien pada kelompok ini bisa memiliki squamous metaplasia dari kandung kemih. Frekuensi anomali ini rendah, tetapi tidak boleh diabaikan pada populasi tua. Pada kasus tertentu seperti ditemukan skuamus metaplasia dari prostat, juga pada pengobatan dengan estrogen pada tumor Sel Sertoli, dapat

ditemukan dalam jumlah sangat sejumlah besar dari sel-sel skuamus di dalam urine. 2. Epitel Transisional (Transitional Epithelial Cell) Dalam kandung kemih, epithelia membentuk sekitar tujuh lapisan sel. Lapisan bagian dalam sel terdapat silinder sementara antara lapisan sel yang variabel. Permukaan sel tersebut biasanya epitel transisional. Sel ini juga bernama urothelial sel. Dalam tata nama sitologi, terdapat istilah : balloon cells, umbrella cells, kite cells. Semua ini juga sesuai dengan karakteristik sel transisional sel yang berasal dari berbagai tingkatan: kandung kemih, ureter, pelvis. Sel transisional secara normal adalah elemen-elemen sedimen urine. Sel epitelium transisional berasal dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih dan dan uretra. Sel akan sedikit mengalami perubahan bentuk sesuai dengan bagian bawah saluran kemih. Sel Kandung kemih memiliki bentuk khas yaitu bulat dengan inti bulat pada bagian tengahnya. Ukuran dan bentuk epitel ini tergantung dari asal sel tersebut di dalam mukosa. Yang paling sering berbentuk bulat atau poligonal, hanya sedikit berbentuk seperti buah pir, berekor, atau berbentuk spindel (gelendong). Secara umum sel ini lebih kecil dan sedikit lebih halus permukaannya dibanding sel-sel skuamus, tetapi lebih besar dari leukosit. Sel ini dapat menjadi refraktil, sehingga dapat memungkinkan lemak masuk kedalam karena mengalami degerasi pada spesimen yang telah lama. Pada pengumpulan sampel secara normal yang bersih, sel-sel transisional adalah tampak sedikit dan terlihat satu-satu, berukuran kecil, dua-dua pada pewarnaan Sedi-Stain. Spesimen yang dikumpulkan dengan kateter pada waktu tertentu kadang-kadang berisi sel-sel yang mungkin lebih besar lembarnya dan jumlahnya, hal ini terjadi karena sel-sel mengalami peluruhan ketika kontak dengan kateter ke dalam saluran kemih. Pada kondisi inflamasi yang menyebabkan hiperplasia dari mukosa yang saluran kemih, terjadi pelepasan dalam jumlah besar sel epitel ini dengan ukuran dan morfologi yang abnormal. Dalam kasus-kasus ini, mungkin sulit untuk membedakan sel-sel transisional dengan sel neoplastik. Kehadiran sel transisional lebih sering pada sekelompok orang tua. Walaupun perubahan tidak selalu dikaitkan dengan patologi, sel atypical harus dipantau untuk tujuan prevalensi. Holmquist telah menunjukkan bahwa pemeriksaan sedimen urine rutin secara sederhana dapat memainkan peran penting peranan dalam mendeteksi dini dari TCC (Transitional Cell Kanker). Adanya sel epithelial transisional fragmen hampir selalu dikaitkan kondisi abnormal. Pada kebanyakan kasus, sel-sel normal memiliki aspek dan membentuk lembaran tipis yang mudah untuk membatasi tiap sel. Lapisan-lapisan sel ini seperti brick-wall-like (seperti tumpukan batu bata). Kehadiran jenis fragmen ini memberikan makna adanya urinary catheter (penggunaan kateter) atau kondisi lain yang memprovokasi terjadinya erosi pada permukaan saluran epithelium. Pada beberapa kondisi iritasi lama, transisi dapat menjadi sel reaktif. Dalam kondisi ini, sel dan inti mengalami peningkatan ukuran. Ukuran sel dapat bervariasi, tetapi rasio inti/sitoplasma tetap terjaga baik. sel memiliki dua nukleus (binuclated) dapat terlihat. Situasi ini sangat berbeda dengan atypical fragmen seperti yang terlihat pada TCC of high grade. The finding of atypical urothelial fragments is an important element in the detection of an otherwise silent TCC. Temuan dari atypical urothelial fragmen merupakan elemen penting dalam mendeteksi cara lain pada TCC silent. Karakteristik dari atypical urothelial fragmen menurut Holmquist : Cells Sel : Variable size (anisocytosis) Variabel ukuran (anisocytosis), Anarchic cluster Anarkis klaster, Nuclear crowding Nuklir crowding, Necrosis, vacuolation Kebekuan, vacuolation, Mitosis, frequent bi and multinucleation Mitosis, dan sering bimultinucleation,

Leukocytes margination (inflammation) Leukocytes margination (peradangan) Nucleus Inti :Irregular nucleus, variable size et shape Irregular inti, variabel ukuran et bentuk, Cariolysis Cariolysis,Clumped chromatin Clumped chromatin, Variable nuclear/cytoplasm ratio Variabel nuklir / cytoplasm rasio,Thick nuclear membrane Tebal nuklir selaput Nucleolus Nucleolus : Multiple nucleolus Beberapa nucleolus, Variable shape and size Variabel bentuk dan ukuran Variable nucleolus/nucleus ratio (macronucleolus) Variabel nucleolus / inti ratio (macronucleolus) 3. Epitel Tubular Ginjal (Renal Tubular Epithelial Cell/RTC) Untuk pemeriksaan rutin, yang berbeda Sel epithelial tubular ginjal (RTC) dimasukkan ke dalam kelompok sel ginjal (renal cell), yang mana iIstilah ini menunjukkan beberapa jenis sel. Seperti telah disebutkan, bahwa mustahil untuk mengetahui asal sel tubular tanpa menggunakan metode yang canggih, seperti pewarnaan spesifik dengan penanda conjugated monoclonal antibodies. Schumann telah menjelaskan beberapa sel tubular tertentu berdasarkan karakteristik mikroskopis biasa. Sel yang dijelaskan adalah: convoluted proximal tubular cells (convulted RTC2), collecting duct renal tubular cells (collecting duct RTC), necrotic renal tubular cells (necrotic RTC) dan akhirnya epithelial fragmen. Dalam sediaan preparat basah, di antara beberapa sel tubular dan leukosit tidak selalu jelas perbedaannya. Untuk dapat mengevaluasi jumlah sel tubular dalam spesimen yang ditandai dengan leukosituria, maka dapat digunakan naphtyl AS-D chloroacetate esterase digunakan. Berikut ini penjelasan sel RTC sebagaimana Schumann jelaskan : RTC Proximal Sel ini dijelaskan oleh Schumann dengan ukuran sel besar (20-60 mikron) yang berlimpah granular di dalam sitoplasma, blunted dan selaput sel. Inti bulat dan eksentrik. Dalam preparat sediaan basah dan dibawah mikroskop lapangan gelap, sel ini dapat dengan mudah diamati tanpa dikacaukan dengan silinder granular kecil. RTC Collecting Duct Sel epitel ini lebih besar sedikit daripada leukosit sitoplasma yang menunjukkan perinuclear halo, ketika di bawah mata atau fase kontras. Nilai-nilai lebih dari 100 cells/10 x hpf adalah indikasi dari penyakit ginjal parenchym. Untuk analisis rutin, nilai kurang dari 1 sel / hpf (beberapa sel) adalah normal. RTC Nekrotik Berbentuk tabung yang necrotic sel ginjal merupakan elemen penting Schumann cytodiagnostic metode. Sel ini dijelaskan, dengan PAP stain, sebagai ghost sel, dengan bentuk dan ukuran normal sel, dan dengan buruk stained nuclei. RTC Fragmen Untuk Schumann, ginjal epithelial fragmen klinis memiliki nilai tinggi. Epithelial fragmen ginjal yang cukup berbeda dari kelompok sel. RTC Fragmen Terminal Section Sel epitel ini merupakan fragmen dari bagian akhir dari saluran kemih. Mempunyai nilai diagnostic yang khas untuk gagal ginjal. 4. Epitel Kuboid (Cuboidal Cell) Jumlah yang meningkat dari sel-sel kuboidal didalam urine dapat ditemukan pada penolakan pencangkokan ginjal (transpalantasi ginjal), nekrosis tubular akut (fase diuretik), luka-luka yang menyebabkan terputus/terhambat aliran darah ginjal, dan glomerulonefritis akut yang disertai

kerusakan tubular. Proses pendetoksifikasi berbagai narkoba dan bahan-kimia dapat menyebabkan sel epitelium tubular ini terlepas. Sel kuboidal juga dapat mudah ditemukan pada urine pada kasus intoksikasi salisilat. 5. Epitel Neoplastik (Neoplastic Epithelial Cell) Sel Neoplastik bisa dapat ditemukan pada sedimen urine dari pasien-pasien dengan tumor-tumor saluran kemih. Sel Transitional karsinoma terbentuk dari kandung kemih atau uretra yang secara spontan terlepas dan terkelupas, tetapi mungkin tidak bisa (sulit) dalam mengidentifikasi sel-sel maligna ini di dalam urine. Jarang, limfoma dan karsinoma ginjal juga dapat di diagnosa dari sedimen urine. Meskipun begitu pada kasus karsinoma sel transisional di dalam kandung kecing, kehadiran dari sel yang neoplastik bisa dicurigai di pengujian sediaan langsung basah dengan cover gelas tanpa pewarnaan, evaluasi sedimen dapat dilakukan dengan membuat sediaan hapus kering atau preparat cytosentrifuge yang diwarnai secara hematologi sebagai uji konfirmasi. Pada kasus menunjukkan di sini, kriteria sitologik keadaan maligna jelas dipenuhi, pada kasus-kasus lain pembedaan dari sel yang hiperplastik tidak bisa didiferensiasi dengan pasti tanpa biopsi jaringan. 6. Oval Fat Bodies Oval Fat Bodies adalah sel lemak dengan birefringent pada sitoplasmanya. Dibawah magnifikasi dengan daya lemah, oval fat bodies sering terlihat sebagai bintik-bintik coklat besar (kadangkadang hampir hitam). Pewarnaan ini disebabkan oleh pigmen coklat kekuningan dari tetesan lemak yang terjadi. Sel-sel ini biasanya dilihat dalam kondisi proteinuria berat. Manifestasi lipiduria terlihat sebagai tetesan lipid bebas birefringent, intracellular dalam sel epitel yang disebut oval fat bodies, mungkin juga masuk dalam matriks silinder pada fatty cast. Posted 29th December 2009 by Ripani_Musyaffa Labels: Sel Epithel (Epithelial Cell)

Jaringan epitelium terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Jaringan tersebut melindungi bagian luar tubuh dan melapisi organ dan rongga di dalam tubuh. Sel-sel epitelium menyatu dengan eratdengan sedikit bahan diantara sel-sel tersebut. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi sebuah junction (persambungan) ketat (tight junction). Pengemasan secara ketat ini memungkinkan epitelium berfungsi sebagai suatu rintangan yang melindungi sel dari kerusakan mekanis, serangan mikroorganisme yang menyusup masuk, dan kehilangan cairan. Permukaan bebas pada jaringan epitelium itu terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada dibagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal (basement membrane), suatu lempengan matriks ekstra seluler yang padat. Para ahli biologi sel menemukan bahwa membran basal memiliki banyak fungsi yang berbeda, seperti membantu mengorganisasikan peristiwa-peristiwa yang berurutan dalam metabolisme sel, menyaring buangan dari daerah di dalam ginjal, dan menyediakan jalur perpindahan sel-sel selama perkembangan.

Dua kriteria yang menjadi dasar pengelompokan epitelium adalah jumlah lapisan seldan bentuk

sel-sel pada permukaan bebasnya. Epitelium sederhana terdiri dari lapisan sel tunggal sementara epitelium berlapis terdiri dari sel-sel majemuk yang tersusun bertingkat. Epitelium berlapis semu sebenarnya berlapis tunggal tetapi terlihat berlapis-lapis karena sel-sel itu memiliki panjang yang berbeda-beda. Bentuk sel-sel yang berada pada permukaan bebas epitelium itu dapat berupa kuboidal (seperti dadu), atau kolumnar (seperti bata yang berjejer berdiri), atau skuamosa (datar seperti tegel lantai). Dari penggabungan ciri-ciri bentuk sel dan jumlah lapisan kita mendapatkan istilah epitel kuboidal sederhana, dan epitelium skuamosa berlapis.

Selan melindungi organ-organ yang dilapisinya, beberapa macam epitelium dapat menyerap atau mensekresikan larutan kimia. Misalnya sel-sel epitelium yang melapisi lumen (rongga) saluran pencernaan dan pernapasan membentuk suatu membran mukosa ( mucocus membrane); sel-sel itu mensekresikan larutan encer, yang disebut mukus, yang melicinkan atau melumasi permukaan saluran dan menjaganya tetap lembab. Membran mukosa yang melapisi usus halus juga mensekresikan enzim-enzim pencernaan dan menyerap nutrien. Permukaan epitelium yang bebas pada beberapa membran mukosa memiliki silia berdenyut yang menggerakkan lapisan tipis mukosa di sepanjang permukaan itu. Misalnya epitelium bersilia pada saluran pernapasan kita membantu menjaga paru-paru kita tetap bersih dengan cara menjerat debu dan partikel lain dan menyapu mereka kembali ke atas trakea ( batang tenggorok). http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/jaringan-epitelium.html Jaringan epitel merupakan jaringan yang membatasi tubuh dan lingkungannya, baik di sebelah luar maupun dalam. Jaringan epitel berasal dari spesialisasi lapisan ectoderm. Jaringan epitel yang melapisi luar tubuh disebut epidermis. Yang membatasi rongga dalam disebut endodermis, sedangkan yang membatasi rongga disebut mesoderm. FUNGSI JARINGAN EPITEL Jaringan epitel secara umum memiliki beberapa fungsi sebagai berikut, 1. Sebagai pelindung atau proteksi jaringan yang berada di sebelah dalamnya 2. Sebagai kelenjar, yaitu cairan yang menghasilkan getah. Kelenjar merupakan lekukan dari jaringan epitel dimana pada dindingnya terdapat sel kelenjar. Sel kelenjar adalah sel yang mengambil bahan baku dari darah lalu dibuat menjadi sesuatu. Kelenjar Ekskresi bila zat yang dikeluarkannya untuk dibuang, contohnya urine. Kelenjar sekresi jika zat yang dikeluarkannya untuk digunakan kembali, contohnya enzim-enzim. Kelenjar endokrin bila zat yang dikeluarkan (hormone) langsung ke dalam darah. 3. Sebagai penerima rangsang atau reseptor, disebut epitel sensori atau neuroepitelium. Epitel sensori kebanyakan berada di alat indra. 4. Sebagai pintu gerbang lalu lintas zat, berfungsi melakukan penyerapan zat ke dalam tubuh dan mengeluarkan zat dari dalam tubuh. Contohnya pada alveolus paru-paru, jonjot usus, dan nefron ginjal

JENIS-JENIS JARINGAN EPITEL Jaringan epitel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epitel simpleks (terdiri dari satu lapis sel) dan

epite kompleks (tersusun atas beberapa lapisan sel). 1. Epitel simpleks - Epitel pipih selapis. Ciri-cirinya, sitoplasma jernih, inti sel bulat terletak di tengah. Epitel ini terletak di pleura, alveolus paru-paru, kapsula bowman pada ginjal, lapisan dalam pembuluh darah dan limfa, ruang jantung, selaput bagian dalam telinga, sel ekskresi kecil dari kebanyakan kelenjar. Adapun fungsi epitel ini antara lain a. Pelapis bagian dalam rongga dan saluran (endothelium) b. Tempat difusi zat c. Tempat infiltrasi zat d. Tempat osmosis zat - Epitel kubus selapis Sitoplasmanya jernih atau berbutir-butir. Inti sel bulat besar di tengah. Terletak di kelenjar keringat dan kelenjar air liur, retina mata, permukaan ovary, dan saluran nefron ginjal. Adapun fungsinya, a. Lapisan pelindung atau proteksi b. Tempat penyerapan zat (absorbsi) c. Penghasil mucus (lendir) / sekresi - Epitel silindris selapis Epitel ini memiliki bentuk silinder (tabung), sitoplasmanya jernih atau berbutir-butir. Epitel ini memiliki nucleus berbentuk bulat terletak di dekat dasar. Terdapat pada dinding dalam lambung, usus, kandung kencing, kantong empedu, saluran rahim, rahim, saluran pernafasan bagian atas, saluran pencernaan. Adapun fungsinya, a. Lapisan pelindung (proteksi) b. tempat penyerapan zat ( absorbsi) c. Tempat difusi dan absorbsi zat d. Melicinkan - Epitel silindris selapis bersilia Epitel ini berbentuk seperti epitel silindris berlapis, hanya saja memiliki bulu-bulu getar atau silia. Epitel ini dapat ditemukan di dinding dalam rongga hidung, saluran trakea, bronkus, dan dinding dalam saluran oviduct. Adapun fungsinya, a. Penghasil mucus (lendir) untuk menangkap benda asing yang masuk b. Dengan getaran silia menghalau benda asing yang masuk/ atau melekat pada mucus - Epitel silindris semu berlapis (Epitel silindris bersilia) Epitel ini terdiri atas sel-sel epitelium batang yang berekatan satu sama lain dan tidak semua selnya mencapai permukaan sehingga menyerupai epitelium berlapis. Terletak pada rongga hidung dan trakea. Adapun fungsinya,

a. proteksi b. sekresi c. Gerakan zat melalui permukaan 2. Epitel kompleks Epitel kompleks tersusun oleh beberapa lapisan sel. Lapisan sel terbawah yang selalu membelah diri untuk mengganti sel-sel permukan yang rusak, disebut lapisan germinativa. Beberapa jaringan yang termasuk epitel kompleks adalah, - Epitel pipih berlapis Letaknya pada kulit (dengan zat tanduk), epidermis, rongga mulut, esophagus, laring, vagina, saluran anus, rongga hidung. Berfungsi sebagai, a. Lapisan pelindung terhadap pengaruh luar b. Lapisan pelindung saluran dalam c. Penghasil mucus - Epitel kubus berlapis Terletak di kelenjar keringat, kelenjar minyak, ovarium di masa pertumbuhan, buah zakar. Fungsinya, a. lapisan pelindung b. penghasil mucus - Epitel silindris berlapis Terletak pada lapisan konjunctiva (lapisan yang selalu basah karena lendir) misalnya pada bagia mata yang berwarna putih, dinding dalam kelopak mata, laring, faring, uretra. Berfungsi sebagai, a. proteksi b. Penghasil mucus c. Gerakan zat lewati permukaan d. Saluran ekskresi kelenjar ludah dan kelenjar susu - Epitel transisional Terletak pada kandung kencing, ureter, pelvis ginjal. Berfungsi menahan regangan dan tekanan. - Epitel kelenjar eksokrin Terletak pada kelenjar minyak, kelenjar keringat, kelenjar saliva. Berfungsi menghasilkan mucus - Epitel kelenjar endokrin Terletak pada otak, daerah leher, anak ginjal, pankreas, kelamin. Berfungsi menghasilkan hormone. http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/05/jaringan-epitel.html

Anda mungkin juga menyukai