Gambar Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 6090 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik
hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal
dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
b. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi
insulin
dan
glukagon
langsung
ke
darah.
glikogen
menurunkan
glukosa
(glikogenolisis)
dan
permeabilitas membran sel terhadap glukosa (namun otak, hati, dan selsel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan glukosa). Di
dalam sel, glukosa digunakan digunakan pada respirasi sel untuk
menghasilkan energi. Hati dan otot rangka mengubah glukosa menjadi
glikogen (glikogenesis) yang disimpan untuk digunakan di lain waktu.
Insulin juga memungkinkan sel-sel untuk mengambil asam lemak dan
asam amino untuk digunakan dalam sintesis lemak dan protein (bukan
untuk produksi energi). Insulin merupakan hormon vital; kita tidak
dapat bertahan hidup untukwaktu yang lama tanpa hormon tersebut.
Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia. Keadaan ini terjadi
setelah makan, khususnya makanan tinggi karbohidrat. Ketika glukosa
diabsorbsi dari usus halus ke dalam darah, insulin disekresikan untuk
memungkinkan
sel
menggunakan
glukosa
untuk
energi
yang
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari 2 fase, yaitu :
1. Fase 1: gejala-gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga hormon epinefrin dilepaskan. Gejalanya berupa palpitasi, keluar
banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50
mg%). Gejala awal ini merupakan peringatan karena pada saat itu pasien
masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi
hipoglikemi lanjut.
2. Fase 2: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,
sehingga dinamakan gejala neurologis. Gejala- gejala yang terjadi akibat
mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma
(glukosa darah 20 mg%). (Arif Mansjoer, 2001)
5. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative
ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma
glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes
tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada
untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat,
sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011). Glukosa merupakan
bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat
mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang
normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan
suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen
ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan
kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa: Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110
mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial: Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa
dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c:
Pemeriksaan
dengan
menggunakan
bahan
darah
untuk
7. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan
karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau
mengkonsumsi makanan ringan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang
mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20-30 gram (1 - 2
sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara
lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa: Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%
biasanya diberikan kepada anak-anak. Bila diperlukan pemberian glukosa
cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) setiap 10-20 menit
sampai pasien sadar, disertai infuse dekstrosa 10% 6 kolf/jam. Dapat
menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
2. Glukagon: Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin,
glukagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara
intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional,
glukagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM)
injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah
Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan
irreversible
Tidak mengganggu regulasi DM
WERNICKLE ENCEPHALOPHATY
Monitoring
kesadaran/koma
sebagai
akibat
dari
gangguan
peningkatan
hipoksia
atau
komplikasi.
b)
Breathing (pernapasan)
:Pola
nafas
keperawatan
efektif
setelah
dilakukan
selama
Kriteria
jam
hasil:
RR
tindakan
16-24
Ekspansi
Sesak
Tidak
permenit
dada
nafas
hilang
suara
normal
/
nafas
berkurang
abnormal
intervensi :
1. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha
pasien mendapatkan oksigen.
2. Auskultasi bunyi napas.
Circulation (sirkulasi)
Kebas
kesemutan
dibagian
ekstremitas,
keringat
dingin,
dengan
peningkatan
TIK,
nekrosis
jaringan,
tindakan
Kriteria
keperawatan
selama
hasil
tidak
ada
Tanda
jam.
tanda
tanda
tanda
vital
peningkatan
dalam
batas
TIK
normal
adanya
kecenderungan
pada
tingkat
otak
berpengaruh
tengah
langsung
atau
batang
terhadap
otak
dan
keamanan
sangat
pasien.
Kehilangan
refleks
berkedip
mengisyaratkan
adanya
batuk
meninjukkan
adanya
kerusakan
pada
Berikan
R/
Menurunkan
oksigen
hipoksemia,
sesuai
yang
indikasi
mana
dapat
4.
posisi
secara
teratur
menyebabkan
Exposure
hipoglikemi
adalah
komplikasi
dari
penyakit
DM
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Endokrin.
Jakarta: EGC.
Corwin, J.E. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculspius.