Anda di halaman 1dari 29

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL

OLEH KELOMPOK 7 :
1. HUKKU DIANA 1813453069
2. HISTI WAHYU NINGTYAS 1813453070
3. TIAS IDAMATU RIZKI P 1813453071
PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)

External Quality Assessment (EQA) atau Pemantapan


Mutu Eksternal (PME) merupakan kegiatan yang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan
menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


LANJUTAN

PME hendaknya dilakukan secara teratur dengan


mengikuti program yang dilaksanakan oleh organisasi
independen atau yang telah ditetapkan.

Program PME dapat diselenggarakan pada tingkat yang


berbeda regional, nasional dan internasional.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


 Tujuan PME ialah untuk mengawasi kualitas hasil
tes dalam sebuah laboratorium kesehatan,
mengidentifikasi masalah, dan membuat langkah
koreksi terhadap masalah yang teridentifikasin.
 Laboratorium Kesehatan dapat menggunakan PME
untuk mengidentifikasi masalah dalam praktik
laboratorium, dan memungkinkan tindakan
perbaikan.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


LANJUTAN

 PME merupakan sebuah tipe prosedur QC (Quality


Control) dimana laboratorium mendapatkan spesimen
secara periodik untuk analisis yang juga dikirimkan ke
laboratorium yang ikut berpartisipasi dalam program
PME.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


LANJUTAN

 CLIA (Clinical laboratory Improvement Act) tahun


1988 mensyaratkan tidak ada treatment khusus untuk
sampel PME dan tidak ada perbandingan hasil survei
awal antara laboratorium sebelum melaporkan hasil ke
penyelengara PME.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


3 METODE PME :

EQA
Methodes

1. Proficiency 2. Reheking 3. On-site


testing Retesting Evaluation

Gambar 12.1 Metode Pemantapan Mutu Eksternal


(Sumber : WHO, 2011)
1. UJI PROFISIENSI
menurut CLSI uji profiseinsi merupakan sebuah
program dimana beberapa sampel dikirim secara
berkala ke anggota dari sekelompok laboratorium
untuk analisis dan / atau identifikasi; dimana masing-
masing hasil laboratorium dibandingkan dengan
laboratorium lain dalam kelompok dan/ atau dengan
nilai yang ditetapkan, dan dilaporkan ke laboratorium
yang berpartisipasi.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN

Dalam proses uji profisiensi, laboratorium menerima sampel dari


penyedia pengujian. Penyedia ini mungkin merupakan organisasi
(profit atau non-profit) dibentuk khusus untuk memberikan uji
profisiensi. Penyedia uji profisiensi diantaranya adalah laboratorium
rujukan pusat, badan kesehatan pemerintah, dan produsen kit atau
instrumen. Uji ini dapat dilakukan 3-4 kali dalam setahun.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN
Keuntungan uji profesiensi :

1) Memberikan gambaran kinerja laboratorium dengan baik


dan obyektif.
2) Dapat gunakan untuk sebagian besar jenis pengujian di
laboratorium.
3) Hemat biaya dan karenanya dapat sering digunakan.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN

Kelemahan uji profisiensi, yaitu:


a. Hasil profisiensi dipengaruhi oleh beberapa variabel yang tidak
berhubungan dengan spesimen pasien, diantaranya persiapan pasien, efek
matriks, metode statistik, dan peer grup.
b. Uji profiseinsi tidak dapat mendeteksi semua masalah yang ada di
laboratorium, terutama yang mengenai prosedur pre analitik dan pasca
analitik.
c. Hasil tunggal tidak dapat diterima dan tidak menunjukkan adanya
masalah laboratorium.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


 
2. PEMERIKSAAN ULANG ATAU UJI
ULANG
(RECHECKING/RETESTING)
Metode ini dilakukan dimana hasil pemeriksaan suatu
laboratorium kesehatan diperiksa ulang oleh laboratorium
rujukan, dan sampel yang ada telah diuji ulang antar
laboratorium. Metode ini digunakan untuk rapid tes HIV.
Selain itu, kitnya sekali pakai dan tidak dapat melakukan
metode pengendalian mutu seperti yang digunakan
laboratorium kesehatan . Oleh karena itu, uji ulang
beberapa sampel menggunakan metode yang berbeda
seperti enzyme immunoassay (EIA) atau ELISA (enzyme-
linked immunosorbent assay) dapat membantu menilai
kualitas pengujian HIV metode rapid tes.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN

 Uji ulang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Dilakukan oleh laboratorium kesehatan rujukan, untuk


memastikan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan .

b. Dilakukan pada pemeriksaan yang menggunakan spesimen darah


atau serum dengan metode rapid tes.

c. Jumlah sampel yang diuji ulang harus memberikan data statistik


yang signifikan untuk mendeteksi kesalahan.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
 
3. ON-SITE EVALUATION (EVALUASI DI
TEMPAT)
 Metode ini biasanya dilakukan, ketika sulit melakukan uji
profisiensi atau untuk menggunakan metode pengecekan ulang /
pengujian ulang.

 Metode ini bisa digunakan untuk:


a. Mendapatkan gambaran realistis tentang praktik di laboratorium
dengan mengamati laboratorium dalam kondisi rutin.
b. Memberikan informasi untuk perbaikan proses internal.
c. Mengukur kesenjangan atau kekurangan antar laboratorium
kesehatan.
d. Membantu laboratorium kesehatan dalam mengumpulkan
informasi untuk perencanaan dan pelaksanaan pelatihan,
pemantauan, dan tindakan korektif.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANGKAH-LANGKAH DAN GAMBARAN UMUM
MELAKUKAN PME ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

1) Koordinator PME mempersiapkan dan mengirimkan satu atau dua sampel


pada peserta PME.
2) Sampel diuji oleh laboratorium dengan menggunakan peralatan dan
pereaksi yang sama dengan yang digunakan pada pemeriksaan sampel pasien.
3) Koordinator PME mengumpulkan semua hasil dan
mengelompokkannya sesuai dengan metode, reagen dan instrument analisis
laboratorium atau kriteria lainnya.
4) Koordinator PME menghitung nilai target (mean konsensus) dan
total variasi(dinyatakan sebagai standar deviasi) hasil laboratorium.
5) Jika salah satu laboratorium memiliki nilai di luar batas kontrol (nilai target
± variasi yang diijinkan) maka laboratorium ini dianggap "out of control".
6) Laboratorium "out of control" harus memperbaiki prosedur analitis.
 
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
Keuntungan berpartisipasi dalam program PME diantaranya
adalah:

1) Memungkinkan perbandingan kinerja dan hasil di antara


laboratorium pengujian yang berbeda.
2) Memberikan peringatan dini untuk masalah sistematis yang
terkait dengan kit atau prosedur kerja.
3) Memberikan bukti objektif tentang kualitas pengujian suatu
laboratorium kesehatan .
4) Menunjukkan laboratorium yang membutuhkan perbaikan.
5) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
  (Sumber : Siregar dkk, 2018.)
Hasil PME yang masuk dalam batas atas dan bawah
dapat diterima dan dianggap memuaskan.
Hasil PME yang ternyata di luar batas (Out of Control)
dianggap tidak memuaskan.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
 
PROGRAM NASIONAL PEMANTAPAN MUTU
EKSTERNAL

 Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal (PN


PME) adalah suatu program untuk menilai penampilan
pemeriksaan laboratorium secara periodik, serentak, dan
berkesinambungan yang dilakukan oleh pihak luar
laboratorium dengan jalan membandingkan hasil
pemeriksaan laboratorium peserta terhadap nilai target.
Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, yaitu Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
SKEMA PELAKSANAAN PN PME
A. PROGRAM NASIONAL PEMANTAPAN
MUTU EKSTERNAL BAKTERIOLOGI
 PME TB merupakan kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang
bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan BTA.
Penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal ini sangat
penting bermanfaat bagi laboratorium, karena dari hasil
evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan penampilan
laboratorium yang bersangkutan dalam bidang
pemeriksaan BTA.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN
Kegiatan PME Pemeriksaan TB
a. Uji Silang
Uji silang dilaksanakan dengan beberapa metode, diantaranya:

1) Metode konvensional merupakan kegiatan uji silang dengan


menggunakan semua sediaan BTA positif dan 10% sediaan BTA
negatif dengan ketentuan satu sediaan mewakili satu pasien.

2) Metode Lot Quality Assurance System (LQAS) merupakan kegiatan


uji silang dengan pengambilan sampel yang dihitung secara statistik
berdasarkan slide positivity rate (SPR), jumlah sediaan BTA negatif
dalam 1 tahun dan tabel penentuan jumlah sampel LQAS.

(Sumber : Siregar dkk, 2018.)


LANJUTAN

b. Supervisi
Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari kegiatan uji silang
untuk mengetahui masalah yang menyebabkan kegiatan uji silang tidak berjalan dengan baik
sehingga evaluasi sesuai dengan standar operasional prosedur.
 
c. Uji Panel/tes panel sediaan dahak mikroskop
Uji panel adalah kegiatan (pemberian sediaan BTA untuk dilakukan pembacaan oleh petugas
laboratorium terkait) yang hanya dilaksanakan apabila uji silang dan supervisi belum berjalan
dengan baik.
 
d. PME Kepekaan OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Secara berkala dan berkesinambungan dilakukan Tes Panel dari Laboratorium rujukan
nasional melalui pengiriman isolat-isolat yang kemudian harus diperiksa dengan biakan dan
diuji kepekaan terhadap OAT di laboratorium pelaksana pelayanan biakan dan uji kepekaan
TB.
 
e. Bimbingan teknis Laboratorium TB
Kegiatan ini dilakukan untuk menindaklanjuti umpan balik PME dan menjamin kualitas
pemeriksaan laboratorium TB.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
ALUR UJI SILANG PEMERIKSAAN MIKROSKOP TB
 
B. PN PME KIMIA KLINIK
Berikut merupakan prinsip dasar PN PME-K, yaitu:

1. Laboratorium Kesehatan peserta PN PME-K dikirimkan serum kontrol.


Laboratorium peserta PN PME-K melakukan pemeriksaan serum kontrol
dengan kondisi rutin, dengan menggunakan metode dan prosedur yang sama
sebagaimana dilakukan pada pemeriksaan sampel sehari-hari.

2. Hasil pemeriksaan laboratorium peserta PN PME-K diisi secara online pada


aplikasi online PN PME-K pada rentang waktu pengisian hasil yang telah
ditentukan.

3. Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium kimia klinik peserta


dilakukan dengan membandingkannya terhadap nilai target.

4. Hasil evaluasi dapat dilihat dan dicetak pada aplikasi online PME. Hasil
evaluasi berisi informasi tentang nilai target, hasil pemeriksaan peserta
PNPME-K yang bersangkutan serta penyimpangannya dari nilai target.
  ( Sumber : Siregar dkk, 2018.)
 
SKEMA PELAKSANAAN PNPME-K
Prosedur pelaksanaan PNPME-H, yaitu:
C. PN PME HEMATOLOGI
 

a. Laboratorium peserta dapat mengakses langsung (sign Up)


aplikasi online PME pada waktu pendaftaran. Penyelenggara
akan mengirim kepada setiap peserta 2 macam botol bahan
kontrol dalam bentuk darah beserta surat pengantar.

b. Parameter PNPME-H Kadar Hemoglobin, Hitung


Eritrosit, Hitung Lekosit, Nilai Hematokrit, Hitung
Trombosit, Indeks Eritrosit (Nilai MCV, Nilai MCH dan Nilai
MCHC). c. Hasil pemeriksaan diisikan langsung pada
aplikasi online PME sesuai dengan manual book dan juknis
yang dapat didownload pada aplikasi online PME.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
LANJUTAN

c. Hasil pemeriksaan diisikan langsung pada aplikasi


online PME sesuai dengan manual book dan juknis
yang dapat didownload pada aplikasi online PME.

d. Penilaian peserta PNPME-H dilakukan dengan


membandingkan hasil pemeriksaan peserta terhadap
nilai target berupa nilai rata-rata peserta.
(Sumber : Siregar dkk, 2018.)
SKEMA PELAKSANAAN PNPME-H
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai