Anda di halaman 1dari 28

PERBANDINGAN JUMLAH DAN MORFOLOGI

GRANULOSIT DENGAN ANTIKOAGULAN K 2EDTA


DAN K 3EDTA
Disusun Oleh :
Devy Arianti Lestari
P27903114009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN TANGERANG
2017
Latar Belakang

Kesalahan EDTA yang Jenis EDTA


Pemilihan
Preanalitik paling baik K2EDTA
antikoagulan
sekitar 61% untuk K3EDTA
pemeriksaan Na2EDTA
Hematologi
Penelitian sebelumnya :
- Perbedaan jumlah sel pada
antikoagulan EDTA
Konvensional dan EDTA Penggunaan K2EDTA
Vacutainer EDTA harus direkomendasi
- Perbedaan Morfologi yang diperhatikan kan oleh ICSH
bermakna pada neutrofil dan CLSI
- Pseudotrombopenia pada
penggunaan EDTA
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Berapa jumlah dan Mengetahui adanya


bagaimana morfologi sel pengaruh penggunaan
granulosit antara antikoagulan terhadap
penggunaan antikoagulan jumlah dan morfologi
K2EDTA dan K3EDTA ?
granulosit
Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti
Memberi pengetahuan di bidang hematologi

Bagi Institusi
Menambah kepustakaan dan bahan informasi di bidang hematologi

Bagi Klinisi
Menambah informasi mengenai penggunaan antikoagulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah

Leukosit

Antikoagulan

EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid)

Sediaan Apus Darah


Leukosit
- Disebut sebagai sel darah putih
- Berfungsi dalam pertahanan tubuh

Granulosit Agranulosit

Basofil N. Segmen Monosit

N. Batang Eosinofil Limfosit


Antikoagulan
Menghambat pembekuan
EDTA
darah.
Tersedia berbagai jenis - Ethylene Diamine
tergantung Tetraacetic Acid
pemeriksaannya. - Jenis EDTA :
- Na2EDTA
- K2EDTA
- K3EDTA
Sediaan Apus Darah
Metode manual untuk
mengamati dan menilai
sel darah.
Dibutuhkan pewarnaan
untuk melihat sel pada
sediaan apus darah.
Pembacaan dihitung I , II, III, IV, V, VI :
pada counting area. Adalah zona pembacaan
sediaan apus darah
Kerangka Pemikiran
Penggunaan dan
Pemeriksaan Macam Jenis
Pemilihan Antikoagulan
Hematologi Lengkap Antikoagulan :
yang Tepat

Campuran
Heparin EDTA Natrium Sitrat Amoniumoxalat
dan Kaliumoxalat

Antikoagulan K2EDTA Darah + Dihitung jumlah sel


yang paling Antikoagulan dan morfologi
bagus untuk dibuat SADT granulosit
K3EDTA
pemeriksaan dengan pewarnaan
Hematologi giemsa
Na2EDTA

Dibandingkan
Diperiksa dengan kontrol
Tidak diperiksa
Kerangka Konsep

Antikoagulan : Jumlah dan Morfologi


K2EDTA, K3EDTA Granulosit

Proses Pewarnaan

Hipotesis
Ada perbedaan pada jumlah dan morfologi granulosit
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

1 Pemeriksaan Sel leukosit Mikroskopis Mikroskop Tidak Nominal


jumlah dan yang memiliki Sesuai
morfologi granula Sesuai
granulosit

2 Penggunaan Penggunaan Visual Mikroskop Tidak Nominal


Antikoagulan angtikoagulan sesuai
K2EDTA atau Sesuai
K3EDTA

3 Pemeriksaan Sampel tanpa Mikroskopis Mikroskop Jumlah = % Ratio


Tanpa penggunaan
Antikoagulan antikoagulan Morfologi -
sel
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Disain Penelitian

Analitik

Lokasi dan Waktu

Lokasi : Laboratorium Hematologi


Poltekkes Banten
Waktu : Maret - Juni
Populasi dan Sampel
Populasi : Mahasiswa tingkat I dan II Jurusan Analis
Kesehatan
Sampel : 20 orang

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Laki laki dan Wanita Wanita yang sedang


(yang tidak sedang menstruasi.
menstruasi). Memiliki penyakit,
Sehat jasmani dan seperti anemia dan
rohani. leukemia.
Bersedia diteliti. Tidak bersedia diteliti.
Data Primer
Cara Membandingkan hasil pemeriksaan
Pengumpulan dari K2EDTA dengan tanpa
Data antikoagulan dan K3EDTA tanpa
antikoagulan.

Metode Mikroskopik
CARA KERJA

1. Dicari letak vena, di bendung dengan


tourniquet dan dibersihkan.
2.
3.
Ditusukkan jarum ke dalam vena.
Dimasukkan kedalam tabung
antikoagulan
1. Pengambilan
Darah Vena

Pembuatan
2. Sediaan
Apus Darah
1. Fiksasi dengan Methanol

3.
selama 5 menit. Pewarnaan
2. Genangi dengan giemsa
Giemsa
selama 30 menit.
3. Bilas.
Pengolahan dan Analisis Data

DATA
PRIMER

TABEL

Uji Rata-rata Berpasangan


(Paired T Test)
Kenapa menggunakan K2EDTA dan K3EDTA ?

Karena antikoagulan tersebut yang paling sering


digunakan dalam pemeriksaan hematologi adalah
EDTA. Sedangkan dari penelitian sebelumnya
ditemukan adanya perbedaan morfologi sel pada
neutrofil dengan penggunaan antikoagulan EDTA dan
perbedaan jumlah sel yang berbeda jenis garamnya.
Dari jurnal Tech Talk oleh Nayana Patel, disebutkan
bahwa penggunaan K3EDTA dapat memberikan hasil
yang rendah dalam beberapa parameter pemeriksaan
hematologi.
Kenapa harus sel Granulosit?
Karena sel granulosit merupakan jenis sel terbanyak yang
terkandung didalam leukosit.
Evalina D. pada tahun 2005 telah meneliti sel neutrofil
dengan menggunakan EDTA Konvensional dan EDTA
Vacutainer, dan ternyata terjadi perbedaan sel antara
keduanya.
Ayu Dwi, pada tahun 2015 juga telah meakukan penelitian
terhadap morfologi eritrosit yang mengalami penundaan
pemeriksaan dengan antikoagulan K3EDTA, dan didapatkan
hasil sel eritrosit yang mengalami krenasi terjadi pada
penundaan pemeriksaan.
Kenapa menggunakan cara visual/metode
SAD ?
Karena cara ini menggunakan gold standar
dalam pemeriksaan hitung jenis sel. Sediaan
apus darah tepi yang dibuat dan dipulas
dengan baik merupakan cara mutlak untuk
mendapatkan hasil yang baik. (Gandasoebrata,
R.)
Gambaran sel abnormal ?

Hipersegmentasi Irreguler
Vakuolisasi sel
Evalina DM, Sitoplasma
Usi S, 2007
2005, UNDIP Usi S, 2007
Bagaimana cara kerja antikoagulan EDTA
dalam darah?
EDTA sebagai chelating agent yang mengikat Ca++ yang ada
didalam darah sehingga darah tidak membeku.
Menurunnya kalsium pada sel mempengaruhi penurunan
adenosine triphosphate (ATP) yang juga dapat
menyebabkan penurunan sintesis fosfolipid yang
merupakan salah satu komposisi membran sel. Kehilangan
fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan membran.
Apabila membran rusak, maka cairan ekstrasel akan masuk
dan tertimbun di dalam sel. Hal ini menyebabkan
timbulnya vakuol-vakuol jernih dalam sitoplasma yang
disebut dengan vakuolisasi sitoplasma.
Mekanisme koagulasi
Haemopoiesis
Penyebab lain kelainan sel
Abnormalitas morfologi leukosit, terutama vakuolisasi
sitoplasma sering terjadi pada sampel darah yang
mengalami infeksi berat yang disebabkan bakteri dan
parasit. Timbulnya vakuolisasi dapat disebabkan oleh
bakteri atau parasit yang difagositosis oleh leukosit,
sisa sisa dari protein bakteri atau parasit yang
difagositosis oleh leukosit dapat menimbulkan
vakuolisasi. Selain itu, munculnya vakuolisasi dapat
disebabkan oleh patogen yang mengeluarkan toksin
(Henics dan Wheatley, 2007).
Perbedaan Antikoagulan K2EDTA dan K3EDTA
Perbedaan Fisik6
K2EDTA berbentuk serbuk kering.
K3EDTA berbentuk cair.
Perlu duketahui bahwa semua antikoagulan EDTA cara pemakaiannya harus dibolak balik
sebanyak 8 - 10 kali untuk memastikan bahwa darah dan antikoagulan tercampur sempurna.

Perbedaan Klinis6
K3EDTA terjadi lebih banyak penyusutan dari RBC.
K3EDTA meningkatkan colume sel (1,6% kenaikan setelah 4 jam).
K3EDTA menurunkan nilai MCV.
K3EDTA adalah cairan aditif, karena itu akan mengakibatkan dilusi specimen atau penurunan
jumlah sampel.
Dalam pengukuran pemeriksaan Hb, RBC, WBC dan jumlah trombosit telah diteliti 1-2% lebih
rendah dari hasil yang diperoleh dengan K 2EDTA.
Dengan beberapa alat instrument atau alat pemeriksaan hitung jumlah sel, K 3EDTA
memberikan jumlah RBC lebih rendah bila digunakan pada konsentrasi tinggi.
Cara Pembacaan SADT
Zona I : disebut zona irreguler
Didaerah ini distribusi sel darah merah tidak teratur, ada yang padat,
bergerombolsedikit atau banyak dan tidak selalu sama pada tiap tiap
preparasi.
Zona ini meliputi lebih kurang 3 % dari seluruh badan preparat.
Zona II : disebut zona tipis.
Sel sel darah merah disini distribusinya tidak teratur atau tidak
merata,saling bertumpuk ( over laping ) dan berdesakan, zona ini meliputi lebih
kurang 14 %.
Zona III : Disebut zona tebal
Sel sel di daerah ini bergerombol rapat / padat, saling bertumpukan dan
berdesakan.zona ini merupakan zona terluas meliputi hampir separuh luas
seluruh
preparat lebihkurang 45 %.
Cara Pembacaan SADT
Zona IV : disebut zona tipis
Gambaran zona ini sama dengan zona II, hanya luasnya lebih besar sedikit
daripada luas zona II, lebih kurang 18 %.
Zona V : disebut zona eve atau zona reguler
Di mana sel sel tersebar rata tidak saling bertumpukan atau berdesakan ,
sehingga bentuk bentuknya masih asli / utuh tidak mengalami perubahan
perubahan invitro. zona ini meliputi daerah seluas lebih kurang 11 %.
ZonaVI : disebut zona sangat tipis
Terletak di ujung preparat sebelum menjadi ekor.Disini sel selnya tidak
padat dan lebih longgar di banding sel darah merah di zona IIatau IV.pada
umumnya telah membentuk gerombolan sel sel yang tersusunberderet
deret.
zona ini meliputi daerah seluas lebih kurang 9 %. (FK.Undip,2001)

Anda mungkin juga menyukai