Anda di halaman 1dari 28

PERBEDAAN VARIASI VOLUME DARAH

PADA TABUNG VACUTAINER K2EDTA


TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT

ROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka


Penyusunan Sekripsi

SYAMSUDIN MURSIDI
G1C1219214

PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis, menetapkan penyebab
penyakit, mengikuti perjalanan penyakit, pemantauan pengobatan dan
mengevaluasi penyakit. Hasil pemeriksaan laboratorium harus akurat, tepat dan
dapat dipercaya (PERMENKES No 411/MenKes/Per/III/2010).
Pemeriksaan laboratorium terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pra-analitik,
tahap analitik dan tahap pasca-analitik. Pra- analitik mengacu pada semua
langkah yang harus dilakukan sebelum sampel dapat di analisis (Kiswari,2014).
Tahap analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan
bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen. Tahap pasca-analitik adalah tahap dari
mencatat hasil pemeriksaan sampai dengan pelaporan (PERMENKES No.37,
2012).
Pemeriksaan laboratorium yang sering di lakukan di laboratorium klinik
yaitu pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok
pemeriksaan laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan
seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dalam prosesnya, pemeriksaan
laboratorium melalui tiga tahap yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca
analitik. Ketiganya penting diperhatikan karena berhubungan satu sama lain.
Namun, umumnya tahap analitik lebih mendapat perhatian, padahal tahap pra
analitik memberikan kontribusi 61% dari total kesalahan, disusul dengan tahap
analitik sebesar 25% dan pasca analitik 14% (Mengko, 2013).
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam hemostasis.
Trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek (luka)
dengan membentuk plug trombosit.
Hitung trombosit merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting
untuk berbagai kasus yang terkait dengan hemostasis maupun kasus lain yang
meliputi penegakan diagnosis, penilaian hasil terapi atau perjalanan suatu
penyakit, penentuan prognosis dan penilaian berat tidaknya suatu penyakit (Sujud,
2015).
Dalam pemeriksaan hematologi antikoagulan yang dianjurkan adalah
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), karena memiliki keunggulan yaitu
tidak mempengaruhi sel-sel darah dan mempunyai PH yang mendekati PH darah.
Praktek laboratorium ada 3 macam EDTA, yaitu dinatrium (Na2EDTA),
dipotasium (K2EDTA), dan tripotasium (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk cair. Ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang
paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (Internasional Council For Standardization
in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).
Pemakaian antikoagulan ini adalah 1 mg K2EDTA untuk 1 ml darah. Pemakaian
dalam bentuk cair dapat dilakukan dengan membuat larutan 10% (EDTA 10 g/100
ml = 10.000 mg/100 ml), dimana 0,01 ml EDTA 10% digunakan untuk
pembekuan 1 ml darah (Riswanto, 2013).
Kelebihan penggunaan K2EDTA sebagai antikoagulan karena mempunyai
zat adiktifnya yang tidak mengubah morfologi sel dan menghambat agregasi
trombosit dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya. Dan trombosit akan
mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada
akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam
pengukuran trombosit sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah
trombosit. Pemberian K2EDTA yang kurang akan menyebabkan terjadinya
gumpalan sehingga terjadi penurunan pada trombosit yang terhitung (Nemec et
al., 2005)
Beberapa laboratorium klinik telah banyak yang menggunakan tabung
vacutainer EDTA untuk pengambilan darah. Penggunaan tabung vacutainer pada
pengambilan darah vena dapat mengontrol jumlah darah yang masuk ke dalam
tabung sampai volume tertentu sehingga perbandingan takaran antikoagulan
EDTA dengan volume darah menjadi tepat. Pengambilan sampel darah yang
direkomendasikan harus sebanding dengan rasio volume antikoagulan yang
diperlukan untuk mencegah koagulasi. Kurangnya pengisian volume darah pada
tabung vacutainer merupakan fenomena paling umum dilaboratorium klinis
karena masalah selama pengambilan sampel darah, terutama ketika darah diambil
dari pasien yang sangat kecil, gemuk, sangat hipotensi atau gelisah. Kurangnya
volume darah pada tabung yang mengandung EDTA menghasilkan EDTA
berlebih yang dapat mempengaruhi parameter pemeriksaan hematologi (Nemec et
al., 2005)
Permasalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan apabila volume darah
kurang dari jumlah antikoagulan yang ada didalam tabung dapat menyebabkan
hipertonisitas terhadap darah dan sel darah merah menjadi mengkerut (krenasi)
sehingga mengakibatkan jumlah trombosit menjadi meningkat (Charles, 2006)
dan apabila volume darah berlebih dibandingkan dengan jumlah antikoagulan
dalam tabung dapat menyebabkan darah mengalami koagulasi (membeku) karena
darah tidak seluruhnya dihambat dari faktor pembekuan (Patel, 2009; Becton
Dickinson, 2011; Riswanto, 2013)
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan pada
penelitian ini adalah apakah terdapat perbandingan pada variasi volume darah
dalam tabung vacutainer K2EDTA terhadap jumlah trombosit?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian perbandingan pada variasi volume darah dalam
tabung vacutainer K2EDTA terhadap jumlah trombosit yaitu:
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu mengetahui ada atau tidak adanya perbandingan pada
variasi volume dalam tabung vacutainer K2EDTA terhadap jumlah trombosit.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui jumlah trombosit pada volume darah 0,5 ml, 1,5 ml, dan 2,5
ml dalam tabung vacutainer K2EDA.
1.3.2.2. Menganalisa ada atau tidak adanya perbedaan terhadap jumlah trombosit
pada volume darah 0,5 ml. 1,5 ml dan 2,5 ml tabung vacutainer K2EDA.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ntara lain adalah memberikan
kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kesehatan tentang pengaruh variasi volume darah pada tabung vacutainer
K2EDTA terhadap jumlah trombosit.
1.5. KEASLIAN/ ORIGINALITAS PENELITIAN
No Nama Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
dan Tahun
1 Mirza Asif To study the effect of Jumlah total 100 sampel darah
Baig, 2015 dilution of normal saline antikoagulan EDTA dipelajari untuk
with EDTA – parameter CBC sebelum dan sesudah
Anticoagulated blood pengenceran dengan salin normal WBC,
samples on CBC HGB, PLT & jumlah diferensial absolut
parameters yang diperoleh harus dikalikan dengan 2
sebagai faktor koreksi atau dilusi Rata-rata
& standar deviasi jumlah trombosit
menunjukkan berbagai variasi karena
sampel berasal dari pasien normal,
trombositopenik & trombositosis. RBC,
MCV, MCH, MCHC, RDW CV, PDW,
MPV, P-LCR & jumlah diferensial hampir
serupa sebelum dan sesudah pengenceran
2 Hotman Sinaga, Perbedaan Jumlah Didapatkan hasil bahwa terdapat
et.,al, 2018 Eritrosit Antara Darah perbedaan jumlah eritrosit antara volume
Yang Sebanding Dan darah 0,5 mL dan 2 mL dalam tabung
Tidak Sebanding Dengan K2EDTA. Volume darah yang tidak
K2EDTA sebanding (0,5
mL) dengan K2EDTA dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan eritrosit mengalami
penurunan.
3 asakin KA, Lower Sample Volumes Didapatkan hasil bahwa jika volume darah
et.,al, 2014 Collected Into Spray- tidak sesuai dengan perbandingan
Dried K2EDTA K2EDTA maka hasil pemeriksaan jumlah
Vacuitaner Bottles Are leukosit pada sampel berpengaruh dan jika
Suitable For Automated volume darah dibawah rata rata dari
Complete Blood Count tabung vacutainer.
Analysis Including
Differential Leukocyte
Count

Perbedaan antara penelitian akan dilakukan dan penelitian yang telah


dilakukan oleh Mirza (2014), Hotman (2018), dan Fasakin (2014) terletak pada
jumlah trombosit dan variasi volume darah yang akan di jadikan sebagai tolak
ukur dalam penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tentang penggunaan
antikoagulan K3EDTA pada pemeriksaan hematologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DARAH
Darah adalah cairan yang selalu beredar yang menyediakan nutrisi, oksigen
dan pembuangan limbah untuk tubuh. Darah sebagian besar cair, dengan banyak
sel dan protein tersuspensi di dalamnya, membuat darah “lebih kental” daripada
air murni. Rata-rata orang memiliki sekitar 5 liter darah. Faktanya sekitar 7-10%
berat badan orang dewasa terdiri dari darah. Perempuan memiliki sekitar 4-5 liter.
Perbedaan ini terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh antara laki-laki
dan perempuan (Sugeng, 2018).
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan
atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% terdiri dari sel
darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah
konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh
darah dan dalam jaringan (Sugeng, 2018).
Darah adalah satu dari sekian macam cairan yang ada di dalam tubuh
manusia. Dalam keadaan normal, komposisi darah manusia adalah plasma darah,
sel darah, protein, dan zat terlarut lainnya. Plasma darah merupakan bagian darah
yang berbentuk cairan jernih kekuningan yang 90% nya adalah air dan bertugas
untuk mengedarkan sari makanan keseluruh tubuh. Sel darah terdiri dari tiga
macam, yaitu sel darah merah (eritosit), sel darah putih (leukosit) dan keping
darah (trombosit). Sel-sel darah berasal dari satu induk yang sama yaitu
hemocytoblast (Yuni A. N, 2015).
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang
primitif sampai manusia (Bakta, 2014). Darah merupakan salah satu jaringan
dalam tubuh yang berbentuk cair berwarna merah. Karena sifat darah yang
berbeda dengan jaringan lain mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lain sehingga dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh.
Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan
agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan di dalam tubuh melalui
suatu sistem yang disebut sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan
pembuluh darah (Nugraha, 2015). Darah sirkulasi terdiri dari sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit yang tersuspensi dalam plasma. Sel yang bersirkulasi
dalam darah berasal dari sumsum tulang (Bain, 2016).
2.2. TROMBOSIT
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam hemostasis.
Trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek (luka)
dengan membentuk plug trombosit. Trombosit tidak mempunyai inti sel,
berbentuk cakram dengan diameter berukuran 1-4 µ dan sitoplasmanya berwarna
biru dengan granula ungu-kemerahan. Trombosit berasal dari fragmentasi
sitoplasma megakariosit, suatu sel muda besar yang berada dalam sumsum tulang.
Megakariosit matang ditandai oleh proses replikasi endomiotik inti dan makin
besarnya volume plasma, sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granular
dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakriosit mampu menghasilkan 3.000-
4.000 trombosit, waktu dari diferensiasi stem cell sampai dihasilkan trombosit
memerlukan sekitar 10 hari. Umur trombosit pada darah perifer adalah 7-10 hari
(Rukman, 2014).
Hemostatis adalah istilah kolektif untuk semua mekanisme faal yang
digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri dari kehilangan darah. Hemostatis
adalah proses tubuh yang secara simultan menghentikan perdarahan dari tempat
yang cedera, sekaligus mempertahankan darah dalam keadaan cair didalam
aktivitas vascular. Kegagalan hemostasis menimbulkan perdarahan, kegagalan
mempertahankan darah dalam keadaan cair menyebabkan trombositosis (Sacher
et al., 2004).
Trombosit dapat bergerak aktif karena mengandung protein rangka sel yang
dapat menunjang perpindahan trombosit secara cepat dari keadaan tenang menjadi
aktif jika terjadi kerusakan pembuluh darah. Trombosit dapat dibagi dalam 3
daerah (zona), yaitu zona daerah tepi berperan sebagai adhesi dan agregasi, zona
“sol gel” menunjang struktur dan mekanisme interaksi trombosit, serta zona
organel yang berperan dalam pengeluaran isi trombosit (Rukman, 2014).
Terdapat glikoprotein yang menyelubungi permukaan trombosit yang
berperan penting dalam reaksi perlekatan selama proses pembentukan sumbat
trombosit. Membran terbuka (kanalikulus) dengan tujuan memperluas
permukaan sehingga protein-protein plasma dapat diserap secara selektif. Di
dalam sitoplasma trombosit mengandung tiga jenis granula simpanan, yaitu
granula α, padat dan lisosom. Granula α spesifik mengandung banyak faktor
pembekuan, Von Willbrand Factor (VWF), Platelet-Derived Growth Factor
(PDGF) dan protein lain. Granula padat lebih jarang dan mengandung Adenosis
Difosfat (ADP), Adenosin Trifosfat (ATP), serotonin dan kalsium. Lisosom
banyak mengandung enzim hidrolitik (Hoffbrand, 2013).
2.2.1. Produksi Trombosit
Trombosit dihasilkan disumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma pada
megakriosit, salah satu sel terbesar di tubuh. Prekursor megakarosit, yaitu
megakarioblast berasl dari proses diferensiasi dari sel punca hemopoitik.
Megakariosit mengalami replikasi sinkron endomitotik (replikasi DNA tanpa
pembelahan nukleus atau sitoplasma) yang menyebabkan volume sitoplasma
setiap kali jumlah lobus nukleus bertambah menjadi dua kali lipat. Tahap awal
terlihat invaginasi membran plasma, yang dinamai membran pembatas
(demarcation membrane), yang berkembang sepanjangjang pembentukan
megakariosit menjadi anyaman yang bercabang-cabang. tahap perkembangan
tertentu yang bervariasi, terutama pada tahap nukleus berjumlah delapan,
sitoplasma menjadi granular. Megakariosit matang berukuran sangat besar,
dengan satu nukleus berlobus yang terletak ditepi dan rasio nukleus sitoplasma
yang rendah (Hoffbrand, 2013).
Gambar 1. Diagram sederhana untuk memperlihatkan pembentukan
trombosit dari megakariosit (Hoffbrand, 2013).

Trombosit terbentuk dari fragmentasi ujung-ujung perluasan sitoplasma


megakariosit, setiap megakariosit menghasilkan sekitar 1000-1500 trombosit.
Interval waktu dari diferensiasi sel punca manusia menjadi produksi trombosit
adalah sekitar 10 hari. Trombopoietin adalah regulator utama pembentukan
trombosit dan secara konstitutif dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombopoitin
meningkatkan jumlah dan kecepatan pematangan megakariosit melalui reseptor c-
MPL. Trombosit juga memiliki reseptor c-MPL untuk trombopoietin dan
menyingkirkannya dari sirkulasi. Hitung trombosit normal adalah sekitar 250 ×
109 /L (kisaran 150-400×109/L) dan usia normal trombosit adalah 7-10 hari
(Hoffbrand, 2016).
2.2.2. Struktur Trombosit
Trombosit berukuran sangat kecil dan diskoid, bergaris tengah 3,0 × 0,5 µm,
dengan volume rerata 7-11 fL. Glikoprotein terselubung permukaan sangat
penting dalam reaksi perlekatan dan agregasi trombosit yang merupakan proses-
proses awal untuk terjadinya pembentukan sumbat trombosit selama hemostasis
(Hoffbrand, 2013).
Trombosit mengandung tiga jenis granula simpanan; padat, α, dan lisosom.
Granula α spesifik yang lebih banyak mengandung faktor pembekuan, von
willebrand factor (VWF), pletelet-drived growth factor (PDGF) dan protein lain.
Granula padat lebih jarang dan mengandung adenosin difosfat (ADP), adenosin
trifosfat (ATP), serotonin dan kalsium. Lisosom mengandung enzim-enzim
hidrolitik. Trombosit juga kaya akan protein penyalur sinyal dan protein rangka
sel yang menunjang perpindahan cepat dari keadaan tenang menjadi aktif jika
terjadi kerusakan pembuluh darah. Selama reaksi pelepasan, isi granula
dibebaskan ke sistem kanalikulus terbuka (Hoffbrand, 2013).

Gambar 2. Ultrastruktur trombosit (Hoffbrand, 2013)

2.2.3. Fungsi trombosit


Fungsi utama trombosit adalah untuk membentuk sumbatan yang
merupakan respons hemostatik normal terjadinya cedera vascular yang
dapat terjadi kebocoran spontan darah melalui pembuluh halus. Fungsi
trombosit ada tiga yaitu pelekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi) dan
reaksi pelepasan (Hoffbrand, 2016).
Fungsi trombosit juga berhubungan dengan pertahanan, akan tetapi
terutama bukan terhadap benda atau sel asing. Trombosit berfungsi penting dalam
usaha untuk memepertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit
ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan
darah dan terlindung dari penyusupan benda atau sel asing. Trombosit
bergerombol (agregasi) di tempat terjadinya luka, ikut membantu menyumbat
luka tersebut secara fisik dan sebagian akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang
berfungsi untuk memanggil trombosit dan sel-sel leukosit dari tempat lain
(Sadikin, 2013).
Trombosit memliki fungsi dalam membentuk sumbatan terhadap cedera
vaskuler dengan cara melakukan perlekatan tromboit dengan trombosit (agregasi)
sehingga terjadi pengumpulan trombosit dan reaksi pelepasan (sekresi).
Trombosit yang mengalami adhesi dan agregasi akan berubah bentuk, perubahan
struktural dan fungsional tersebut disertai dengan reaksi biokimia yang terjadi
selama aktifasi trombosit disertai dengan pelepasan molekul yang akan berperan
dalam hemostasis (Nugraha, 2015).
2.3. TABUNG VACUTAINER
Vacutainer adalah tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau
plastik, apabila dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Tabung vacum atau tabung evakuasi (Evacuated Tube) adalah sebuah wadah yang
hampa udara dan digunakan untuk menampung darah. Kevakuman suatu tabung
diatur sedemikian rupa dan terukur secara tepat agar dapat menghisap volume
darah dengan sistem tertutup, karena darah dari pembuluh darah akan langsung
mengalir kedalam dari pembuluh darah akan langsung mengalir kedalam tabung
melalui kedalam tabung melalui jarum tanpa kontak dengan udara luar (Nugraha,
2015).
Didalam tabung vacum berisi zat adiktif yang memiliki satu atau lebih
fungsi yang spesifik untuk tujuan pemeriksaan tertentu. Zat adiktif yang
ditambahkan akan ditandai dengan kode warna terutama pada penutup tabung.
Zat adiktif yang ditambahkan dalam tabung adalah aktivator pembekuan,
antikoagulan dan antiglikolitik (Nugraha, 2015).
Pemeriksaan laboratorium hematologi dengan spesimen darah utuh (Whole
Blood) biasanya menggunakan tabung vacutainer yang berisi antikoagulan dengan
tujuan untuk mencegah proses terbentukan bekuan darah dengan cara
menghambat atau memperlambat proses hemostatis. Darah yang tertampung pada
tabung ini dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau disentrfuge untuk
mendapatkan plasma darah (Nugraha, 2015).
Antikoagulan adalah zat yang ditambahkan kedalam darah dengan tujuan
untuk menghambat atau mencegah proses pembentukan bekuan darah dengan cara
mengikat atau mengendapkan ion kalisum dan menghambat pembentukan trombin
dari protombin. Pemberian antikoagulan, didapatkan spesimen atau sampel darah
utuh atau didapatkan plasma yang diperoleh dari sentrifuge (Nugraha, 2015).
Salah satu antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan
laboratorium hematologi adalah Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
[CH2N(CH2CO2H2)]2 yang tidak mempengaruhi morfologi sel-sel darah, sehingga
ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
LED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit dan sebagainya.
Ada 3 macam EDTA yaitu Dinatrium Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
(Na2EDTA), Dipotassium Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (K2EDTA) dan
Tripotassium Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (K3EDTA). Na2EDTA dan
K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K 3EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk cair. Ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang
paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization
in Hematology) dan NCCLS (National Comitte for Clinical Laboratory
Standard) karena mampu menjaga dan mempertahankan bentuk maupun ukuran
sel sehingga baik untuk pemeriksaan hematologi (Arzoumanian, 2002).
Tabung vacutainer yang berisi antikoagulan K 2EDTA telah direkomendasi
oleh NCCLS (National Committe for Clinical Laboratory Standard) untuk
pemeriksaan hematologi, karena mempunyai stabilitas yang lebih baik dari EDTA
lain dan mempunyai pH mendekati pH darah (Tietz, 1996).
EDTA adalah antikoagulan yang biasa digunakan untuk pemeriksaan
hematologi. EDTA berfungsi sebagai antikoagulan yang dapat mengikat ion
kalsium, yang diperlukan untuk proses pembekuan. Garam kalium dan natrium
EDTA telah digunakan untuk pengumpulan spesimen darah. Kelarutan kalium
garam lebih baik dibandingkan garam natrium EDTA, pH EDTA tergantung pada
garam. Semakin banyak ion yang ditambahkan maka akan menjadi asam bebas
dan menyebabkan keasaman EDTA menurun. Larutan jenuh dari EDTA sebagai
asam bebas memiliki pH 2,5-1,0, larutan garam Tripotassium Ethylene Diamine
Tetraacetic Acid (K3EDTA) sebagai larutan 1% memiliki pH 7,5-10,0, Dinatrium
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (Na2EDTA) dan Dipotassium Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid (K2EDTA) garam EDTA dalam 1% memiliki pH yng
lebih rendah. Na2EDTA meiliki pH 5,0-1,0, sedangkan K2EDTA meimiliki pH
4,8-1,0. Perbedaan pH ini mempengaruhi ukuran sel darah merah. Meskipun
semua garam EDTA bersifat hiperosmolar, yang menyebabkan air meninggalkan
sel dan sel menyusut, tetapi hal ini tidak berpengaruh pada Na 2EDTA dan
K2EDTA, pH antikoagulan yang lebih rendah menyebabkan sel membengkak,
sehingga menyeimbangkan penyusutan yang terjadi secara osmotik dan ukuran sel
tidak berubah. Efek pengenceran sampel dalam analisis otomatis akan
mengembalikan sel kebentuk aslinya (Narayan, 2000).
Kelebihan penggunaan EDTA sebagai antikoagulan karena sifat zat
aditifnya yang tidak merubah morfologi sel dan menghambat agregasi trombosit
dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya. Kekurangan EDTA yaitu sifatnya
yang sulit larut dibandingkan antikoagulan lainnya, oleh sebab itu pencampuran
EDTA harus dilakukan sebanyak 8-10 kali dengan cara inversi (membolak
balikan tabung) (Nugraha, 2015).
EDTA mencegah koagulasi dengan cara mengikat ion kalsium sehingga
terbentuk garam kalsium yang tidak larut, dengan demikian ion kalsium yang
berperan dalam koagulasi menjadi tidak aktif, mengakibatkan tidak terjadinya
proses pembentukan bekuan darah. Darah EDTA harus segera dicampur setelah
pengumpulan untuk menghindari pembentukan gumpalan trombosit dan
pembentukan bekuan mikro (microclot) (Nugraha, 2015).
Jumlah EDTA serbuk biasanya digunakan 1 mg dalam 1 mL darah,
sedangkan EDTA cair dengan konsentrasi 10% digunakan dengan menambahkan
10 µL EDTA ke dalam 1 mL darah. Jumlah EDTA yang diberikan kurang dari
takarannya, darah akan mengalami koagulasi. Konsentrasi EDTA yang berlebih
menyababkan penyusutan eritrosit (Nugraha, 2015).
2.4. MAKNA KLINIS
Peningkatan jumlah tombosit disebut trombositosis, misalnya dijumpai pada
trombositemia idiopatik dan setelah splenektomi. Penurunan jumlah trombosit
atau trombositopenia dapat dijumpai pada penyakit infeksi tertentu, misalnya
demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue adalah penyakit yang
dapat menurunkan jumlah trombosit hingga tingkat terendah. Trombositopenia
dapat disebabkan epistaksis, perdarahan pada saluran cerna. Keadaan lain yang
dapat menyebabkkan trombositopenia ialah trombositopenia purpura, anemia
aplastik, leukemia akut, setelah kemoterapi dan terapi radiasi (Nugraha, 2015).
2.5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN
JUMLAH TROMBOSIT
2.5.1. Volume darah
Apabila volume darah kurang atau berlebih dari volume yang ditunjukkan
pada batas tabung vacutainer maka hal tersebut berpotensi mempengaruhi
keakuratan hasil pemeriksaan dan pengumpulan sampel darah yang tidak tepat
dapat menyebabkan pelepasan trombin dan jumlah trombosit yang sangat rendah
karena agregasi trombosit.
2.5.2. Volume antikoagulan
Kelebihan penggunaan K2EDTA sebagai antikoagulan karena mempunyai
zat adiktifnya yang tidak mengubah morfologi sel dan menghambat agregasi
trombosit dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya. Dan trombosit akan
mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada
akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam
pengukuran trombosit sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah
trombosit (Nemec et al., 2005).
2.5.3. Jenis antikoagulan
Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
pemebekuan darah pada pemeriksaan hematologi. Beberapa macam antikoagulan
digunakan berdasarkan jenis pemeriksaannya. Tidak semua macam antikoagulan
dapat digunakan untuk satu pemeriksaan, karena ada pemeriksaan yang tidak
menggunakan antikoagulan dan ada jenis antikoagulan yang dapat mempengaruhi
morfologi dari sel-sel darah yang akan diperiksa (Sianturi, 2013)
2.5.4. Konsentrasi antikoagulan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan jumlah trombosit
yaitu berlebihnya konsentrasi antikoagulan yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan trombosit seperti sel yang menyebabkan jumlah trombosit meningkat
(Wirawan, 2004).
2.5.5. Lama waktu pemeriksaan hitung jumlah trombosit
Waktu pemeriksaan hitung jumlah trombosit juga akan mempengaruhi hasil
jumlah trombosit jika pemeriksaan dilakukan lebih dari 3 jam setelah akan
menyebabkan peningkatan hasil palsu pada jumlah trombosit (Narayan, 2000).
2.6. MACAM-MACAM METODE PEMERIKSAAN JUMLAH
TROMBOSIT.
Adapun macam-macam metode pemeriksaan jumlah trombosit adalah
sebagai berikut:
2.6.1. Metode langsung (Rees Ecker)
Suatu pemeriksaan hitung jumah trombosit yang menggunakan larutan yang
mengandung zat warna Brilliant Crezyl Blue (BCB). Darah diencerkan dengan
larutan tersebut sehingga trombosit akan tampak kebiru-biruan, kemudian
trombosit dihitung pada kamar hitung dan dilihat dibawah mikroskop.
Komposisis Rees Ecker terdiri dari Natrium Sitrat 3,8%, 2 ml Formaldehida 40%,
30 mg Brilliant Cresyl Blue dan 100 ml aquadest, hasil jumlah trombosit yang
diperoleh dikalikan dengan 2.000 dengan satuan sel/µl (Gandasoebrata, 2010).
Kelebihan dari metode penelitian yang di lakukan yaitu lebih sederhana dan
murah sedangkan kelemahannya yaitu memiliki tingkat kesalahan 16% - 25%
(Nugraha, 2015).
2.6.2. Metode Barbara Brown
Semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa
dengan alat otomatis maupun manual harus dilakukan crosscheck pada SADT.
Prinsip menentukan jumlah trombosit sebanyak 5-10 lapang pandang pada daerah
tipis dimana eritrosit dimana eritrosit tersusun bebas atau sedikit overlapping.
Rarata yang diperoleh dibagi jumlah lapang pandang lalu dikalikan dengan 20.000
(Gandasoebrata, 2010).
Kelebihan dari metode barbara brown adalah mudah dan lebih sederhana
serta biaya yang lebih murah. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan
waktu pemeriksaan yang lebih lama karena pengamatan dengan mata sesorang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketahanan pengamat sehingga
mengakibatkan penilaian jumlah trombosit yang berbeda – beda (Gandasoebrata,
2010).

2.6.3. Metode Otomatis


Hematologi analyzer adalah alat otomatis dengan kualitas tinggi digunakan
diagnostik in vitro di laboratorium klinis. Hematology analyzer untuk
pengukuran konsentrasi leukosit (WBC), eritrosit (RBC) dan trombosit (PLT)
(Diapro, 2016). Beberapa prinsip kerja dari hematology analyzer adalah sebagai
berikut:
a. Teknologi impedansi Flowcytometry
Prisip kerja dari metode impedansi adalah larutan elektrolit (diluent)
yang telah dicampur dengan sel-sel dicampur dengan sel-sel darah dihisap
melalui aperture. Teknik impedansi berdasarkan pengukuran besarnya
resistensi elektrolit antara dua elektrode yaitu elektrode internal dan
eksternal. Kedua elektrode tersebut dilewati alur listrik yang konstan
(Mengko, 2013).
Flowcytometry didefinisikan sebagai pengukuran simultan beberapa
karakteristik fisik dari sebuah sel tunggal yang tersuspensi dan dialirkan
melalui satu celah yang disebut aperture. Cara pengukuran sel yang dapat
digunakan pada impedance flowcytometry adalah dengan mengukur
impedansi listrik dari sel impedansi adalah kualitas kompleks yang
dinotasikan dengan Ẕ. Dalam koordinat kartesius dimana bagian nyata dari
impendasi adalah resistansi (R) dan bagian imajiner adalah reaktansi (X),
secara dimensi impedansi sama dengan resistansi dan satuannya menurut
standar internasional. Sebuah sel dianggap sebgai sebuah rangkaian listrik
dari sebuah resistor dan kapasitor. Ketika arus listrik melewatkan pada sel
tersebut akan menjadi tahanan listrik yang dikenal sebagai impedansi.
Waktu sel darah melewati aperture yang memiliki elektroda beraliran listrik
konstan pada kedua sisinya, akan terjadi perubahan tahanan listrik di antara
kedua elektroda tersebut. Mengakibatkan timbulnya pulsa litrik. Jumlah
pulsa listrik yang terukur per satuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi
sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya
perubahan tegangan listrik (amplitude) yang terjadi merupakan ukuran
volume dari masing-masing sel darah (Perkins, 1998).

b. Impedansi Elektrik

Gambar 4. Prinsip kerja menggunakan metode impedansi elektrik


(Mengko, 2013)

Prinsip yang digunakan adalah sebelum pemeriksaan, sampel


diencerkan dengan larutan yang mempunyai konduktivitas tertentu dan
merupakan konduktor listrik yang kurang baik, kemudian sel darah dialirkan
melalui lubang kecil yang disebut orifice yang mempunyai ukuran teretntu.
Pada saat yang sama, suatu arus listrik dialirkan melalui elektroda yang
dipasang pada sisi luar dan sisi dalam orifice, karena sel darah adalah
penghantar listrik yang buruk, maka jika sel darah masuk melalui orifice
tadi, arus listrik yang mengalir juga akan terganggu. Gangguan ini
menimbulkan suatu pulsa elektrik. Jumlah pulsa listrik yang terukur per
satuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi sebagai jumlah sel yang memulai
celah tersebut. Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik (amplitudo)
yang terjadi, merupakan ukuran volume dari masing-masing sel darah.
Besarnya pulsa akan sesuai dengan besarnya jumlah dan besarnya sel darah
yang lewat. Jika sel darah besar, maka pulsa yang ditimbulkan besar,
sebaliknya jika sel darah kecil maka pulsa pun kecil. Dengan demikian
dapat mengenali jenis- jenis sel menurut ukuran dan menghitung jumlahnya
(Mengko, 2013).
Adapun kelebihan metode otomatis yaitu tidak melelahkan petugas
laboratorium jika harus banyak melakukan pemeriksaan jumlah trombosit.
Metode otomatis ini juga memiliki kekurangan yaitu apabila ada trombosit
yang bergerombol, trombosit besar (giant) serta adanya kotoran, pecahan sel
eritrosit dan leukosit tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dibedakan
(Wulandari & Siti, 2012).
2.7. HIPOTESIS
Ha : Ha di tolak ada perbandingan variasi volume darah pada
tabung vacutainer tehadap nilai trombosit.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. JENIS DAN METODE PENELITIAN


Penelitian yang di lakukan menggunakan metode penelitian eksperimen.
3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal sampai
dilakukannya penelitian. Adapun pengambilan dan pemeriksaan sampel
dilakukan di Laboratorium Klinik Universitas Muhammadiyah Semarang.
Tabel 1. Matriks Jadwal Penelitian

N Tahapan Bulan (Tahun 2020)


o penelitian
Mei Juni Juli
Penyusunan proposal
Pengambilan sampel
Pengumpulan data
Pengolahan dan analis data
Penyusunan laporan

3.3. POPULASI DAN SAMPEL


Adapun populasi sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai
berikut:
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah
mahasiswa Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
3.3.2 Sampel
Sampel sebanyak 4 orang diperoleh menggunakan teknik purposive
sampling dengan berdasarkan kriteria inklusi yaitu; Berjenis kelamin laki-laki,
tidak merokok aktif, tidak memiliki riwayat penyakit anemia atau riwayat
penyakit lainnya terkait faal koagulasi, tidak sedang sakit dan bersedia untuk
menjadi responden.Besar sampel yang diambil ditentukan dengan rumus Federer
(Hanafiah, 2008) yaitu:
(n -1) (t -1) ≥ 15
Keterangan :
n : jumlah sampel tiap kelompok perlakuan
t : jumlah kelompok perlakuan
Diketahui bahwa jumlah kelompok perlakukan (t) pada penelitian ini yaitu 5
kelompok, maka didapatkan:
(n -1) (5 -1) ≥ 15
(n-1) 2 ≥ 15
(n-1) ≥ 7,5
n ≥ 3,5
n ≥ 4 (pembulatan)
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan sampel sebanyak empat orang.
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini sebanyak lima perlakuan maka
jumlah sampel keseluruhan adalah sebanyak 20 sampel.
3.4. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang di gunakan dalam penelitian adalah variabel bebas. Hal
tersebut didasari dari variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
variabel terkait.

3.5. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Cara Satuan Skala Data
Pengukuran
Jumlah Trombosit Dengan alat /mm3 Rasio
trombosit merupakan otomatis
fragmen atau (Hematology
potongan- Analyzer XP-
potongan kecil 300)
dari sitoplasma
megakariosit,
jumlah pada
orang dewasa
antara 150.000-
400.000
keping/mm3
volume Volume darah Dengan skala ml Rasio
darah yang pengukuran
dengan ditambahkan ke (spuit)
berbagai dalam tabung
variasi dengan
jumlah antikoagulan
K2EDTA dengan
variasi 0,5 ml, 1
ml, 1,5 ml, 2 ml
dan 2,5 ml.

3.6. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.6.1. Eksperimen
Eksperimen laboratorium sebagai proses mendapatkan data yang utama
pada penelitian ini.
3.6.2. Wawancara
Data dikumpulkan dari hasil wawancara yang dilakukan untuk tujuan menentukan
sampel yang sesuai dengan kriteria pemeriksaan jumlah trombosit pada penelitian
dengan menggunakan instrument angket.

3.6.3. Data Primer


Peneliti menggunakan data primer yang didapat dari hasil penelitian yaitu
hasil pemeriksaan jumlah trombosit dengan metode otomatis (Hematology
Analyzer). Data dari hasil pemeriksaan tersebut dimasukkan dalam masing-
masing kelompok data dalam suatu tabel pengumpulan data.
3.6.4. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan serta instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Alat
a. Tabung vacuum tutup ungu (K2EDTA)
b. Spuit 10 cc
c. Tourniquet
d. Kapas alkohol 70 %
e. Kapas kering
f. Plester
g. Hematology analyzer sysmex XP-300
2. Bahan
a. Darah Vena 0,5ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml dan 2,5 ml
b. Bahan kontrol alat hematology analyzer XP-300
c. Cell Clean
d. Stromatolyser
3.6.5 Prosedur Kerja
Adapun cara kerja pemeriksaan trombosit dalam penelitian melalui beberapa
tahap yaitu sebagai berikut :
1. Pengambilan darah vena (phlebotomy)
a. Pengambilan sampel darah vena
1) Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih
lengan yang banyak melakukan aktivitas.
2) Pasien diminta menegpalkan tangan.
3) Tourniquet dipasang kurang dari 1 menit) kurang lebih 10 cm diatas
lipatan siku.
4) Dipilih bagian vena mediana cubity atau chephalica.
Sampel 9 darah
Diambil sebanyak 6 ml per-orang
Dibagi menjadi 3 kelompok
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Sebanyak 9 sampel, Sebanyak 9 sampel, Sebanyak 9 sampel,
masing-masing masing-masing masing-masing
ditambahkan 1
Pemeriksaan jumlahml ke ditambahkan 2 ml ke
Pemeriksaan jumlah ditambahkan
Pemeriksaan3jumlah
ml ke
tabung K EDTA tabung K EDTA tabung K EDTA
Hasiltrombosit
2
Pemeriksaan Hasiltrombosit
2
Pemeriksaan Hasiltrombosit
2
Pemeriksaan
Pemeriksaan
5) Dibersihkan
jumlah jumlah
trombosit kulit bagian yang akan
jumlah diambil darahnya jumlah
trombosit dengan kapas
trombosit
trombosit Analisis Data
alkohol 70%
Pemeriksaan dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolysis
jumlah
trombosit
atau rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6) Ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum mengadap keatas dengan
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15°, diusahakan darah dapat
keluar dengan satu kali tusuk.
7) Setelah darah masuk ke dalam spuit, pasien diminta melepaskan kepalan
tangannya.
8) Setelah vomune darah dianggap cukup tourniquet dilepas, spuit ditarik
dan segera diletakkan kapas kering diatas bekas tusukan jarum, kemudian
plester bagian ini selama kurang lebih 15 menit (Depkes RI, 2008).
b. Pelakuan sampel darah vena
1) Sampel darah pada spuit dimasukkan kedalam tabung tutup ungu dengan
volume masing-masing 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml dan 2,5 ml.
2) Darah dihomogenkan secara perlahan dengan antikoagulan K 2EDTA
yang terdapat dalam tabung vakum hingga tercampur dengan baik
(homogen) (Depkes RI, 2008).
c. Quality control (QC) alat hematology analyzer XP-300
1) Pastikan alat dalam status ready, kemudian tekan tombol [QC].
2) Layar file akan muncul, kemudian pilih kolom file yang dikehendaki.
3) Tekan [Settings] dan layar settings pertama akan muncul.
4) Tekan kolom [Lot ID], kemudian masukan lot ID. Selanjutnya tekan
tombol [Expiration] dan masukan tanggal kadaluarsa material kontrol.
5) Tekan tombol untuk masuk ke layar settings berikutnya.
6) Tekan setiap kolom parameter dan masukan nilai Target dan Limit sesuai
yang tertulis di assay sheet.
7) Setelah nilai Target dan Limit seluruh parameter sudah di masukkan,
tekan tombol [Save] untuk menyimpan nilai settings.
d. Menjalankan darah kontrol
1) Pastikan alat dalam status ready, kemudian tekan tombol [QC] pada
layar.
2) Pilih dan tekan kolom file QC yang dikehendaki, layar analisis kemudian
akan muncul.
3) Homogenisasikan darah kontrol yang akan diperiksa dengan baik dengan
membolak-balikkan botol kontrol 10 kali.
4) Buka tutup botol kontrol dan letakkan dibawah Aspiration Probe.
Pastikan ujung Probe menyentuh dasar botol darah kontrol agar tidak
menghisap udara.
5) Tekan Start Switch untuk memulai proses.
6) Setelah terdengar bunyi Beep dua kali dan [Runnining] muncul pada
layar, Tarik botol darah kontrol dari bawah Probe.
7) Setelah analisis selesai, hasil akan muncul di layar. Hasil analisis akan
tertera pada kolom [Data]. Apabila hasil melebihi Lower atau Upper
Limit maka akan tertera tanda [+] atau [-] pada kolom [Judgement] dan
alarm muncul.
8) Tekan [OK] untuk menyimpan hasil QC chart atau [NG] apabila tidak
ingin menyimpan hasil pada QC chart.
9) Tekan tombol [3] untuk memilih “3. Print” agar hasil darah kontrol
tercetak.
e. Pemeriksaan trombosit menggunakan alat hematology analyzer XP-300
1) Spesimen yang digunakan pada mode whole blood adalah darah-EDTA
dengan volume minimum 1 ml. volume darah yang diaspirasi oleh alat
adalah 50 µl.
2) Pastikan alat dalam status ready. Mode default alat adalah whole blood.
Jika sistem tidak pada mode whole blood, tekan tombol [WB] pada layar.
3) Tekan tombol [Sample No.] pada layar untuk memasukkan nomor
identitas sampel dengan cara melakukan input identitas sampel secara
manual, kemudian tekan tombol [Ent.]
4) Untuk mendaftarkan identitas operator, tekan tombol [Operator] pada
layar, kemudian daftarkan identitas operator dengan cara melakukan
input operator secara manual, kemudian tekan tombol [Ent.].
5) Pilih operator ID dengan menekan di sebelah tombol [Operator] pada
layar, kemudian tekan operator ID yang sesuai.
6) Homogenisasikan darah yang akan diperiksa dengan baik. Buka tutupnya
dan letakkan di bawah Aspiration Probe. Pastikan ujung Probe
menyentuh dasar botol sampel darah agar tidak menghidap udara.
7) Tekan Start Switch untuk memulai proses.
8) Setelah terdengar bunyi Beep dua kali, [Running] muncul di layar dan
Rinse Cup turun, tabung sampel dapat diambil dengan cara menurunkan
tabung sampel darah dari bawah Probe.
9) Hasil analisis akan tampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada
kertas printer (Manual Book Sysmex Indonesia, 2013).

3.7. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Data hasil penelitian yang sudah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi untuk mengetahui pengaruh variasi volume darah terhadap jumlah
trombosit, data di uji secara statistik dengan uji One Way ANOVA. Data yang
telah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dengan program SPSS dan
ditentukan normalitas data. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal,
kemudian dilakukan uji normalitas shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji One
Way Anova.
DAFTAR PUSTAKA

Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). 2003. Tubes and additives
for venous blood specimen collection. Approved Guideline – Fifth Edition.
H1– A5, 16 (13), 5.

Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). 2004. Procedures for the
handling and processing of blood specimens. Approved Guideline – Third
Edition. H18-A3, 24 (21).

Depkes RI. 2008. Pedoman Praktik Laboratorium yang Benar. Direktorat


Laboratorium Kesehatan: Jakarta.

Dickinson, Becton. 2014. BD Vacutainer® Plastic K2EDTA Tubes.


http://www.krackeler.com/catalog/product/2752/BDVacutainerPlastic-
K2EDTA-Tubes. Diakses tanggal 26 November 2015.

Federer, W. 1963. Exprerimental design, theory and application. Mac Millan:


New York.

Fitriani, Dian . 2013. Perbedaan Variasi Volume Darah Dalam Tabung


Vacutainer K3EDTA Terhadap Jumlah Trombosit. UNIMUS

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik, Edisi 16. Dian Rakyat:


Jakarta.

Hoffbrand AV, Moss PAH. 2013. Kapita Selekta Hematologi Edisi 6. EGC:
Jakarta.
Jitowiyono S. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

Mengko, Richard. 2013. Instrumentasi Laboratorium Klinik. Penerbit ITB:


Bandung.

Novel S, Apriyani R, Setiadi H, Safitri R . 2012. Biomedik. Trans Info Media:


Jakarta.

Nugraha, Gilang. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.


CV. Trans Info Media: Jakarta Timur.
Nurrachmat H, 2005. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit, Dan Trombosit Pada
Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional Dengan EDTA Vacutainer
(Tesis). Bagian Patologi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


411/Menkes/Per/III/2010 Tentang Laboratorium Klinik.

Rukman, K. 2014. Hematologi & Transfusi. Erlangga: Jakarta.

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tujuan Klinis Hasil


Pemeriksaan Laboratorium Edisi II. Alih bahasa: Brahm U. Pendit dan
Dewi Wulandari. EGC:Jakarta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta.

Sujud, Ratih, H. & Anik, N. 2015. Perbedaan Jumlah Trombosit Pada Darah
EDTA Yang Segera Diperiksa dan Penundaan Selama 1 Jam
dilaboratorium RSJ Grahasia Yogyakarta. British medical journal, 1(5069),
pp. 5–25. doi: 10.1136/bmj.1.5069.508-a.

WHO. 2002. Use Of Anticoagulants In Diagnostic Laboratory Investigations.


WHO/DIL/LAB/99.1 Rev.2.

Yuni, N. A. 2015. Kelainan Darah. Nuha Medika: Yogykarta.

Anda mungkin juga menyukai