Anda di halaman 1dari 59

PENGANTAR PATOLOGI

KLINIK

Dr. Bastiana, dr., SpPK


Patologi

Patologi Patologi Klinik Patologi


Anatomi (Laboratory medicine) Forensik

Ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada


cairan tubuh yang disebabkan oleh penyakit

Pemeriksaan Laboratorium klinik


2
Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan Pemeriksaan Laboratorium

Menunjang pemeriksaan fisik

Menegakkan diagnosis

3
Pelayanan Laboratorium
(Laboratory Services)

• Kimia Klinik
• Hematologi
• Imunologi
• Mikrobiologi
• Histopatologi

4
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
• Konsentrasi pada analisis cairan tubuh memberikan informasi
status klinis tubuh manusia

• Penting untuk penanganan pasien

Dapat membantu Klinisi membuat


keputusan
5
Penggunaan pemeriksaan laboratorium
1. pemeriksaan penyaring atau skrining
( rule in, rule out, case finding, check up )
2. pemeriksaan konfirmasi
( diagnostik, definitif )
3. pemeriksaan pemantauan ( follow up )
4. pemeriksaan penderita gawat ( emergency )
5. pemeriksaan untuk persiapan operasi
SAMPEL PEMERIKSAAN LAB:
Spesimen Biologis • Darah
Paling banyak digunakan
• Urine
• Cairan serebrospinal
• Cairan amnion
• Cairan aspirasi duodenal
• Cairan lambung
• Batu empedu
• Batu ginjal
• Tinja
• Saliva
• Cairan sendi
• Spesimen jaringan, dll
• Pilihan tipe spesimen bergantung pada
• Analit yang akan diukur
• Kemudahan pengambilan sampel
KomposisiComprises
darah ~55% of total volume of
who
Plasma: komponen cair dari darah.
(~55% volume total darah utuh).
Mengandung protein, glukosa,
PPlasmaa vitamin,mineral, lipid, lipoprotein dan
Faktor pembekuan.
95% dari plasma adalah air

White Blood cells (WBC)


Sel& darah putih (WBC)
Platelets
& Trombosit
Cellular
Komponen
Components
seluler
Sel darah merah (RBC)

Darah Utuh Darah utuh setelah sentrifugasi


(Whole Blood)
Komposisi darah

Setelah darah diambil dan dibiarkan akan terjadi bekuan


(clot) , berupa fibrin clot yang tidak larut. Supernatan
disebut SERUM

Serum

Clot
-Terdiri dari faktor pembekuan,
fibrin, trombosit
-Sel darah merah (RBC)

Darah Utuh Darah utuh


setelah pembekuan dan sentrifugasi
Tabung Sampel
Tabung yang paling banyak dipakai untuk
pengambilan darah adalah Vacutainer
Tekanan negatif
Mudah digunakan
Steril
Kode warna berlaku universal pada tutup
tabung untuk penentuan tipe tabung .
Tabung berisi antikoagulan tertentu untuk
pengambilan darah utuh atau plasma.
Tabung berisi zat tambahan untuk tes
spesifik.
Separator Gel

Serum
Separator Gel

Serum Separator Tube (SST) Clot


Tabung Sampel

• Tutup atas tabung warna merah: tidak berisi


antikoagulan atau preservatif
• Tutup tabung merah: untuk serum
• Perlu 10-15 menit agar terbentuk clot sebelum
disentrifus
• Digunakan untuk spesimen bank darah, kimia klinik.
Tabung Sampel

• Tutup tabung warna hijau berisi garam Na, K,


Antikoagulan paling banyak dipakai untuk tes kimia klinik.
• Sebaiknya tidak dipakai untuk pengukuran Na, K atau Li.
• Dapat mempengaruhi ukuran dan integritas komponen selular darah
dan tidak direkomendasikan pada hematologi.
• Heparin mengakselarasi kerja antithrombin III, yang
menghambat thrombin, sehingga darah tidak membeku
(plasma)
• Keuntungan plasma: tidak banyak waktu terbuang
menunggu terbentuknya clot
Tabung Sampel

• Tutup tabung Lavender berisi K-EDTA


(ethylenediaminetetraacetic acid), yang mengikat
kalsium (penting pada pembentukan clot) dan
menghambat koagulasi
• Digunakan untuk hematologi, dan kimia klinik
• Tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan K atau Ca.
Tabung Sampel

• Tutup tabung warna biru berisi sodium citrate, yang


mengikat Ca dan menghambat koagulasi.
• Digunakan untuk pemeriksaan faal koagulasi
Tes laboratorium
terdiri dari beberapa metode

contoh : tes penentuan kadar Hb


1. metode sahli
2. metode cyanmethemoglobin
tes penentuan kadar kalium
1. metode flame photometer
2. metode ion sensitive electrode (ISE)
3. metode enzimatik
data hasil laboratorium
kualitatif kuantitatif semikuantitatif

contoh : HBs Ag serum : pos


KUALITATIF
darah samar tinja : neg

glukosa urine : pos 3 (+++)


SEMI KUANTITATIF
tes Widal, titer O : 1/320

kreatinin serum : 1,9 mg/dl KUANTITATIF


SGOT : 72 IU/l
INTERPRETASI HASIL ABNORMAL
1. berdasar nilai rujukan
( reference value, “ nilai normal “ )

contoh :
Hb pasien = 10,7 g/dl
nilai rujukan  12,5 - 17,5 g/dl
interpretasi : kadar Hb rendah ( anemia )

SGPT pasien = 68 IU/l


nilai rujukan  < 35 IU/l ( UV, 370 C )
interpretasi : meningkat ( sakit liver ? )
INTERPRETASI HASIL ABNORMAL ......lanjutan
2. berdasar nilai potong ( cut off value )

nilai “ cut off ” didasarkan atas hasil penelitian klinik


dari suatu tes laboratorium , metode ttt. terhadap
penyakit tertentu. Dari hasil penelitian didapatkan suatu
“ nilai “ yang dapat membedakan secara optimal antara
orang sehat dengan orang yang sakit

contoh : Glukosa darah 2 jam pp = 260 mg/dl


nilai “ cutoff “ untuk Diabetes melitus : 200 mg/dl
interpretasi : pasien menderita diabetes melitus
DIPILIH SEBAGAI NILAI POTONG
sens. 100%
spes. 40%
sens. 65%
spes. 70% sens. 25%
spes. 100%

bukan DM sens. 40%


spes. 80%

DM

50 100 150 200 250 300 mg/dl

sensitivitas diagnostik meningkat

spesifisitas diagnostik meningkat


interpretasi adanya perubahan bermakna
pada tes pemantauan
perubahan dianggap bermakna ( pada penentuan serial )
jika selisih hasil pemeriksaan ≥ 3 SD ( WHO )

contoh : pasien hiperkolesterolemia


sebelum pengobatan, kolesterol serum = 400 mg/dl
sesudah pengobatan, kolesterol serum = 380 mg/dl
apakah benar kadar kolesterol turun ?
impresisi tes kolesterol di laboratorium, SD = 15 mg/dl
3 SD = 45 mg/dl
selisih sebelum dan sesudah pengobatan = 20 mg/dl

interpretasi : perbedaan tidak bermakna, artinya tidak ada penurunan


faktor – faktor lain yang perlu diperhatikan
pada interpretasi
1. persiapan pasien ( puasa, obat, dll.)
2. cara pengambilan darah
( duduk,telentang,arteri,vena,kapiler,turniket )
3. cara penampungan sampel
( anti koagulan, aerob,anaerob,sinar ?
4. transportasi ( suhu ? )
5. penyimpanan ( suhu ? )
6. umur ( anak, dewasa, usia lanjut )
7. jenis kelamin
8. besar / kecil otot
Variasi hasil tes, Error, Interferens

• Variasi
• Variasi klinis intra individu dan antara individu.
• Variasi analitik: tidak ada tes yang sempurna. Semua tes memiliki
beberapa tingkatan variasi pada pengukuran ulang pada sampel yang
sama
• Hasil akhir tes dipengaruhi faktor yang terdapat saat
• Pre-analtik
• Analitik
• Pasca analitik
Variasi Hasil Analisis

Inter-individual Variation Pre-analytical Variation


• Age •Transport
• Sex •Exposure to UV light
• Race •Standing time before separation of
• Genetics cells
• Long term health status •Centrifugation time
Intra-individual Variation •Storage conditions
•Diet
•Exercise Analytical Variation
•Drugs •Random errors
•Sleep pattern •Systematic errors
•Posture Post-analytical
•Time of venipucture •Transcriptions errors
•Length of time tourniquet is applied •Results reported to wrong patient
Kesalahan Pre-analitik
• Pengambilan sampel
• Apakah tabung benar?
• Cara pengambilan darah sudah benar?
• Penyimpanan spesimen sudah benar?
• Identifikasi
• Apakah darah diambil dari pasien yang benar?
• Apakah pelabelan sudah benar?
• Nama pasien ,ID, tanggal, Waktu pengambilan.
Persiapan Pasien Secara Umum
• Pengambilan spesimen pada keadaan basal
• Menghindari berbagai obat sebelum spesimen diambil
• Menghindari aktivitas fisik/olahraga sebelum spesimen
diambil
• Memperhatikan efek postur tubuh
• Memperhatikan variasi diurnal

ANJURAN : Dianjurkan puasa 8-12 jam, pengurangan


aktivitas fisik, pengambilan sampel ideal jam 7.00-9.00
Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi

JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI


Diuretik - Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan enzim dalam
darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi,
terutama pemeriksaan Hb, Hitung sel darah, Hematokrit,
Elektrolit.
- Pada urin akan terjadi pengenceran.
Cafein Sama dengan diuretik
Thiazid - Glukosa darah
- Tes toleransi glukosa
- Ureum darah
Pil KB (Hormon) - LED
- Kadar hormon
Morfin Enzim hati (GOT, GPT)
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urin
Obat antidiabetika - Glukosa darah
- Glukosa urin
Kortikosteroid - Hitung eosinofil
- Tes toleransi glukosa
26
Stasis vena yang lama
Hambatan aliran darah dengan tourniquet
memicu sieving effect. Molekul kecil, air, dan ion
keluar dari pembuluh darah dan molekul besar
terkonsentrasi
• Meningkatkan protein total, iron (Fe),
cholesterol, bilirubin
• Menurunkan Kalium
Parameter yang terpengaruh pada hemolisis:

• Hemolisis: pecahnya sel darah merah


• Dapat disebabkan karena pengambilan sampel yang buruk
• Terjadi peningkatan kadar Kalium, magnesium
dan fosfat.
Berbaring vs. duduk atau berdiri
• Perubahan posisi berbaring ke berdiri menurunkan volume total darah
sekitar 700 ml
• Kadar zat berikut ini akan turun 5-15% pada pasien dengan posisi
berbaring:
• Total protein
• Albumin
• Lipid
• Besi
• Kalsium
• Enzim
Problem Umum Laboratorium

Identitas
Sampel pasien Identitas
tertukar sampel

Sering terjadi permasalahan


yang berasal dari personil

Salah pada Kurang teliti Form


entry data pada keliru
pengarsipan
30
Sumber dan frekuensi kesalahan

31
Sumber kesalahan hasil laboratorium

PRA ANALITIK ANALITIK PASCA ANALITIK


permintaan dokter reagen salah ketik
persiapan pasien standar salah nama
pengambilan sampel kalibrasi salah hitung
penampungan sampel alat rusak salah interpretasi
tertukar antar pasien tertukar sampel salah kirim
pengiriman sampel QC ?
labeling
meminimalkan kesalahan

kesalahan pra analitik dan pasca analitik sulit untuk


dilacak ( di deteksi )

Cara meminimalkan kesalahan:

sistem barcode
transportasi dengan pneumatic tube
LIS / HIS ( komputerisasi )
perbaikan managemen
komunikasi antara klinisi dan laboratorium
meminimalkan kesalahan

kesalahan pada area analitik dapat


dilacak (di deteksi ) dengan sistem QC
( pemantapan mutu internal )

cara meminimalkan kesalahan :


sistem barcode
otomatisasi
mutu SDM ↑
Identifikasi pasien
 Formulir pendaftaran laboratorium e-form

35
Fase Pre Analitik: identifikasi spesimen
Salah satu penyebab kesalahan hasil laboratorium adalah salah mengidentifikasi spesimen

 Cetak Barcode

36
Fase Pre Analitik
 Pengambilan Sampel

37
Fase Pre Analitik
 Seleksi / Preparasi sampel

38
Fase Analitik​​

• Penempatan tabung
sampel ke rak alat.
• Analisis data pasien
dengan barcode scan.
• Data pasien otomatis akan
masuk entry alat.

Tidak perlu ketik data pasien dan


pemeriksaan lagi di alat analyzer
39
Fase Pasca analitik:
Managemen Pelaporan Hasil Penting!

• Secara Automatis jika


terkoneksi dengan Alat
Metode • Memasukkan secara
Memasukka manual dengan
n Hasil worksheets
• Memasukkan secara
manual per pasien

40
Pengolahan / Pelaporan Hasil lab: “computerized”

41
Alert – Nilai kritis

43
Daftar Antrian Proses Rawat Jalan

44
LIS (Laboratorium Information System)
• Aplikasi LIS berperan penting dalam peningkatan mutu layanan
laboratorium di Rumah Sakit
• Menunjang pelayanan yang cepat, tepat dan akurat.
• Efisiensi waktu dan biaya
• Memudahkan pemantauan operasional, mutu (QC) dan Hasil laboratorium
• Meminimalisir kesalahan Error
• Memudahkan akses informasi pasien
• Menjaga kerahasiaan pasien

45
Keandalan metode pemeriksan
laboratorium
Kemampuan tes laboratorium dalam membantu menegakkan diagnosis
suatu penyakit secara benar

A. keandalan analitik ( laboratorium )


B. keandalan diagnostik ( klinik )
Keandalan metode pemeriksan laboratorium

A. keandalan analitik

1. presisi / impresisi
2. akurasi / inakurasi
3. sensitivitas/detectabilitas
4. spesifisitas analitik
Presisi / impresisi

Presisi ( precision )
Beda hasil jika pemeriksaan diulang pada bahan yang sama
Sifat  kualitatif : presisi baik, lebih baik , jelek, lebih jelek

Impresisi ( imprecision )
Deviasi standar ( SD ) dari pemeriksaan ulang pada bahan yang sama
Sifat kuantitatif : nilai impresisi dinyatakan dalam SD atau CV
Akurasi / Inakurasi

Akurasi ( accuracy ) :
Beda antara hasil pemeriksaan dengan nilai benar ( true value )
Sifat kualitatif : akurasi baik, lebih baik, jelek, lebih jelek

Inakurasi ( inaccuracy ) : sifat  kuantitatif

rerata penentuan – nilai benar


nilai benar x 100 %
Contoh :
Hasil pemeriksaan ulang kadar glukosa pada serum yang sudah
diketahui kadarnya = 100 mg/dl  “true value”

112 mg/dl 114 rerata ( mean ) = 112,8 mg/dl


110 107 SD = 3,425 mg/dl
115 111 CV = 3,036 %
112 113
120 114 CV = SD/mean X 100%

impresisi  SD = 3,425 atau CV = 3,036 %

inakurasi  112.8 – 100 X 100 % = 12,8 %


100

Kesimpulan : presisi cukup baik , akurasi kurang baik


Detektabilitas :

kemampuan tes untuk mendeteksi kadar yang terendah


batas deteksi ( detection limit ) = nilai hasil yang paling kecil yang
masih dapat dibedakan dengan blanko

sensitivitas  kemampuan untuk mendeteksi perbedaan kadar


untuk setiap peningkatan pembacaan

spesifisitas analitik :
kemampuan tes untuk tidak dipengaruhi oleh bahan lain selain
bahan yang diperiksa
B. Keandalan diagnostik

1. sensitivitas diagnostik
2. spesifisitas diagnostik
3. nilai ramal positif
4. nilai ramal negatif
5. efisiensi
Contoh : pemeriksaan Glukosa urine
untuk diagnosis penyakit Diabetes Melitus
Dari 100 penderita dengan diagnosis pasti DM ---- Positif 80 ( TP )
Keterangan :
Negatif 20 ( FN ) TP = True positive
Dari 100 orang yang pasti bukan DM ------------ Positif 5 orang ( FP ) FP = False positive
TN = True negative
Negatif 95 orang ( TN ) FN = False negative
TP 80
Sensitivitas Diagnostik = ------------ X 100% = ----------- X 100% = 80%
TP + FN 80 + 20
TN 95
Spesifisitas Diagnostik = ----------- X 100% = ------------- X 100% = 95%
TN + FN 95 + 5
TP 80
Nilai Ramal Positif = ------------ X 100% = ------------ X 100% = 94%
TP + FP 80 + 5
TN 95
Nilai Ramal Negatif = ------------ X 100% = ------------ X 100% = 82,6%
TN + FN 95 + 20
TP + TN 80 + 95
Efisiensi = --------------------------- 100% = ----------------- X 100% = 87,5%
TP + FP + TN + FN 80+5+95+20
DIPILIH SEBAGAI NILAI POTONG
sens. 100%
spes. 40%
sens. 65%
spes. 70% sens. 25%
spes. 100%

bukan DM sens. 40%


spes. 80%

DM

50 100 150 200 250 300 mg/dl

sensitivitas diagnostik meningkat

spesifisitas diagnostik meningkat


Pemilihan jenis tes

jenis / metode tes yang digunakan di klinik harus


memiliki

keandalan analitik
keandalan diagnostik

cukup tinggi
Pengembangan jenis dan metodologi
tes laboratorium

penelitian di ilmu kedokteran laboratorium / patologi klinik

penemuan tes baru


yang memiliki keandalan analitik / diagnostik yang lebih tinggi
Mutu hasil laboratorium
adalah : kemampuan laboratorium dalam
mempertahankan
secara terus – menerus :

presisi dan akurasi


yang baik

untuk semua tes yang dihasilkan


Pemantapan mutu laboratorium klinik

kendali mutu internal pemantapan mutu


internal eksteranal
( Internal Laboratory Quality Control ) ( External Laboratory Assesment )

dikelola oleh laboratorium dikelola oleh instansi di luar


sendiri laboratorium ( Pemerintah,
organisasi profesi, perusahaan
swasta )

mengendalian presisi dan akurasi menilai kesamaan (komparabilitas)


(mengeluarkan hasil yang dapat hasil dari beberapa laboratorium
dipercaya ----- reliable ) ( menilai akurasi )
59

Anda mungkin juga menyukai