Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya kami
bisa menyelesaikan makalah dengan judul “” dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah study diagnostik.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing yaitu Hepta Nur A, S.Kep, Ns, M.Kep.


2. Pihak-pihak yang telah membantu didalam penyusunan makalah ini. Dengan
demikian makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Kami berharap makalah ini dapat memotivasi pembaca untuk ikut mengetahui
apa itu . Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
penyajian maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari
semua pihak demi penyempurnaan makalah ini. Demikian kami ucapkan terima
kasih.

Surabaya, 5 Sepetember 2017

Devi Agus W
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Hematologi
1.2.2 Faal Hati
1.2.3 Faal Ginjal
1.2.4 Elektrolit
1.2.5 Analisa Lemak
1.2.6 Imunologi
1.2.7 Pemeriksaan Diabetes (Gula Darah)
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Hematologi
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang
terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Price dan Wilson, 2005). Plasma
adalah suatu cairan kompleks yang berfungsi sebagai medium transportasi untuk
zat-zat yang diangkut dalam darah (Sherwood L, 2001). Leukosit adalah unit
pertahanan tubuh (Sherwood L, 2001). Hematologi adalah ilmu yang mempelalari
segala sesuatu tentang darah dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam
keadaan normal volume darah manusia ± 7-8 % dari berat badan (Sherwood L,
2001).
Darah adalah esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler,
karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh
dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat
nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian mengantarkan sisa metabolisme
melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi
pembekuan darah. Berikut merupakan fungsi dari komponen darah :

Komponen Darah Fungsi


Sel Eritrosit (sel darah merah) Transport oksigen
Darah Leukosit (sel darah putih) Poteksi terhadap agen infeksi
Trombosit Berperan dalam pembekuan darah
Plasma Air Sirkulasi sel darah dan berperan dalam
membentuk tekanan darah
Plasma Albumin Menentukan tekanan osmotik
Protein intravaskuler
Fibrinogen Berperan dalam pembekuan darah
Globulin Membawa substansi protein lain dalam
pembentukan antibodi dan respon imun
Faktor Pembekuan Berperan dalam menstabilkan
pembekuan darah.

Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,


hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit, dan sebagainya.
Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit
diferensial yang terdiri dari neutrofi l (segmented dan bands), basofi l, eosinofi l,
limfosit dan monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan
remaja,umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun
kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga
kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan
darah, cedera vaskuler atau trauma.

2.1.1 Retikulosit
2.1.1.1 Pengertian
Retikulosit adalah sel darah merah yang tidak berinti dan
belum matang, serta tetap berada dalam perifer selama 24 jam
sampai 48 jam pada saat pematangan sel darah merah terjadi.
Retikulosit berukuran lebih besar dibanding eritrosit matang dan
berwarna lebih biru. Pada hitung retikulosit, retikulosit dalam
sampel darah lengkap dihitung dan ditunjukkan dalam presentase
dari hitung sel darah merah total. Karena metode penghitungan
retikulosit manual menggunakan hanya sedikit sampel, nilainya
mungkin tidak tepat dan garus dibandingkan dengan hitung sel
darah merah atau hematokrit.

2.1.1.2 Pemeriksaan
a. Melakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel darah dalam
tabung berukuran 4,5 ml yang berisi heparin.
b. Memastikan perdarahan subdermal telah berhenti sebelum
melepaskan penekanan.
c. Memantau pasien dengan hitung retikulosit yang abnormal
terhadap kecenderungan atau perubahan yang bermakna pada
uji yang diulang.
2.1.1.3 Nilai Normal
a. Dewasa : 5-15‰ (promil) atau 0,5-1,5% dari sel
darah merah atau 25000-75000 U/L
b. Anak : 0,5-2% SDM
c. Bayi : 0,5-3,5% SDM
d. Bayi baru lahir : 2,5-6,5% dari sel darah merah (SDM)
2.1.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada pasien Jika terjadi hematom
bahwa uji ini digunakan untuk pada lokasi pungsi,
mendeteksi adanya anemia atau berikan kompres hangat.
untuk memantau pengobatannya. Jika hematom yang
terjadi besar, pantau
denyut nadi dibagian
distal dari lokasi pungsi.

2. Memberitahukan kepada pasien Memantau pasien dengan


bahwa suatu sampel darah akan hitung retikulosit yang
diambil serta menjelaskan kapan abnormal terhadap
dan siapa yang akan melakukan kecenderungan atau
pungsi vena. perubahan yang
bermakna pada uji yang
diulang.
3. Menjelaskan kepada pasien
bahwa ia mungkin mengalami
perasaan sedikit tidak nyaman
akibat pungsi dan turniket.
4. Jika pasien adalah bayi atau anak-
anak, jelaskan kepada orang
tuanya bahwa sedikit darah akan
diambil dari jari atau daun
telinganya.
5. Memberitahu petugas
laboratorium dan dokter
mengenai obat-obat yang
digunakan pasien yang mungkin
memengaruhi hasil uji; obat-obat
tersebut mungkin perlu dibatasi.
6. Memberitahu kepada pasien
bahwa ia tidak perlu membatasi
makanan dan cairan.
7. Memerintahkan pasien bahwa ia
dapat melanjutkan kembali
meminum obat-obatan yang
terputus sebelum diuji.

2.1.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Tidak menggunakan antikoagulan yang tepat atau mencampur
sampel dan antikoagulan secara adekuat.
b. Konstriksi oleh turniket yang lama.
c. Azatioprin, kloramfenikol, daktinomisin, dan metotreksat
(mungkin memberikan hasil rendah semu).
d. Kortikotropin, antimalarial, antipiretik, furazolidin (pada bayi),
levodopa (mungkin memberikan hasil tinggi semu).
e. Sulfonamid (mungkin memberikan hasil rendah semu atau
tinggi semu).
f. Transfusi darah yang baru dialami.
g. Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel atau akibat
menggunakan jarum berukuran kecil untuk aspirasi darah.

2.1.2 Laju Endap Darah


2.1.2.1 Pengertian
Laju endap darah (LED) mengukur derajat endap eritrosit
dalam suatu sampel darah selama periode waktu tertentu. LED
adalah uji yang sensitif tapi tidak spesifik namun sering menjadi
indikator paling awal dari penyakit apabila tanda-tanda kimia atau
fisik normal. LED biasanya meningkat secara bermakna pada
penyakit inflamasi yang menyebar luas; peninggian mungkin
berlangsung lama pada penyakit inflamasi yang terlokalisir dan
keganasan.
2.1.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel darah dalam
tabung berukuran 4,5 yang berisi EDTA atau tabung yang berisi
natrium sitrat.(Tanyakan kepada petugas laboratorium untuk
menentukan mana yang lebih disukai).
b. Memastikan perdarahan subdermal telah berhenti sebelum
melepaskan penekanan.
2.1.2.3 Nilai Normal
Jenis Normal pada
satuan
Pemeriksaan Laki-laki Dewasa Wanita Dewasa
LED Mm/jam 0 – 8 (W) 0 – 15 (W)
Keterangan : W = Westergen atau Wintrobe

2.1.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
No. Persiapan
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada pasien Jika terjadi hematom pada
bahwa uji ini digunakan lokasi pungsi, berikan kompres
untuk menilai keadaan hangat. Jika hematom yang
eritrosit. terjadi besar, pantau denyut nadi
pada distal dari lokasi
feblotomi.

2. Memberitahu kepada
pasien bahwa sampel darah
akan diambil serta
menjelaskan kapan dan
siapa yang akan melakukan
pungsi vena.
3. Menjelaskan kepada pasien
bahwa mungkin
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman akibat
pungsi dan turniket.
4. Memberitahu kepada
pasien bahwa ia tidak perlu
membatasi makanan dan
cairan.

2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Tidak menggunakan antikoagulan yang tepat atau mencampur
sampel dan antikoagulan secara adekuat, atau mengirimkan
sampel ke laboratorium secepatnya.
b. Menggunakan jarum berukuran kecil untuk aspirasi darah.
c. Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel atau akibat
pencampuran sampel yang berlebihan.
d. Hemokonsentrasi akibat konstriksi oleh turniket yang lama
2.1.3 Fibrinogen
2.1.3.1 Pengertian
Fibrinogen adalah protein plasma yang disintesa oleh hati dan
dipecahkan oleh thrombin. Menghasilkan benang-benang fibrin
untuk pembentukan bekuan. Defisiensi fibrinogen dapat
menghasilkan gangguan perdarahan ringan hingga berat.

2.1.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan


a. Melakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel darah dalam
tabung berukuran pengumpul berukuran 3 sampai 4,5 ml yang
berisi natrium sitrat.
b. Memastikan perdarahan subdermal telah berhenti sebelum
melepaskan tekanan.

2.1.3.3 Nilai Normal


Jenis Normal pada
satuan
Pemeriksaan Laki-laki / wanita dewasa Bayi
Fibrinogen Mg/dl 200 - 300 150 - 300

2.1.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada Jika terjadi hematom pada lokasi
pasien bahwa uji ini pungsi, berikan kompres hangat.
digunakan untuk Jika hematom yang terjadi besar,
menentukan apakah pantau denyut nadi pada distal
darah membeku secara dari lokasi feblotomi.
normal
2. Memberitahu kepada
pasien bahwa sampel
darah akan diambil serta
menjelaskan kapan dan
siapa yang akan
melakukan pungsi vena.
3. Menjelaskan kepada
pasien bahwa mungkin
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman
akibat pungsi dan
turniket.
4. Memberitahu kepada
petugas laboratorium dan
dan dokter mengenai
obat-obatan yang
digunakan pasien yang
mungkin memengaruhi
hasil uji, obat-obat
tersebut mungkin perlu
dibatasi.
5. Memberitahu kepada
pasien bahwa ia tidak
perlu membatasi
makanan dan cairan.

2.1.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Tidak mengisi tabung pengumpul sampai penuh, atau tidak
mencampurkan sampel dengan sitrat secara adekuat, atau tidak
mengirimkan sampel ke laboratorium secepatnya.
b. Hemolisis akibat manipulasi yang berlebihan pada lokasi pungsi
atau akibat perlakuan yang kasar pada sampel.
c. Heparin atau kontrasepsi oral.
d. Kehamilan trisemester ketiga dan keadaan pascabedah
(mungkin meningkatkan kadar fibrinogen plasma).
2.2 Faal Hati
Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500
gram. Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier
dan kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui
arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung
zat makanan yang diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak
lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid
yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari
sistem retikuloendotelial.
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan
lipid, membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil
pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter tetapi
menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati
dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik.
Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau
deteksi adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis,
memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,
menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostic selanjutnya
serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati. Jenis uji fungsi hati dapat
dibagi menjadi 3 besar yaitu penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan
mencari etiologi penyakit. Pada penilaian fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati,
eksresi, dan detoksifikasi.
2.2.1 Amilase
2.2.1.1 Pengertian
Enzim yang berfungsi untuk pemecahan amilum menjadi molekul
hidrat arang lebih kecil. Enzim ini dihasilkan dari kelenjar ludah
dan pankreas. Peningkatan amilase dalam darah biasanya
berlangsung hanya pada 6-24 jam, dalam 2-7 hari akan normal
kembali dan kadar dalam urin masih aktif tinggi.
2.2.1.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
Memasukan 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
2.2.1.3 Nilai Normal
Nilai normal dalam serum : Dewasa : 60 – 160 Sompgyi U/dl.
Pada keadaan hamil dan lansia sedikit meningkat. Peningkatan
amilase yang tinggi (>5 x normal): pankreatitis akut, kista
pankreas, dan pemberian morfin. Peningkatan amilase sedang (3 –
5 x normal): kanker pancreas, parotitis, dan ulkus peptikum.
2.2.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
No. Persiapan
Sebelum Sesudah
1. Menganjurkan klien untuk Menganjurkan klien
tidak makan 1 – 2 jam menjalankan perilaku hidup
sebelum pengambilan sehat misalnya mengendalikan
darah asupan alcohol dan
memperbanyak asupan protein
dan karbohidrat dalam dietnya.
2. Mencatat obat yang
meyebabkan temuan kadar
amilase yang keliru dalam
formulir laboratorium.

2.2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Feses atau tisu toilet yang ada dalam urin dapat memengaruhi
hasil pengujian.
b. Cairan I.V yang mengandung glukosa dapat menyebabkan
kadar negatif palsu.
c. Penurunan haluaran urin dapat memengaruhi hasil pengujian.
d. Obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar amilase
dapat dilihat pada pengaruh obat. Banyak obat mengganggu
hasil pemeriksaan, misalnya: kortikosteroid, pil KB, aspirin,
diuretik.
e. Waktu pengambilan urin yang diperpanjang dapat
memengaruhi hasil pengujian.
f. Antikoagulan dapat menurunkan hasil amilase
g. Serum lipemik mengganggu pemeriksaan
h. Peningkatan kadar ditemukan pada alkoholik, wanita hamil
dan diabetik ketoasidosis
2.2.2 Lipase
2.2.2.1 Pengertian
Lipase merupakan enzim yang diekskresikan oleh pancreas, dan
membantu pencernaan lemak. Lipase, seperti halnya amylase,
muncul pada aliran darah setelah terjadi kerusakan pada pancreas.
Prankeatitis akut merupakan penyebab terumum peningkatan kadar
lipase serum. Kadar lipase dan amilase meningkat pada awal
penyakit, tetapi lipase serum dapat meningkat sampai 14 hari
setelah episode akut, sedangkan kadar amilase serum kembali
normal setelah kira-kira 3 hari. Lipase serum berguna untuk
diagnosis akhir pankreatitis akut.
2.2.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
Mengumpulkan 3 sampai 5 ml darah dalam tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolisis.
2.2.2.3 Nilai Normal
Jenis pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Lipase 20 – 80 iu/L atau Orang dewasa
14 – 280 mu/L atau
14 – 280 U/L
20 – 136 iu/L Anak
9,0 – 105 iu/L Bayi

2.2.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada klien Menganjurkan klien
untuk menerapkan puasa, menjalankan perilaku hidup
tetapi tetap diperbolehkan sehat misalnya mengendalikan
minum air selama 8 – 12 asupan alcohol dan
jam. memperbanyak asupan protein
dan karbohidrat dalam
dietnya.
2. Menghentikan pemberian
obat narkotik selama 24 jam
sebelum uji dilakukan
3. Menjelaskan kepada klien
bahwa nyeri abdomen
abdomen akan terus ada
selama beberapa hari.

2.2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Sebagian besar obat narkotik kadar lipase serum
b. Makanan yang dikonsumsi dalm 8 jam sebelum uji dapat
mempengaruhi kadar lipase serum.
c. Terdapatnya hemoglobin dan ion kalsium dapat menyebabkan
penurunan kadar lipase serum.
d. Antikoagulan EDTA menganggu tes
e. Lipase meningkatkan sekitar 50% pasien yang mengalami
gagal ginjal kronik
f. Lipase meningkat pada pasien yang mengalami hemodialisis
2.2.3 Bilirubin
2.2.3.1 Pengertian
Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan
produk antara dalam proses hemolisis. Bilirubin dimetabolisme
oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu sedangkan sejumlah
kecil ditemukan dalam serum. Peningkatan bilirubin terjadi jika
terdapat pemecahan sel darah merah berlebihan atau jika hati tidak
dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan.Terdapat dua
bentuk bilirubin yaitu tidak langsung atau tidak terkonjugasi
(terikat dengan protein) dan langsung atau terkonjugasi yang
terdapat dalam serum. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
lebih sering terjadi akibat peningkatan pemecahan eritrosit,
sedangkan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi lebih
cenderung akibat disfungsi atau gangguan fungsi hati.
2.2.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Jika pasien adalah dewasa, lakukan pungsi vena dan
kumpulkan sampel darah dalam tabung yang berisi 3 – 4 ml
aktivator pembekuan.
b. Jika pasien adalah bayi, lakukan tusukan tumit dan masukan
darah kedalam tabung mikrokapiler sampai kadar yang
diinginkan.
c. Lakukan penekanan langsung pada lokasi pungsi sampai
perdarahan berhenti.
2.2.3.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
0 – 1 mg/dl atau Orang dewasa

Bilirubun total 1,7 – 20,5 umol/L


0,2 – 0,8 MG/dl Anak
1,0 – 12 mg/dl Bayi baru lahir
2.2.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
No. Persiapan
Sesudah Sesudah
1. Menjelaskan kepada Jika terjadi hematom pada
pasien bahwa uji ini lokasi pungsi atau lokasi
digunakan untuk menilai tusukan tumit, berikan kompres
fungsi hati dan keadaan hangat.
eritrosit
2. Beritahukan kepada Melindungi sampel dari sinar
pasien bahwa uji ini ultraviolet dan sinar matahari.
membutuhkan sampel
darah. Jelaskan kapan dan
siapa yang akan
melakukan pungsi vena
3. Beritahukan kepada Memperlakukan smapel darah
pasien bahwa ia mungkin dengan hati – hati dan kirimkan
mengalami perasaan sampai ke laboratorium
sedikit tidak nyaman secepatnya.
akibat dari pungsi dan
turniket.
4. Beritahukan kepada
pasien bahwa ia tidak
perlu membatasi makanan
dan cairan, tapi
seharusnya berpuasa
selama 4 jam sebelum uji
(neonatus tidak perlu
puasa)
5. Jika pasien adalah bayi,
beritahu kepada orang
tuanya bahwa sejumlah
kecil darah akan diambil
dari tumitnya.
Beritahukan kepada
mereka kapan dan siapa
yang akan melakukan
tusukan tumit

2.2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Obat-obat yang dapat meningkatkan bilirubin: obat yang
bersifat hepatotoksik dan efek kolestatik, antimalaria
(primakuin, sulfa, streptomisin, rifampisin, teofi lin, asam
askorbat, epinefrin, dekstran, metildopa)
b. Pajanan sampel dengan sinar matahari atau sinar ultraviolet
(mungkin menurunkan kadar bilirubin serum)
c. Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel.

2.3 Faal Ginjal


Ginjal mempertahankan kestabilan lingkungan ekstraselular yang
menunjang semua fungsi semua sel tubuh. Ginjal mengontrol keseimbangan air
dan ion dengan mengatur ekskresi air, natrium, kalium, klorida, kalsium,
magnesium, fosfat, dan zat-zat lain, serta mengatur status status asam basa.
Ureum dan kreatinin juga diekskresi oleh ginjal, maka terakumulasi di
dalam darah jika fungsi ginjal terganggu. Namun demikian, karena adanya
kapasitas ginjal yang berlebih, kadar keduanya tidak meningkat berarti sampai
yang laju filtrasi glomerulus (LFG) turun menjadi sekitar 30 ml/menit dari nilai
normalnya sekitar 120 ml/menit. Kadar ureum meningkat akibat asupan tinggi
protein atau keadaan katabolisme dan menurun pada penyakit hati atau
overhidrasi. Ureum difiltrasi secara bebas, namun diabsorbsi sebagian oleh
tubulus, yang prosesnya meningkat (seiring dengan reabsorpsi natrium) pada
dehidrasi atau penurunan perfusi ginjal, menyebabkan peningkatan ureum lebih
besar daripada kreatinin. Kreatinin difiltrasi secara bebas, namun disekresi
sebagian oleh tubulus. Kreatinin diproduksi di otot besar dapat memiliki nilai
yang lebih tinggi.
Fungsi pemeriksaan faal ginjal adalah untuk mengidentifi kasi adanya
gangguan fungsi ginjal, untuk mendiagnosa penyakit ginjal untuk memantau
perkembangan penyakit, untuk memantau respon terapi, untuk mengetahui
pengaruh obat terhadap fungsi ginjal.

2.3.1 Kreatinin
2.3.1.1 Pengertian
Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme keratin otot
dan keratin fosfat (protein), disintese dalam hati, ditemukan dalam
otot rangka dan darah, dan diekskresikan dalam urin. Jumlah
kreatinin yang disusun sebanding dengan masa otot rangka.
Pemeriksaaan kreatinin serum berguna untuk mengevaluasi fungsi
glomerulus yang hasilnya lebih spesifik daripada BUN (blood urea
nitrogen). Peningkatan dalam serum tak dipengaruhi oleh diet dan
masukan cairan. Perbandingan normal antara BUN dan kreatinin
adalah 10:1. Nilai rasio yang lebih tinggi menjadi petunjuk adanya
gangguan prerenal.
2.3.1.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
b. Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat
meningkatkan kadar serum dalam formulir laboratorium.
c. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
Pada malam sebelum uji dilakukan, klien tidak boleh
mengonsumsi daging merah
2.3.1.3 Nilai Normal (Yaffe dan Joyce L.F. Kee, 1997)
a. Pria : 0,6 – 1,3 mg/dl, atau 45-132,5 umol/L)
b. Wanita : 0,5 – 0,9 mg/dl
c. Anak : 0,4 – 1,2 mg/dl (27 – 54 umol/L)
d. Bayi : 0,7 – 1,7 mg/dl
e. Bayi baru lahir : 0,8 – 1,4 mg/dl
2.3.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Tangguhkan pengobatan Periksa volume haluaran urine
selama 24 jam sebelum dalam 24 jam. Haluaran urine
peemriksaan atas seizing <600 dalam 24 jam dapat
pemberi layanan kesehatan. mengindikasikan insufisiensi
Obat tertentu yang tidak ginjal.
dapat ditangguhkan harus
dicatat dalam formulir
laboratorium dan pada
bagan pasien.

2.3.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Obat tertentu (lihat pengaruh obat) dapat meningkatkan kadar
kreatiniin serum : trimetropim, simetidin.
b. Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi temuan laboratorium.
c. Olahraga berat, angkat beban dan prosedur operasi yang
merusak otot rangka dapat meningkatkan kadar kreatinin
d. Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar
kreatinin
e. Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot
lebih besar
f. Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan
kadar kreatinin
g. Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin
h. Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin

2.3.2 Asam Urat


2.3.2.1 Pengertian
Asam urat merupakan produk akhir metabolism purin (bagian
penting dari asam nukleat). Pergantian purin dalam tubuh
berlangsung kontinyu dan menghasilkan banyak asam urat
walaupun tidak adanya masukan makanan yang mengandung asam
urat. Asam urat sebagian besar disintesis dalam hati, diangkut
sirkulasi ke ginjal. Intake purin normal melalui makanan akan
menghasilkan 0,5-1 gr / hari. Peningkatan asam urat dalam serum
dan urine tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin dan
asupan makanan yang mengandung purin. Asam urat dalam urine
asam akan membentuk kristal / batu dalam saluran kencing.
Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya asam urat dalam
jaringan lunak dan sendi-sendi hingga muncul sindrom klinis yang
disebut sebagai penyakit gout.
2.3.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Mengumpulkan 3 sampai 5ml darah vena dalam tabung
bertutup merah. Cegah terjadinya hemolisis.
2.3.2.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
3,4 – 8,5 mg/dl Pria Dewasa
2,8 – 7,3 mg/dl Wanita Dewasa
Asam urat darah
3,5 – 8,5 mg/dl Lansia
2,5 – 5,5 mg/dl Anak

2.3.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada klien Menjelaskan kepada klien
bahwa pada uji ini tidak untuk mengurangi asupan
terdapat pembatasan asupan alkohol. Etanol menyebabkan
makanan atau cairan. retensi urat pada ginjal.
2. Menjelaskan kepada klien Menganjurkan klien tidak
untuk tidak mengkonsumsi mengonsumsi makanan yang
obat yang dapat mengandung sedang atau
mempengaruhi nilai normal tinggi purin.
hasil uji.
3. Mencatat pada formulir
laboratorium tentang obat
yang dikonsumsi klien yang
dapat mempengaruhi hasil
laboratorium

2.3.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Stres dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan
kadar asam urat serum.
b. Makanan yang banyak mengandung purin.
c. Obat yang dapat meningkatkan kadar urat darah meliputi:
tiazid, salisilat (< 2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.
d. Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi:
allopurinol, probenesid, sulfi npirazon dan salisilat (> 3 g/hari).
2.3.3 BUN (Blood Urea Nitrogen)
2.3.3.1 Pengertian
BUN (blood urea nitrogen) merupakan produk akhir dari
metabolisme protein, dibuat oleh hati, sampai pada ginjal tidak
mengalami perubahan molekul. Pada orang normal ureum
diekskresikan melalui urine. Konsentrasi Nitrogen / urea dalam
darah bukan untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal, karena
peningkatan nya dalam darah oleh banyak faktor diluarginal
2.3.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
Kumpulkan 3 – 5 darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
hemolysis.
2.3.3.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
8,0 – 20 mg/dl Orang dewasa
BUN 5,0 – 20 mg/dl Anak
5,0 – 15 mg/dl Bayi

2.3.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menganjurkan klien untuk Membandingkan temuan
puasa selama 8 jam kreatinin serum dan BUN
sebelum tindakan serum. Jika kadar BUN dan
dilaksanakan. kreatinin meningkat , sangat
dicurigai terjadi penyakit ginjal.
2. Melakukan kajian asupan
diet klien. Asupan rendah
protein dan tinggi
karbohidrat dapat
menurunkan kadar BUN.
3. Menjelaskan kepada klien
untuk tidak mengonsumsi
obat yang dapat
mempengaruhi nilai
normal hasil uji.

2.3.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Obat yang dapat meningkatkan BUN (contoh : antibiotik,
diuretik, obat antihipertensif)
b. Status hidrasi pada klien harus diketahui. Pemberian cairan
yang berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu,
dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar
tinggi palsu.
2.4 Elektrolit
2.4.1 Magnesium
2.4.1.1 Pengertian
Uji magnesium digunakan untuk mengukur kadar magnesium
dalam serum, suatu elektrolit yang tidak hanya vital pada fungsi
neuromuskular. Magnesium juga membantu dalam metabolism
intraseluler, mengaktifkan banyak enzim esensial, dan
memengaruhi metabolisme asam nukleat dan protein. Magnesium
juga membantu transpor natrium dan kalium melewati membran
sel, dan mengaruhi kadar kalsium intraseluler. Sebagian besar
magnesium ditemukan di tulang dan cairan intraseluler;
magnesium dalam jumlah yang kecil ditemukan di cairan
ekstraseluler. Magnesium diabsorbsi melalui usus halus dan
dieskresikan di urin dan tinja.
2.4.1.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Lakukan pungsi vena (tanpa turniket jika mungkin) dan
kumpulkan sampel dalam tabung berukuran 3 sampai 4 ml
yang berisi aktivator bekuan.
b. Lakukan penekanan langsung pada lokasi pungsi sampai
perdarahan berhenti.
2.4.1.3 Nilai Normal
Jenis Elektrolit Nilai Normal Keterangan
Magnesium 85-135 ml/min Orang dewasa

2.4.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Jelaskan kepada pasien Memperlakukan sampel
bahwa uji ini digunakan dengan hati-hati untuk
untuk menentukan mencegah hemolisis
kandungan magnesium
dalam darah
2. Perintahkan pasien Jika terjadi hematom pada
untuk tidak lokasi pungsi, berikan
menggunakan garam kompres hangat.
kalsium (seperti susu
magnesia atau garam
Epsom) selama
sedkitnya 3 hari
sebelum uji.
Beritahukan bahwa dia
tidak perlu membatasi
makanan dan cairan.
3. Beritahukan kepada
pasien bahwa uji
tersebut membutuhkan
sampel darah. Jelaskan
kapan dan siapa yang
akan melakukan pungsi
vena.
4. Jelaskan kepada pasien
bahwa ia mungkin
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman
akibat pungsi dan
turniket.
2.4.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal
a. Status vena akibat penggunaan turniket.
b. Sampel didapatkan diatas lokasi I.V. yang menerima larutan
yang mengandung magnesium.
c. Penggunaan antasid atau katartik yang berlebihan atau infus
magnesium sulfat yang berlebihan (meningkatkan kadar
magnesium serum).
d. Infus I.V. tanpa magnesium yang berlangsung lama, penggu
naan diuretik yang berlebihan (menurunkan kadar magnesium
serum).
e. Pemberian kalsium glukonat I.V. (mungkin memberikan hasil
rendah semu jika diukur menggunakan metode kuning Titan).
f. Hemolisis (memberikan hasilnya tinggi semu).
2.4.2 Kalium
2.4.2.1 Pengertian
Uji kalium digunakan untuk pria mengukur kadar kalium dalam
serum, kation intraseluler utama. Kalium membantu
mempertahankan keseimbangan osmotik seluler dan membantu
aktivitas otot, aktivitas enzim, dan keseimbangan asam-basa.
Kalium juga memengaruhi fungsi ginjal. Tubuh tidak memiliki
metode yang efisien untuk mempertahankan kalium sebab ginjal
2.4.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel dalam tabung
berukuran 3 sampai 4 ml yang berisi activator bekuan
b. Lakukan penekanan langsung pada lokasi pungsi sampai
perdarahan berhenti.
2.4.2.3 Nilai Normal
Jenis Elektrolit Nilai Normal Keterangan
Kalium 3,5 – 5,0 mEq/L Orang dewasa
3,6 – 5,8 mEq/L Bayi dan anak
2.4.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
No. Persiapan
Sebelum Sesudah
1. Jelaskan kepada pasien Jika terjadi hematom pada
yang diuji ini untuk lokasi pungsi, berikan kompres
menentukan kandungan hangat.
kalium dalam darah.
2. Beri tahukan kepada
pasien uji tersebut
membutuhkan sampel
darah. Jelaskan kapan dan
siapa yang akan
melakukan pungsi vena.
3. Jelaskan kepada pasien
bahwa ia mungkin
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman
akibat pungsi dan
turniket.
4. Beritahukan kepada
pasien ia tidak perlu
membatasi makanan dan
cairan..
5. Beritahukan kepada
petugas laboratorium dan
dokter mengenai obat-
obatan yang digunakan
pasien yang mungkin
memengaruhi hasil uji.
Obat-obatan tersebut
mungkin perlu dibatasi.
2.4.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal
a. Pengepalan tangan yang dilakukan berulang kali sebelum
pungsi vena (mungkin meningkatkan kadar kalium serum).
b. Keterlambatan dalam pengambilan darah setelah pemakaian
turniket atau hemolisis sampel yang berlebihan (meningkatkan
kadar kalium serum).
c. Infus kalium yang berlebihan atau berlangsung cepat, terapi
spironolakton atau kalium penisilin G, dan toksisitas ginjal
akibat pemberian amfoterisin B, metisilin, atau tetrasiklin
(meningkatkan kadar kalium serum)
d. Pemberian insulin dan glukosa; terapi diuretik (khusus dengan
tiazid tapi bukan dengan triamteren, amilorid atau
spironolakton); infus 1. V. tanpa kalium (menurunkan kadar
kalium serum).
2.4.3 Fosfat
2.4.3.1 Pengertian
Uji fosfat digunakan untuk mengukur kadar fosfat dalam serum,
suatu anion utama dalam cairan intraselular. Fosfat penting dalam
penyimpanan dan penggunaan energy, regulasi kalsium, fungsi sel
darah merah, keseimbangan asam-basa, pembentukan tulang, dan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Usus mengabsorbsi
sebagian besar fosfat dari sumber makanan; ginjal
mengekskresikan fosfat dan berfungsi sebagai suatu mekanisme
pengaturan. Konsentrasi fosfat serum yang abnormal biasanya
lebih diakibatkan oleh ekskresi fosfat yang tidak adekuat dari
ingesti atau absorbsi fosfol yang tidak adekuat dari pada ingesti
atau absorbsi fosfat yang tidak sempurna dari sumber makanan.
Normalnya kalsium dan fosfat memiliki hubungan yang
berbanding bila salah satu meningkat, maka yang satunya akan
menurun.
2.4.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Lakukan pungsi vena (tanpa turniket jika mungkin) dan
kumpulkan sampel dalam tabung berukuran 3 sampai 4 ml
yang berisi aktivator bekuan.
b. Lakukan penekanan langsung pada lokasi pungsi sampau
pendarahan berhenti.
2.4.3.3 Nilai Normal
Normalnya, kadar fosfat serum pada orang dewasa berkisar antara
2,7 sampai 4,5 mg / dl (SI, 0,87 sampai 1,45 mmol / L).
2.4.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
No. Pemeriksaan
Sebelum sesudah
1. Jelaskan kepada pasien Terjadi hematom pada lokasi
bahwa uji ini digunakan pungsi, berikan kompres
untuk mengukur kadar hangat.
fosfat dalam darah.
2. Beri tahukan kepada pasien
bahwa uji tersebut
membutuhkan sampel
darah. Jelaskan kapan dan
siapa yang akan melakukan
pungsi vena.
3. Jelaskan kepada pasien
bahwa ia mungkin
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman akibat
pungsi dan turniket
4. Beri tahukan kepada pasien
itu tidak perlu membatasi
makanan dan cairan
5. Beri tahukan kepada
petugas laboratorium dan
dokter mengenai obat-
obatan yang digunakan
pasien yang mungkin
memengaruhi hasil uji.
Obat-obatan tersebut
mungkn perlu dibatasi.

2.4.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. stasis vena akibat penggunaan turniket.
b. Mendapatkan sampel di atas lokasi I.V. yang menerima larutan
yang mengandung fosfat.
c. Asupan vitamin D atau terapi steroid anabolik atau androgen
(mungkin meningkatkan kadar fosfat serum).
d. Penggunaan asetazolamid, insulin, epinefrin, antasid yang
berikatan dengan fosfat; ekskresi fosfat yang berlebihan akibat
muntah atau diare yang berlangsung lama; defisiensi vitamin
D, infus dekstrosa 5% dalam air I.V yang berlangsung lama
(mungkin menu runkan kadar fosfat serum).
e. Hemolisis (memberikan hasil tinggi semu).
2.5 Analisa Lemak
2.5.1 Trigliserida
2.5.1.1 Pengertian
Trigliserida merupakan senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam
lemak yang teresterisasi menjadi gliserol, disintesis dari
karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Dalam
serum dibawa oleh lipoprotein, merupakan penyebab utama
penyakit arteri dibanding kolesterol. Peningkatan trigliserida
biasanya diikuti oleh peningkatan VLDL (low density lipoprotein).
Pada peristiwa hidrolisis lemak-lemak ini akan masuk dalam
pembuluh darah dalam bentuk bebas lemak.
2.5.1.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel darah dalam
tabung berukuran 4 ml yang berisi EDTA
b. Lakukan penekanan langsung pada lokasi pungsi sampai
perdarahan berhenti.
2.5.1.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
150 mg/dl Dewasa muda
190 mg/dl Dewasa > 50 tahun
Trigliserida
5,0 - 40 mg/dl Bayi
10-135 mg/dl Anak

2.5.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
No. Pemeriksaan
Sebelum Sesudah
1. Jelaskan kepada pasien Jika terjadi hematom pada
bahwa uji ini digunakan lokasi pungsi, berikan kompres
untuk mendeteksi penyakit hangat.
metabolisme lemak
2. Beritahukan kepada pasien Perintahkan pasien bahwa ia
bahwa uji tersebut dapat melanjutkan kembali diet
membutuhkan sampel dan obat-obatn yang terputus
darah. Jelaskan kapan dan sebelum diuji.
siapa yang akan melakukan
pungsi vena.
3. Jelaskan kepada pasien Kirimkan sampel ke
bahwa ia mungkin laboratorium secepatnya
mengalami perasaan
sedikit tidak nyaman akibat
pungsi dan turniket.
4. Perintahkan kepada pasien
untuk berpuasa selama
paling sedikit 12 jam
sebelum uji dan berhenti
meminum alcohol selama
24 jam sebelum uji.
Beritahukan kepada pasien
bahwa ia boleh meminum
air.
5. Beritahukan kepada
petugas laboratorium dan
dokter mengenai obat-
obatan yang digunakan
pasien yang mungkin
memengaruhi hasil uji.
Obat-obatan tersebut
mungkin perlu dibatasi

2.5.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Diet tinggi karbohidrat dan alkohol dapat meningkatkan kadar
trigliserida serum.
b. Tidak mengirimkan sampel ke laboratorium secepatnya
c. Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang
mengidap sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa,
sirosis bilier, obstruksi bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal
kronis, DM, Sindrom Down’s, hipertensi, hiperkalsemia,
idiopatik, hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V),
penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout, penyakit
iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfi ria akut yang
sering kambuh, sindrom sesak, nafas, talasemia mayor,
hepatitis viral dan sindrom Werner,s
d. Kolestiramin, kortikosteroid, estrogen, etanol, diet karbohidrat,
mikonazol i.v, kontrasepsi oral dan spironolakton dapat
meningkatkan trigliserida.
e. Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,
hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas,
penyakit parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi.
f. Vitamin C, asparagin, klofi brat dan heparin dapat menurunkan
konsentrasi serum trigliserida.
2.5.2 HDL (High Density Lipoprotein)
2.5.2.1 Pengertian
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan salah satu dari tiga
komponen lipoprotein, kombinasi lemak dan protein, mengandung
kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, memiliki
sifat umum protein dan terdapat pada plasma darah, disebut juga
lemak baik yang membantu mengurangi penimbunan plak pada
pembuluh darah.
2.5.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan

2.5.2.3 Nilai Normal


Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
> 55 mg/dl Pria dewasa
> 65 mg/dl Wanita dewasa
> 35 mg/dl Risiko tinggi jantung
koroner
HDL 35-45 mg/dl Risiko sedang
jantung koroner
>60 mg/dl Risiko rendah
jantung koroner
2.5.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan

2.5.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier
primer, tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon.
Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan klofi brat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi
oral dan fenitoin.
b. Penurunan HDL tdapat terjadi pada kasus fibrosis sistik, sirosis
hati, DM, sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut.
Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus
nutrisi parenteral
2.5.3 LDL (Low Density Lipoprotein)
2.5.3.1 Pengertian
LDL adalah lipoprotein dalam plasma yang mengandung sedikit
trigliserida, fosfolipid sedang, protein sedang dan kolesterol tinggi.
2.5.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
2.5.3.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
< 150 mg/dl Normal
> 160 mg/dl Risiko tinggi jantung
koroner
LDL 130-159 mg/dl Risiko sedang jantung
koroner
<130 mg/dl Risiko rendah jantung
koroner

2.5.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
2.5.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal
a. Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah
koroner atau hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat
terjadi pada sampel yang diambil segera. Hal serupa terjadi
pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM,
hipotiroidism, sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik,
hiperlipidemia bawaan dan idiopatik serta penggunaan
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen.
2.6 Imunologi
Imunitas adalah mengacu pada respons produktif tubuh yang spesifik
terhadap benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Pada hakikatnya
sistem imunitas terbentuk dari : leukosit, sumsum tulang, jaringan limfoid yang
mencakup, kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil, adenoid. Imunologi adalah
ilmu yang mempelajari proses-proses yang dipergunakan oleh hospes untuk
mempertahankan kestabilan dalam lingkungan internalnya bila dihadapkan pada
benda asing. Reaksi imunologis merupakan mekanisme yang berkaitan dengan
pertahanan host terhadap suatu antigen seluler ataupun non seluler. Respon imun
seseorang terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan
sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat
pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang
tepat untuk menyingkirkan antigen.
2.6.1 Antibodi Heterofil
2.6.1.1 Pengertian
Uji ini terutama berguna untuk memantau mononucleosis
infeksius. Mononukleosis infeksius dianggap disebabkan oleh
virus Epstein-Barr. Heterofil adalah kelompok antibody yang
bereaksi terhadap sel darah merah domba dan kuda; jika titer
adalah positif, reaksi aglutinasi dapat terjadi. Titer 1:56 sampai
1:224 merupakan kadar yang dianggap terdapat dengan kuat terjadi
monokluesus infeksius. Peningkatan titer heterofil menjadi selama
dua minggu pertama, mencapai puncak pada tiga minggu pertama,
dan tetap tinggi selama enam minggu. Enam puluh sampai 80%
penderita mononucleosis infeksius memiliki temuan uji antibodi
heterofil yang positif.
2.6.1.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Mengumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah.
b. Uji pemindaian mono-spot : kumpulkan 2 ml darah vena dalm
tabung bertutup merah. Gunakan monokit dan ikuti petunjuk.
Serum klien dicampur dengan jaringan marmot di satu bercak
pada kaca preparat, dan satu lagi dikaca preparat yang
dicampur dengan stromata dari sel daging sapi. Sel darah
merah kuda yang tidak dicuci ditambahkan pada kedua bercak
tersebut. Pantau selama 1 menit untuk reaksi aglutinasi.
Temuan dari uji mono-spot adalah sebagai berikut :
1. Jika aglutinasi lebih kuat pada bercak jaringan ginjal
marmot, uji mononucleosis infeksius ini positif.
2. Jika aglutinasi lebih kuat pada eritrosit sapi, uji
mononukleosis infeksius ini adalah negatif.
3. Jika aglutinasi lebih kuat pada kedua bercak, uji
mononukleosis ini adalah negative.
4. Jika tidak terjadi aglutinasi pada kedua bercak, berarti uji
dinyatakan negatif
2.6.1.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Titer < 1:28 Normal dewasa
Titer + 56 s/d 1 : 224 Curiga infeksi
Antibodi heterofil mononukleus / EBV
Titer + > 1 : 224 Positif infeksi
mononukleus / EBV
2.6.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menganjurkan kepada klien Memantau tanda dan gejala
untuk tirah baring minum mononukleosis infeksius,
dan mengikuti pesan seperti demam, sakit
pemberi layanan kesehatan. tenggorokan, keletihan,
pembengkakan kelenjar.
2. Menjelaskan kepada klien Menentukan kapan gejala
prosedur uji antibodi tersebut (demam, keletihan,
heterofil dan uji mono-spot. sakit tenggorok) pertama kali
muncul. Uji antibodi heterofil
atau uji mono-spot dapat
diulang jika perlu; jika uji
pertama dilakukan terlalu dini.
3. Menjelaskan kepada klien
bahwa pada uji ini tidak ada
pembatasan asupan
makanan atau cairan.

2.6.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


Serum sickness dan antibody forssman dapat menyebabkan titer
positif.
2.6.2 Aglutinin Dingin
2.6.2.1 Pengertian
Aglutinin dingin adalah antibody, biasanya jenis IgM yang
menyebabkan sel darah merah beragregasi pada suhu rendah.
Aglutinin dingin dapat terjadi dalam jumlah kecil pada orang
sehat. Peningkatan sementara antibodi ini terjadi selama penyakit
infeksi tertentu, terutama pneumonia atipik primer. Uji ini secara
handal mendeteksi pneumonia demikian dalam 1 – 2 minggu
setelah awitan.
2.6.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Kumpulkan 5-7 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Pertahankan agar spesimen tetap hangat. Bawa spesimen
segera ke laboratorium. Sampel darah tidak harus disimpan
dalam lemari pendingin
b. Laboratorium mungkin akan menghangatkan spesimen kembali
selama 30 menit sebelum serum dipisahkan dari sel.
c. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
2.6.2.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Aglutinin dingin Titer 1 : 8 (normal) orang dewasa
Titer > 1 : 32 + : pneumonia primer

2.6.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Jelaskan kepada pasien
bahwa uji ini mendeteksi
antibodi dalam darah yang
menyerang sel darah setelah
terpajan suhu rendah.
2. Beri tahukan kepada pasien
ini akan diulangi untuk
memantau responsnya
terhadap terapi bila perlu.
Beri tahukan kepada pasien
bahwa uji ini tidak perlu
membatasi makanan atau
minuman.
Beri tahukan kepada pasien
bahwa uji ini memerlukan
sampel darah. Jelaskan kapan
dan siapa yang akan
melakukan pungsi vena.
Jelaskan kepada pasien
bahwa ia dapat merasa tidak
nyaman akibat tusukan jarum
dan turniket.
Bila pasien sedang diberikan
obat antimikroba, catat pada
lembar formulir laboratorium
karena penggunaan obat-obat
tersebut dapat mengganggu
timbulnya agglutinin dingin.

2.6.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


a. Terapi antibiotik dapat menyebabkan temuan yang tidak
akurat.
b. Peningkatan agglutinin dingin dapat mengganggu penentuan
golongan dan pencocokan silang darah.
c. Prosedur pengambilan darah yang tidak tepat dapat
memengaruhi temuan.
2.6.3 Antibodi Tiroid
2.6.3.1 Pengertian
Penyakit autoimun tiroid biasanya menghasilkan antibody
tiroid (antibodi antiroglobulin dan antibody antimikrosom).
Autoantibodi ini (menentang jaringan tubuh sendiri) bergabung
dengan tiroglobulin yang berasal dari kelenjar tiroid dan
menyebabkan lesi inflamasi kelenjar.
Dinjurkan uji evaluasi titer serum untuk mendeteksi antibody
tiroid. Pada tiroiditis hashimoto, titer tersebut tinggi, 1:5000. Titer
tersebut dapat juga meningkat pada karsinoma tiroid, penyakit
kolagen-reumatoid, dan tirotoksikosis. Uji antibody tiroid positif
tidak selalu mengonfirmasi diagnosis tiroiditis hasimoto, kecuali
jika ditemukan titernya sangat tinggi.
2.6.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
a. Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolysis.
b. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan dan cairan.
2.6.3.3 Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Antibodi tiroid Negatif titter < 1:32 Antithyroglobulin
Negatif titter< 1:100 Antimikrosomal

2.6.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
Persiapan
No.
Sebelum Sesudah
1. Menjelaskan kepada klien
bahwa pada pemeriksaan
ini tidak terdapat
pembatasan makanan dan
cairan.
2. Mengkaji riwayat
penyakit tiroid dalam
keluarga, menentukan
apakah klien pernah
menderita infeksi virus
pada beberapa minggu
atau beberapa bulan
terakhir. Diyakini bahwa
infeksi virus dapat
mencetuskan penyakit
autoimun
3. Menjelaskan kepada klien
bahwa uji ini untuk
mendeteksi antibodi tiroid
yang biasanya dihasilkan
oleh penyakit autoimun
tiroid.

2.6.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal


Jenis kelamin (penyakit tiroid lebih banyak terjadi pada wanita
daripada pria.

2.7 Pemeriksaan Diabetes (Gula Darah)


Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan metabolisme yang
tidak teratur. Ketika kita mengonsumsi karbohidrat (termasuk gula dan pati, dll),
bahan-bahan tersebut dipecah menjadi dekstrosa setelah dicerna dan menjadi
glukosa pada saat diserap oleh usus kecil ke dalam sistem peredaran darah.
Pankreas mengeluarkan insulin, yang membantu glukosa masuk ke dalam sel
untuk digunakan oleh tubuh. Kadar glukosa meningkat bila sekresi insulin tidak
mencukupi atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin yang dihasilkan.
Hiperglikemia bisa mengakibatkan gangguan metabolisme lemak dan protein, dan
penghancuran berbagai macam sistem tubuh dan organ, termasuk: kardiovaskular,
retina, saraf, dan ginjal dalam jangka waktu yang lama. Tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk menderita diabetes mellitus yaitu riwayat diabetes melitus pada
anggota keluarga dekat, penderita hipertensi atau hiperlipidemia (kadar lemak
dalam darah yang sangat tinggi), wanita yang memiliki riwayat diabetes melitus
gestasional (jenis diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan) atau
melahirkan bayi yang mengalami kelebihan berat badan (bobot 4 kg ke atas),
obesitas (dengan IMT lebih dari 23), berada di usia paruh baya (usia 45 tahun ke
atas), dll.
3 tes glukosa darah secara acak: mengambil darah untuk memeriksa kadar glukosa
tanpa puasa.
4  tes glukosa darah puasa: puasa setelah tengah malam dan pengambilan darah
keesokan harinya untuk memeriksa kadar glukosa.
5  tes toleransi glukosa oral: setelah tes glukosa darah puasa dilakukan, pasien
diberikan glukosa sebanyak 75g dan dilakukan pengambilan darah setelah jangka
waktu 2 jam, demi keperluan pengamatan perubahan kadar glukosa darah.
6 tes glukosa darah secara acak: mengambil darah untuk memeriksa kadar glukosa
tanpa puasa.
7  tes glukosa darah puasa: puasa setelah tengah malam dan pengambilan darah
keesokan harinya untuk memeriksa kadar glukosa.
8  tes toleransi glukosa oral: setelah tes glukosa darah puasa dilakukan, pasien
diberikan glukosa sebanyak 75g dan dilakukan pengambilan darah setelah jangka
waktu 2 jam, demi keperluan pengamatan perubahan kadar glukosa darah.

8.1.1 Pemeriksaan Kadar Gula Darah


8.1.1.1 Pengertian
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat
pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (GDP/gula darah puasa
atau nuchter) atau 2 jam setelah makan (post prandial).
8.1.1.2 Pemeriksaan

8.1.1.3 Nilai Normal


Jenis Pemeriksaan Nilai normal Keterangan
KGD puasa 70 – 110 mg/dl Orang dewasa (OD)
60 – 100 mg/dl Whole blood OD dan
(Nuchter)
anak
30 – 80 mg/dl Bayi baru lahir
KGD 2 jam setelah <140 mg/dl/2 jam Orang dewasa
< 120 mg/dl/2 jam Whole blood OD
makan (post
prandial)
8.1.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
8.1.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal

8.1.2 HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi)


8.1.2.1 Pengertian
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk
memperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya
karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes, dalam kurun waktu
2-3 bulan. Glikosilasi adalah masuknya gula kedalam eritrosit dan
terikat. Maka tes ini berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula
pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur eritrosit (120 hari). AIC
menunjukan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang
normal antara 4 – 6 %. Semakin tinggi nilai AIC pada penderita
DM semakin potensial berisiko terkena komplikasi
8.1.2.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan

8.1.2.3 Nilai Normal

8.1.2.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan


dengan Keperawatan
8.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal

8.1.3 Glukosa Sewaktu


8.1.3.1 Pengertian
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan bertujuan untuk
melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa
pertimbangan waktu setelah makan. Dilakukan untuk menjaga
penjagaan awal pada penderita yang diduga DM sebelum
dilakukan pemeriksaan yang sungguh-sungguh dipersiapkan
misalnya nuchter, setelah makan dan toleransi.
8.1.3.2 Pemeriksaan Mengenai Perawatan
8.1.3.3 Nilai Normal
8.1.3.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan
dengan Keperawatan
8.1.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai