Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EARLY WARNING SCORE (EWS)

Disusun Oleh:

1. Linda Sevia Sari (1440121028)


2. M. Ainul Fikrih (1440121029)
3. Mila Mar’atus Sholihah (1440121030)
4. Monika Reny Agustin (1440121031)
5. Nailul Chusna (1440121032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Early Warning
Score (EWS)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Patient Safety. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi Mahasiswa DIII Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan artikel.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh
karena itu, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak.
Kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kalibaru, 3 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
2.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
2.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Early Warning Score.................................................................................3
2.2 Aspek yang Dinilai/Parameter Early Warning Score..................................................3
2.3 Cara Penilaian dan Analisis Early Warning Score......................................................5
2.4 Variasi Early Warning Score.......................................................................................7
1. Modified Early Warning Scoring (MEWS)............................................................................7
2. Vitalpac Early Warning Scoring (ViEWS)............................................................................8
3. Parameter MEWS dan ViEWS............................................................................................10
4. Pediatric Early Warning System (PEWS)............................................................................14
5. MEWS (Maternal Early Warning Scoring).........................................................................18
6. Parameter Pengukuran Maternal Early Warning Score (MEWS)........................................18
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Early Warning System (EWS) merupakan sistem untuk mendeteksi secara dini
kondisi fisiologis berdasarkan respon klinis, yang biasanya digunakan di unit bedah
medis sebelum pasien mengalami kondisi darurat. EWS juga merupakan sistem untuk
membantu penyedia layanan kesehatan dalam mengatasi masalah pasien dalam kondisi
awal dengan menggunakan tujuh parameter untuk menentukan respon aktivasi klinis
pasien. Tujuh parameter termasuk respirasi, tekanan darah sistolik, suhu, nadi, saturasi
oksigen, oksigen tambahan, dan tingkat kesadaran pasien.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap pasien yang beresiko mengalami
perburukan kondisi dapat membantu mengurangi masalah potensial yang akan muncul.
Pengetahuan dan pengalaman adalah faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat
dalam mengidentifikasi pasien yang mengalami perburukan kondisi (Triwijayanti &
Rahmania, 2022).
Early Warning Scoring System (EWSS), yang dikembangkan mengikuti
publikasi dari beberapa penelitian, menunjukkan bahwa sering ada keterlambatan respon
terhadap memburuknya kondisi pasien. Sebuah skor Early Warning Scoring System
(EWSS), yang dihitung untuk semua pasien harus menjadi perhatian perawat dan
memberikan gambaran risiko serta sebagai alat yang dirancang untuk memicu respon
ketika terdapat perubahan data fisiologis (Vinet & Zhedanov, 2011)

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud early warning score?
2. Apa saja aspek yang dinilai/parameter early warning score?
3. Bagaimana cara penilaian dan analisis early warning score?
4. Apa saja variasi dari early warning system (EWS)?

1
2.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian early warning score.
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan aspek yang dinilai/parameter early warning
score.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan cara penilaian dan analisis early warning score.
4. Mahasiswa mampu mendeskripsika variasi dari early warning system (EWS).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Early Warning Score


Early Warning Scoring System (EWSS) adalah sebuah sistem penilaian
sederhana yang digunakan di berbagai tingkat rumah sakit berdasarkan pengukuran
fisiologis yang rutin dilaksanakan seperti denyut jantung, tekanan darah, laju pernapasan,
suhu dan tingkat kesadaran dengan masing − masing skor atas dan bawah dari 0 − 3 poin
dan hitung nilai totalnya (Dahlia, 2019).
EWS merupakan suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien secara dini. EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan
keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologis
pasien. Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi
pendekatan asesmen dan menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana.
EWS juga dikembangkan sebagai panduan untuk penilaian cepat dan
diagnosis dini untuk penyakit akut pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Hal itu
dimaksudkan untuk menjadi alat pelacak dan pemicu untuk penilaian yang konsisten
terhadap keparahan penyakit dan untuk menyediakan data dasar yang berguna untuk
mengevaluasi kemajuan klinis pasien (Pujiastuti et al., 2021).

2.2 Aspek yang Dinilai/Parameter Early Warning Score


Skoring Early Warning Score System disertai dengan algoritme tindakan
berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien. Parameter dalam metode Early
Warning Score System yaitu: tingkat kesadaran, respirasi/pernapasan, saturasi oksigen,
oksigen tambahan, suhu, denyut nadi, tekanan darah sistolik.
Sistem pengukuran pada tujuh parameter fisiologis tersebut dilakukan dengan
cara memberikan numerikal skor dari 0 sampai 3. Dengan early warning score system
penilaian parameter fisiologis dilakukan sebagai berikut:
1. Tingkat kesadaran
a. Nilai 3 jika V (Voice), P (Pain), U (Unresponsive):
1) V: Voice (Suara)
Jika pasien hanya berespon membuka mata ketika ditanya, atau pasien hanya

3
sedikit menggerakkan extremitas, atau pasien hanya merintih atau bergumam.
2) P: Pain (Nyeri)
Jika pasien hanya berespon terhadap stimulus nyeri.
3) U: Unresponsive (Tidak berespon)
b. Jika pasien tidak sadar.
a. Nilai 0 jika A (Alert atau sadar) atau jika pasien dalam kesadaran penuh
1) Jika pasien akan membuka mata spontan.
2) Berespon terhadap suara dan menunjukan/memiliki fungsi motorik.
2. Frekuensi Pernapasan
a. Nilai 3 jika RR < 8 atau RR>25 kali/menit
b. Nilai 2 jika RR 21-24 kali/menit.
c. Nilai 1 jika RR 9-11 kali/menit.
d. Nilai 0 jika RR 12-20 kali/menit.
3. Saturasi Oksigen
a. Nilai 3 jika saturasi oksigen < 91.
b. Nilai 2 jika saturasi oksigen 94-95.
c. Nilai 1 jika saturasi oksigen 92-93.
d. Nilai 0 jika saturasi oksigen > 96.
4. Oksigen Tambahan
a. Nilai 2 jika diberikan oksigen tambahan.
b. Nilai 0 jika tidak diberikan oksigen tambahan.
5. Suhu Tubuh
a. Nilai 3 jika suhu tubuh < 35,0.
b. Nilai 2 jika suhu tubuh > 39,1.
c. Nilai 1 jika suhu tubuh 35,1-36,0 atau 38,1-39,0.
d. Nilai 0 jika suhu tubuh 36,1-38,0
6. Frekuensi Nadi
a. Nilai 3 jika HR < 40 kali/menit atau HR > 131 kali/menit.
b. Nilai 2 jika HR 111-130 kali/menit.
c. Nilai 1 jika HR 41-50 atau HR 91-100/menit.
d. Nilai 0 jika HR 51-90/menit.
7. Tekanan Darah Sistolik
a. Nilai 3 jika sistolik BP < 90 atau sistolik BP > 220.
b. Nilai 2 jika sistolik BP 91-100.

4
c. Nilai 1 jika sistolik BP 101-110.
d. Nilai 0 jika sistolik BP 111-219.
Dengan Nursing Early Warning Score, setiap tanda penting
dialokasikan nilai numerik 0 sampai 3, dengan bagan kode warna pengamatan
(skor 0 yang paling diinginkan dan skor 3 adalah yang paling tidak diinginkan).
Nilai dari masing-masing score ditambahkan bersama dan dijumlahkan. Hasil
dari total skor merupakan nilai peringatan awal.
Didasarkan dari total Early Warning Score System kemudian dapat
direkomendasikan 3 level kondisi pasien untuk mencetuskan clinical alert
(kewaspadaan klinis) yang memerlukan assessment dan penilaian dari klinisi
professional (Amelia, 2021).

2.3 Cara Penilaian dan Analisis Early Warning Score


Early Warning Score System didasarkan atas penilaian terhadap perubahan
keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologis
pasien. Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi
pendekatan asesmen dan menerapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana.
Deteksi dini melalui pengkajian dilakukan secara terfokus dan
berkesinambungan akan menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat pasien
sebaik mungkin. Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan kemampuan kognitif, afektif,
psikomotor dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik dan benar.

5
a. Hijau
Pasien dalam kondisi baik
b. Kuning
Pengkajian ulang harus dilakukan oleh perawat primer/perawat shift. Jika skor
pasien akurat maka perawat primer atau PP harus menentukan tindakan
terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang setiap 2 jam oleh
perawat pelaksana. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan
pasien.
c. Orange
Pengkajian ulang harus dilakukan oleh perawat primer dan diketahui oleh
dokter jaga. Dokter jaga harus melaporkan ke Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) dan memberikan instruksi tata laksana pada pasien tersebut.
Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam.
d. Merah
Aktifkan code blue, tim code blue melakukan tata laksana kegawatan pada
pasien. Dokter jaga dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) diharuskan
hadir dan berkolaborasi untuk menentukan rencana perawatan pasien
selanjutnya. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam
(Dahlia, 2019).

6
2.4 Variasi Early Warning Score
1. Modified Early Warning Scoring (MEWS)
MEWS pertama kali divalidasi oleh Subbe et al., (2001) yang bertujuan untuk
melihat efektifitas penggunaan MEWS di ruang bedah dan ICU. Selain digunakan
untuk di ruang bedah dan ICU, penggunaan MEWS di ruang IGD di validasi oleh
Lam et al., (2004) yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan MEWS sehingga
pasien perlu dirujuk ke rawat inap atau ICU atau kematian dalam observasi 24 jam
pertama. Modified Early Warning Scoring (MEWS) adalah panduan sederhana yang
digunakan oleh rumah sakit keperawatan & staf medis serta layanan medis darurat
untuk segera menentukan tindakan yang tepat pada pasien. Parametrik sederhana
yang dikemukakan dalam Modified Early Warning Scoring (MEWS) mencakup:
a) Frekuensi nadi
b) Tekanan darah sistolik
c) Frekuensi pernapasan
d) Suhu tubuh
e) Tingkat kesadaran, yang dilakukan saat pasien dirawat dipantau di IGD
Menurut penelitian So et al., (2015) bahwa parameter kuat dalam MEWS
adalah frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan dapat membedakan pasien yang
stabil dan pasien yang beresiko adanya perburukan.

a. Penilaian MEWS
Penilaian MEWS dari skor terendah yaitu skor 0 dan skor tertinggi yaitu skor
15. Pengamatan yang dihasilkan dibandingkan dengan kisaran normal untuk
menghasilkan skor komposit tunggal. Skor 1 - 2 dilakukan pengkajian ulang dan
observasi oleh perawat ahli setiap 1 jam sekali. Skor 3 atau lebih dilakukan

7
pengkajian ulang dan observasi oleh perawat senior dan dokter setiap 15 dan 30
menit. Skor 5 atau lebih terkait dengan kemungkinan peningkatan kematian atau
masuk ke unit perawatan intensif.
b. Kelebihan dan Kekurangan MEWS
Kelebihan dari MEWS adalah dapat mendeteksi perburukan pada pasien
access block. Hal ini dibuktikan dengan hasil sensitivitas dan spesifitas sebesar
100% dan 98,3%. Prediktor terkuat dalam mendeteksi mortalitas yaitu frekuensi
pernapasan (So et al., 2015). MEWS berguna bagi perawat baru yang bekerja di
IGD sehingga perawat memiliki kemampuan untuk menentukan keputusan pada
pasien. Selain itu, MEWS dapat menentukan kriteria pasien yang memerlukan
perujukan ke ICU atau bangsal atau mendeteksi resiko kematian pada pasien
lansia (Dundar et al., 2015). Menurut Ho et al., (2013) bahwa kekurangan dari
MEWS adalah tidak dapat mendeteksi outcome yang rendah pasien kritis.
Terlihat dari hasil sensitivity dan spesifitas pada pasien kritis untuk
mendeteksi mortalitas dengan cut-off >4 yaitu 47% dan 27,9%, berbeda pada
penelitian sebelumnya dengan dengan cut-off >4 ditemukan sensitivitas dan
spesifitas sebesar 75% dan 83%. Selain itu MEWS tidak sama antar kondisi
penyakit yang mendasarinya. Setiap penyakit mempunyai skoring MEWS yang
berbeda. MEWS juga tidak dapat mendeteksi perburukan pada pasien prioritas 1
daripada prioritas 3 dikarenakan pada pasien prioritas 1 diobservasi berulang
setiap 15-30 menit sehingga resiko perburukan dapat diketahui dan ditangani lebih
awal.
2. Vitalpac Early Warning Scoring (ViEWS)
ViEWS merupakan salah satu bentuk variasi dari EWSS. Prytherch et al.,
(2010) mengemukakan ViEWS berasal dari EWSS dimana hasil monitoring tanda-
tanda vital pasien yang dimasukkan dalam database computer. ViEWS dapat
memprediksi perburukan atau kematian (mortality) pada observasi 24 jam pertama.
Skoring ViEWS didasarkan pada Early Warning Scoring System (EWSS) dengan
sedikit modifikasi saturasi oksigen, frekuensi nadi dan penambahan parameter
penggunaan oksigen, seperti dibawah ini:
a. Frekuensi pernapasan
b. Saturasi oksigen
c. Tekanan darah sistolik
d. Frekuensi nadi

8
e. Tingkat kesadaran
f. Suhu tubuh
g. Penggunaan oksigen

a) Penilaian ViEWS
Penilaian ViEWS dari skor terendah yaitu skor 0 dan skor tertinggi yaitu skor
21. Pengamatan yang dihasilkan dibandingkan dengan kisaran normal untuk
menghasilkan skor komposit tunggal. Skor 1 - 4 dilakukan pengkajian ulang dan
observasi oleh perawat ahli. Skor 5 - 6 dilakukan pengkajian ulang dan observasi
oleh perawat ahli dan dokter. Skor 7 atau lebih terkait dengan kemungkinan
peningkatan kematian atau masuk ke unit perawatan intensif.
b) Kelebihan dan Kekurangan ViEWS
Kelebihan ViEWS adalah dapat mendeteksi perburukan pasien dalam 24 jam di
IGD. Selain itu, ViEWS dapat menentukan kebutuhan pasien lansia untuk dirujuk
ke ICU atau ke ruang rawat inap atau keluar rumah sakit dan resiko kematian
pasien (Dundar et al., 2015). Pada ViEWS terdapat parameter saturasi oksigen
dimana saturasi oksigen memiliki korelasi negative dengan prehospital mortality.
Semakin rendah saturasi oksigen yang dimiliki pasien maka semakin meningkat
resiko kematian pasien. Setiap kenaikan 1% saturasi oksigen maka akan diikuti
oleh penurunan resiko kematian sebesar 8%. Maka dari itu saturasi oksigen
termasuk prediktor kematian. Kekurangan pada ViEWS yaitu ViEWS terkadang
memberikan suatu penilaian yang palsu pada pasien yang stabil yang mempunyai
frekuensi pernapasan pada ambang batas atas (upper threshold) yaitu 25 kali

9
permenit yang dapat menyebabkan skoring 5 kali lebih abnormalitas dari MEWS.
3. Parameter MEWS dan ViEWS
a. Denyut Jantung
Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya
per menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik
bawah jantung). Jantung berdetak 60-100 kali permenit pada kondisi istirahat
(duduk atau berbaring), darah dipompa menuju dan melalui arteri (Muttaqin,
2009). Denyut jantung mungkin terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat
(bradikardia). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang
mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut
dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan kulit
dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri
radial pada pergelangan tangan. Dua bunyi jantung sebanding dengan satu
denyut nadi. Frekuensi denyut nadi memberikan informasi mengenai kerja
jantung, pembuluh darah, dan sirkulasi.
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung
pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah
berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang
diperlukan oleh tubuh saat itu (Potter & Perry, 2005). Macam-macam Denyut
Nadi, antara lain:
1) Denyut Nadi Maksimal (Maximal Heart Rate)
Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat dilakukan
pada saat melakukan aktivitas maksimal.
2) Denyut Nadi Latihan
Denyut nadi latihan dilakukan pengukuran setelah menyelesaikan satu set
latihan dan ini bisa memantau intensitas latihan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3) Denyut Nadi Istirahat (Resting Heart Rate)
Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi yang diukur saat istirahat dan
tidak setelah melakukan aktivitas. Pengukuran denyut nadi ini dapat
menggambarkan tingkat kesegaran jasmani seseorang.
4) Denyut Nadi Pemulihan (Recovery Heart Rate)
Denyut nadi pemulihan adalah jumlah denyut nadi per menit yang
diukur setelah istirahat 2 sampai 5 menit. Pengukuran ini diperlukan untuk

10
melihat seberapa cepat kemampuan tubuh seseorang melakukan pemulihan
setelah melakukan aktivitas yang berat. Denyut jantung yang normal yakni
berkisar antara 60 - 100 kali per menit, dengan rata- rata denyutan 75 kali per
menit. Sedangkan untuk denyut jantung lambat (Bradikardia) frekuensinya
kurang dari 60 kali per menit dan untuk denyut jantung yang cepat
(Takikardia) frekuensinya lebih dari 100 kali per menit. Nadi adalah denyut
nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan sistole
dan diastole dari jantung (Bickley, 2008).
b. Tekanan Darah Sistolik
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana
dan mudah dilakukan pengukurannya (Muttaqin, 2009). Tekanan darah adalah
tekanan dari dalam pembuluh darah nadi (arteri). Tekanan darah paling tinggi
terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut dengan tekanan darah
sistolik (Kowalski, 2010). Menurut Potter & Perry (2005), tekanan darah sistolik
adalah puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi, sedangkan tekanan darah
diastolik merupakan tekanan darah dalam arteri bila jantung berada dalam kedaan
relaksasi. Menurut Muttaqin (2009), tekanan darah dipengaruhi oleh banyak
faktor yang terdiri dari faktor primer dan sekunder. Yang termasuk faktor primer
adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, dan volume/aliran darah,
sedangkan faktor sekunder meliputi faktor usia, jenis kelamin, psikologis
(kecemasan, takut, nyeri, dan stress emosi) dan faktor obat-obatan.
Menurut The Eight Joint National Committee (JNC8) bahwa nilai normal
tekanan darah yaitu tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg
(James et al., 2014). Pasien yang mengalami hipotensi yang dirawat selama 24
jam memiliki tingkat mortalitas sebesar 45% daripada pasien yang tidak memiliki
hipotensi. Pasien yang memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg akan
beresiko kematian sebesar 1,5 kali lipat, bila tekanan darah sistolik <100 mmHg
akan beresiko kematian sebesar 2 kali lipat, bila tekanan darah sistolik <90
mmHg akan beresiko kematian sebesar 3 kali lipat, dan bila tekanan darah
sistolik <70 mmHg akan beresiko kematian sebesar 6 kali lipat (Jones et al.,
2006).
c. Frekuensi Pernapasan
Frekuensi pernapasan atau respiration rate (RR) adalah
jumlah siklus pernapasan (inhalasi dan ekshalasi) dalam waktu 60 detik.

11
Frekuensi pernapasan merupakan salah satu komponen tanda vital. Monitoring
dan pengukuran frekuensi napas bisa menjadi suatu indikator yang sensitif dalam
mengetahui kondisi pasien, terutama pada pasien dengan kondisi kritis.
Pada orang dewasa frekuensi napas normal adalah 12-20 kali permenit dan
kondisi ini juga tergantung dari berbagai faktor (Smith & Roberts, 2011). Ketika
melakukan observasi pernapasan pada pasien yang sadar, harus diperhatikan
bahwa tidak ada kesulitan bernapas pada pasien, tidak ada suara tambahan saat
bernapas, dan ekspansi dinding dada maksimal dan simetris di kedua sisi. Jika
pasien dalam keadaan cemas, perlu ditenangkan terlebih dahulu karena kondisi
psikologis dapat berpengaruh pada pola pernapasan.
Meningkatnya usaha untuk bernapas disebut dyspnea dan peningkatan
frekuensi napas disebut takipneu. Kondisi tersebut merupakan sebagian dari tanda
adanya gangguan pernapasan. Tanda lainnya adalah perubahan kedalaman
pernapasan (napas dangkal), pernapasan yang lambat (bradipneu) dan adanya
penggunaan otot bantu pernapasan (Lombardo, 2005). Suara tambahan napas
merupakan suatu tanda adanya sumbatan parsial ataupun total pada jalan napas.
Snoring merupakan tanda adanya sumbatan parsial jalan napas yang biasanya
disebabkan pangkal lidah yang menutup jalan napas di laring. Wheezing adalah
tanda adanya penyempitan jalan napas pada saluran napas bagian bawah yang
biasanya adanya penyempitan bronkus. Stridor adalah suara serak yang cukup
keras dan biasanya muncul saat pasien inhalasi. Chyne stoke adalah pola
pernapasan yang dangkal dan cepat kemudian menjadi lambat seiring dengan
periode pernapasan (Lombardo, 2005).
d. Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah presentase rasio antara jumlah oksigen actual yang
terikat oleh hemoglobin (Djojodibroto, 2009). Menurut Brooker (2005), saturasi
oksigen merupakan presentase hemoglobin (Hb) yang mengalami saturasi oleh
oksigen yang mencerminkan tekanan oksigen (PaO2) arteri darah yang digunakan
untuk mengevakuasi status pernapasan, terapi oksigen, dan intervensi lainnya
seperti suction, olahraga, dan fisioterapi. Nilai normal dari saturasi oksigen
adalah dalam rentang 95% - 100%.
Saturasi oksigen memiliki korelasi negative dengan prehospital mortality.
Semakin rendah saturasi oksigen yang dimiliki pasien maka semakin meningkat
resiko kematian pasien. Setiap kenaikan 1% saturasi oksigen maka akan diikuti

12
oleh penurunan resiko kematian sebesar 8%. Maka dari itu saturasi oksigen
termasuk prediktor kematian (Sittichanbuncha et al., 2015). Observasi saturasi
oksigen dilakukan untuk mencegah dan mengenali resiko terjadinya hipoksia
jaringan. Hipoksia pada jaringan otak akan dapat menyebabkan kematian.
Saturasi oksigen perifer dibawah 90% menunjukkan sebuah kondisi hipoksemia
e. Suhu Tubuh
Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang
diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh
yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan
mekanisme tertentu. Panas diproduksi oleh tubuh melalui proses metabolisme,
aktivitas otot dan sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun
dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya oleh karena penyakit ataupun stress.
Penurunan suhu tubuh seseorang juga berhubungan dengan pacu jantung.
Suhu tubuh berhubungan dengan detak jantung, dimana suhu tubuh mengalami
naik turun sekitar 1oC per 24 jam. Suhu tubuh merupakan salah satu tanda- tanda
vital kritis yang biasanya di gunakan di IGD oleh petugas medis untuk
menentukan derajat keparahan penyakit dan pengkajian yang lebih lanjut dan
intervensi. Keakuratan pengukuran suhu tubuh di IGD digunakan untuk
mendeteksi dan memberikan manajemen demam atau hipotermia yang bertujuan
untuk mengevaluasi kefektifan terapi.
f. Glascow Coma Scale (GCS)
GCS adalah alat diagnostic yang sudah sejak lama menjadi alat untuk
mengevaluasi tingkat kesadaran pasien, menilai status klinis pasien, dan menjadi
alat prognosis untuk pasien yang mengalami perburukan dalam sistem neurologis.
GCS merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan untuk
memberikan pengobatan dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk
pasien. Penilaian GCS bergantung pada respon serebrum terhadap rangsangan
aferen. Variasi dari nilai GCS disebabkan oleh gangguan fungsi serebrum atau
gangguan di batang otak yang mempengaruhi jalannya rangsangan ke hemisfer
serebrum. Skor GCS didapatkan dari hasil penambahan dari hasil penilaian tiga
komponen yaitu eye (E), motoric (M), dan verbal (V). Cara pengukuran GCS
yaitu dengan mengukur respon klien setelah diberikan stimuli oleh pemeriksa.
Urutan stimuli yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Memanggil klien dengan namanya

13
2. Memanggil namanya dengan keras
3. Mengkombinasikan memanggil nama dengan sentuhan ringan
4. Mengkombinasikan memanggil nama dengan sentuhan kasar (guncangan,
kejutan)
5. Memberikan rasa nyeri.
4. Pediatric Early Warning System (PEWS)
Pediatric Early Warning System merupakan modifikasi dari Early Warning
Scores (EWS) yang khusus diperuntukkan untuk pasien anak. Secara tradisional
EWS digunakan di bangsal rumah sakit untuk mengidentifikasi pasien anak yang
berisiko tejadi perburukan atau henti jantung diopulmuner. Dasar pemikiran untuk
menggunakan PEWS adalah adanya bukti perburukan klinis dapat dideteksi beberapa
jam sebelum terjadinya kondisi serius yang mengancam jiwa. Kombinasi dengan
pendekatan airway, breathing, circulation, disability, exposure (ABCDE), biasa
digunakan pada kondisi gawat darurat, PEWS dapat membantu kita mendeteksi dan
mencegah perburukan kondisi pasien lebih lanjut (Wawan A, 2020).
a. Manfaat PEWS
PEWS dalam penggunaannya memliki kelebihan seperti mudah diaplikasikan,
sangat membantu dalam keadaan sibuk serta memliki banyak manfaat bagi tenaga
kesehatan, pasien maupun keluarga pasien. Adapun manfaat dari penggunaan
PEWS adalah sebagai berikut:
1) Pasien Anak
a) Meningkatkan potensi untuk mengidentifikasi dan meninjau
memburuknya kondisi anak.
b) Adanya alarm peringatan dini menunjukkan tanda perburukan klinis pada
pasien anak dan harus segera mendapatkan penanganan.
c) Adanya pemantauan dan pemeriksaan medis yang ketat.
d) Memungkinkan penurunan insiden penempatan pasien secara tiba- tiba di
ICU.
e) Memungkinkan penurunan jumlah kejadian klinis yang merugikan.
2) Keluarga pasien
a) Memberikan nilai tersendiri bagi keluarga yang terlibat sebagai mitra
dokter, anak dan keluarga.
b) Meningkatkan keterlibatan keluarga dalam penilaian.
c) Meningkatkan potensi untuk mengidentifikasi halus tanda-tanda

14
perburukan klinis.
3) Perawat
a) PEWS dapat menjadi standar penilaian klinis dan laporan observasi.
b) Mendorong perawat untuk menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap
kondisi anak.
4) Perawat yang bertugas
a) Membantu memprioritaskan pasien yang membutuhkan perawatan lebih.
b) Meningkatkan pengetahuan terhadap status klinis semua pasien.
c) Memfasilitasi diskusi aktif.
d) Mendorong perawat untuk meningkatkan kekhawatian pada pasien yang
memburuk sebagaimana mestinya.
5) Dokter
a) Membantu memprioritaskan pasien yang lebih membutuhkan perawatan.
b) Dokter dapat meminta peninjuan medis tepat waktu.
c) Mendorong dokter untuk meningkatkan kekhawatian pada pasien yang
memburuk sebagaimana mestinya.
b. Parameter Pengukuran PEWS
Parameter pengukuran PEWS seperti nadi, pernapasan, tekanan darah sistolik,
upaya pernapasan, terapi oksigen, saturasi oksigen, suhu, tingkat kesadaran
kapilari refill dan warna kulit. Parameter PEWS secara internasional digunakan di
seluruh dunia yang mayoritas diterapkan di Ukraina, Amerika Serikat, Kanada
dan Australia. Klasifikasi umur anak adalah sebagai berikut:

15
c. Parameter Pediatric Early Warning Score

Parameter 0 1 2 3

Perilaku Bermain/sesuai Tidak Gelisah Lesu/bingu ng


sesuai/diam atau respon
nyeri
menurun

Kardiovaskuler Warna merah Pucat atau Sangat Sianosis atau


muda atau pengisian pucat atau pengisian
kapiler refill 1- kapiler refill pengisian kapiler 5 detik
2 3 detik. kapiler 4 atau
Tekanan detik atau takikardia >30
darah sistolik takikardia kali nilai
10 mmHg diatas normal atau
diatas atau normal. bradikardi
dibawah Tekanan

16
batas usia darah
yang sesuai sistolik
mmHg di
atas atau di
bawah
batas usia
yang sesuai

Respirasi Normal, tidak Frekuensi Frekuensi Frekuensi


ada retraksi pernapasan > napas >20 napas <5
darah 10 dan dari dibawah nilai
batasan batasan, normal
normal dengan dengan
menggunakan rektraksi rektraksi dan
bantuan otot- atau fiO2 atau merintih
otot 30% atau 6 atau fiO2
tambahan L/menit 50% atau 8
atau fiO2 L/menit
30% atau
3L/menit

Setiap skor yang diperoleh akan diberi kode warna adalah sebagai berikut:
a) 0 – 2: Skor normal (hijau), penilaian setiap 4 jam 3
b) 3: Skor rendah (kuning), penilaian setiap 1-2 jam
c) 4 : Skor menengah (orange), penilaian setiap 1 jam
d) ≥ 5 : Skor tinggi (merah), penilaian setiap 30 menit

d. Respon Klinis terhadap PEWS


Adapun respon klinis yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap skor

17
PEWS adalah sebagai berikut:

5. MEWS (Maternal Early Warning Scoring)


Maternal Early Warning Score (MEWS) telah didesain untuk mengetahui
penurunan fisik pada wanita hamil dengan memantau tanda-tanda vitalnya. MEWS
adalah skor yang disesuaikan dengan tanda-tanda vital ini yang akan dimasukan ke
dalam grafik observasional MEWS. Semakin jauh angka normal tanda vital dari
seorang pasien, akan semakin tinggi skornya. Skor yang ≥ 3 berarti paramedis harus
melakukan ‘kaskade’ yang berisi instruksi spesifik sesuai dengan tingkat
pemantauan, perujukan, dan tindakan yang harus dipertimbangkan.
MEWS dirancang untuk mempertimbangkan perubahan fisiologis normal
yang terjadi selama kehamilan. MEWS dikembangkan untuk memperbaiki
identifikasi ibu hamil yang berisiko untuk mengalami perburukan klinis dan
memfasilitasi intervensi dini. Pemicu-pemicu dalam sistem MEWS secara teoritik
menghasilkan identifikasi yang lebih dini terhadap sejumlah kondisi yang mungkin
berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas maternal.
Pasien ibu hamil dengan penyakit serius, khususnya sepsis, mungkin akan

18
tampak dalam keadaan stabil, sebelum kemudian mendadak kolaps, sering kali hanya
dengan sedikit peringatan atau tanpa peringatan sama sekali. Selain itu, kondisi
maternal mungkin terganggu pada pasien ibu hamil dengan usia lebih tua, wanita
obes, atau wanita dengan kondisi medis kompleks. Penggunaan EWS yang
dimodifikasi untuk pasien ibu hamil dan postpartum akan membantu dalam
identifikasi, treatment dini, dan penanganan pasien yang memiliki, atau akan
mengalami, penyakit kritis.

6. Parameter Pengukuran Maternal Early Warning Score (MEWS)

Di dalam sistem ini, 2 parameter abnormal moderat (tanda kuning) atau 1


parameter abnormal berat (tanda merah) memicu sebuah respon klinis untuk segera
menilai status pasien dan membuat rencana surveillance follow up. Parameter-
parameter ini dirancang untuk mendeteksi pasien yang menderita kondisi yang dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas maternal berat. Parameter peringatan
MEOWS dapat membantu mendeteksi kondisi-kondisi berikut yang mungkin tidak
dikenali: perdarahan (ditunjukkan dengan hipotensi dan takikardia), sepsis (demam,
hipotensi, takikardia, hipoksia), tromboemboli vena (takikardia, takipnea, hipoksia)
preeklampsia (hipertensi, hipoksia), dan komplikasi kardiovaskular (takikardia,
bradikardia, hipoksia, hipotensi) (Kumala Fajar Apsari, 2020).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Early Warning Scoring System (EWSS) adalah sebuah sistem penilaian
sederhana yang digunakan di berbagai tingkat rumah sakit berdasarkan pengukuran
fisiologis yang rutin dilaksanakan seperti denyut jantung, tekanan darah, laju pernapasan,
suhu dan tingkat kesadaran dengan masing − masing skor atas dan bawah dari 0 − 3 poin
dan hitung nilai totalnya.
Parameter dalam metode Early Warning Score System yaitu: tingkat
kesadaran, respirasi/pernapasan, saturasi oksigen, oksigen tambahan, suhu, denyut nadi,
tekanan darah sistolik.

3.2 Saran

20
Perawat harus memiliki rasa kesiapan yang baik dan diikuti pengetahuan yang
cukup sehingga pada saat diperlukan pengambilan keputusan terkait kondisi klien maka
dihasilkan keputusan yang tepat dan optimal. Serta tidak lupa dengan pendokumentasian
yang penting karena menyangkut dengan etika legal praktik keperawatan serta
berhubungan dengan bukti mutu pelayanan rumah sakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

AMELIA, D. (2021). Gambaran Pengetahuan Perawat dalam Menerapkan Penilaian Early


Warning Score System pada Pasien Gawat Darurat.

Dahlia, A. (2019). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Early Warning Scoring System
di Ruangan Rawat Inap RIC RSUP Haji Adam Malik Medan.

Kumala Fajar Apsari, R. (2020). Deteksi Pasien Obstetrik Kritis dengan Maternal Early
Warning System. Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, 2(1), 63–70.
https://doi.org/10.47507/obstetri.v2i1.35

Pujiastuti, D., Purwaty, E., Janah, J., Yohanes Ngadhi, P., Surianto, P., Chrisna Dewi, R., &
Talu, Y. (2021). Penerapan Early Warning System (Ews) Sebagai Deteksi Dini
Kematian Di Critical Care Area. Jurnal Penelitian Keperawatan, 7(1), 1–9.
https://doi.org/10.32660/jpk.v7i1.552

Triwijayanti, R., & Rahmania, A. (2022). Pengetahuan Perawat Dalam Penerapan Early
Warning System (Ews) Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 13(1), 12. https://doi.org/10.26751/jikk.v13i1.887

Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). A “missing” family of classical orthogonal polynomials.
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1689–1699.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Wawan A. (2020). Gambaran Skor Pediatric Early Warning System Dalam Penempatan
Ruang Perawatan Pasien: Systematic Review.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1561/3/C12114025_skripsi DP.pdf

Anda mungkin juga menyukai