OLEH :
(20200010)
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmat
nyalah makalah tentang “Asuhan keperawatan pada penalahgunaan alkohol” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika,
maupun cara penyajiannya.
Makalah tentang “Asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkohol” ini adalah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan jiwa.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ns. Marizki Putri,S.Kep, M.Kep, selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan jiwa ini. Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang “Asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkohol”. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami
sendiri sebagai penyusun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan
dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada
penggunaan alkohol dilingkungan masyarakat mempengaruhi kewajiban
sosial itu sendiri, dan berpengaruh pada diri sendiri yang mengakibatkan
kerusakan pada organ tubuh serta kurangnya pemenuhan kewajiban bagi diri
sendiri. Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sangat memprihatikan
Fenomena yang terjadi diindonesia yang mengkonsumsi alkohol sepanjang
tahun 2011 dengan 24 jumlah kasus miras dan narkoba semuanya dapat
diselesaikan, pada tahun 2012 bertambah mencapai 50 kasus yang bertambah.
Tahun 2011 tersangka 25 orang sedangkan pada tahun 2013 berjumlah
tersangka 50 orang (SOLOPOS, 2013). Pertumbuhan pengkonsumsi alkohol
bertambah sangat pesat dibuktikan dengan data yang tertera pada fenomena di
atas.
Pada awalnya Seseorang pertama kali mengkonsumsi alkohol karena dapat
menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Pada dasarnya seseorang
mengawali mengkonsumsi karena bujukan teman atau saudara yang berada di
lingkungan sekitarnya, dan melihat ketika mendapat masalah yang berada
dilingkungannya mengkonsumsi alkohol agar dapat merasa tenang. Alkohol
mengandung zat yang bersifat menekan pada saraf pusat sehingga dapat
menimbulkan rasa tenang, menambah kepercayaan diri sehingga berani
berbicara 2 pada orang banyak, tetapi banyak kejadian yang ada semakin
panjang karena emosi tidak terkontrol.
Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan
memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang
panjang dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman
yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan
menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
(Wikipedia, 2014). Pengkonsumsian alkohol meningkat dikarenakan melihat
secara langsung fenomena yang ada dinegara AS merupakan masyarakat
peminum karena dalam iklan menyetarakan minuman keras, bir, dan anggur
dengan senang dan menjadi “dewasa”. Konsumsi alkohol memuncak pada
dewasa; kira-kira 70 persen dari usia 21-25 tahun mengkonsumsi alkohol
sebulan belakangan dan 48 persen dari orang yang berusia 21 tahun sering
berpesta minum Substance abuse and mental health services administration
(Papalia, 2009).
Mengkonsumsi alkohol pada mulanya sedikit semakin lama kadar yang
dikonsumsi semakin tinggi dalam jangka waktu yang lama dalam kurun
waktu 12 bulan DSM-V (APA, 2013), mengakibatkan seseorang tidak bisa
lepas dari alkohol karena zat tersebut yang mengakibatkan ketergantungan.
Dalam tahap ini tidak bisa mengontrol diri untuk tidak menggunakan zat
tersebut, Penyalahgunaan obat adalah setiap pengguna obat yang
menyebabkan gangguan fisik, psikologis, ekonomi, hukum atau sosial baik
pada diri individu pengguna maupun sebagai akibat tingkah laku pengguna
obat tersebut. Pecandu alkohol adalah mereka yang mengalami fiksasi pada
fase oral sehingga mereka memuaskan serta mengatasi 3 dengan alkohol.
Sering mereka tergolong dalam kepribadian yang anti sosial (soetjiningsih,
2007). Penggunaan zat tersebut dilarang karena termasuk dalam zat psikoaktif
atau obat terlarang tapi ada juga tradisi pada suatu daerah memperbolehkan
penggunaan zat tersebut. Fenomena yang terjadi di Boyolali kasus kematian
akibat miras oplosan ada 2 orang, 1 tewas dan yang 1 kritis (Republika,
2013). Mencengangkan lagi lebih dari 103 orang lebih bertempat tinggal di
Jawa Barat menjadi korban miras oplosan, 10 dari 103 meregang nyawa.
Mereka dilarikan ke IGD karena mengalami keracunan dan mengalami efek
penglihatan kabur dikabarkan bisa menyebabkan kebutaan permanen mereka
dirawat intensif dan juga ada yang kritis (Kompas, 2014).
Alkohol masuk dalam zat adiktif sesuai dengan yang tertera dalam
undang-undang No. 5 Tahun 1997 dan No. 35 Tahun 2009. Pengertian ini
didapat karena didefinisikan sebagai zat yang didapat secara alamiah atau
taman yang mengakibatkan penurunan kesadaran yang menyebabkan
timbulnya ketergantungan yang berdapak negative pada diri berpengaruh
pada susunan saraf pusat yang berpengaruh pada aktivitas mental.
B. Rumusan masalah
1. seperti apa penyalahgunaan alkohol pada saat sekarang ?
2. bagaimana asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkoho ?
C. Tujuan
untuk memahami konsep penyalahgunaan alkohol dan asuhan keperawatan
pada pasien penyalahgunaan alkohol
BAB II
PEBAHASAN
A. DEFINISI
Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyeleweng untuk
peragian atau fregmentasi oleh mikroorganisme (sel ragi) dari gula, sari buah,
100 persen.
2010).
Alkohol adalah sebuah depresan sistem saraf pusat klasik, namun efeknya
pada otak terjadi dalam dua tahap yang berbeda. Dalam dosis rendah, alkohol
menyebabkan banyak orang merasa lebih percaya diri, lebih santai dan gembira
(Zoya, 2013).
Alkoholisme adalah penyakit primer, kronis dengan factor – factor
primer, kronis dengan factor – factor genetic, psikososial dan lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan dan manifestasi. Bersifat progresif dan
fatal, dicirikan dengan gangguan pengendalian minuman keras, terpaku
dengan alcohol, paling sering terjadi penyangkalan. Mencakup jatuh atau
kecelakaan, ketidakadekuatan nutrisi, masalah – masalah keluarga, termasuk
isolasi social dan masalah medis efek samping penggunaan alcohol.
B. ETIOLOGI
Factor psikologis.
Dipicu oleh tindakan mencoba mengatasi perubahan hidup yang sangat
signifikan dan stressor penyertanya (kurangnya minat untu mengganti
struktur aktivitas, berkurangnya control social, tujuan peran kerja),
hilangnya hubungan (kesepian), kesehatan yang buruk, relokasi dari
lingkungan dan rumah yang dikenal, depresi dan pengasingan, mitos,
stereotip, dan stigma.
Factor penyebab dari :
- Psikososial, seperti pengaruh harapan tentang efek alcohol,
pengalaman subjektif dari efek farmakologis alcohol, dan konteks
social.
- Budaya, terkait dalam kelompok etnis, agama, dan social yang
berbeda.
Farmakodinamika alcohol.
Bahan aktif pada minuman keras adalah etil alcohol atau etanol alcohol
termasuk dalam kelas sedatif hipnotik yang aksinya sama dalam depresi
SSP efek awalnya adalah mendepresikan sinapsi inhibisi pada otak
sehingga menyebabkan eksitasi. Manifestasi disinhibisi jiwa melayang
atau euphoria. Absorpsi dan distribusi : diabsorpsi dari lambung dan
duodenum (20% di lambung 80% di usus) memasuki aliran darah
dengan cepat didistribusikan dan mempengaruhi seluruh sel di dalam
tubuh.
sadarkan diri.
C. MANIFESTASI
- Ketergantungan psikologis
Ketergantungan karena penggunaan sendiri alcohol secara berulang dan
berlebihan untuk memperkuat efeknya. Dikonsumsi karena pengaruh
pikiran, emosional dan aktivitas seseorang sehingga sangat sulit untik
menghentikannya.
- Ketergantungan fisik
Keadaan adaptasi fisiologis terhadap obat, biasanya setelah terjadi
toleransi, yang menyebabkan serangkaian karakteristik gejala putus
obat (sindrom abstinensia). Putus obat pada alcohol dapat dipandang
sebagai keadaan hiperekstabilitas yang mewakili fenomena pantilan
pada SSP yang terdepresi secara kronis.
- Tanda dan gejala putus alcohol:
a. ansietas.
b. anoreksia.
c. insomnia.
d. tremor.
e. iritabilitas.
f. goncangan internal, contohnya : takikardi (120 – 140 x/mnt)
menandakan derilium tremens (merupakan gejala putus obat yang
paling parah).
- derilium halusinasi, konfusi, disorientasi.
- tremens peningkatan aktifitas saraf otonom tremor,agitasi,
takikardi,demam,kejang.
D. KOMPLIKASI
a. Sistem saraf.
Otak lansia menjadi lebih sensitif terhadap efek samping alkohol. Kondisi
paling prevalensi adalah ensefalopati wernicke (karena defisiensi
tiamin, cirinya : konfusi mental,disorientasi, ataksia, abnormalitas
okular). Psikosis korsakoff (karena masalah SSP pada ingesti alkohol
kronis, cirinya kerusakan memori yang parah disertai konfabulasi,
disorientasi, disorientasi intelektual secara umum).
b. Sistem gastrointestinal.
Berkurangnya sekresi mukus pada lansia menambah efek iritasi dari
alkohol pada jarinagn mukosa resiko terjadinya cedera lambung.
Konsumsi alkohol jangka panjang mempengaruhi absorpsi,
penggunaan dan penyimpanan nutrisi yang diingestimenyebabkan
terjadinya defisiensi nutrisi. Alkohol mempengaruhi gerakan
peristaltik normalgejala defekasi yang tidak teratur, perdarahan
gastrointestinal atau ulkus peptikum. Berkurangnya metabolisme
etanol menyebabkan hipoglikemia, hiperlipidemia,ketosis, asidosis,
hiperurisemia.
c. Sirosis alkohol.
Pankreas akut/kronik yang dicikan dengan nyeri abdomen yang parah.
Kanker mulut, faring, esofagus, hati.
d. Sistem kardiovaskuler.
Kardiomiopati alkoholik dan penyakit jantung.
e. Hipertensi.
Karena efek merugikan dari etanol pada hematopoisisabnormalitas sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit anemia dan gangguan
mekanisme pembekuan darah.
Faktor psikososial
E. PENATALAKSANAAN.
Pencegahan primer.
Penyuluhan berkaitan dengan alkohol dan bagaimana menghadapi stresor
yang berhubungan dengan penuaan. Topik penyuluhan dapat meliputi :
- Masalah – masalah sekitar penatalaksanaan stres, berduka,
kesepian, hidup sendiri, penurunan kesehatan, fisik sejalan
dengan usia, masalah kematian dan menjelang ajal.
- Penggunaan alkohol berlebih dapat menyebabkan inkoordinasi,
jatuh dan fraktur,
- Sifat dan efek samping penggunaan alkohol.
Pencegahan sekunder.
Meliputi pengurangan prevalensi penyalahgunaan atau ketergantungan
alkohol melalui pertemuan kasus secara dini, serta pengobatan segera
dan efektif.
Pencegahan tersier.
Ditujukan pada penurunan keparahan konsekuensi alkohol dan disabilitas
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol. Tujuan umun
rehabilitasi adalah membantu seseorang memperoleh gaya hidup bebas
alkohol, menggunakan metode koping dan pemulihan yang tepat, dan
berpartisipasi dalam program pasca perawatan, dengan tujuan
memperbaiki kualitas hidup.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. TINJAUAN SISTEM.
Keadaan umum.
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan,
demam, keringat malam, kesulitan tidur, seing pilek dan infeksi,
penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan, kemampuan
melukan ADL, tingkat kesadaran.
Pemeriksaan B1 – B6.
- System immune: kerentangan dan seringnya terkena penyakit,
riwayat imunisasi.
- System gastrointestinal : disfagia, tidak dapat mencerna, nyeri
ulu hati, pembesaran hepar, mual – muntah, hematemesis,
perubahan nafsu makan, intoleransi makan, ulkus, nyeri, ikterik,
benjolan, perubahan kebiasaan defekasi, diare, konstipasi,
melena, hemoroid, perdarahan rectum, pola defekasi biasanya.
- sistem persyarafan : sakit kepala, kejang, sinkope, paralysis,
paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia,cedera
kepala, masalah memori.
Psikososial.
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut,masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan
perasaan umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping
yang biasa, stress saat ini, masalah tentang kematian dan
kehilangan, dampak penampilan ADL.
Status Kognitif Afektif/Sosial.
Menggunakan Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
untuk mendeteksi adanya dan tingkatt kerusakan intelektual, terdiri
dari 10 yang mengetes orientasi, memori dalam hubungan dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
Intervensi :
- Lakukan observasi secara ketat : jangan meninggalkan tanpa
pengawasan, pindahkan barang – barang dari lingkungan dimana
pasien dapat menggunakannya untuk melukai diri sendiri dan
atau orang lain.
R/ alcohol dapat mengubah pikiran,merupakan suatu anastesi,
dan pasien dapat melukai diri sendiri dengan keinginan untuk
melompat keluar jendela dsb. Demi keamana dan
perlindungan, pindahkan bemda yang dapat melukai diri
sendiri dan orang lain.
- Antisipasi berbagai bentuk tingkah laku yang tidak dapat
diperkirakan dan berhati – hati untuk hal yang tidak terduka.
R/ penggunaan alcohol dapat mengarah pada pikiran yang
aneh/respon yang tidak terduka.
- Beritahu pasien bahwa pikiran dan perasaan yang sekarang
merupakan hasil sari penggunaan alcohol.
R/ informasi ini mungkin berguna untuk pasien yang dapat
menerimanya, namun dapat menyebabkan agitasi.
- Izinkan pasien untuk tidur kapanpun bila memungkinkan.
R/ tidur dapat memberikan waktu bagi alcohol untuk keluar dari
sistem.
- Catat perubahan wicara, rujik pada hilangnya kemampuan wicara
sementara.
R/ mutisme dan kekacauan mental dapat terjadi dan informasi
mingkin menjamin pasien bahwa masalah yang timbul adalah
akibat obat – obatan dan hal ini dapat meningkat sejalan
dengan waktu.
- Antisipasi kebutuhan pasien dan sediakan lebih banyak waktu
bagi pasien memberikan tanggapan atas pertanyaan dan atau
komentar yang diperlukan.
R/ dapat mengurangi kebutuhan untuk berkomunikasi pada saat
timbulnya keinginan/gangguan daya ingat. Waktu yang
adekuat akan memberikan ekspresi penuh.
KASUS
ANALISIS DATA :
DATA SUBJEKTIF : - pasien mengatakan pusing.
- Pasien mengatakan sering merasakan mual,
muntah darah dan nyeri perut.
- Pasien mengatakan beberapa hari BAB warna
hitam.
- Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa
begah.
- Pasien mengatakan sering minum jamu
tradisional dan minum alcohol.
DATA OBJEKTIF : - pasien terlihat pucat dan lemas.
- Nafsu makan pasien menurun.
- BB 70 kg menjadi 65 kg.
- S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N :
100x/menit, TD : 100/70 mmHg, hasil lab Hb :9,0,
Albumin : 3,2, trombosit 70.000/dl, PT: 18, Hb:
9,2 gr/dl.
Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat anoreksia.
b. Resiko tinggi injuri (perdarahan) b.d ketidaknormalan profil darah.
INTERVENSI
2. Resiko tinggi injuri Setelah dilakukan o Kaji TTV dan gejala GI.
(perdarahan) b.d tindakan keperawatan o Observasi adanya
ketidaknormalan selama 3x 24 jam petekie, ekimosis dan
profil darah. maka Deprivasi tidur
perdarahan dari
teratasi dengan criteria
hasil : satu/lebih sumber dan
o TD dalam batas bagian lainnya.
normal (90/60 – o Awasi Hb dan factor
120/80) pembekuan darah.
o Pasien tidak o Beriakn obat sesuai
mengeluh begah, order(vit.K, pelunak
tidak mual, bab feses)
tidak kehitaman
dalam batas
normal.
o Trombosit
dalam batas
normal
o Tingkat
kepanikan
menurun.
o Gangguan tidur
teratasi.
IMPLEMENTASI
PENUTUP
A. kesimpulan
B. Saran
pada tubuh apabila dikonsumsi secara berlebihan dan sering. Untuk jenis
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan seperti supir dan
DAFTAR PUSTAKA