Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYALAHGUNAAN NAPZA

PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA MAHASISWA

OLEH :

LARA DELVIA SYAFNITA

(20200010)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.YULI PERMATA SARI,S.Kep.M,Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA BARAT

2022/2023

KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmat
nyalah makalah tentang “Asuhan keperawatan pada penalahgunaan alkohol” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika,
maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang “Asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkohol” ini adalah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan jiwa.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ns. Marizki Putri,S.Kep, M.Kep, selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan jiwa ini. Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang “Asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkohol”. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami
sendiri sebagai penyusun.

Bukittinggi,21 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan
dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada
penggunaan alkohol dilingkungan masyarakat mempengaruhi kewajiban
sosial itu sendiri, dan berpengaruh pada diri sendiri yang mengakibatkan
kerusakan pada organ tubuh serta kurangnya pemenuhan kewajiban bagi diri
sendiri. Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sangat memprihatikan
Fenomena yang terjadi diindonesia yang mengkonsumsi alkohol sepanjang
tahun 2011 dengan 24 jumlah kasus miras dan narkoba semuanya dapat
diselesaikan, pada tahun 2012 bertambah mencapai 50 kasus yang bertambah.
Tahun 2011 tersangka 25 orang sedangkan pada tahun 2013 berjumlah
tersangka 50 orang (SOLOPOS, 2013). Pertumbuhan pengkonsumsi alkohol
bertambah sangat pesat dibuktikan dengan data yang tertera pada fenomena di
atas.
Pada awalnya Seseorang pertama kali mengkonsumsi alkohol karena dapat
menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Pada dasarnya seseorang
mengawali mengkonsumsi karena bujukan teman atau saudara yang berada di
lingkungan sekitarnya, dan melihat ketika mendapat masalah yang berada
dilingkungannya mengkonsumsi alkohol agar dapat merasa tenang. Alkohol
mengandung zat yang bersifat menekan pada saraf pusat sehingga dapat
menimbulkan rasa tenang, menambah kepercayaan diri sehingga berani
berbicara 2 pada orang banyak, tetapi banyak kejadian yang ada semakin
panjang karena emosi tidak terkontrol.
Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan
memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang
panjang dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman
yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan
menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
(Wikipedia, 2014). Pengkonsumsian alkohol meningkat dikarenakan melihat
secara langsung fenomena yang ada dinegara AS merupakan masyarakat
peminum karena dalam iklan menyetarakan minuman keras, bir, dan anggur
dengan senang dan menjadi “dewasa”. Konsumsi alkohol memuncak pada
dewasa; kira-kira 70 persen dari usia 21-25 tahun mengkonsumsi alkohol
sebulan belakangan dan 48 persen dari orang yang berusia 21 tahun sering
berpesta minum Substance abuse and mental health services administration
(Papalia, 2009).
Mengkonsumsi alkohol pada mulanya sedikit semakin lama kadar yang
dikonsumsi semakin tinggi dalam jangka waktu yang lama dalam kurun
waktu 12 bulan DSM-V (APA, 2013), mengakibatkan seseorang tidak bisa
lepas dari alkohol karena zat tersebut yang mengakibatkan ketergantungan.
Dalam tahap ini tidak bisa mengontrol diri untuk tidak menggunakan zat
tersebut, Penyalahgunaan obat adalah setiap pengguna obat yang
menyebabkan gangguan fisik, psikologis, ekonomi, hukum atau sosial baik
pada diri individu pengguna maupun sebagai akibat tingkah laku pengguna
obat tersebut. Pecandu alkohol adalah mereka yang mengalami fiksasi pada
fase oral sehingga mereka memuaskan serta mengatasi 3 dengan alkohol.
Sering mereka tergolong dalam kepribadian yang anti sosial (soetjiningsih,
2007). Penggunaan zat tersebut dilarang karena termasuk dalam zat psikoaktif
atau obat terlarang tapi ada juga tradisi pada suatu daerah memperbolehkan
penggunaan zat tersebut. Fenomena yang terjadi di Boyolali kasus kematian
akibat miras oplosan ada 2 orang, 1 tewas dan yang 1 kritis (Republika,
2013). Mencengangkan lagi lebih dari 103 orang lebih bertempat tinggal di
Jawa Barat menjadi korban miras oplosan, 10 dari 103 meregang nyawa.
Mereka dilarikan ke IGD karena mengalami keracunan dan mengalami efek
penglihatan kabur dikabarkan bisa menyebabkan kebutaan permanen mereka
dirawat intensif dan juga ada yang kritis (Kompas, 2014).
Alkohol masuk dalam zat adiktif sesuai dengan yang tertera dalam
undang-undang No. 5 Tahun 1997 dan No. 35 Tahun 2009. Pengertian ini
didapat karena didefinisikan sebagai zat yang didapat secara alamiah atau
taman yang mengakibatkan penurunan kesadaran yang menyebabkan
timbulnya ketergantungan yang berdapak negative pada diri berpengaruh
pada susunan saraf pusat yang berpengaruh pada aktivitas mental.
B. Rumusan masalah
1. seperti apa penyalahgunaan alkohol pada saat sekarang ?
2. bagaimana asuhan keperawatan pada penyalahgunaan alkoho ?
C. Tujuan
untuk memahami konsep penyalahgunaan alkohol dan asuhan keperawatan
pada pasien penyalahgunaan alkohol
BAB II

PEBAHASAN

A.   DEFINISI
Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyeleweng untuk

melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya atau menggunakan sesuatu tidak

sebagaimana mestinya (Salim dan Salim, 2002).

Yanny (2001) menyatakan bahwa alkohol dapat diperoleh dari hasil

peragian atau fregmentasi oleh mikroorganisme (sel ragi) dari gula, sari buah,

bijibijian, madu, umbi-umbian dan getah kaktuk tertentu. Proses peragian

menghasilkan minuman dengan kadar alkohol hingga 14 persen sedangkan

proses penyulingan akan mempertinggi kadar alkohol, bahkan hingga mencapai

100 persen.

Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah

bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di

berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi ke sejumlah kalangan saja,

umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu (Darmawan,

2010).

Alkohol adalah sebuah depresan sistem saraf pusat klasik, namun efeknya
pada otak terjadi dalam dua tahap yang berbeda. Dalam dosis rendah, alkohol
menyebabkan banyak orang merasa lebih percaya diri, lebih santai dan gembira
(Zoya, 2013).
Alkoholisme adalah penyakit primer, kronis dengan factor – factor
primer, kronis dengan factor – factor genetic, psikososial dan lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan dan manifestasi. Bersifat progresif dan
fatal, dicirikan dengan gangguan pengendalian minuman keras, terpaku
dengan alcohol, paling sering terjadi penyangkalan. Mencakup jatuh atau
kecelakaan, ketidakadekuatan nutrisi, masalah – masalah keluarga, termasuk
isolasi social dan masalah medis efek samping penggunaan alcohol.

penyalahgunaan alkohol pada mahasiswa adalah suatu tindakan atau

sikap penyelewengan oleh mahasiswa terhadap minuman alkohol yang

dapat buruk bagi kesehatan mahasiswa itu sendiri.

B.   ETIOLOGI

 Factor psikologis.
Dipicu oleh tindakan mencoba mengatasi perubahan hidup yang sangat
signifikan dan stressor penyertanya (kurangnya minat untu mengganti
struktur aktivitas, berkurangnya control social, tujuan peran kerja),
hilangnya hubungan (kesepian), kesehatan yang buruk, relokasi dari
lingkungan dan rumah yang dikenal, depresi dan pengasingan, mitos,
stereotip, dan stigma.
 Factor penyebab dari :
- Psikososial, seperti pengaruh harapan tentang efek alcohol,
pengalaman subjektif dari efek farmakologis alcohol, dan konteks
social.
- Budaya, terkait dalam kelompok etnis, agama, dan social yang
berbeda.
 Farmakodinamika alcohol.
Bahan aktif pada minuman keras adalah etil alcohol atau etanol  alcohol
termasuk dalam kelas sedatif hipnotik yang aksinya sama dalam depresi
SSP  efek awalnya adalah mendepresikan sinapsi inhibisi pada otak 
sehingga menyebabkan eksitasi. Manifestasi disinhibisi  jiwa melayang
atau euphoria. Absorpsi dan distribusi : diabsorpsi dari lambung dan
duodenum (20% di lambung 80% di usus)  memasuki aliran darah
dengan cepat  didistribusikan dan mempengaruhi seluruh sel di dalam
tubuh.

Tanda dan gejala


a. Pengaruh segera alkohol setelah pemakaian

1) Kemampuan mengendarai motor terganggu, kehilangan

koordinasi, salah menilai, refleksi lambat.

2) Pusing, kulit menjadi merah, merasa gembira dan rileks


3) Perasaan dan ingatan menjadi tumpul

4) Dosis tinggi menyebebkan mabuk, bicara cedal, penglihatan

ganda, inveral tumpul, kendali diri berkurang, dan tidak

sadarkan diri.

b. Pengaruh jangka panjang

Terjadi “hangover” (pengaruh sisa) sehingga merasa mual, sakit

kepala, pencernaan terganggu, pikiran tidak jernih, seluruh tubuh

sakit, dehidrasi (kehilangan cairan)

C. MANIFESTASI
- Ketergantungan psikologis
Ketergantungan karena penggunaan sendiri alcohol secara berulang dan
berlebihan untuk memperkuat efeknya. Dikonsumsi karena pengaruh
pikiran, emosional dan aktivitas seseorang sehingga sangat sulit untik
menghentikannya.
- Ketergantungan fisik
Keadaan adaptasi fisiologis terhadap obat, biasanya setelah terjadi
toleransi, yang menyebabkan serangkaian karakteristik gejala putus
obat (sindrom abstinensia). Putus obat pada alcohol dapat dipandang
sebagai keadaan hiperekstabilitas yang mewakili fenomena pantilan
pada SSP yang terdepresi secara kronis.
- Tanda dan gejala putus alcohol:
a. ansietas.
b. anoreksia.
c. insomnia.
d. tremor.
e. iritabilitas.
f. goncangan internal, contohnya : takikardi (120 – 140 x/mnt) 
menandakan derilium tremens (merupakan gejala putus obat yang
paling parah).
- derilium  halusinasi, konfusi, disorientasi.
- tremens  peningkatan aktifitas saraf otonom  tremor,agitasi,
takikardi,demam,kejang.

D.   KOMPLIKASI

Fisiologis dan psitologis:

a. Sistem saraf.
Otak lansia menjadi lebih sensitif terhadap efek samping alkohol. Kondisi
paling prevalensi adalah ensefalopati wernicke (karena defisiensi
tiamin, cirinya : konfusi mental,disorientasi, ataksia, abnormalitas
okular). Psikosis korsakoff (karena masalah SSP pada ingesti alkohol
kronis, cirinya kerusakan memori yang parah disertai konfabulasi,
disorientasi, disorientasi intelektual secara umum).
b. Sistem gastrointestinal.
Berkurangnya sekresi mukus pada lansia  menambah efek iritasi dari
alkohol pada jarinagn mukosa  resiko terjadinya cedera lambung.
Konsumsi alkohol jangka panjang mempengaruhi absorpsi,
penggunaan dan penyimpanan nutrisi yang diingestimenyebabkan
terjadinya defisiensi nutrisi. Alkohol mempengaruhi gerakan
peristaltik normalgejala defekasi yang tidak teratur, perdarahan
gastrointestinal atau ulkus peptikum. Berkurangnya metabolisme
etanol menyebabkan  hipoglikemia, hiperlipidemia,ketosis, asidosis,
hiperurisemia.
c. Sirosis alkohol.
Pankreas akut/kronik yang dicikan dengan nyeri abdomen yang parah.
Kanker mulut, faring, esofagus, hati.
d. Sistem kardiovaskuler.
Kardiomiopati alkoholik dan penyakit jantung.
e. Hipertensi.
Karena efek merugikan dari etanol pada hematopoisisabnormalitas sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit  anemia dan gangguan
mekanisme pembekuan darah.

Faktor psikososial

- Senior squalor syndrom (kejorokan dan kelalaian diri tanpa


dimensia atau penyakit kronis lainnya).
- Sempoyongan (sakit kepala pada saat bangun tidur setelah
minum – minuman keras yang terlalu banyak) juga pingsan.
- Ketergantungan psikologis.
- Masalah – masalah kesehatan.
- Kecelakaan, masalah keuangan terkait alkohol.
- Masalah dengan pasangan atau kerabat.
- Masalah dengan teman atau tetangga.

E. PENATALAKSANAAN.

 Pencegahan primer.
Penyuluhan berkaitan dengan alkohol dan bagaimana menghadapi stresor
yang berhubungan dengan penuaan. Topik penyuluhan dapat meliputi :
- Masalah – masalah sekitar penatalaksanaan stres, berduka,
kesepian, hidup sendiri, penurunan kesehatan, fisik sejalan
dengan usia, masalah kematian dan menjelang ajal.
- Penggunaan alkohol berlebih dapat menyebabkan inkoordinasi,
jatuh dan fraktur,
- Sifat dan efek samping penggunaan alkohol.
 Pencegahan sekunder.
Meliputi pengurangan prevalensi penyalahgunaan atau ketergantungan
alkohol melalui pertemuan kasus secara dini, serta pengobatan segera
dan efektif.
 Pencegahan tersier.
Ditujukan pada penurunan keparahan konsekuensi alkohol dan disabilitas
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol. Tujuan umun
rehabilitasi adalah membantu seseorang memperoleh gaya hidup bebas
alkohol, menggunakan metode koping dan pemulihan yang tepat, dan
berpartisipasi dalam program pasca perawatan, dengan tujuan
memperbaiki kualitas hidup.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN.


o Identitas Atau Data Biografi Klien
Seperti : nama, TTL, pendidikan terakhir, golongan darah, agama,
status perkawinan, TB/BB, penampilan umum, cirri –
cirri tubuh, jenis kelamin, alamat, telpon, orang yang
paling dekat dihubungi, hubungan orang tersebut dengan
lansia, alamat dan jenis kelamin orang tersebut.
o Riwayat Keluarga.
- Pasangan : hidup/mati, kesehatan, umur, pekerjaan, alamat,
sebab kematian, tahun meninggal.
- Anak : hidup/mati, nama, alamat, kematian, tahun meninggal,
penyebab kematian.
o Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya,sumber –
sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan, alamat
pekerjaan, jarak tempat kerja dari rumah, alat transpotasi.
o Riwayat Lingkungan Hidup.
Type tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah tingkat,
jumlah orang yang tinggal di rumah/panti, kebersihan dari
penataan kamar, derajat privasi, tetangga terdekat, alamat,
telepon, kondisi rumah/panti.
o Riwayat Rekreasi.
Hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan,
perasaan pasien dengan kegiatan dipanti, kegiatan di panti.
o Kebiasaan Ritual.
Agama, istirahat tidur, kebiasaan beribadah, kepercayaan,
ritual makan.
o Status Kesehatan Saat ini.
Status kesehatan selam 1-5 tahun yang lalu, keluhan kesehatan utama
(PQRST), pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah
kesehatan, derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah
kesehatan dan diagnose medis, alasan masuk panti:
- Obat- obatan : nama dan dosis obat, waktu dan cara
penggunaan, dokter yang memberi, tanggal resep dan
masalah karena obat – obatan.
- Status imunisasi : tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria,
PPD, influenza dll.
- Alergi : obat, makanan, kontang substansi, factor lingkungan.
- Penyakit yang diderita, nutrisi : diet 24 jam, riwayat
peningkatan dan penurunan BB, masalah dalam pemenuhan
nutrisi, biasaan.
o Status Kesehatan Masa Lalu.
Penyakit serius/kronik, taruam, prawatan di RS(alasan masuk, tanggal,
tempat, lamanya, dokter, perawat), operasi (jenis, tempat, alasan,
dokter, hasil, perawat), riwayat obstetric.
o ADL.
Mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sendiri secara
mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengindentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien,
menimbulkan pemilihan intervensi yang tepat. Kemandirian pada
aktifitas sehari – hari dapat diukur dengan menggunakan INDEKS
KATZ. Indeks kemandirian pada aktifitas sehari – hari berdasarkan
pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam
mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan
makan.

B. TINJAUAN SISTEM.
 Keadaan umum.
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan,
demam, keringat malam, kesulitan tidur, seing pilek dan infeksi,
penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan, kemampuan
melukan ADL, tingkat kesadaran.
 Pemeriksaan B1 – B6.
- System immune: kerentangan dan seringnya terkena penyakit,
riwayat imunisasi.
- System gastrointestinal : disfagia, tidak dapat mencerna, nyeri
ulu hati, pembesaran hepar, mual – muntah, hematemesis,
perubahan nafsu makan, intoleransi makan, ulkus, nyeri, ikterik,
benjolan, perubahan kebiasaan defekasi, diare, konstipasi,
melena, hemoroid, perdarahan rectum, pola defekasi biasanya.
- sistem persyarafan : sakit kepala, kejang, sinkope, paralysis,
paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia,cedera
kepala, masalah memori.
 Psikososial.
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut,masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan
perasaan umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping
yang biasa, stress saat ini, masalah tentang kematian dan
kehilangan, dampak penampilan ADL.
 Status Kognitif Afektif/Sosial.
Menggunakan Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
untuk mendeteksi adanya dan tingkatt kerusakan intelektual, terdiri
dari 10 yang mengetes orientasi, memori dalam hubungan dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.


b. Deficit pengetahuan b.d efek penyalahgunaan alcohol dan konsekuensi
dari ketergantungan alcohol.
c. Perubahan konsep diri b.d penggunaan alcohol.

INTERVENSI

a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.


Kriteria hasil:
- Menunjukkan kembali daya ingat dan kemampuan brfungsi
seperti semula.
- Berkomunikasi secara efektif.
- Melaporkan hilangnya distorsi visual atau auditorium.

Intervensi :
- Lakukan observasi secara ketat : jangan meninggalkan tanpa
pengawasan, pindahkan barang – barang dari lingkungan dimana
pasien dapat menggunakannya untuk melukai diri sendiri dan
atau orang lain.
R/ alcohol dapat mengubah pikiran,merupakan suatu anastesi,
dan pasien dapat melukai diri sendiri dengan keinginan untuk
melompat keluar jendela dsb. Demi keamana dan
perlindungan, pindahkan bemda yang dapat melukai diri
sendiri dan orang lain.
- Antisipasi berbagai bentuk tingkah laku yang tidak dapat
diperkirakan dan berhati – hati untuk hal yang tidak terduka.
R/ penggunaan alcohol dapat mengarah pada pikiran yang
aneh/respon yang tidak terduka.
- Beritahu pasien bahwa pikiran dan perasaan yang sekarang
merupakan hasil sari penggunaan alcohol.
R/ informasi ini mungkin berguna untuk pasien yang dapat
menerimanya, namun dapat menyebabkan agitasi.
- Izinkan pasien untuk tidur kapanpun bila memungkinkan.
R/ tidur dapat memberikan waktu bagi alcohol untuk keluar dari
sistem.
- Catat perubahan wicara, rujik pada hilangnya kemampuan wicara
sementara.
R/ mutisme dan kekacauan mental dapat terjadi dan informasi
mingkin menjamin pasien bahwa masalah yang timbul adalah
akibat obat – obatan dan hal ini dapat meningkat sejalan
dengan waktu.
- Antisipasi kebutuhan pasien dan sediakan lebih banyak waktu
bagi pasien memberikan tanggapan atas pertanyaan dan atau
komentar yang diperlukan.
R/ dapat mengurangi kebutuhan untuk berkomunikasi pada saat
timbulnya keinginan/gangguan daya ingat. Waktu yang
adekuat akan memberikan ekspresi penuh.
KASUS

Bp. A 59 tahun datang ke RS Respati karena akhir-akhir ini Bp. A mengeluhkan


pusing. Bp.A juga mengatakan sering merasakan mual, muntah darah dan nyeri
perut, dan sudah beberapa hari BAB warna hitam.  Pasien juga mengatakan
perutnya membesar dan terasa begah. Bp.A juga mengatakan sering minum jamu
tradisional dan juga suka minum alkohol.  Bp.A terlihat pucat, lemas. Nafsu
makannya Bp. A menurun. Berat badan Bp.A juga menurun, yang semulanya 70
kg sekarang menjadi 65 kg. Diagnose pasien sirosis hepatica. Saat dilakukan
pengkajian :
(S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N   : 100x/menit, TD : 100/70 mmHg,
hasil lab Hb :9,0, Albumin : 3,2).

ANALISIS DATA :
 DATA SUBJEKTIF : - pasien mengatakan pusing.
- Pasien mengatakan sering merasakan mual,
muntah darah dan nyeri perut.
- Pasien mengatakan beberapa hari BAB warna
hitam.
- Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa
begah.
- Pasien mengatakan sering minum jamu
tradisional dan minum alcohol.
 DATA OBJEKTIF : - pasien terlihat pucat dan lemas.
- Nafsu makan pasien menurun.
- BB 70 kg menjadi 65 kg.
- S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N   :
100x/menit, TD : 100/70 mmHg, hasil lab Hb :9,0,
Albumin : 3,2, trombosit 70.000/dl, PT: 18, Hb:
9,2 gr/dl.

Diagnosa Keperawatan

a. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat anoreksia.
b. Resiko tinggi injuri (perdarahan) b.d ketidaknormalan profil darah.

INTERVENSI

N Dx Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi


O Hasil
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan o Kaji intake diet
nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan o Anjurkan pasien untuk
kebutuhan tubuh b.d selama 3x 24 jam istrahat/bedrest.
faktor psikologis maka nutrisi dapat
o Pantau asupan nutrisi dan
tercukupi dengan
criteria hasil : kalori.
o Asupan nutrisi o Berikan makanan sedikit
tercukupi. dan sering seseuai dengan
o Asupan makanan diet.
terpenuhi. o Berikan diet 1700 kkal
o Asupan cairan (sesuai terapi) dengan
terpenuhi. tinggi serat tinggi dan
tinggi karbohidrat.
o Berat badan o Kolaborasi dengan ahli
bertambah. gizi.

2. Resiko tinggi injuri Setelah dilakukan o Kaji TTV dan gejala GI.
(perdarahan) b.d tindakan keperawatan o Observasi adanya
ketidaknormalan selama 3x 24 jam petekie, ekimosis dan
profil darah. maka Deprivasi tidur
perdarahan dari
teratasi dengan criteria
hasil : satu/lebih sumber dan
o TD dalam batas bagian lainnya.
normal (90/60 – o Awasi Hb dan factor
120/80) pembekuan darah.
o Pasien tidak o Beriakn obat sesuai
mengeluh begah, order(vit.K, pelunak
tidak mual, bab feses)
tidak kehitaman
dalam batas
normal.
o Trombosit
dalam batas
normal

o Tingkat
kepanikan
menurun.
o Gangguan tidur
teratasi.

IMPLEMENTASI

Dx Keperawatan Tanggal/Jam IMPLEMENTASI


Ketidakseimbang o mengkaji intake diet
an nutrisi: kurang o menganjurkan pasien untuk
istrahat/bedrest.
dari kebutuhan
o memantau asupan nutrisi dan kalori.
tubuh b.d faktor
psikologis o memberikan makanan sedikit dan sering
seseuai dengan diet.
o memberikan diet 1700 kkal (sesuai terapi)
dengan tinggi serat tinggi dan tinggi
karbohidrat.
o Berkolaborasi dengan ahli gizi.

Resiko tinggi o Mengkaji TTV dan gejala GI.


injuri o Mengobservasi adanya petekie, ekimosis
(perdarahan) b.d dan perdarahan dari satu/lebih sumber
ketidaknormalan
dan bagian lainnya.
profil darah.
o Mengawasi Hb dan factor pembekuan
darah.
o Memberikan obat sesuai order(vit.K,
pelunak feses)
BAB IV

PENUTUP

A. kesimpulan

penyalahgunaan alkohol pada mahasiswa adalah suatu tindakan atau

sikap penyelewengan oleh mahasiswa terhadap minuman alkohol yang

dapat buruk bagi kesehatan mahasiswa itu sendiri.

Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan

memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang

panjang dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman

yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan

menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya.

B. Saran

Minum minuman beralkohol sebaiknya dihindari kerena dapat

meunrunkan ketelitaian dan kewaspadaan yang dapat mempengaruhi

pekerjaan maupun bidang akademik.Alkohol juga memberi dampak buruk

pada tubuh apabila dikonsumsi secara berlebihan dan sering. Untuk jenis
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan seperti supir dan

pengendara sarana transportasi lainnya disarankan untuk tidak meminum

minuman beralkohol sebelum bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta : EGC.
2. Maryam, R.Siti, Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut
dan Perawatan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Mubarok, Iqbal Wahit, Santoso, Bambang Ad, Rozikin, Khoirul. 2006.
Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.
4. Nugroho,Wahyudi.1999. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai