DISUSUN OLEH :
SITI SUBEKTI
A32020251
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA RISIKO PERFUSI JARINGAN CEREBRAL TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN
STROKE HEMORRAGIC
DI BANGSAL CEMPAKA KAMAR 20A RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN
Telah disahkan
Hari : ……………………….
Tanggal : ………………………..
Pembimbing Akademik
2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Etiologi
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif : ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
a. Hipovolemia
b. Hipervolemia
c. Aliran arteri terhambat
d. Peningkatan masalah
e. Reduksi mekanis dari aliran darah vena dan atau arteri
f. Hipoventilasi
g. Kerusakan transportasi oksigen melewati membran kapiler dan atau alveolar
h. Tidak sebanding antara ventilasi dengan aliran darah
i. Penurunan konsentrasi Hb darah
j. Keracunan enzim
3
k. Perubahan afinitas Hb-oksigen
2. Kerusakan mobilitas fisik : kerusakan neuro vascular
C. Batasan Karakteristik
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
a. Abnormalitas berbicara
b. Perubahan reaksi pupil
c. Kelemahan ekstremitas/ paralise
d. Perubahan status mental
e. Sulit menelan
f. Perubahan respon motoric
D. Patofisiologi
1. Perfusi jaringan tidak efektif
4
Perdarahan serebral dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstradural atau
epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), di ruang subarachnoid
(hemoragi subarachnoid), atau dalam subtansi otak (hematoma intraserebral).
Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan
kedalam jaringan otakatau ruang sekitar otak ) yang akibatnya menyebabkan
penghentian suplai darah keotak, yang menyebabkan kehil;angan sementara stsu
permanen gerakan berfikir, memori bicara atau sensasi Perdarahan dapat dengan
cepat menimbulkan gejala neurologi karena tekanan pada stuktur saraf di dalam
tengkorak.yang menyebabkan jaringan otak-terjadi perubahan perfusi jaringan
serebral.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik
Pecahnya pembuluh darah menyebabkan suplay O2 dan darah ke otak menurun
yang menyebabkan ischemia serebral dan suplay ke syaraf pusat menurun dan
menyebabkan paralisis sehingga terjadi gangguan mobilitas fisik
5
Masalah Keperawatan Lain yang muncul
1. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
2. Defisit perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,
3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik
4.
6
a. Kelumpuhan wajah / anggota badan ( hemifarese ) yang timbul mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental
d. Afasia ( bicara tidak lancar , kurangnya ucapan dan kesulitan memahami
ucapan ).
e. Ataksia
f. Disatria ( bicara pelo / cedel )
g. Vertigo ,mual , muntah dan nyeri kepala
h. Amaorosis fugar ( kebutaan yang berlalu dengan cepat )terjadi tanpa peringatan .
(mansjoer,2000).
Tumor otak adalah neoplasma atau proses desak ruang yang timbul di dadalm rongga
tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun intratentorial mencakup
tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, saraf otak,
jaringan penyangga serta bagian tubuh lainnya. (Syamsuddin, 2017).
Embolisme ( Emboli serebral ) terjadi ketika gumpalan darah atau debris lainnya
menyebar dari otak dan tersapu melalui aliran darah. Jenis gumpalan darah ini disebut
embolus. emboli berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar
otak.(Rudi Haryono & Maria Putri Sari Utami, 2019).
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat pendarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
Peningkatan tekanan intracranial akan menimbulkan distrosi dan bergesernya otak
yang akan mengganggu perfusi serebral.(Tarwoto, 2013).
7
Hipertensi merupakan factor risiko utama yang dapat mengakibatkan pecahnya
maupun penyempitan pembuluh darah ke otak.Pecahnya pembuluh darah otak akan
menimbulkan perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke
bagian distal, di samping itu darah ekstravasi akan tertimbun sehingga akan
menimbulkan tekanan intracranial yang meningkat, sedangkan penyempitan
pembuluh darah otak akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel-
sel otak akan mengalami kematian.(Hasan, 2018)
8
tambahan yang mungkin mendukung atau menggugurkan bakal diagnosis
keperawatan (NANDA, 2018). Terdapat 14 jenis subkategori data yang
harus dikaji yakni respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi, aktivitas
dan istirahat, neurosensori, reproduksi dan seksualitas, nyeri dan
kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan
diri, penyuluhan dan pembelajaran, interaksi sosial, keamanan dan proteksi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
9
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama merupakan factor yang sangat
mendorong pasien untuk mencari pertolongan. Keluhan yang sering
didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, konvulsi(kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri
otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS<15)
(Muttaqin, 2011)
10
vertigo, kebas, atau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan, nyeri atau
perubahan dalam bicara.
2. Diagnosis keperawatan
11
Masalah (problem) dalam diagnosis pada pasien Stroke Non Hemoragik
yaitu risiko perfusi serebral tidak efektif.Menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) risiko perfusi serebral tidak efektif masuk
kedalam kategori fisiologis dengan subkategori sirkulasi.Risiko perfusi
serebral tidak efektif merupakan kondisi berisiko mengalami penurunan
sirkulasi darah ke otak.Penyebab (etiologi) disini digantikan dengan faktor
risiko yang menimbulkan masalah Risiko perfusi serebral tidak efektif yaitu
keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial,
penurunan kinerja ventrikel kiri, arterosklerosis aorta, diseksi arteri, fibrilasi
atrium, tumor otak, stenosis karotis, miksoma atrium, aneurisma serebri,
koagulapati(mis.anemia sel sabit), dilatasi kardiomiopati, koagulasi
intravaskuler diseminata, embolisme, cedera kepala, hiperkolesteronemia,
hipertensi, endocarditis infektif, katup prosetektik mekanis, stenosis mitral,
neoplasma otak, infark miokard akut, sindrom sick sinus, penyalahgunaan
zat, terapi tombolitik, dan efek samping tindakan(mis tindakan operasi
bypass).
3. Perencanaan Keperawatan
12
Definisi merupakan komponen yang menjelaskan makna dari label
intervensi keperawatan. Tindakan merupakan rangkaian aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri dari empat
komponen meliputi tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan
edukasi dan tindakan kolaborasi(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
13
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
14
membandingkan antara informasi subjektif dan objektif, P (planning) adalah
rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan ,berdasarkan hasil
analisa (Dermawan, 2012).
15
FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan
o keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
Perfusi keperawatan selama 3 X 24 jam Manajemen peningkatan
jaringan perfusi cerebral efektif dengan pemantauan TIK ( I.06198 )
serebral tidak kriteria hasil: Tindakan :
efektif b.d Luaran utama Perfusi cerebral Observasi
aliran darah (L.02014) - Identifikasi penyebab
ke otak Indikator A T peningkatan TIK
terhambat. 1. 1. Tingkat kesadaran 3 5 - Monitor peningkatan TD
(kognitif) meningkat - Monitor penurunan frekuensi
2.Tekanan intra kranial 3 5 jantung
menurun : - Monitor penurunan tingkat
- sakit kepala kesadaran
- gelisah Terapeutik
- kecemasan - Pertahankan posisi kepala dan
- agitasi leher
- deman Edukasi
3.Nilai rata rata tekanan 3 - Jelaskan tujuan dan prosedur
darah /kesadaran pemantauan
membaik : - Informasikan hasil pemantauan
- TD sistolik Perawatan sirkulasi (I.02079)
- TD diatolik Oservasi
- Refleksi syaraf - Periksa sirkulasi perifer
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus di area
keterbatasan gerak
- Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
- Anjrkan melakukan perawatan
16
kulit
17
Kaku sendi Dukungan perawatan diri
Gerakan tidak - BAK/BAB
terkoordinasi 3 5 - Berpakaian
Kelemahan fisik - Makan/minum
- Mandi
Manajemen Energi (I. 05178)
Obsrvasi
- Monitor ketidaknyamanan saat
melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
nyaman
- Lakukan rentang gerak pasif/
aktif
Edukasi
- Anjurkn tirah baring
- Anjrukan melakukan akivitas
secar bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
asupan makanan
18
BAB II
19
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit menular dan keturunan dari keluarga
20
5. Pola Istirahat :
Sebelum sakit : pasien biasa tidur kira-kira 7 jam sehari dan tidur
dengan nyenyak. Pasien biasa tidur kira-kira jam 8 atau 9 malam
dan terbangun sekitar jam 05.
Saat sakit : saat dikaji pasien bermalam/tidur di rs.
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien biasa memakai pakaian sendiri
Saat dikaji : selama di rumah sakit pasien di bantu oleh keluarga
7. Pola rasa nyaman
Sebelum sakit; pasien merasa nyaman hidup bersama keluarga.
Saat dikaji ; pasien mengatakan Sakit kepala, perubahan tingkah
laku kelemahan, tegang pada otat/muka, pasien merasa tidak
nyaman dengan kondisi fisik yang dialami saat ini.
8. Pola Aman
Sebelum sakit ; pasien merasa aman hidup bersama keluarga.
Saat sakit ; pasien mengalami ; Sensorik motorik menurun,
perubahan persepsi dan orientasi, ketidakmampuan menelan,
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi, pasien tidak mampu
mengambil keputusan
9. Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit ; dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene,
pasien biasa melakukannya secara mandiri tanpa bantuan orang
lain, pasien biasa mandi 2 kali sehari memakai sabun mandi, jarang
menyikat gigi.
Saat sakit ; personal hygiene pasien belum mandi dan terlihat
mengenakan pempres dewasa.
10. Pola Komunikasi
Sebelum sakit; pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai
bahasa daerah.
21
Saat dikaji ; pasien mengalami gangguan dalam bicara atau apasia,
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
11. Pola Beribadah
Sebelum sakit ; selalu melakukan shalat lima waktu
Saat sakit; pasien mengatakan perlu bantuan untuk melakukan
ibadahnya
12. Pola Produktifitas
Sebelum sakit; pasien melakukan pekerjaan sebagai petani
Saat sakit ; pasien merasa harus istirahat karena sakit sehingga
meminta bantuan kepada istri, dan keluarganya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya
13. Pola Rekreasi
Sebelum sakit ; pasien tidak tentu dalam berekreasi kadang berlibur
ke luar kota menemui keluarganya
Saat sakit ; pasien berekreasi hanya dengan berkomunikasi dengan
keluarga dan pasien serta keluarga pasien di sebelahnya.
14. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit ; pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji ; keluarga bertanya tentang penyakitnya
22
b. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
meliputi fungsi bila merupakan panca indra :
1. Kepala : Mesochepal
2. Kulit kepala : bersih
3. Mata : reaksi cahaya (+/+), pupil ishokor, sclera anikterik
4. Hidung : bersih,tidak ada pembesaran polip
5. Mulut : bersih, mukosa normal, merot ke kiri
6. Telinga : bersih, tidak ada infeksi, pendengaran berkurang
7. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, ataupun vena
8. Dada : jantung dan paru-paru menggunakan tekhnik (IPPA)
Paru-paru :
- Inspeksi : Bentuk dan pengembangan simetris
- Palpasi : Vocal fremitus seimbang kanan-kiri
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : ronkhi (-), wheezing (-), suara vesikuler
Jantung :
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada pembesaran, ictus cordis teraba di IC 4-5
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi: Irama regular, S1 S2 teratur
9. Abdomen : (IAPP) ]
Payudara dan ketiak : Tidak di temukan adanya kelainan
Abdomen :
Inspeksi :tidak terlihat adanya lesi
Auskultasi : peristaltik 5x/mnt
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi :timpani
23
10. Ekstremitas :
Tidak ada edema, kekuatan otot
Kuku tangan dan kaki pendek, CRT 2 dtk
5 1
5 1
11. Kulit : Integumen turgor kulit elastic 2 dtk, akral hangat
12. Genetalia : tidak ada lesi. terpasang dower catheter no 16
13. Neuro Sensori
Integritas Ego: Emosi labil, respon terhadap rangsang tepat.
Neurologis:
XII = Hipoglosus ( Fungsi motorik lidah; pasien mengalami
penyimpangan lidah ke arah kiri, tremor, tidak mampu menjulurkan
dan menggerakkan lidah dari samping kiri ke samping kanan atau
sebaliknya ).
IX = Glosofaringeus ( Fungsi motorik : pasien mengalami
gangguan refleks faringeal, menelan )
24
ICH minimal di PONS
IVH di ventrikel lateralis bilateralis
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
26-9-2016
HB L 9,4 g/dl 14,0 – 18,0
LEUKOSIT 12.3 10^3/ul 3,8-10,6
HEMATOKRIT L 2.7 % 40-52
ERITROSIT L 2.9 10^6/ul 4,40-5,90
TROMBOSIT L 257 10^3/ul 150-400
MCH H 33 Pg 26-34
MCHC 35 g/dl 32-36
MCV H 94 fL 80-100
CT mnt
BT mnt
KIMIA KLINIK
GDS H 114 mg/dl 70-120
SGOT H 29 U/L 0-50
SGPT H 20 U/L 0-50
WIDAL
UREUM 136 Mg/dl 10-50
CREATININ 4.02 Mg/dl 0,40-0,90
SERO HAEMOLOGI
HBsAG Non reaktif
T3 N Mol/L 0,9-2,5
TSH u IU/ml 0,25-5
T4 N Mol/L 60-120
25
l. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALA PENYEBAB DIAGNOSA
H KEP
Ds/Do P+ E+ S/ P+ E
DS: Trombus/emboli Trombus/Emboli Resiko jaringan
1) Pasien mengatakan sejak di cerebral di cerebral cerebral tidak
tadi pagi tangan dan kaki efektif
kiri tidak dapat di Suplay darah ke
gerakkan, mulut merot ke jaringan cerebral
kiri, mengatakan sulit tidak adekuat
menelan bicara tidak jelas,
kepala pusing, mengalami Perfusi jaringan
gangguan dalam bicara, cerebral tidak
ketidakmampuan adekuat
berkomunikasi secara
verbal Vasospasme
arteri
2) Sensorik motorik cerebral/saraf
menurun, perubahan cerebral
persepsi dan orientasi,
ketidakmampuan menelan, Ishemik/Infark
ketidakmampuan
mengatur kebutuhan Defisit
nutrisi, pasien tidak Neurologis
mampu mengambil
keputusan pasien Gangguan
mengatakan Sakit kepala, mobilitas fisik
perubahan tingkah laku
kelemahan, pasien merasa
tidak nyaman dengan
kondisi fisik yang dialami
26
saat ini.
DO:
1) Tangan dan kaki kiri tidak
dapat di gerakkan, mulut
merot ke kiri, bicara tidak
jelas, tegang pada
otat/muka,
Kekuatan otot :
5 1
5 2
Pasien ada kesulitan dalam
berkomunikasi secara
verbal, Ketidakmampuan
menelan, batuk,
melindungi jalan nafas.
Suara nafas ronchi(-)
TD : 140/90 mmHg
N : 80 X/mnt
S : 36.8 0C
RR : 26 X/mnt
GCS : verbal:3 .
Motorik : 5 .Eye :4.
Total 12
27
menurun Perfusi jaringan
Perhitungan barthel cerebral tidak
indeks dengan hasil 0 adekuat
Mengendalikan
rangsangan BAB : 0 Vasospasme
kadang-kadang tidak arteri
terkendali
Mengedalikan cerebral/saraf
rangsangan BAK : 0 pakai cerebral
kateter
Membersikan diri : 0 Ishemik/Infark
butuh pertolongan orang
lain Defisit
Penggunaan jamban, Neurologis
masuk dan
keluar )melepaskan Gangguan
memakai celana, mobilitas fisik
membersikan, menyiram) :
0 tergantungan dengan
orang lain
Makan : 0 tidak
mampu
Berubah sikap dari
berbaring ke duduk : 0
tidak mampu
Berpindah/Berjalan :
0 tidak mapui
Memakai baju : 0
tidak mampu
Naik turun tangga : 0
28
tidak mampu
Mandi : 0 tergantung
orang lain
Pasien belum mandi dan
terlihat mengenakan
pempres dewasa
Saat BAK pasien
menyatakan tidak bisa
merasakan (ngompol),
29
Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN (minimal 5 intervensi dari tiap DX keperawatan yang
diangkat diikuti rasionalnya)
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan
o keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Mengetahui
Perfusi keperawatan selama 3 X 24 jam Manajemen peningkatan adanya kerusakan
jaringan perfusi cerebral efektif dengan pemantauan TIK saraf III
serebral tidak kriteria hasil: ( I.06198 ) okulomotorius
efektif b.d Luaran utama Perfusi cerebral Tindakan : Mengetahui status
aliran darah (L.02014) Observasi kesadaran
ke otak Indikator A T - Identifikasi penyebab
terhambat. 2. 1. Tingkat kesadaran 3 5 peningkatan TIK Mengawasi
(kognitif) meningkat - Monitor peningkatan perubahan
2.Tekanan intra kranial 3 5 TD hemodinamik
menurun : - Monitor penurunan Mengetahui
- sakit kepala frekuensi jantung perkembangan
- gelisah - Monitor penurunan terapi
- kecemasan tingkat kesadaran
- agitasi Terapeutik Memberikan rasa
- deman - Pertahankan posisi aman dari risiko
3.Nilai rata rata tekanan 3 5 kepala dan leher jatuh
darah /kesadaran Edukasi Penilaian status
membaik : - Jelaskan tujuan dan kesehatan
- TD sistolik prosedur pemantauan
- TD diatolik - Informasikan hasil Mengurangi
- Refleksi syaraf pemantauan hambatan jalan
Perawatan sirkulasi nafas
(I.02079)
Oservasi Kontrol terjadinya
30
- Periksa sirkulasi perifer kesalahan teknis
Terapeutik Klien memahami
- Hindari pemasangan kebutuhan
infus di area oksigenasi
keterbatasan gerak
- Lakukan pencegahan Observasi adanya
infeksi tanda kedaruratan
Edukasi asam basa
- Anjrkan melakukan
perawatan kulit
Pemantauan
neurovaskuler (I. 0204) Menjaga stabilitas
Observasi: dan fungsi
- Onitor perubahan warna anggota gerak
kulit
- Monitor keterbatasan Mengurangi
gerak terjadinya atropi
- Monitor TTV Mencegah atau
Terapeutik mangurangi
- Elevasikan ektermitas bengkak
Edukasi
- Anjurkan menggerakkan Memberi
ekstermitas secara rutin kesempatan pasien
- Anjarkan latihan gerak untuk mandiri
pasif/ aktif
31
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (I. Mengurangi
mobilitas keperawatan selama 3X24 jam, 06171) kekakuan sendi
fisik b.d diharapkan klien dapat melakukan Observasi Menumbuhkan
kerusakan mobilitas fisik dengan kriteria hasil - Identifikasi adanya empati, dan
neurovas- : keluhan nyeri dan kesinambungan
kuler Luaran utama lainnya perawatan
Mobilitas fisik (L.05042) - Identifikasi toleransi
meningkat fisik melkukan
Indikator A T ambulasi
3.Pergerakan ekstermitas 3 5 - Monitor TTV sebelum
Kekuatan otot ambulasi
Rentang gerak (ROM) Terapeutik
4. Nyeri menurun 3 5 - Libatkan keluarga
Kaku sendi untuk mmembantu
Gerakan tidak ambulasi
terkoordinasi 3 5 Edukasi
Kelemahan fisik - Anjurkan melakukan
ambulasi
- Ajarkan ambulasi
sederhana
Dukungan perawatan diri
- BAK/BAB
- Berpakaian
- Makan/minum
- Mandi
Manajemen Energi (I.
05178)
Obsrvasi
- Monitor
32
ketidaknyamanan saat
melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang nyaman
- Lakukan rentang gerak
pasif/ aktif
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjrukan melakukan
akivitas secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk asupan
makanan
33
m. PELAKSANAAN
N Dx Jam Implementasi Respon Paraf
O kep
11 1.2 28-12 Monitorang neurologis Pasien kooperatif
16.30 Monitor ukuran, kesimetrisan, Pupil isokor reflek
reaksi dan bentuk pupil cahaya positif
Monitor tingkat kesadaran Compos mentis
klien
Monitor tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg
Monitor keluhan nyeri kepala, N : 80 X/mnt
mual, muntah S : 36.8 0C
Monitor respon klien terhadap RR : 26 X/mnt
pengobatan Pasien masih pusing
Mengarahkan pasien untuk
menghindari aktivitas Pasien kooperatif
Observasi kondisi fisik klien IVFD Asering 16 tpm
Ceftriaxone 2x1g,
Levoloxacin1x750
mg,Citicolin2X205mg,
Furosemid 1 X 20 mg,
paracetamol 3x 500
mg, Resfar 1x 1 fl,
cairan 1500 cc/ 24 jam,
Prorenal 3X1.
34
Pertahankan jalan nafas tetap dengan tisu
efektif Posisi tidur setengah
duduk
Oksigen 3lpm
Berikan oksigen sesuai intruksi Canul O2 terpasang di
28-12 Monitor aliran oksigen, kanul hidung, humidifier
16.50 oksigen dan sistem humidifier dengan air
Memberi penjelasan kepada Pasien kooperatif
klien tentang pentingnya Tidak ada tanda
pemberian oksigen hypoventilasi
Observasi tanda-tanda hipo- (penurunan RR, PaO2
ventilasi tidak terukur)
Monitor respon klien terhadap TD : 140/90 mmHg
pemberian oksigen N : 80 X/mnt
S : 36.8 0C
Anjurkan klien untuk tetap RR : 26 X/mnt
memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur
35
Libatkan keluarga untuk
membantu klien latihan sendi
36
Observasi tanda-tanda hipo- KU cukup, ektrimitas
ventilasi kiri masih lemah
Monitor respon klien terhadap Pasien di bantu
pemberian oksigen keluarga membersihkan
Anjurkan klien untuk tetap dengan tisu
memakai oksigen selama Posisi tidur setengah
aktifitas dan tidur duduk
Oksigen 3lpm
Canul O2 terpasang di
Ajarkan klien untuk latihan hidung, humidifier
rentang gerak aktif pada sisi dengan air
ekstrimitas yang sehat Pasien kooperatif
37
membantu klien latihan sendi menggeser tubuh secara
mandiri
Monitorang neurologis Pasien kooperatif
Monitor ukuran, kesimetrisan, Pasien dan keluarga
reaksi dan bentuk pupil kooperatif
Monitor tingkat kesadaran Pasien kooperatif
klien Pupil isokort reflek
Monitor tanda-tanda vital cahaya positif
Pasien compos mentis
TD 135/82 mmHg,
Monitor keluhan nyeri kepala, Nadi 74X/mnt, Suhu
mual, muntah 36,8C, RR 18 X/mnt
Pasien masih batuk,
Monitor respon klien terhadap tidak pusing, mual,
pengobatan muntah
Pasien kooperatif
Observasi kondisi fisik klien IVFD dan Injeksi aff
Terapi oksigen Aspilet 1 tab
Bersihkan jalan nafas dari KU cukup, ektrimitas
secret terutama hidung dan kiri masih lemah
mulut
Pertahankan jalan nafas tetap Pasien di bantu
efektif keluarga membersihkan
dengan tisu
Ajarkan klien untuk latihan Posisi tidur setengah
rentang gerak aktif pada sisi duduk
ekstrimitas yang sehat
Pasien kooperatif
Ajarkan rentang gerak pasif dengan bantuan
pada sisi ekstrimitas yang keluarga
parese / plegi dalam toleransi Bisa miring bergantian
38
nyeri sisi
Pasien kooperatif
Topang ekstrimitas dengan dengan bantuan
bantal untuk mencegah atau keluarga
mangurangi bengkak
Tangan dan kaki kiri di
Ajarkan ambulasi sesuai topang dengan bantal
dengan tahapan dan
kemampuan klien Pasien mulai untuk
menggeser tubuh secara
Motivasi klien untuk mandiri
melakukan latihan sendi Pasien kooperatif
seperti yang disarankan
39
n. EVALUASI (menggunakan SOAP)
N Jam Evaluasi(SOAP) Paraf
O
28-12-20 S: Pasien masih batuk, pusing, lemah, sulit bicara
16.00 (pelo)
O:Keadaan umum cukup, CM, TD 144/91 mmHg,
Nadi 76X/mnt, Suhu 37,2C, RR 18 X/mnt, O2-3lpm
A:Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral belum
teratasi
P:Lanjutkan monitoring neurologis dan therapi oksigen
29-12-20 Pasien menyatakan sudah tidak pusing, ingin pulang
15.00 O:Keadaan umum cukup, tampak lebih rileks
TD 1365/82 mmHg, Nadi 74X/mnt, Suhu 36,8C, RR
18 X/mnt
A: MK teratasi sebagian
P: Mobilisasi bertahap, dischard planing, boleh pulang
40
41
BAB III
PEMBAHASAN
42
Data Obyektif:
1) Tangan dan kaki kiri tidak dapat di gerakkan, mulut merot ke kiri, bicara
tidak jelas, tegang pada otat/muka
2) Kekuatan otot :
5 1
5 1
3) Pasien ada kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal, Ketidakmampuan
menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas ronchi
4) Pasien belum mandi dan terlihat mengenakan pempres dewasa
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual,
resiko tinggi ataupun potensial.
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak
terhambat.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuro vaskuler
Masalah keperawatan yang lain adalah
1. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
2. Defisit perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,
3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik
Secara praktek di dapatkan diagnosa keperawatan :
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak
terhambat.
Batasan karakteristik:
Perubahan status mental, Perubahan perilaku kelemahan, Perubahan
respon motorik, Kesulitan menelan, Tangan dan kaki kiri tidak dapat di
gerakkan, mulut merot ke kiri, bicara tidak jelas, tegang pada otat/muka
Faktor yang berhubungan:
Hipertensi, Embolisme, gangguan cerebrovaskuler
43
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuro vaskuler
Batasan karakteristik:
Gangguan sikap berjalan, Gerakan tidak terkoordinasi, Instabilitas postur,
Kesulitan membolak balik posisi, Keterbatasan rentang gerak,
Ketidaknyamanan,
Faktor yang berhubungan:
Gangguan metabolisme, Gangguan muskuloskeletal, Gangguan
neuromuskuler, Gangguan sensori perseptual, Penurunan kekuatan otot,
Program pembatasan gerak, Penurunan kemampuan melakukan
keterampilan motorik kasar
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena penulis
menemukan beberapa batasan karakteristik yang dapat di jadikan acuan untuk
mengangkat diagnose keperawatan tersebut. Berdasarkan diagnosa di atas,
penulis menemukan kesenjangan bahwa tidak selamanya diagnosa yang ada
dalam teori terdapat pula dalam praktek.
C. Intervensi
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi
yang ada dalam teori dapat di aplikasikan ke dalam praktek, begitupun
sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan
kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan pada kasus Tn S ini, bahwa
antara teori dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan
dalam perencanaan tersebut adalah :
Adanya kesenjangan antara intervensi pada teori dan intervensi yang terdapat
dalam praktek misalkan dalam banyak tindakan keperawatan mampu
mempengaruhi secara psikologis pada pasien akan tetapi ada tindakan invasif
yang sangat memudahkan dalam asuhan keperawatan seperti tindakan
pemberian obat, demikian juga pada monitoring hiperventilasi, karena
keterbatasan alat sehingga tidak dapat terukur.
44
D. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan
yang telah disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan.
Adapun implementasi yang dapat di lakukan hanya dapat dilakukan selama 3
hari rawat.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah di berikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang telah di tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi, di dapatkan bahwa
sebagian masalah teratasi.
Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi sebagian adalah :
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak
terhambat.
Evaliasi dengan S O A P menunjukkan bahwa;
S: Pasien menyatakan sudah tidak pusing, ingin pulang
O:Keadaan umum cukup, tampak lebih rileks TD 128/86 mmHg,
Nadi 91X/mnt, Suhu 36 C, RR 18 X/mnt
A: MK teratasi sebagian
P: Mobilisasi bertahap, dischard planing, boleh pulang
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuro vaskuler
Evaliasi dengan S O A P menunjukkan bahwa
S: Pasien menyatakan sudah tidak pusing, ingin pulang
O:Keadaan umum cukup, tampak lebih rileks, bisa miring-miring
bergantian sisi, TD 128/86 mmHg, Nadi 91X/mnt, Suhu 36 C, RR
18 X/mnt
A: MK teratasi sebagian
P: Mobilisasi bertahap, dischard planing, boleh pulang
45
DAFTAR PUSTAKA
46