Disusun Oleh:
Hery Pranoto
202302186
A. Pengertian
Risiko perfusi serebral tidak efektif yaitu beresiko mengalami penurunan
sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan. Sehingga pada
masalah keperawatan risiko gangguan perfusi jaringan serebral ini dapat
berhubungan dengan : aliran arteri terhambat, reduksi mekanis dari aliran
vena/arteri, kerusakan transportasi oksigen melewati kapiler/alveolar
(Herdman, 2014)
Resiko perfusi serebral tidak efektif merupakan kondisi berisiko
mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak (Tim Pokja SDKI DPP, 2016)
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah rentan mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu kesehatan
(NANDA, 2018)
Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif yaitu berisiko mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
(Herdman, T. H., & Kamisuru, S, 2017).
Perfusi jaringan serebral tidak efektif adalah penurunan kadar oksigen
sebagai akibat dari kegagalan dalam memelihara jaringan ditingkat kapiler
(Mutaqin, Arif, 2013).
B. Fakor Risiko
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016) faktor risiko dari risiko perfusi
serebral tidak efektif sebagai berikut :
1. Keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventikel kiri
3. Aterosklrosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi (mis. anemia sel sabit)
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteronemia
16. Hipertensi
17. Endokarditis infektif
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosis mitral
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan (mis. tindakan operasi bypass)
C. Kondisi Klinis Terkait
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016), kondisi klinis terkait resiko perfusi
serebral tidak efektif sebagai berikut :
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskular diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis. meningitis, ensefalitis, abses serebri
D. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
1. Patofisiologi
Patofisiologi Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan
pada sel neuron otak secara bertahap. Tahap pertama diawali dengan
penurunan aliran darah sehingga menyebabkan sel-sel neuron akan
kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini menyebabkan kegagalan
metabolism dan penurunan energi yang dihasilkan oleh sel neuron
tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tersebut memicu respons inflamasi dan diakhiri
dengan kematian sel serta apoptosis terhadapnya (Dosen Keperawatan
Medikal-Bedah Indonesia, 2016).
Prosedur cedera pada susunan saraf pusat ini menyebabkan
berbagai hal, anatara lain gangguan permeabilitas pada sawar darah otak,
kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan
kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang dipicu keradaan radikal bebas
(Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2016)
2. Pathway
Stroke Non-Hemoragik
C. ANALISA DATA
N Data Fokus Masalah Penyebab
o
DS :
Keluarga pasien mengatakan
pasien pusing, mengalami
kelemahan anggota gerak kiri
dan bicara pelo (kesulitan
komunikasi). Pasien
mempunyai riwayat
hipertensi.
DO :
Risiko perfusi
1 - Pasien tampak lemah Hipertensi
serebral tidak efektif
- Pasien hanya terbaring di
tempat tidur
- GCS : E4, V5, M6
- TTV :
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c
DS :
Keluarga pasien mengatakan
mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah kiri,
sejak terjatuh dari kamar
mandi. Keluarga pasien juga
mengatakan pasien tidak bisa
jalan dan semua aktivitasnya
dibantu oleh istri dan
Gangguan mobilitas Penurunan
2 anaknya.
fisik kekuatan otot
DO :
- Saat dikaji pasien
terbaring di tempat tidur
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum lemah
- Kekuatan otot menurun
Atas kanan/kiri : 5/4
Bawah kanan/kiri : 5/4
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d Penuruan Kekuatan Otot
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Risiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen
Serebral Tidak tindakan selama 2x8 jam peningkatan tekanan
Efektif (D.0017) diharapkan masalah intracranial (I.06194)
keperawatan risiko Observasi :
perfusi serebral tidak 1. Identifikasi
efektif dapat teratasi peningkatan TIK. (mis.
dengan kriteria hasil : Lesi, gangguan
Perfusi Serebral metabolism, edema
(L.02014) serebral)
- Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda dan
meningkat gejala TIK. (mis. TD
- Gelisah menurun meningkat tekanan nadi
- Nilai rata-rata TD melebar dll)
menurun Terapeutik :
1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi
fowler
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian terapi
farmakologi
2. Kolaborasi dengan
tim fisioterapis
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
Mobilitas Fisik tindakan selama 2x24 (I.05173)
(D.0054) jam diharapkan masalah Observasi :
keperawatan gangguan 1. Identifikasi adanya
mobilitas fisik dapat nyeri atau keluhan fisik
teratasi dengan kriteria lainnya
hasil : 2. Monitor frekuensi
Mobilitas fisik jantung dan tekanan
(L.05042) darah sebelum memulai
- Pergerakan ekstremitas mobilisasi
meningkat 3. Monitor kondisi
- Kekuatan otot umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
- Rentang gerak ROM Terapeutik :
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas
- Kelemahan fisik mobilisasi dengan alat
menurun bantu (mis : pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis : miring
kanan, kiri, duduk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi).
3. Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi farmakologis
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi hari selasa, 15 September 2021
Tanggal/Jam No Implementasi Respon TTD
Dx
Selasa 1.2 Mengkaji KU klien, S:
14/09/2021 pengkajian terhadap Keluarga klien
08.OO pasien mengatakan klien
masih mengalami
kelemahan anggota
gerak kiri, bicara pelo,
kepala pusing, batuk
pilek.
O:
KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
08.30 1 Memonitor tanda gejala S:-
TIK (TD, nadi) 0:
TD : 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
G. EVALUASI
Senin, 14 September 2021
N Evaluasi TTD
o
Dx
1 S : keluarga klien mengatakan klien pusing, batuk pilek,
mengalami kelemahan anggota gerak kiri, bicara pelo.
O : KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
A : Masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala TIK. (mis. TD meningkat
tekanan nadi melebar dll)
2. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
3. Berikan posisi semi fowler
4. kolaborasi dengan fisioterapi
2 S : Keluarga klien mengatakan mengalami kelemahan anggota
gerak sebelah kiri, sejak terjatuh dari kamar mandi. Keluarga
pasien juga mengatakan pasien tidak bisa jalan dan semua
aktivitasnya dibantu oleh istri dan anaknya, pasien memiliki
riwayat hipertensi
O : Saat dikaji klien terbaring di tempat tidur
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum masih lemah
- Kekuatan otot
Atas kanan/kiri : 5/4
Bawah kanan/kiri : 5/4
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis : pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
farmakologis
Rabu, 15 September 2021
N Evaluasi TTD
o
Dx
1 S : Keluarga klien mengatakan pasien masih mengalami
kelemahan tetapi sudah bisa di gerakan, batuk.
O : KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 150/92mmHg
N: 100 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
A : Masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala TIK. (mis. TD meningkat
tekanan nadi melebar dll)
2. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
3. Berikan posisi semi fowler
4. kolaborasi dengan fisioterapi
BAB III
PEMBAHASAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: PPNI