Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.D PASIEN STROKE NON HEMORAGIC DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA RESIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK
EFEKTIF DI RUANG KEMUNING RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu


Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Hery Pranoto
202302186

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B19


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Risiko perfusi serebral tidak efektif yaitu beresiko mengalami penurunan
sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan. Sehingga pada
masalah keperawatan risiko gangguan perfusi jaringan serebral ini dapat
berhubungan dengan : aliran arteri terhambat, reduksi mekanis dari aliran
vena/arteri, kerusakan transportasi oksigen melewati kapiler/alveolar
(Herdman, 2014)
Resiko perfusi serebral tidak efektif merupakan kondisi berisiko
mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak (Tim Pokja SDKI DPP, 2016)
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah rentan mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu kesehatan
(NANDA, 2018)
Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif yaitu berisiko mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
(Herdman, T. H., & Kamisuru, S, 2017).
Perfusi jaringan serebral tidak efektif adalah penurunan kadar oksigen
sebagai akibat dari kegagalan dalam memelihara jaringan ditingkat kapiler
(Mutaqin, Arif, 2013).
B. Fakor Risiko
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016) faktor risiko dari risiko perfusi
serebral tidak efektif sebagai berikut :
1. Keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventikel kiri
3. Aterosklrosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi (mis. anemia sel sabit)
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteronemia
16. Hipertensi
17. Endokarditis infektif
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosis mitral
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan (mis. tindakan operasi bypass)
C. Kondisi Klinis Terkait
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016), kondisi klinis terkait resiko perfusi
serebral tidak efektif sebagai berikut :
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskular diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis. meningitis, ensefalitis, abses serebri
D. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
1. Patofisiologi
Patofisiologi Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan
pada sel neuron otak secara bertahap. Tahap pertama diawali dengan
penurunan aliran darah sehingga menyebabkan sel-sel neuron akan
kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini menyebabkan kegagalan
metabolism dan penurunan energi yang dihasilkan oleh sel neuron
tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tersebut memicu respons inflamasi dan diakhiri
dengan kematian sel serta apoptosis terhadapnya (Dosen Keperawatan
Medikal-Bedah Indonesia, 2016).
Prosedur cedera pada susunan saraf pusat ini menyebabkan
berbagai hal, anatara lain gangguan permeabilitas pada sawar darah otak,
kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan
kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang dipicu keradaan radikal bebas
(Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2016)
2. Pathway

Thrombosis Hipoksia, hipertensi,


penyakit jantung, obesitas,
Embolisme
merokok
Adanya penyumbatan aliran
darah ke otak oleh
Embolisme berjalan menuju
thrombus, berkembang Penimbunan lemak atau
ke otak melalui arteri karotis
menjadi antherosklerosis kolesterol
pada dinding pembuluh
darah
Terjadi bekuan darah arteri
Arteri tersumbat Pembuluh darah menjadi kaku

Berkurangnya darah kearah


thrombus

Terjadi iskemik dan infark


pada jaringan

Stroke Non-Hemoragik

Penurunan kekuatan Adanya lesi Proses metabolisme Resiko peningkatan


otot serebral diotot terganggu TIK

Kelemahan fisik Terjadinya Penurunan suplai Herniasi fisik serebri


afasia darah O2 ke otak dan keformen
magnum
Gangguan mobilitas Gangguan Resiko perfusi
fisik komunikasi verbal serebral tidak
Defresi saraf
efektif kardiovaskuler dan
saraf

Pola nafas tidak Penekanan saluran


efektif pernapasan Kegagalan
kardiovaskuler dan
pernafasan
E. Diagnosa yang Mungkin Muncul
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016) ada beberapa diagnosa yang mungkin
muncul:
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Nyeri akut
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Pola nafas tidak efektif
6. Defisit perawatan diri
F. Fokus Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien yang harus dikaji meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, agama, suku, status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, nomor rekam medis, tanggal MRS, diagnose medis.
2. Data keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor yang sangat mendorong pasien untuk
mencari pertolongan. Keluhan utama pada pasien stroke biasanya yaitu
sulit menggerakan ekstremitas, pelo, dan lain-lain.
3. Data Riwayat penyakit sekarang
Pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik diawali dengan gangguan
neuromuscular. Gangguan neuromuscular merupakan kondisi progesif
yang dikarakteristikan dengan degenerasi saraf motoric di bagian korteks,
inti batang otak dan sel kormu anterior pada medulla spinalis sehingga
menimbulkan ketidakmampuan system saraf dan otot untuk bekerja
sebagaimanan mestinya (Rianawati & Rahayu, 2015).
4. Data Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan adanya penyakit keturunan yang
diderita seperti hiperkolesterol, hipertensi dan stroke ringan yang
menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
5. Data fisiologis
Pada pasien gangguan mobilitas fisik termasuk kedalam kategori
fisiologis dan subkategori aktivitas atau istirahat, perawat harus mengkaji
data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (2016).
6. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan
berpindah tanpa bantuan.
G. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke menurut Nurarif &
Kusuma (2015)sebagai berikut:
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium
H. Intervensi Masalah Keperawatan Utama
Dx : Resiko perfusi serebral tidak efektif (D 0017)
SIKI : Pemantauan Neurologis ( I.06197)
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan reaktifitas pupil
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor ingatan terakhir, rentang perhatian, memori masa lalu, mood dan
perilaku
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Monitor status pernafasan : Analisa Gas Darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola napas, dan usaha napas
7. Monitor parameter hemodinamika invasive, jika perlu
8. Monitor ICP dan CPP
9. Monitor refleks kornea
10. Monitor batuk dan reflek muntah
11. Monitor irama otot, gerakan motor, gaya berjalan dan propriosepsi
12. Monitor kekuatan pegangan
13. Monitor adanya tremor
14. Monitor kesimetrisan wajah
15. Monitorgangguan visual: diplopia, nistagmus, pemotongan bidang
visual, penglihatan kabur dan ketajaman penglihatan
16. Monitor keluhan sakit kepala
17. Monitor karakteristik bicara: Kelancaran, kehadiran afasia, atau kesulitan
mencari kata
18. Monitor diskriminasi tajam / tumpul atau panas / dingin
19. Monitor parestesi (mati rasa dan kesemuan)
20. Monitor pola berkeringat
21. Monitor respons Babinski
22. Monitor respons Cushing
23. Monitor balutan kraniotomi atau laminektomi terhadap adanya drainase
24. Monitor respons terhadap pengobatan
I. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya
(Koizer, dkk., 2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat.Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung
dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup 18
pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan
pasien dan keluarga .Fase kedua merupakan puncak implementasi
keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi
perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan
(Asmadi, 2008).
J. Evaluasi keperawatan
Menurut Dermawan (2012) evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang
direncanakan, berkelanjutan, dan terarah, ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan pasien menujun pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP ( Subjektif, Objektif, Assessment,
Planing ).
Adapun komponen SOAP yaitu :
1. S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diberikan
2. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
3. A (assessment) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif
4. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium dan Diagnostic
Tanggal 10/09/2021 jam 14.23
No Jenis Nilai Normal Hasil Kesimpulan
Pemeriksaan
1 Batang 3-5 % 0.4 Rendah
2 Limfosit 25-40% 13.4 Rendah
3 Neutrofil 50.0-70.0% 77.5 Tinggi
4 Segmen 50-70% 77.1 Tinggi
2. Pemeriksaan MSCT Kepala Tanpa Kontras
Tanggal 11 September 2021
1) Infark lobus frontotemporal kanan, sugestif pada teritori a.cerebri media
kanan segmen 3-4
2) Infark pada pons paramedian kanan
3) Tak tampak peningkatan TIK
3. Pemeriksaan X-Foto Thorax AP
Tanggal 11 September 2021
1) COR tak membesar
2) Pulmo dalam batas normal
4. Terapi Obat
No Tanggal Nama Terapi Dosis
1 14 September 2021 Inf NACL 20tpm
2 14 September 2021 Inj Ranitidine 50mg
3 14 September 2021 Inj. Citicoline 500mg
4 14 September 2021 Inj. Ceftriaksone 2x1 (h3)
5 14 September 2021 Manitol 4x100mg
6 14 September 2021 PO NAC 3x200mg
7 14 September 2021 PO Citaz 50x2
8 14 September 2021 PO clopidogrel 75x1
9 14 September 2021 PO trifed 3x1
10 14 September 2021 PO Ambroxol 3x1
11 14 September 2021 Flunarisin 2x5mg

C. ANALISA DATA
N Data Fokus Masalah Penyebab
o
DS :
Keluarga pasien mengatakan
pasien pusing, mengalami
kelemahan anggota gerak kiri
dan bicara pelo (kesulitan
komunikasi). Pasien
mempunyai riwayat
hipertensi.
DO :
Risiko perfusi
1 - Pasien tampak lemah Hipertensi
serebral tidak efektif
- Pasien hanya terbaring di
tempat tidur
- GCS : E4, V5, M6
- TTV :
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c

DS :
Keluarga pasien mengatakan
mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah kiri,
sejak terjatuh dari kamar
mandi. Keluarga pasien juga
mengatakan pasien tidak bisa
jalan dan semua aktivitasnya
dibantu oleh istri dan
Gangguan mobilitas Penurunan
2 anaknya.
fisik kekuatan otot
DO :
- Saat dikaji pasien
terbaring di tempat tidur
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum lemah
- Kekuatan otot menurun
Atas kanan/kiri : 5/4
Bawah kanan/kiri : 5/4
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d Penuruan Kekuatan Otot
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Risiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen
Serebral Tidak tindakan selama 2x8 jam peningkatan tekanan
Efektif (D.0017) diharapkan masalah intracranial (I.06194)
keperawatan risiko Observasi :
perfusi serebral tidak 1. Identifikasi
efektif dapat teratasi peningkatan TIK. (mis.
dengan kriteria hasil : Lesi, gangguan
Perfusi Serebral metabolism, edema
(L.02014) serebral)
- Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda dan
meningkat gejala TIK. (mis. TD
- Gelisah menurun meningkat tekanan nadi
- Nilai rata-rata TD melebar dll)
menurun Terapeutik :
1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi
fowler
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian terapi
farmakologi
2. Kolaborasi dengan
tim fisioterapis
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
Mobilitas Fisik tindakan selama 2x24 (I.05173)
(D.0054) jam diharapkan masalah Observasi :
keperawatan gangguan 1. Identifikasi adanya
mobilitas fisik dapat nyeri atau keluhan fisik
teratasi dengan kriteria lainnya
hasil : 2. Monitor frekuensi
Mobilitas fisik jantung dan tekanan
(L.05042) darah sebelum memulai
- Pergerakan ekstremitas mobilisasi
meningkat 3. Monitor kondisi
- Kekuatan otot umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
- Rentang gerak ROM Terapeutik :
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas
- Kelemahan fisik mobilisasi dengan alat
menurun bantu (mis : pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis : miring
kanan, kiri, duduk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi).
3. Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi farmakologis

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi hari selasa, 15 September 2021
Tanggal/Jam No Implementasi Respon TTD
Dx
Selasa 1.2 Mengkaji KU klien, S:
14/09/2021 pengkajian terhadap Keluarga klien
08.OO pasien mengatakan klien
masih mengalami
kelemahan anggota
gerak kiri, bicara pelo,
kepala pusing, batuk
pilek.
O:
KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
08.30 1 Memonitor tanda gejala S:-
TIK (TD, nadi) 0:
TD : 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt

08.45 1.2 Memberikan terapi S:-


farmakologis O:
Inf NACL 0,9% 20tpm
Inj ranitidine 50mg
Inj. Citicoline 500mg
Inj. Ceftriaksone 2x1
(h3)
Manitol 4x100
PO NAC 3x200
PO Citaz 50x2
PO Clopidogrel 75x1
PO Trifed 3x1
PO Ambroxol 3x1
Flunarisin 2x5mg
10.00 Melakukan fisioterapi S : keluarga pasien
mengatakan anggota
gerak kiri masih sulit
untuk di gerakan
O : anggota gerak klien
masih tampak lemah
11.00 2 Memonitor ulang status S:
neurologi dan kekuatan Keluarga klien
otot mengatakan klien
mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah
kiri
O:
Kekuatan otot
Atas : kanan 5, kiri 4
Bawah : kanan 5, kiri 4
11.00 2 Membantu klien untuk S:-
mobilisasi (ROM) O:
Klien dibantu
melakukan mobilisasi
ringan yaitu miring
kanan dan miring kiri
setiap 2 jam sekali,
kemudian melatih gerak
anggota badan
ektremitas atas kiri dan
bawah kiri
11.OO 1 Memberikan posisi semi S:-
fowler pada klien O: Klien tampak lebih
nyaman
13.00 1.2 Memotivasi klien untuk S:-
beristirahat O : Klien tampak akan
istirahat

Implementasi hari Rabu, 15 September 2021


Tanggal/Jam No Implementasi Respon TTD
Dx
Rabu, 1.2 Mengkaji KU klien, S:
15/09/2021 pengkajian terhadap klien Keluarga klien
08.00 mengatakan klien
masih mengalami
kelemahan tetapi
sudah bisa di
gerakan, batuk
O:
KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang Infus
Terpasang kateter
TD: 150/92mmHg
N: 100 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
08.45 1.2 Memberikan terapi S:-
farmakologis O:
Inj ranitidine
50mg
Inj. Citicoline
500mg
Inj. Ceftriaxone
2x1 (h3)
Manitol 4x100
PO NAC 3x200
PO Citaz 50x2
PO Clopidogrel
75x1
PO trifed 3x1
PO Ambroxol
3x1
Flunarisin 5mg
10.00 1.2 Melakukan fisioterapi S : klien
mengatakan
anggota gerak kiri
sudah bisa di
gerakan
O : anggota gerak
klian tampak bisa
di gerakan
11.00 2 Memonitor ulang status S : Keluarga klien
neurologi dan kekuatan otot mengatakan klien
mengalami
kelemahan
anggota gerak
sebelah kiri
O : Kekuatan otot
Atas : kanan 5,
kiri 4 Bawah :
kanan 5, kiri 4
13.00 1.2 Memotivasi klien untuk S:-
beristirahat O : Klien tampak
akan istirahat

G. EVALUASI
Senin, 14 September 2021
N Evaluasi TTD
o
Dx
1 S : keluarga klien mengatakan klien pusing, batuk pilek,
mengalami kelemahan anggota gerak kiri, bicara pelo.
O : KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 155/80 mmHg
N: 91 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
A : Masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala TIK. (mis. TD meningkat
tekanan nadi melebar dll)
2. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
3. Berikan posisi semi fowler
4. kolaborasi dengan fisioterapi
2 S : Keluarga klien mengatakan mengalami kelemahan anggota
gerak sebelah kiri, sejak terjatuh dari kamar mandi. Keluarga
pasien juga mengatakan pasien tidak bisa jalan dan semua
aktivitasnya dibantu oleh istri dan anaknya, pasien memiliki
riwayat hipertensi
O : Saat dikaji klien terbaring di tempat tidur
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum masih lemah
- Kekuatan otot
Atas kanan/kiri : 5/4
Bawah kanan/kiri : 5/4
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis : pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
farmakologis
Rabu, 15 September 2021
N Evaluasi TTD
o
Dx
1 S : Keluarga klien mengatakan pasien masih mengalami
kelemahan tetapi sudah bisa di gerakan, batuk.
O : KU lemah
Terpasang NGT
Terpasang infus
Terpasang kateter
TD: 150/92mmHg
N: 100 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 37◦c
GCS : 15
A : Masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala TIK. (mis. TD meningkat
tekanan nadi melebar dll)
2. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
3. Berikan posisi semi fowler
4. kolaborasi dengan fisioterapi

2 S : Keluarga klien mengatakan mengalami kelemahan anggota


gerak sebelah kiri, sejak terjatuh dari kamar mandi. Keluarga
klien juga mengatakan klien tidak bisa jalan dan semua
aktivitasnya dibantu oleh istri dan anaknya, klien memiliki
riwayat hipertensi
O : Saat dikaji klien terbaring di tempat tidur
- Kesadaran composmentis
- Keadaan umum lebih baik
- Kekuatan otot
Atas kanan/kiri : 5/4
Bawah kanan/kiri : 5/4
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis : pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
farmakologis

BAB III
PEMBAHASAN

Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang


menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke nonhemoragik
dapat disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80- 85% menderita penyakit
stroke non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah stroke hemoragik yang
dapat disebabkan oleh pendarahan intraserebrum hipertensi dan perdarahan
subarachnoid (Wilson & Price, 2016).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini ada 2 yaitu resiko
perfusi serebral tidak efektif dan gangguan mobilitas fisik. Resiko perfusi serebral
tidak efektif muncul karena pasien mengalami bicara pelo, memiliki riwayat
hipertensi dan diagnosa gangguan mobilitas fisik muncul karena pasien
mengalami hemipharese sinistra. Pada kasus ini diagnosa keperawatan utamanya
adalah resiko perfusi serebral tidak efektif.
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien stroke
non hemoragic dengan gangguan mobilitas fisik adalah dilakukan Range Of
Motion ROM aktif. Range of motion (ROM) aktif merupakan latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kemampuan
pergerakkan sendi secara normal untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Pemberian ROM aktif secara dini bisa meningkatkan kekuatan otot, kekurangan
pasien hemiparese apabila tidak ditangani segera mengalami kelemahan otot yang
permanen (Potter & Perry, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sarah, dkk (2007)
tentang “pengaruh latihan ROM terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia”
menunjukkan hasil bahwa latihan ROM dapat meningkatkan fleksibilitas sendi
lutut.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggriani et al (2018) di dapatkan
hasil nilai signifikansi kekuatan otot tangan sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan otot tangan sebelum dan
sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan bahwa ROM berpengaruh dalam
meningkatkan kekuatan otot tangan responden. Nilai signifikansi kekuatan otot
kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM sebesar 0,000. Artinya terdapat
perbedaan kekuatan otot kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM. Hal ini
membuktikan bahwa ROM berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot kaki
responden
Menurut Nursalam, 2012 gerakan ROM aktif yang dilakukan untuk latihan
aktif anggota gerak atas dan bawah adalah sebagai berikut : fleksi, ekstensi,
hiperektensi, rotasi, sirkumsisi, supinasi, pronasi, abduksi, adduksi, dan oposisi.
1. Latihan 1
a. Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.
b. Letakkan kedua tangan diatas kepala.
c. Kembalikan tangan ke posisi semula.
2. Latihan II
a. Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.
b. Kembalikan keposisi semula
3. Latihan III
a. Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.
b. Kembalikan ke posisi semula
4. Latihan IV
a. Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.
b. Luruskan siku kemudian angkat ke atas.
c. Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur
5. Latihan V
a. Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang
sehat angkat ke atas dada.
b. Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.
6. Latihan VI
a. Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian
luruskan
b. Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
7. Latihan VII
a. Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.
b. Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah
pergelangan kaki
c. Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian
turunkan pelan-pelan.
8. Latihan VIII
a. Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke atas sekitar
3cm.
b. Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi
yang satunya lagi.
c. Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi
9. Latihan IX
a. Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang
kontraktur dengan tangan yang lain.
b. Dengan tangan yang lainnya penokong memegang pinggang pasien.
c. Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.
d. Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi
Latihan Range Of Motion (ROM) aktif yang terprogram dan
dilakukan secara berkesinambungan dan teratur dapat memberikan hasil
yang optimal, karena semakin seringnya sendi digerakkan secara teratur
dengan teknik yang tepat dan perlahan, maka dapat meningkatkan
kekuatan otot dan respon syaraf pada penderita stroke non hemoragik
pada ekstremitas bawah yang awalnya kurang menjadi baik kekuatan
ototnya (Suratun, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja


(1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Indonesia, Dosen Keperawatan Medikal-Bedah. 2016. Rencana Asuhan


Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2013). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika333

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Nursalam. (2012). Konsep Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis D3an Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I.
Jakarta: Salemba Medika

Perry & Potter. (2009). Fundamental Of Nursing. Jakarta: Salemba medika.

Suratun, dkk. (2013). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletan. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai