Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HAEMORAGIC

Disusun sebagai salah satu syarat dan tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
ANZILA ATFI N.H
2211040068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak dengan gejala klinis
baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan
kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah
sub arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni, 2017).
Stroke merupakan kegawat daruratan medik yang menjadi salah satu penyebab kematian
dan kecacatan. Stroke dapat menyerang semua golongan usia dan sebagian besar akan
dijumpai pada usia 55 tahun keatas. Stroke non hemorargik terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu atau mengalami (iskemik) yang disebabkan oleh
oklusi atau stenosis arteri (Taufiqurrohman,dkk, 2016).
Stroke non hemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh bekuan darah (baik sebagai
trombus maupun embolus), atau dari stenosis pembuluh yang disebabkan karena
penumpukan plak (Lemone, 2016). Stroke non hemoragic adalah suatu gangguan peredaran
darah ke otak akibat tersumbatnya pembuluh darah tanpa terjadi suatu perdarahan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, stroke non hemorargik adalah stroke yang disebabkan
karena gangguan peredaran darah ke otak yang disebabkan oleh trombus maupun embolus
ataupun stenosis pembuluh yang terjadi akibat penumpukan plak tanpa adanya perdarahan.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Otak

Gambar 1. Anatomi Otak


Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar
400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-
macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan
gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi,
berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan.

C. ETIOLOGI
Stroke biasanya terjadi disebabkan oleh salah satu dari kejadian dibawah ini :
1. Thrombolisis
Pengumpulan trombus mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis
endotelial dari pembuluh darah. Arteroslerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan
membentuk plak di dinding pembuluh darah, plak ini yang membuat pembuluh drah
menyempit (Black & Hawks, 2014)
2. Emboli cerebra
Yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir melalui pembuluh
darah dibawa ke otak, dan nyumbat aliran darah bagian otak tertentu (Nurarif, 2015).
3. Spasme pembuluh darah
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, penurunan aliran darah ke
arah otak yang disuplay oleh pembuluh darah yang menyempit (Black & Hawks, 2014).

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala stroke non hemorargik antara lain;
Gambaran klinis stroke non hemorargik terkait dengan arteri yang terkena
1. Arteri karotis interna
a. Hemiparesis atau paralisis pada bagian wajah, lengan dan kaki
b. Defisit sensorik kontralateral pada wajah, lengan dan kaki
c. Afasia atau disfasia jika terkena hemisfer yang dominan
d. Apraksia, agnosia, dan unilateral neglect jika terkena hemisfer non dominan
e. Gangguan penglihatan (Chang, 2010)
2. Arteri serebri anterior
a. Hemiparesis pada kaki sampai tungkai bagian bawah
b. Berkurangnya sensorik kontralateral pada kaki sampai tungkai bagian bawah
c. Kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan atau bertindak secara volunter
d. Inkontinensia urine (Lemone, dkk, 2016)
3. Arteri serebri media
a. Hemiplegia pada derah (flacid pada muka, lengan dan tungkai pada sisi kontralateral)
b. Gangguan sensorik (pada daerah yang sama sebagai hemiplegia)
c. Aphasia (aphasia global jika hemisfer dominan yang dipengaruhi)
d. Hemonymous hemianopsia
e. Bingung sampai dengan koma (makin buruk tingkat kesadaran)
f. Ketidakmampuan menggerakan mata terhadap sisi yang paralisis
g. Denial paralisis
h. Kemungkinan pernapasan chynestokes
i. Sakit kepala
j. Paresis vasomotor
4. Arteri vertebrobasilaris
a. Lemah di sisi yang diserang
b. Mati rasa di sekitar bibir dan mulut
c. Potongan bidang visual
d. Diplopia
e. Koordinasi buruk
f. Disfagia
g. Bicara mencerca
h. Pusing
i. Amnesia dan ataksia (Masriadi, 2016)
5. Arteri basilaris
a. Quadriplegia
b. Kelemahan otot faring, lidah, dan wajah (Chang, dkk, 2010)
6. Arteri serebralis
a. Atakasia, vertigo, limbung dan nistagmus
b. Mual dan muntah
c. Gangguan rasa nyeri dan sensibilitas terhadap suhu pada batang tubuh dan
ekstermitas di sisi kontralateral
d. Paralisis tatapan mata
e. Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak mata yang terkena (Chang, dkk, 2010)
Gambaran klinis stroke non hemorargik berdasarkan sisi otak yang terkena menurut (Nair
& Peate, 2015) antara lain;
1. Sisi kanan otak
a. Kehilangan fungsi motorik pada kiri tubuh
b. Pusat bahasa tidak terganggu
c. Defisit lapang pandang kiri
d. Ketidakpedulian yang nyata akan kebebasan
e. Penilaian dan perilaku impulsif yang buruk
2. Sisi kiri otak
a. Dominan untuk bicara, kemampuan analisis, dan memori auditori serta verbal
b. Hemiplegia sisi kanan
c. Afasia ekspresif, reseptif, atau global
d. Gangguan proses berpikir
e. Kelemahan
f. penglihatan sisi kanan
g. Perilaku berhati-hati

E. PATHOFISIOLOGI
Berdasarkan dari segi penyebab, stroke non hemorargik dapat terjadi dari beberapa faktor
pencetus dimulai dari faktor gaya hidup, faktor yang dapat diubah, sampai dengan faktor
yang tidak dapat diubah. (Alchuriyah & Wahjuni) dan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dari berbagai faktor tersebut dapat menyebabkan ateroklerosis yang terbentuk daerah
yang berlemak, seiring waktu terbentuk plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang mengalami
keterbatasan terutama di daerah yang berlawanan yaitu di percabangan arteri ekstraserebral.
Sel darah merah/ trombosit kemudian melekat pada permukaan plak bersama dengan
fibrin, secara perlahan trombosit yang melekat dapat memperbesar ukuran plak sehingga
menyebabkan terbentuknya trombus. Penyempitan atau oklusi tersebut dapat dapat
mengakibatkan aliran darah ke serebral sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stroke non
hemorargik (Chang, dkk, 2010).
Apabila aliran suplai darah ke otak terganggu maka akan menimbulkan perfusi darah
pada otak itu sendiri berubah yang dapat menimbulkan hipoksia. Dari hipoksia dalam otak
akan menyebabkan berbagai macam patofisiologi munculnya klasifikasi stroke yaitu
trombotik, embolik, iskemik, dan infark lakunar. Penyebab yang pertama adalah stroke
iskemik (TIA), dimana saling berhubungan dengan iskhemik serebral dan disfungsi
neurologis sementara.
Trombotik bekuan cairan didalam pembuluh darah adalah tipe stroke yang paling umum
terjadi, dimana sering dikaitkan dengan ateroklerosis dan menyebabkan penyempitan lumen
arteri sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak yang dapat
mengenai arteri serebral tunggal. Stroke infak lakunar terjadi ketika stroke trombotik
mengenai pembuluh serebral terkecil tidak segera ditangani sehingga meninggalkan rongga
kecil di jaringan otak atau batang otak yang dapat mengenai arteri serebral tengah tengah
dan arteri serebral posterior (Lemone, dkk, 2016)
Penyebab umum yang terakhir adalah stroke embolik kardiogenik (bekuan darah atau
material lain) terjadi ketika bekuan darah dari fibrilasi atrial, trombi ventrikel, infark
miokard, penyakit jantung kongesti, atau plak ateroklrerosis masuk ke sistem sirkulasi dan
menjadi tersumbat pada pembuluh serebral tersebut, sehingga menyebabkan oklusi pembuluh
darah, yang dapat mengenai arteri serebral tengah (Lemone, dkk, 2016).
F. PATHWAY

Faktor yang dapat dimodifikasi:


Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
- Hipertensi
- Umur
- DM
- Ras
- Jenis kelamin - Jantung
- Genetik - Life style

Penyumbatan pembuluh darah


otak

Iskemik jaringan pada otak

Kerusakan pusat Stroke Non Hemoragik Adanya lesi Terjadinya Gangguan


gerakan motorik serebral Afasia Komunikasi Verbal

Proses metaboleisme otak


Kelemahan fisik terganggu

* Gangguan Suplay oksigen ke otak Pola nafas tidak


menurun efektif
mobilitas fisik

* Gangguan
Mobilitas
Perfusi Serebral
menurun
tidak efektif

Defisit
Perawatan Tirah baring Risiko kerusakan
Diri integritas kulit
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan mengidentifikasi area perdarahan (biasanya untuk pemakaian darurat.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifikasi lokasi iskemik (lebih lambat dari
CT scan).
3. MRA (Maagnetik Resonance Angiography) dapat mengidentifikasi vasculature
abnormal atau vasospasm.
4. Difusi atau perfusi MRI/MRA akan menunjukkan area yang tidak mendapatkan suplai
darah dalam jumlah cukup, namun belum mengalami infarktus.
5. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) akan menunjukkan area yang
tidak mendapat perfusi secara tepat
H. PENATALAKSANAAN
a. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
b. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
e. EKG dan pemantauan jantung.
f. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK )
g. Rehabilitasi neurologik
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Umur
Stroke ditemukan pada semua golingan usia, namun sebagian besar akan dijumpai
pada usia di atas 55 tahun. Kejadian stroke secara eksposional meningkat pada usia
yang sudah lanjut, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada usia 80-90
adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30 40 tahun
(Bustan, 2015).
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan wanita, hal ini terjadi karena laki-laki memiliki hormon testoteron yang bisa
meningkatkan kadar LDL darah.
c. Alamat / Tempat tinggal
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Ghani,dkk, 2016) bahwa penderita
stroke paling banyak terjadi yang tinggal di perkotaan daripada di perdesaan
2. Pengkajian Primer
Airway
Pada penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran umumnya
mengalami hambatan jalan napas dan sekret berbuih
a) Breathing
1) Inspeksi
Terdapat retraksi otot pernapasan, pernapasan lebih dari 20 x/menit,
kesulitan bernapas, sesak napas atau apnea, kemungkinan pernapasan
cheynestokes
2) Palpasi
Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri selama ada
penumpukan sekret
3) Perkusi
Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat sekret dalam lapang paru
4) Auskultasi
Terdapat suara napas tambahan ronkhi, wheezing jika pasien stroke
mengalami penurunan kesadaran.
c) Circulation
1) Tekanan darah : dapat ditemukan tekanan darah tinggi/hipertensi dengan
tekanaan darah >200 mmHg
2) Nadi : Frekuensi nadi dapat bervariasi
3) Suhu : Hipertermia
4) Capilary Refill Time : Kapiler refill time > 1-2 detik
5) Sianosis/pucat
Pada pasien stroke non hemorargik yang mengalami perfusi serebral tidak
efektif menyebabkan kadar PaO2< 95% sehingga menyebabkan sianosis
6) Akral
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis sehingga dapat
ditemukan akral dingin
7) Kelembapan
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis dan akral dingin
sehingga mengalami kelembapan pada kulitnya.
8) Disability
a. GCS/AVPU
b. Respon bicara (verbal)
c. Respn motorik
d. Secondary survey
e. Five intervensi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat perafasan
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
4. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
5. Defisit perawatan Diri b.d gangguan neuromuscular
6. Risiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi
K. INTERVENSI
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. pola nafas tidak Setelah dilakukan Tindakan Observasi
efektif b.d depresi keperawatan selama 3x24 - Monitor pola nafas
pusat pernafasan jam diharapkan masalah pola (frekuensi, kedalaman)
nafas dapat teratasi dengan - Monitor bunyi nafas
kriteria hasil : tambahan
Pola Nafas Terapeutik
- Frekuensi nafas - Posisikan pasien semi
- Kedalaman fowler atau fowler
Keterangan : - Berikan minum hangat
1 = memburuk - Berikan oksigen
2 = cukup memburuk Edukasi
3 = sedang - Anjurkan asupan cairan
4 = cukup membaik 200ml/hari, jika tidak
5 = membaik ada kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
mukolitik, ekspektoran
jika perlu
2. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
serebral tidak keperawatan selama 3x24 - Manajemen tanda/gejaka
efektif b.d jam diharapkan masalah peningkatan TIK (tekanan
hipertensi gangguan perfusi jaringan darah meningkat, tekanan nadi
serebral dapat teratasi melebar, bradikardia, pola
dengan kriteria hasil : nafas ireguler, kesadaran
Perfusi serebral : menurun)
 Sakit kepala - Monitor intake dan output
 Kegelisahan cairan
Keterangan : - Monitor status pernafasan
1 = meningkat Terapeutik
2 = menurun - Minimalkan stimulus dengan
3 = sedang menyediakan lingkungan yang
4 = cukup menurun tenang
5 = menurun - Berikan posisi semi fowler

 Tingkat kesadaran - Cegah terjadinya kejang

 Kognitif - Pertahankan suhu tubuh


normal
 Tekanan darah
Kolaborasi
sistolik
- Kolaborasi pemberian
 Tekanan darah
obt
diastolik
- Kolaborasi pemberian
 Refleks saraf
O2 sesuai indikasi
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
3. Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Ambulasi :
mobilitas fisik b.d keperawatan selama 3x4 jam Observasi
penurunan diharpkan masalah gangguan - Identifikasi adanya nyeri atau
kekuatan otot (D. mobilitas fisik dapat teratasi keluhan fisik lainnya
0054) dengan kriteria hasil: - Identifikasi intoleransi fisik
Mobilitas Fisik melakukan ambulasi
 Pergerakan ekstremitas - Monitor kondisi umum
 Kekuatan otot selama ambulasi

 Rentang gerak (ROM) Terapeutik :

Keterangan : - Fasilitasi aktivitas ambulasi

1 = menurun dengan alat bantu

2 = cukup menurun (tongkat/kruk)

3 = sedang - Fasilitasi melakukan

4 = meningkat mobilisasi fisik

5 = cukup meningkat - Libatkan keluarga untuk

 Nyeri membantu pasien dalam


meningkatkan ambulasi
 Kecemasan
Edukasi
 Kaku sendi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
 Gerakan terbatas
ambulasi
 Kelemahan fisik
- Anjurkan melakukan
Keterangan
ambulasi dini
1 = meningkat
- Ajarkan ambulasi sederhana
2 = cukup meningkat
yang harus dilakukan (mis.
3 = sedang
Berjalan dari tempat tidur ke
4 = cukup menurun
kursi roda, berjalan dari
5 = menurun tempat tidur ke kamar mandi)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
- Kolaborasi dengan tenaga
medis lain untuk fisioterapi
4. Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Promosi Komunikasi : Defisit
Komunikasi keperawatan selama 3x24 bicara
Verbal b.d jam diharapkan gangguan Observasi :
penurunan komunikasi verbal pasien - Monitor kecepatan, tekanan,
sirkulasi serebral dapat teratasi dengan kriteria kuantitas, volume dan diksi
(D.0119) hasil : bicara
Komunikas Verbal - Monitor proses kognitif
 Kemampuan yang berkaitan dengan
berbicara bicara (mis. memori,
 Kemampuan pendengaran dan bahasa)
mendengar - Identifikasi perilaku
 Kesesuaian ekspresi emosional dan fisik sebagai
wajah/tubuh bentuk komunikasi

 Kontak mata - Monitor frustasi, marah,

Keterangan depresi atau hal lain yang

1 = menurun mengganggu bicara

2 = cukup menurun Terapeutik

3 = sedang - Gunakan metode komunikasi

4 = cukup meningkat alternatif (mis. Menulis, mata

5 = meningkat berkedip, isyarat tangan)

 Apraksia - Sesuaikan gaya komunikasi


dengan kebutuhan (mis.
 Pelo
berdiri di depan pasien dan
 Afasia
mendengarkan dengan
Keterangan
seksama)
1 = meningkat
- Ulangi apa yang dibicarakan
2 = cukup meningkat pasien
3 = sedang - Berikan dukungan psikologis
4 = cukup menurun Edukasi
5 = menurun - Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara.
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis

5. Defisit perawatan Setelah dilakukan Observasi :


diri b,d gangguan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi kebiasaan
neuromuscular jam diharapkan masalah BAK/BAB sesuai usia
(D.0109) defisit perawatan diri dapat - Monitor integritas kulit
teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi usia dan budaya
Perawatan Diri dalam membantu
 Kemampuan mandi berpakaian
 Kemampuan - Monitor kemampuan
mengenakan pakaian menenlan
 Kemampuan ke toilet - Monitor status hidrasi
(BAK/BAB) Terapeutik

 Kemampuan makan - Bantu pasien dalam

minat melakukan melakukan personal hygiene

perawatan diri - Bantu pasien mengganti

Keterangan pakaian

1 = menurun - Bantu pasien dalam

2 = cukup menurun mengganti pakaian

3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
6. Risiko gangguaan Setelah dilakukan Tindakan Perawatan Integritas Kulit
intergirtas keperawatan selama 3x34 Observasi
kulit/jaringan b.d jam diharapkan risiko - Identifikasi penyebab
imobilisasi gangguan integritas kulit gangguan integritas kulit
dapat teratasi dengan kriteria (penurunan mobilitas,
hasil : penurunn kelembapan,
Integritas Kulit dan jaringan perubahan sirkulasi)
 Elastisitas Terapeutik
 Kerusakan jaringan - Ubah posisi tiap 2 jam sekali

 Kerusakan lapisan jika tirah baring

kulit - Bersihkan perineal dengan

Keterangan air hangat, terutama selama

1 = menurun periode diare

2 = cukup menurun - Hindari produk berbahan

3 = sedang dasar alcohol pada kulit

4 = cukup meningkat kering

5 = meningkat Edukasi
- anjurkan penggunaan
pelembab
- anjurkan minum air yang
cukup
- anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Alchuriyah, S & Wahjuni (2016). Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia MudaPada Pasien
Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D. (2010). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan,
112-113, Jakarta, EGC.
Ghani L, Laurentia K M & Delima. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke Di
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Maret 2016. Vol. 44, No. 1,: 49-58
LeMone, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media
Nair M., and Peate I. (2015). Pathophysiology for nurse at a Glance. John Wiley & Sons.
Chapter 15: 36-37.
Nur’aeni Yuliatun Rini. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga RSUD
Dr. Soedirman Kebumen, Program Studi DIII Akademi Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1

Anda mungkin juga menyukai