Disusun Oleh :
ANZILA ATFI N.H
2211040068
C. ETIOLOGI
Stroke biasanya terjadi disebabkan oleh salah satu dari kejadian dibawah ini :
1. Thrombolisis
Pengumpulan trombus mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis
endotelial dari pembuluh darah. Arteroslerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan
membentuk plak di dinding pembuluh darah, plak ini yang membuat pembuluh drah
menyempit (Black & Hawks, 2014)
2. Emboli cerebra
Yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir melalui pembuluh
darah dibawa ke otak, dan nyumbat aliran darah bagian otak tertentu (Nurarif, 2015).
3. Spasme pembuluh darah
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, penurunan aliran darah ke
arah otak yang disuplay oleh pembuluh darah yang menyempit (Black & Hawks, 2014).
E. PATHOFISIOLOGI
Berdasarkan dari segi penyebab, stroke non hemorargik dapat terjadi dari beberapa faktor
pencetus dimulai dari faktor gaya hidup, faktor yang dapat diubah, sampai dengan faktor
yang tidak dapat diubah. (Alchuriyah & Wahjuni) dan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dari berbagai faktor tersebut dapat menyebabkan ateroklerosis yang terbentuk daerah
yang berlemak, seiring waktu terbentuk plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang mengalami
keterbatasan terutama di daerah yang berlawanan yaitu di percabangan arteri ekstraserebral.
Sel darah merah/ trombosit kemudian melekat pada permukaan plak bersama dengan
fibrin, secara perlahan trombosit yang melekat dapat memperbesar ukuran plak sehingga
menyebabkan terbentuknya trombus. Penyempitan atau oklusi tersebut dapat dapat
mengakibatkan aliran darah ke serebral sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stroke non
hemorargik (Chang, dkk, 2010).
Apabila aliran suplai darah ke otak terganggu maka akan menimbulkan perfusi darah
pada otak itu sendiri berubah yang dapat menimbulkan hipoksia. Dari hipoksia dalam otak
akan menyebabkan berbagai macam patofisiologi munculnya klasifikasi stroke yaitu
trombotik, embolik, iskemik, dan infark lakunar. Penyebab yang pertama adalah stroke
iskemik (TIA), dimana saling berhubungan dengan iskhemik serebral dan disfungsi
neurologis sementara.
Trombotik bekuan cairan didalam pembuluh darah adalah tipe stroke yang paling umum
terjadi, dimana sering dikaitkan dengan ateroklerosis dan menyebabkan penyempitan lumen
arteri sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak yang dapat
mengenai arteri serebral tunggal. Stroke infak lakunar terjadi ketika stroke trombotik
mengenai pembuluh serebral terkecil tidak segera ditangani sehingga meninggalkan rongga
kecil di jaringan otak atau batang otak yang dapat mengenai arteri serebral tengah tengah
dan arteri serebral posterior (Lemone, dkk, 2016)
Penyebab umum yang terakhir adalah stroke embolik kardiogenik (bekuan darah atau
material lain) terjadi ketika bekuan darah dari fibrilasi atrial, trombi ventrikel, infark
miokard, penyakit jantung kongesti, atau plak ateroklrerosis masuk ke sistem sirkulasi dan
menjadi tersumbat pada pembuluh serebral tersebut, sehingga menyebabkan oklusi pembuluh
darah, yang dapat mengenai arteri serebral tengah (Lemone, dkk, 2016).
F. PATHWAY
* Gangguan
Mobilitas
Perfusi Serebral
menurun
tidak efektif
Defisit
Perawatan Tirah baring Risiko kerusakan
Diri integritas kulit
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan mengidentifikasi area perdarahan (biasanya untuk pemakaian darurat.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifikasi lokasi iskemik (lebih lambat dari
CT scan).
3. MRA (Maagnetik Resonance Angiography) dapat mengidentifikasi vasculature
abnormal atau vasospasm.
4. Difusi atau perfusi MRI/MRA akan menunjukkan area yang tidak mendapatkan suplai
darah dalam jumlah cukup, namun belum mengalami infarktus.
5. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) akan menunjukkan area yang
tidak mendapat perfusi secara tepat
H. PENATALAKSANAAN
a. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
b. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
e. EKG dan pemantauan jantung.
f. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK )
g. Rehabilitasi neurologik
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Umur
Stroke ditemukan pada semua golingan usia, namun sebagian besar akan dijumpai
pada usia di atas 55 tahun. Kejadian stroke secara eksposional meningkat pada usia
yang sudah lanjut, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada usia 80-90
adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30 40 tahun
(Bustan, 2015).
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan wanita, hal ini terjadi karena laki-laki memiliki hormon testoteron yang bisa
meningkatkan kadar LDL darah.
c. Alamat / Tempat tinggal
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Ghani,dkk, 2016) bahwa penderita
stroke paling banyak terjadi yang tinggal di perkotaan daripada di perdesaan
2. Pengkajian Primer
Airway
Pada penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran umumnya
mengalami hambatan jalan napas dan sekret berbuih
a) Breathing
1) Inspeksi
Terdapat retraksi otot pernapasan, pernapasan lebih dari 20 x/menit,
kesulitan bernapas, sesak napas atau apnea, kemungkinan pernapasan
cheynestokes
2) Palpasi
Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri selama ada
penumpukan sekret
3) Perkusi
Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat sekret dalam lapang paru
4) Auskultasi
Terdapat suara napas tambahan ronkhi, wheezing jika pasien stroke
mengalami penurunan kesadaran.
c) Circulation
1) Tekanan darah : dapat ditemukan tekanan darah tinggi/hipertensi dengan
tekanaan darah >200 mmHg
2) Nadi : Frekuensi nadi dapat bervariasi
3) Suhu : Hipertermia
4) Capilary Refill Time : Kapiler refill time > 1-2 detik
5) Sianosis/pucat
Pada pasien stroke non hemorargik yang mengalami perfusi serebral tidak
efektif menyebabkan kadar PaO2< 95% sehingga menyebabkan sianosis
6) Akral
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis sehingga dapat
ditemukan akral dingin
7) Kelembapan
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami diaforesis dan akral dingin
sehingga mengalami kelembapan pada kulitnya.
8) Disability
a. GCS/AVPU
b. Respon bicara (verbal)
c. Respn motorik
d. Secondary survey
e. Five intervensi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat perafasan
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
4. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
5. Defisit perawatan Diri b.d gangguan neuromuscular
6. Risiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi
K. INTERVENSI
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. pola nafas tidak Setelah dilakukan Tindakan Observasi
efektif b.d depresi keperawatan selama 3x24 - Monitor pola nafas
pusat pernafasan jam diharapkan masalah pola (frekuensi, kedalaman)
nafas dapat teratasi dengan - Monitor bunyi nafas
kriteria hasil : tambahan
Pola Nafas Terapeutik
- Frekuensi nafas - Posisikan pasien semi
- Kedalaman fowler atau fowler
Keterangan : - Berikan minum hangat
1 = memburuk - Berikan oksigen
2 = cukup memburuk Edukasi
3 = sedang - Anjurkan asupan cairan
4 = cukup membaik 200ml/hari, jika tidak
5 = membaik ada kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
mukolitik, ekspektoran
jika perlu
2. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
serebral tidak keperawatan selama 3x24 - Manajemen tanda/gejaka
efektif b.d jam diharapkan masalah peningkatan TIK (tekanan
hipertensi gangguan perfusi jaringan darah meningkat, tekanan nadi
serebral dapat teratasi melebar, bradikardia, pola
dengan kriteria hasil : nafas ireguler, kesadaran
Perfusi serebral : menurun)
Sakit kepala - Monitor intake dan output
Kegelisahan cairan
Keterangan : - Monitor status pernafasan
1 = meningkat Terapeutik
2 = menurun - Minimalkan stimulus dengan
3 = sedang menyediakan lingkungan yang
4 = cukup menurun tenang
5 = menurun - Berikan posisi semi fowler
Keterangan pakaian
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
6. Risiko gangguaan Setelah dilakukan Tindakan Perawatan Integritas Kulit
intergirtas keperawatan selama 3x34 Observasi
kulit/jaringan b.d jam diharapkan risiko - Identifikasi penyebab
imobilisasi gangguan integritas kulit gangguan integritas kulit
dapat teratasi dengan kriteria (penurunan mobilitas,
hasil : penurunn kelembapan,
Integritas Kulit dan jaringan perubahan sirkulasi)
Elastisitas Terapeutik
Kerusakan jaringan - Ubah posisi tiap 2 jam sekali
5 = meningkat Edukasi
- anjurkan penggunaan
pelembab
- anjurkan minum air yang
cukup
- anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Alchuriyah, S & Wahjuni (2016). Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia MudaPada Pasien
Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D. (2010). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan,
112-113, Jakarta, EGC.
Ghani L, Laurentia K M & Delima. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke Di
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Maret 2016. Vol. 44, No. 1,: 49-58
LeMone, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media
Nair M., and Peate I. (2015). Pathophysiology for nurse at a Glance. John Wiley & Sons.
Chapter 15: 36-37.
Nur’aeni Yuliatun Rini. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga RSUD
Dr. Soedirman Kebumen, Program Studi DIII Akademi Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1