Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

Oleh :

Ninda Irana
210103035

UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU
2021
1
STROKE
A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Mansjoer dkk, 2010).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah
stroke disebut dengan faktor resiko stroke, antara lain hipertensi, penyakmit
jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Keadaan yang dapat menyebabkan
stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, kurang olah raga, jenis kelamin
(pria), suku bangsa (negro/spanyol) (Corwin, 2005).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak. (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke atau
penyakit serebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
otak (Price & Wilson, 2006) .
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doenges, 2000).

B. Klasifikasi
1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA). Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam
waktu lebih lamadari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
2
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala
neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan
neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan Kausal:
a. Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya
penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi
pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada
pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang
diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu,
trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau
Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri
kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena adanya
gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. Etiologi
1. Infark otak (80 %)
a. Emboli
1) Emboli Kardiogenik ( Fibrilasi atrium dan aritmia lain, Trombus
mural dan ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta,
Endokarditis)
2) Emboli paradoksial
3) Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
1) Penyakit ekstra kranial ( Arteri karotis interna, Arteri vertebralis).

3
2) Penyakit intra kranial ( Arteri karotis interna, arteri serebri
interna, arteri basilaris, Lakuner)
2. Perdarahan intra serebral (15 %)
a. Hipertensi
b. Malformasi arteri-vena
c. Angiopati amiloid
3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a. Trombus sinus dura
b. Deseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis sistem syaraf pusat
d. Penyakit oklusi arteri besar intra cranial yang progresif
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g. Penyalahgunaan obat
h. Kelainan hematologi (Anemia sel sabit, Polisistemia, leukemia)
i. Miksoma atrium (Mansjoer dkk, 2003).

D. Beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu :


1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin (pria), ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA atau stroke, riwayat jantung koroner, fibrilasi
atrium, dan hetero zigot.
2. Yang dapat diubah
a. Hipertensi. Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya.
Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah
cerebral.
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral. Adanya kelainan pembuluh
darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver
tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
4
c. Kelainan jantung / penyakit jantung. Paling banyak dijumpai pada
pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja
jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang
bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
d. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke
karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah
sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan
yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
e. Polocitemia. Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran
darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
f. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi
dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari
lemak.
g. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan
kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada
pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
h. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah
oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
i. Kurang aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi
kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh
darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

E. Tanda Gejala
1) Kehilangan motorik: disfungsi motorik yang paling umum adalah
hemiparese (kelemahan salah satu sisi tubuh) atau hemiplegia (paralisis
salah satu sisi).
2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”.
3) Tonus otot lemah atau kaku.
4) Gangguan sensori: menurun atau hilangnya rasa.
5
5) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”.
6) Kehilangan komunikasi: gangguan bahasa dan komunikasi (Disatria:
kesulitan dalam membentuk kata; afasia atau disfasia: bicara
defeksif/kehilangan bicara; dan apraksia: ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
7) Gangguan persepsi: ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi.
8) Gangguan status mental
9) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis yang ditandai dengan
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi

F. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang
otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat
suplai darah. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesi yang
terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark
hemoragik jika arteri pecah.

6
G. Pathway
Etiologi
(makanan, merokok, hipertensi, lanjut usia

Kolesterol dan lemak meningkat Penumpukan nikotin Tahanan perifer Elastisitas pembuluh
di pembuluh darah di pembuluh darah meningkat darah menurun

Arteriosklerosis (penyempitan pembuluh Aliran darah ke otak tersumbat


darah)

Hipertensi/hipotensi Pembuluh darah


Aliran darah terganggu tersumbat

Oklusi pembuluh darah


Hemisfer kiri shock (kolaps sirkulasi
vaskuler)

Pecah/bekuan darah
Penurunan fungsi motorik Kenaikan TIK

Kerusakan integritas kulit


Lobus parietalis Lobus Lobus Gangguan pergerakan
(sulit menyusun temporalis frontalis tubuh PTIK
kata) (rangsangan (hambata
bicara n
terganggu) gerak/lu Perfusi jaringan turun
mpuh)

Hambatan Resiko ketidakefektifan perfusi


komunikasi jaringan serebral
verbal

Hambatan mobilitas
Defisit perawatan diri
fisik

7
H. Komplikasi
Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlampaui.
Komplikasi umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi yang kurang
memadai. Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi adalah sbb:
1. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat
dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik.
2. Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27%
pasien stroke.
3. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu
dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
4. Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
5. Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian
penderita atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase
akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi
harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak
kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil.
Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
6. Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat
7. Komplikasi muskuloskeletal: Spastisitas dan kontraktur(umumnya
sesuai pola hemiplegi), nyeri bahu (umumnya di sisi yang lemah),
bengkak dan tungkai dingin (lebih sering pada kaki), jatuh dan fraktur.

I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan atas hasil:
1. Penemuan Klinis
a. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang
mendadak.Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
8
b. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko
sepertihipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah
lainnya.
2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat
membantudiagnosis dan membedakannya dengan perdarahan
terutama pada faseakut, memperlihatkan adanya edema , hematoma,
iskemia dan adanya infark.
b. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk
mendapatkangambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu, atau bila scan tak jelas,membantu menentukan penyebab
stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
c. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapatmembantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahanintraserebral
(PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
d. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi
e. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
f. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
g. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
h. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal ( Doenges, 2000 ).
3. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan
darahrutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila
perlugambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,
Doppler,Elektrokardiografi (EKG).

J. Penatalaksanaan medis
9
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4) Bed rest
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
11) Penatalaksanaan spesifik berupa:
 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor,
tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi

K. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama KK
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan KK
10
4) Pendidikan KK
5) Komposisi KK dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status ekonomi keluarga
10) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Denah rumah
3) Karakteristik tetangga dan komunitas RT
4) Mobilitas dan geogafis keluarga
5) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
6) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
f. Stres dan koping keluarga
11
1) Stressor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon tehadap situasi atau stressor
3) Strategi koping yang digunakan
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan pemeriksaan head to toe

L. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan: intoleran aktivitas
3) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan: perubahan
persepsi
4) Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral

M. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
b) Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
c) Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
2) Pemeriksaan integumen
a) Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus
bed rest 2-3 minggu
b) Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c) Rambut: umumnya tidak ada kelainan

3) Pemeriksaan kepala dan leher


12
a) Kepala: bentuk normocephalik
b) Muka: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
c) Leher: kaku kuduk jarang terjadi
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
a) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
b) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu
sisi tubuh.
c) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
d) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.

13
N. Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut brhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x Pain Management
peningkatan tekanan vaskuler pertemuan, keluarga dan klien dapat: 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
serebral. 1. Pain Control onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya
a. Keluarga dan klien mengenal faktor-faktor nyeri.
penyebab 2. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman
b. Keluarga dan klien mengenal onset nyeri pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan
c. Keluarga dan klien tahu tindakan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
pertolongan non farmakologi 3. Pantau penggunaan bantal.
d. Keluarga dan klien melaporkan gejala-gejala 4. Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
nyeri kepada tim kesehatan. 5. Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu
e. Nyeri terkontrol bangun tidur.
2. Tingkat nyeri 6. Bantu klien untuk mengompres hangat pada
a. Melaporkan nyeri sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
b. Frekuensi nyeri 7. Observasi respon ketidaknyamanan secara
c. Lamanya episode nyeri verbal dan non verbal.
d. Ekspresi nyeri; wajah 8. Pastikan pasien menerima perawatan analgetik
e. Perubahan respirasi rate dengan tepat.
f. Perubahan tekanan darah 9. Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk
g. Kehilangan nafsu makan mengetahui respon penerimaan pasien terhadap
nyeri.
10.Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri
11.Monitor perubahan nyeri baik aktual maupun
potensial.
12.Sediakan lingkungan yang nyaman.

14
13.Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum
atau sesudah nyeri berlangsung
14.Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk
meringankan nyeri.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
Definisi: keterbatasan pada 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan dan lihat respon pasien saat latihan
pergerakan fisik tubuh atau satu kriteria hasil: 2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
atau lebih ekstremitas secara  Klien meningkat dalam aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
mandiri dan terarah.  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas berjalan dan cegah terhadap cedera
Berhubungan dengan: intoleran  Memverbalisasikan perasaan dalam 4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas, ansietas, gangguan meningkatkan kekuatan dan kemampuan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
kognitif, kontraktur, nyeri, dan berpindah 5. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
lain-lain.  Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Batasan karakteristik: dispnea mobilisasi (walker) 6. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
setelah beraktivitas, pergerakan 7. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
gemetar, keterbatasan kemampuan tentang teknik ambulasi
untuk melakukan keterampilan 8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
motorik kasar dan motorik halus, berikan bantuan jika diperlukan
tremor akibat pergerakan, dan lain- 9. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
lain. rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3 Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Bantu keluarga dalam memahami pembicaraan
Definisi: penurunan, kelambatan, 3x24 jam, hambatan komunikasi verbal pasien pasien.
atau ketiadaan kemampuan untuk berkurang, dengan kriteria hasil: 2. Bicara pada pasien dengan lambat dan dengan
menerima, memproses, mengirim,  Pasien dapat berbicara dengan kata-kata yang suara yang jelas
dan atau menggunakan sistem jelas 3. Dengarkan pasien dengan baik.
simbol.  Pasien tidak pelo 4. Gunakan kata dan kalimat yang singkat
Berhubungan dengan: perubahan 5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
15
persepsi, perubahan sistem saraf  Pasien dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan bantuan bicara
pusat, defek anatomis, tumor otak, 6. Berikan reinforcement positif kepada pasien
penurunan sirkulasi ke otak, 7. Anjurkan pasien untuk mengulangi
hambatan fisik, kondisi psikologis, pembicaraanya jika belum jelas
kendala psikologis, kelemahan 8. Gunakan interpreter jika perlu.
sistem muskuloskeletal, dan lain-
lain.
Batasan karakteristik: tidak dapat
bicara, kesulitan mengekspresikan
pikiran secara verbal (misalnya
afasia, disfasia, apraksia), kesulitan
menyusun kata-kata (misalnya
disatria), dispnea, pelo, sulit bicara,
dan lain-lain.
4 Resiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan selama 3x24jam 1. Monitor TTV
jaringan cerebral ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi 2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman,
Definisi: resiko penurunan dengan kriteria hasil: kesimetrisan dan reaksi
sirkulasi jaringan otak.  Tekanan systole dan diastole dalam rentang 3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
Faktor resiko: emboli, trauma yang diharapkan nyeri kepala
kepala, hipertensi, efek samping  Tidak ada ortostatikhipertensi 4. Monitor level kebingungan dan orientasi
terkait terapi, koagulopati, tumor  Komunikasi jelas 5. Monitor tonus otot pergerakan
otak, dan lain-lain  Menunjukkan konsentrasi dan orientasi 6. Monitor tekanan intrkranial dan respon
 Pupil seimbang dan reaktif nerologis
7. Catat perubahan pasien dalam merespon
 Bebas dari aktivitas kejang
stimulus
 Tidak mengalami nyeri kepala
8. Monitor status cairan
9. Pertahankan parameter hemodinamik
16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC


Doenges, M. E. et al. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Perencanaan Pendokumentasaian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Friedman, Marlyn M, Vicky R.B, Elaine G.J (2010). Keperawatan Keluarga.
Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2002) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeusculapius.
Mosby. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). Amerika: Elsevier.
Mosby. (2006). Nursing Outcome Classification (NOC). Amerika: Elsevier.
Muttaqin, A. (2010). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda Internasional. (2012) Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W., Meinarno, E.A. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik,
Jakarta: EGC
Valentina, L. B. (2007) Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan Dan
Management Edisi 2. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai