Anda di halaman 1dari 20

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi


1.1 Nervus Cranialis

1.2 Jaras Sensorik dan Motorik


1.3 Capsula Interna
2. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainannya
3. Memahami dan Menjelaskan Stroke
3.1 Definisi
Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak, medulla
spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap selama ≥24 jam atau
menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah.
3.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko stroke yang dapat diidentifikasi diantaranya:
a. Riwayat keluarga
b. Penyakit kardiovaskular
Risiko stroke meningkat pada orang dengan riwayat penyakit aterosklerotik, seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung dan klaudikasio intermiten.
c. Hipertensi
Pembuluh darah yang rusak akibat tekanan darah tinggi bisa menyempit, pecah atau
bocor. Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan penggumpalan darah terbentuk di
arteri yang menuju ke otak, menghalangi aliran darah dan berpotensi menyebabkan
stroke.
d. Merokok
1) Merokok menyebabkan peningkatan koagulabilitas darah, viskositas darah, kadar
fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meningkatkan tekanan darah,
meningkatkan hematokrit, menurunkan kolesterol HDL dan meningkatkan
kolesterol LDL.
2) Berhenti merokok dapat memperbaiki fungsi endotel.
3) Perokok pasif berisiko sama dengan perokok aktif.
e. Diabetes
Pada pasien diabetes, tubuh tidak dapat membuat insulin atau tidak dapat menggunakan
insulin dengan benar, yang menyebabkan glukosa menumpuk di dalam darah. Seiring
waktu, kadar glukosa yang tinggi dapat merusak pembuluh darah tubuh, meningkatkan
kemungkinan stroke.
f. Dislipidemia
Ketika ada terlalu banyak kolesterol dalam darah, itu bisa menumpuk di dinding arteri
dan mempersempit arteri. Ini disebut aterosklerosis. Ini dapat memblokir aliran darah
atau menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan stroke iskemik.
g. Fibrilasi atrium
Pada fibrilasi atrium, irama jantung yang kacau dapat menyebabkan darah terkumpul di
ruang atas jantung (atrium) dan membentuk gumpalan. Jika bekuan darah di bilik kiri
atas (atrium kiri) lepas dari area jantung, ia dapat berpindah ke otak dan menyebabkan
stroke.
h. Stenosis karotis asimtomatik
Stenosis arteri karotis dapat menyebabkan stroke. Jenis stroke yang biasanya terjadi
akibat stenosis karotid adalah potongan plak (atau trombosit yang terbentuk pada plak)
yang berjalan ke otak. Disebut stroke "iskemik", itu memotong suplai darah ke sebagian
otak.
i. Sickle cell disease (SCD)
Sickle cell disease adalah kelainan darah yang terkait dengan stroke iskemik yang
menyerang terutama anak-anak kulit hitam. Penyakit ini menyebabkan beberapa sel
darah merah membentuk bentuk sabit yang tidak normal. Stroke dapat terjadi jika sel
sabit tersangkut di pembuluh darah dan menghalangi aliran darah ke otak.
j. Polisitemia
Pasien dengan PV dapat hadir dengan berbagai manifestasi neurologis termasuk sakit
kepala, pusing, dan kelemahan. PV menyebabkan peningkatan hematokrit, yang
meningkatkan viskositas darah. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah otak,
mempercepat pembentukan trombus dan stroke iskemik.
k. Obesitas
Obesitas dikaitkan dengan kadar kolesterol "jahat" dan trigliserida yang lebih tinggi dan
menurunkan kadar kolesterol "baik". Obesitas juga dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi dan diabetes.
3.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah ke area jaringan otak berkurang, mengakibatkan
hipoperfusi jaringan. Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi. Ada
beberapa mekanisme potensial yang dapat menyebabkan stroke iskemik termasuk:
 Emboli: embolus yang berasal dari tempat lain di tubuh (misalnya jantung)
menyebabkan obstruksi pembuluh otak, mengakibatkan hipoperfusi ke area otak
yang disuplai oleh pembuluh darah.
 Trombosis: bekuan darah terbentuk secara lokal di dalam pembuluh otak (misalnya
karena pecahnya plak aterosklerotik).
 Hipoperfusi sistemik: suplai darah ke seluruh otak berkurang akibat hipotensi
sistemik (misalnya serangan jantung).
 Trombosis sinus vena serebral: bekuan darah terbentuk di pembuluh darah yang
mengalirkan otak, mengakibatkan kongesti vena dan hipoksia jaringan.

2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia
intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia
subaraknoid
a. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral melibatkan perdarahan di dalam otak sekunder akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan intraserebral dapat intraparenkim (di dalam
jaringan otak) dan/atau intraventrikular (di dalam ventrikel).

b. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan subarachnoid adalah jenis stroke yang disebabkan oleh perdarahan di luar
jaringan otak, antara pia mater dan arachnoid mater.
Bedasarkan defisit neurologis dibagi menjadi empat jenis yaitu :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan timbulnya defisit
neurologis akut yang berlangsung kurang kurang dari 24 jam. Stroke ini tidak akan
meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak terlihat pernah mengalami serangan
stroke. Akan tetapi adanya TIA merupakan suatu peringatan akan serangan stroke
selanjutnya sehingga tidak boleh di abaikan begitu saja. (Irfan, 2012)
b. Reversible Ischemic Neurological Deficid (RIND)
Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja berlangsung lebih lama, maksimal 1
minggu (7 hari). RIND juga tidak meninggalkan gejala sisa. (Irfan, 2012)
c. Complete Stroke
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit neurologis akut
yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan meninggalkan gejala sisa. (Irfan,
2012)
d. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)
Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit di tentukan prognosanya. Hal ini
disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil, berubah-ubah, dan dapat mengarah ke
kondisi yang lebih buruk. (Irfan, 2012)
Berdasarkan klinisnya (Bamford classification), stroke dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Lacunar Syndromes (LACS)
Stroke lacunar (LACS) adalah stroke subkortikal yang terjadi sekunder akibat penyakit
pembuluh darah kecil. Salah satu dari berikut ini perlu ada untuk diagnosis LACS:
- Stroke sensorik murni
- Gerakan motorik murni
- Stroke sensori-motorik
- Hemiparesis ataksik
b. Total Anterior Circulation Stroke (TACS)
Total Anterior Circulation Stroke (TACS) adalah stroke kortikal besar yang
mempengaruhi area otak yang disuplai oleh arteri serebral tengah dan anterior. Ketiga hal
berikut harus ada untuk diagnosis TACS:
- Kelemahan unilateral (dan/atau defisit sensorik) pada wajah, lengan, dan kaki
- Hemianopia homonim
- Disfungsi serebral yang lebih tinggi (disfasia, gangguan visuospasial)
c. Partial Anterior Circulation Stroke (PACS)
Stroke sirkulasi anterior parsial (PACS) adalah bentuk TACS yang tidak terlalu parah, di
mana hanya sebagian sirkulasi anterior yang terganggu. Dua dari berikut ini perlu ada
untuk diagnosis PACS:
- Kelemahan unilateral (dan/atau defisit sensorik) pada wajah, lengan, dan kaki
- Hemianopia homonim
- Disfungsi serebral yang lebih tinggi (disfasia, gangguan visuospasial)*
* Disfungsi serebral yang lebih tinggi saja juga diklasifikasikan sebagai PACS.
d. Posterior Circulation Syndromes (POCS)
Sindrom sirkulasi posterior (POCS) melibatkan kerusakan pada area otak yang disuplai
oleh sirkulasi posterior (misalnya otak kecil dan batang otak). Salah satu dari berikut ini
perlu ada untuk diagnosis POCS:
- Kelumpuhan saraf kranial dan defisit motorik/sensorik kontralateral
- Defisit motorik/sensorik bilateral
- Gangguan gerakan mata konjugasi (misalnya kelumpuhan pandangan horizontal)
- Disfungsi cerebellar (misalnya vertigo, nistagmus, ataksia)
- Hemianopia homonim terisolasi
3.4 Patofisiologi
3.5 Manifestasi Klinis
Tabel um surabaya n tabel hemo vs iskem
3.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding
ANAMNESIS
a. Keluhan utama: kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, dan penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit: hipertensi, diabetes, anemia, penyakit jantung
c. Riwayat penyakit keluarga: stroke, hipertensi, diabetes mellitus
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran, kekuatan otot, tonus
otot, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium. Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan
pemeriksaan yang dikenal sebagai glascow coma scale untuk mengamati pembukaan kelopak
mata, kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan).
1) Keadaan Umum Kesadaran: Composmentis GCS: E: 4 V: 1 M: 6 TTV: TD: 140/80
mmHg, N: 82x/menit, RR: 25x/menit, S: 36,5°C
2) Pemeriksaan kepala: normal cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala.
3) Pemeriksaan muka: asimetris, muka dan rahang kekuatan lemah
4) Pemeriksaan mata: kelopak mata normal, konjungtiva anemis, pupil isokor, skelra ikterus,
reflek cahaya positif, mata tampak cowong.
5) Pemeriksaan telinga: biasanya tidak ada masalah pada telinga atau normal.
6) Pemeriksaan hidung: pernafasan cuping hidung
7) Pemeriksaan mulut: bibir tidak simetris, mukosa bibir kering
8) Pemeriksaan leher: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
9) Pemeriksaan Thorax:
Dada :
I: bentuk simetris, tidak ada retraksi
P: vokal fremitus simetris
P: sonor
A: suara nafas terdengar ronchi
Jantung:
I: ICS tak tampak
P: tidak ada pembesaran jantung, ICS teraba di ICS V
P: redup
A: reguler
10) Pemeriksaan abdomen I: bentuk simetris, tidak ada lesi A: bising usus 18x/menit P: tidak
ada nyeri tekan P: tympani
11) Pemeriksaan genetalia: terpasang kateter
12) Pemeriksaan integumen: kulit pucat, turgor kulit jelek
13) Pemeriksaan ekstremitas: biasanya terjadi kelumpuhan pada anggota badan sebelah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Head CT Scan
- sudah harus dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
- bermanfaat untuk mengetahui jenis dan lokasi pada pasien stroke.
- mengetahui hubungan antara lokasi lesi pada gambaran CTScan kepala pasien
stroke.
- Umum dilakukan utk stroke
2. Elektro Kardiografi (EKG)
- untuk mendeteksi kelainan jantung dengan mengukur aktivitas listrik yang
dihasilkan oleh jantung, sebagaimana jantung berkontraksi
- Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial fibrilasi, MCI
(Myocard Infark) cukup tinggi pada pasien stroke.
3. Ultrasonografi Dopller
- suatu alat yang menggunakan gelombang suara untuk dapat mengetahui aliran
darah di pembuluh darah.
- menentukan adanya stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi.
4. Lumbal pungsi
- Bila ada kecurigaan perdarahan subaraknoid
5. Pemeriksaan Laboratorium
- bentuk darah, sputum (dahak), urine, dan cairan tubh lainnya
- untuk mnentukan diagnosa atau membantu menegakkan diagnosis penyakit.
- Adapun pemeriksaan laboratorium pada pasien stroke yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan darah rutin
1) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
2) INR, APTT
3) Serum elektrolit
4) Gula darah
5) CRP dan LED
6) Fungsi hati dan fungsi ginjal
b. Pemeriksaan khusus atau indikasi
1) Protein C, S, ST III
2) Cardioplin antibodies
3) Hemocytein
4) Vasculitis-screnning (ANA, Lupus, AC)
5) CSF
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
3.7 Tatalaksana
1. Tata Laksana Umum
a. Tata Laksana Umum di Ruang Gawat Darurat
- Stabilisasi jalan napas dan pernapasan. Oksigen diberikan apabila saturasi
<95%. Intubasi endotrakeal dilakukan pada pasien yang mengalami hipoksia,
syok, dan berisiko mengalami aspirasi.
- Stabilisasi hemodinamik dengan cara:
Cairan kristaloid dan koloid intravena. Hindari cairan hipotonik.
Pemasangan kateter vena sentral, dengan target 5-12 cmH20.
Optimalisasi tekanan darah sistol berkisar 140 mmHg.
- Pemeriksaan awal fisis umum.
- Pengendalian peningkatan tekanan intracranial (TIK) . Hal-hal yang dapat
dikerjakan pada pasien dengan kecurigaan peningkatan TIK antara lain:
Elevasi kepala 20-30°
Posisi pasien jangan menekan vena jugular
Hindari pemberian cairan glukosa. Cairan hipotonik, dan hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi dengan Manitol dan furosemid
Paralisis neuromuskular dan sedasi
Drainase ventrikular
- Penanganan transformasi hemoragik: lihat tatalaksana khusus stroke
perdarahan.
- Pengendalian kejang. Bila kejang berikan diazepam 5-20 mg bolus lambat
intravena diikuti oleh fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kg bolus dengan
kecepatan maksimum 50 mg/ menit. Pasien perlu dirawat di ICU jika terdapat
kejang.
- Pengendalian suhu tubuh.

b. Tata Laksana Umum di Ruang Rawat


- Jaga euvolemi dengan pemberian cairan isotonis. Kebutuhan cairan total 30
ml/KgBB/ hari
- Jaga keseimbangan elektrolit (Na, K. Ca, Mg). Usahakan nilai normal
tercapai
- Koreksi asidosis dan alkalosis yang mungkin terjadi
- Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Apabila terdapat
gangguan menelan dan penurunan kesadaran, makanan diberikan melalui
selang NGT. Kebutuhan kalori 25-30 , kkal/ KgBB/ hari
- Mobilisasi dan cegah komplikasi subakut (aspirasi,malnutrisi, pneumonia,
trombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi, dan
kontraktur). Pada pasien yang berisiko mengalami trombosis vena dalam
berikan heparin subkutan 2x5000 IU/hari.
- Antibiotik atas indikasi dan sesuaikan dengan pola kuman
- Analgetik, antiemetik, dan antagonis HZ diberikan apabila terdapat indikasi
- Pemasangan kateter urin, sebaiknya dilakukan intermiten
- Hati-hati dalam suction, menggerakkan, dan memandikan pasien karena dapat
memengaruhi TIK

2. Tata Laksana Khusus


a. Stroke Iskemik
 Tata laksana hipertensi: lihat penatalaksanaan tekanan darah
 Tatalaksana hipoglikemia dan hiperglikemia: lihat penatalaksanaan gula darah
 Trombolisis pada stroke akut 
 Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rTPA) dengan dosis 0,9
mg/KgBB (maksimal 90 mg) direkomendasikan pada pasien dengan presentasi
stroke antara 3 - 4,5 jam. Kontraindikasi rTPA: pasien berusia > 80 tahun,
konsumsi antikoagulan oral {berapapun nilai INR), pasien dengan bukti jejas
iskemik lebih dari 1 /3 area arteri serebri media, dan pasien dengan riwayat
stroke dan diabetes melitus.
 Antiplatelet
 Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke.
Pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau telah mengkonsumsi aspirin
secara teratur, berikan klopidogrel 7 5 mg/ hari.
 Obat neuroprotektor sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang efektif.
Akan tetapi, citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke
akut. Dosis awal 2x 1 000 mg intravena selama 3 hari dilanjutkan 2x 1000 mg
PO selama 3 minggu.

b. Perdarahan Intraserebral
Diagnosis dan penilaian gawat darurat CT scan dan MRI untuk
membedakan stroke iskemik dengan perdarahan. Apabila dicurigai terdapat lesi
struktural seperti malformasi vaskular dan tumor dapat dilakukan pemeriksaan
angiografi CT, venografi CT, CT dengan kontras, atau MRI dengan kontras,
MRA, dan MRV. Tata laksana medis perdarahan intrakranial meliputi:
 Penggantian faktor koagulasi dan trombosit jika pasien mengalami defisiensi.
Apabila terdapat gangguan koagulasi dapat diberikan:
- Vit K 10 mg intravena pada pasien dengan INR meningkat
- Plasma segar beku 'fresh frozen plasma) 2-6 unit
- Pencegahan tromboemboli vena dengan stoking elastis
- Heparin subkutan dapat diberikan apabila perdarahan telah berhenti
(harus terdokumentasi) sebagai pencegahan tromboemboli vena.
 Kontrol tekanan darah dan kadar glukosa darah.
 Pemberian antiepilepsi apabila terdapat kejang.
 Prosedur/ operasi
lndikasi operasi evakuasi bekuan darah secepatnya:
- Perdarahan serebelum dengan perburukan neurologis
- Adanya kompresi batang otak
- Hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel
- Pada pasien dengan bekuan darah di lobus denganjumlah >30 ml dan
terdapat di 1 cm dari permukaan dapat dikerjakan kraniotomi standar
untuk mengevakuasi perdarahan intrakranial supratentorial. Drainase
ventrikuler sebagai tata laksana hidrosefalus dapat dipertimbangkan
pada pasien dengan penurunan kesadaran.

c. Penatalaksanaan Tekanan Darah


Penatalaksanaan Hipertensi
- Sebagian besar (70-94%) pasien stroke mengalami peningkatan tekanan darah
sistolik > 140/90mmHg. Penelitian di Indonesia didapatkan kejadian
hipertensi serta pasien stroke akut sekitar 73,9% sebesar 22,5-27,6% di
antaranya mengalami peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg
(BASC : Blood Pressure in Acute Stroke Collaboration 2001; JST :
international Stroke Trial 2002).
- Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin
tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk neurologis. Pada
sebagian besar pasien tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24
jam pertama setelah awitan serangan stroke. Berbagai Guidelines (AHA/ ASA
2007 dan ESO 2009) merekomendasikan penurunan tekanan darah yang
tinggi pada stroke akut agar dilakukan secara hati- hati dengan
memperhatikan beberapa kondisi dibawah ini:.
- Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan, apabila
tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolik (TD)
> 120 mmgHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi
trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan
TD < 1 10 mmHg. Selanjutnya, tekanan darah harus dipantau hingga TDS <
180 mmHg dan TID < 105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA.
Antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitroprusid, nikardipin, atau
dilitiazem intravena.
- Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut apabila TDS >200 mmHg
atau Mean Arterial Pressure (MAP) >150 mmHg, TD diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu dengan
pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
- Apabila TDS > 180 mmHg atau MAP > 130 mmHg disertai dengan gejala
dan tanda peningkatan TIK, dilakukan pemantauan tekanan darah. Tekanan
darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral >60
mmHg.
- Apabila TDS > 180 mmHg atau MAP > 130mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan TIK, TD diturunkan secara hati-hati dengan menggunakan
obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten dengan pemantauan
tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah
160/90 mm Hg. Pada studi INTERACT 20 I 0, penurunan TDS hingga 140
mmHg masih diperbolehkan.
- Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup aman.
Setelah kraniotomi target MAP adalah 100 mmHg.
- Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan darah
pada penderita stroke perdarahan intraserebral.
- Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta Oabetalol
dan esmolol), penyakit kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena,
digunakan dalam upaya diatas.
- Hidralasin dan nitroprusid sebaiknya tidak digunakan karena mengakibatkan
peningkatan TIK, meskipun bukan kontra-indikasi mutlak.
- Penurunan TD pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih rendah
dari target-target diatas pada kondisi tertentu yang mengancam target organ
lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal
Ginjal akut, dan ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah
15-25% pada jam pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.

3.8 Pencegahan
1. Faktor risiko:
 Penyakit kardiovaskuler: pemberian antiplatelet
 Hipertensi: skrining TD teratur, obat pilihannya diuretik tiazid, calcium channel
blocker, aai, angiontensin inhibitor
 Merokok: konseling rokok
 Diabetes: kontrol gula darah dan dislipidemia
 Dislipidemia: modifikasi gaya hidup dan pemberian statin
 Stenosis: aspirin dan statin serta modifikasi gaya hidup
 Sickle cell disease: terapi transfusi, skrining
 Polisitemia: aspirin dosis rendah dan flebotomi dengan target hematokrit <45%
 Obesitas: modifikasi gaya hidup dan penurunan berat badan
2. Modifikasi gaya hidup
a. Diet dan nutrisi
1) Penurunan asupan natrium dan peningkatan asupan kalium direkomendasikan
untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (kelas I, peringkat bukti
A).
2) Metode dietary approach to stop hypertension (DASH) yang menekankan pada
konsumsi buah, sayur dan produk susu rendah lemak merupakan diet yang
direkomendasikan dan menurunkan tekanan darah serta (kelas I, peringkat bukti
A).
b. Aktivitas fisik
1) Peningkatan aktifitas fisik direkomendasikan karena dapat menurunkan risiko
stroke (kelas I, peringkat bukti B).
2) Pada orang dewasa, direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik aerobik
minimal selama 150 menit (2 jam 30 menit) setiap minggu dengan intensitas
sedang, atau 75 menit (1 jam 15 menit) setiap minggu dengan intensitas lebih
berat (kelas I, peringkat bukti B); Melakukan aktivitas fisik aerobik (jalan cepat,
bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur akan dapat menurunkan tekanan
darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan,
menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
3) Pola makan sehat dan olah raga teratur adalah pengobatan utama bagi pasien
obesitas dan mencegah stroke.
4) Penurunan berat badan sebaiknya dilakukan dengan target indeks masa tubuh
(IMT) < 25kg/m2, garis lingkar pinggang <80 cm untuk wanita dan <90cm untuk
laki laki
c. Mengatur pola makan yang sehat
Pola makan sangatlah berpengaruh terhadap viskositas darah maupun koagulitas darah
serta terhadap risiko injurypembuluh darah. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan
untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah :
1) Makanan biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolesterol:
a) Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, jagung
dan gandum.
b) Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan
tekanan darah, dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari
(memperlambat pengosongan usus).
c) Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum,
menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida tetapi tidak
mempengaruhi kadar kolesterol HDL.
d) Kacang-kacangan, termasuk biji kenari dan kacang almond, menurunkan
kolesterol LDL dan mencegah aterosklerosis.
2) Makanan lain yang membantu mencegah stroke :
a) Susu yang mengandung protein, kalsium, dan seng (Zn) mempunyai efek proteksi
terhadap stroke.
b) Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon mengandung omega-3,
eicosapentenoic acid (EPA), dan docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan
pelindung jantung. Hal ini dapat mencegah risiko kematian mendadak,
mengurangi risiko aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan
kecenderungan adhesi platelet, sebagai prekursor prostaglandin, inhibisi sitokin,
anti-inflamasi dan stimulasi nitric oxide (NO) endothelial. Makanan jenis ini
sebaiknya dikonsumsi dua kali seminggu.
c) Buah-buahan dan sayur-sayuran.
d) Kebiasaan diet kaya buah-buahan dan sayuran bervariasi minimal 5 porsi setiap
hari.
e) Sayuran hijau dan jeruk yang menurunkan risiko stroke.
f) Sumber kalium yang merupakan prediktor kuat untuk mencegah mortalitas akibat
stroke, terutama buah kurma dan pisang.
g) Apel yang mengandung quercetin dan phytonutrient dapat menurunkan risiko
stroke.
h) Teh, terutama teh hijau yang mengandung antioksidan cathecins dan theanine
terbukti mengurangi risiko stroke.
3) Anjuran lain tentang makanan :
a) Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium (4,7 gr/hari.
b) Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan asam lemak
trans seperti kuekue, crackers, telur, makanan yang digoreng, dan mentega.
c) Mengutamakan makanan berserat, protein nabati, polyunsaturated fatty acids
dan monounsaturated fatty acids.
d) Nutrien harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen.
e) Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang.
f) Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal.
g) Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dan kualitas nutrisi rendah.
h) Sumber lemak sebaiknya berasal dari sayuran, ikan, buah polong, dan kacang-
kacangan.
i) Utamakan makan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti, pasta, sereal,
dan kentang. Hindari makanan yang mengandung gula (monosakarida dan
disakarida).
d. Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
1) Tidur teratur antara 6-8 jam sehari.
2) Menghindari stres, berpikir positif, mampu mengukur kemampuan diri, hindari sikap
terburu-buru, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, suka menolong,
menggunakan keluarga sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati, bersikap ramah,
menghindari perbuatan yang melanggar agama dan peraturan, selalu mendekatkan diri
pada Tuhan Yang Maha Esa, dan mensyukuri hidup. Stres kronis dapat meningkatkan
tekanan darah. Penanganan stres menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan
denyut jantung dan tekanan darah.

3.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada kasus stroke merupakan salah satu faktor prognosis penting
baik terhadap morbiditas maupun mortalitas. Estimasi frekuensi komplikasi berkisar 48%
- 96% dan berhubungan dengan perburukan hasil akhir yang bermakna. Davenport
(1996) melaporkan komplikasi medis terjadi pada 59% pasien stroke dan 23%
mengakibatkan kematian sewaktu dirawat. Komplikasi medis yang sering terjadi adalah
infeksi traktus urinarus, pneumonia, trombosis vena, sepsis. Angka mortalitas dan
morbiditas pasien stroke akut di rumah sakit berkisar antara 7,6% sampai 30%. Di
sepuluh negara Asia, angka komplikasi pada stroke akut sebanyak 42,9%.

3.10Prognosis
Stroke adalah penyebab kematian kedua di dunia, meskipun angka kematian mulai
menurun. Lebih dari tiga perempat orang yang menderita stroke bertahan hidup selama
satu tahun dan lebih dari setengahnya bertahan hidup selama lebih dari lima tahun.
Prognosis pasien setelah stroke iskemik jauh lebih positif daripada setelah stroke
hemoragik. Selain membunuh sel-sel otak, stroke hemoragik meningkatkan risiko
komplikasi berbahaya seperti peningkatan tekanan intrakranial atau kejang pada
pembuluh darah otak.
Banyak orang yang selamat dari stroke pulih kemandiriannya, meskipun sekitar
seperempatnya hidup dengan cacat ringan dan sekitar 40% memiliki cacat yang lebih
parah. Hasil stroke dapat dihitung dengan menggunakan skala stroke National Institutes
of Health, yang mencakup 11 faktor mulai dari gerakan wajah hingga tingkat kesadaran,
untuk memprediksi dan menilai seberapa baik pandangan pasien. Jika skor pasien kurang
dari 10, prospek umumnya menguntungkan setelah satu tahun, sedangkan skor lebih dari
20 menunjukkan prognosis yang kurang positif.
4. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Suami Istri dalam Islam
Kewajiban suami di dalam perkawinan, di dalam kitab fikih Sunnah menyatakan:
1. Memberikan nafkah kepada istri
2. Berlaku adil terhadap semua istri bagi suami yang mempunyai istri lebih dari Satu

Kewajiban suami dapat dilihat juga dalam kompliasi hukum islam :


1. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami
isteri bersama.
2. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama dan
bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan
anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak.
3. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut apda ayat (4) huruf a dan b di
atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
4. Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
5. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila isteri nusyuz.
6. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya, atau bekas
isteri yang masih iddah.
7. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
8. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya dari
gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan, sebagai tempat menata
dan mengatur alat-alat rumah tangga.
9. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta
disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya

Kewajiban istri dalam perkawinan:


1. Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan batin kepada suami di
dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya.

Jika diuraikan secara lebih luas, maka kewajiban isteri dapat ditambahkan sebagai berikut,
antara lain:
1. Wajib taat kepada suami.
2. Wajib menetap di rumah suami.
3. Wajib mengasuh dan mendidik anak dengan baik.
Dafpus:
https://calgaryguide.ucalgary.ca/Hemorrhagic-Stroke:-Pathogenesis/
https://calgaryguide.ucalgary.ca/Stroke---Pathogenesis/
https://calgaryguide.ucalgary.ca/Ischemic-Stroke:-Pathogenesis/
https://banten.kemenag.go.id/det-berita-kewajiban-suami-yang-beristri-lebih-dari-satu-orang-
quotpituduhquot--kompilasi-untuk-suami-yang.html 2021 syahrudin

Anda mungkin juga menyukai