Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HEMIPARESE SINISTRA
LP HEMIPARESE SINISTRA

I.          KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang mengacu kepada setiap gangguan neurologik


mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri di
otak (Price & Wilson,2006).

Menurut Arif Mutaqin stroke adalah penyakit (kelainan) fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak yang timbul mendadak yang disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.  Menurut
Marilyn E. Doenges stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.

Hemiparese sinistra adalah Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak yang menyebabkan
kelemahan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan
ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita
mamberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat
(Harsono, 2006).

B.  Anatomi Fisiologi

Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat computer dan semua
alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh
selaput otak yang kuat.

Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat orang dewasa. Otak menerima
20% dan seluruh curah jantung dan membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian O2tubuh. Otak
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan
membutuhkan O2 serta glukosa melalui aliran darah tetap konstan karena jaringan otak sangat rapuh.
Bila aliran darah ke otak terhenti selama 10 detik saja dapat mengakibatkan kesadaran mungkin sudah
akan hilang dan dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan irreversibel yang kritis
sebagai pusat integritas dan koordinasi organ dan system efektor perifer tubuh dan berfungsi sebagai
penerima informasi mengeluarkan implus dan tingkah laku.

Bagian-bagian hemisfer otak. setiap hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus, yaitu: lobus frontal,
pariental, temporal dan oksipital, fungsi dari setiap lobus berbeda-beda. Lobus frontal terlihat dalam
mental, emosi, dan fungsi fisik. Bagian anterior mempunyai peran dalam control tingkah laku social,
pendapat dan aktivitas intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur fungsi
motorik.

Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik sensasi yang dirasakan pada satu sisi bagian tubuh
yang lain diterjemahkna melalui lobus pariental bagian kontra lateral. Sensasi somatic yang diterima
dalah nyeri, temperature, sentuhan dan tekanan, lobus pariental juga berperan dalam proses memory.
Lobus oksipital mengandung daerah veiseral primer dan daerah gabungan visual. Daerah visual primer
menerima informasi dan menafsirkan warna.

Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik pendengaran, penciuman dan rasa.

C. Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal
2130-2144).

1 Trombosis

Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem vascular
(yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta bekuan darah didalam
pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku
diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak
yang dapat menimbulkan edema disekitarnya.

2 Embolisme serebral

          Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.

3 Iskemia serebri

          Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya menerima sekitar 60-80 ml
darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala
iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit
lain.

.4 Hemoragi serebral

          Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam
jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan
didalam ruang subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena
arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh
darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.

Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :

1.    Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :

1)        Perokok.

2)        Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )

3)        Tekanan darah tinggi.

4)        Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).

5)        Transient Ischemic Attack ( TIAs)


2.    Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

1)        Usia di atas 65.

2)        Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan
stroke).

3)        DM.

4)        Keturunan ( Keluarga ada stroke).

5)        Pernah terserang stroke.

6)        Race ( Kulit hitam lebih tinggi )

7)        Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

D. Klasifikasi

Klasifikasi stroke di bedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi. Dibawah ini skema
pembagian stroke menurut patologi serangan stroke.

1.                  Stroke hemoragik

Merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarakhnoid. Disebabkan oleh


pec.ahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istrahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Arif
Muttaqin,  2008).

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis vocal yang akut dan disebabkan oleh pendarahan
primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh
karena pecahnya pembuluh arteri , vena dan kapiler. Pendarahan otak dibagi dua yaitu (Arif Muttaqin, 
2008):
1).     Pendarahan intraserebri (PIS)

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah


masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena heniasi otak.
Pendarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons,
dan serebellum.

2)    pendarahan subarakhnoid (PSA)

          Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh
darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, merenggangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul kepala nyeri hebat. Sering juga
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda merangsang selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga mengakibatkan pendarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan arteri di ruang subbarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia dan lainnya).

          Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. energi yang di
hasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen sehingga jika ada kerusakan atau kekurangan  aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

2.         Stroke nonhemorogik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbvul edema sekunder.

Klasifikasi stroke di bedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :

1). TIA (Transient Ischemic Attack). Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang cdengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang
dari 24 jam.

2). Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis terlihat semakin
berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3). Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan
istilahnya stroke komplet dapat di awali dengan serangan  TIA berulang.

E. Patofisiologi

Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badab seluruhnya, namun yang di
butuhkan hampir mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Di 
otak sendiri hampir tidak ada cadangan oksigen. Dengan demikian, otak sangat bergantung pada keadaa
n aliran darah setiap saat. Bila lebih lama dari 6-8 menit, terjadi jejas (lesi) yang tidak pulih lagi (irreversi
ble) dan kemudian kematian.

Beberapa daerah di otak lebih peka terhadap iskemia (berkurang aliran darah). Daerah dengan aktivitas 
metabolik yang lebih tinggi membutuhkan makanan yang lebih banyak untuk mempertahankan integrita
s strukturalnya. Dengan demikian masa kelabu yang mempunyai aktivitas metabolik yang lebih tinggi leb
ih sensitif terhadap iskemia

Kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah di otak dibagi atas 2 golongan, yaitu :

1. Infark iskhemia, disebut juga sebagai stroke non hemorargia

2. Perdarahan , disebut juga sebagai stroke hemorargia

Hemorargi dapat meninggikan tekanan di rongga tengkorak dan menyebabkan iskemia di daerah lain ya
ng tidak terlibat hemorargi. Di daerah iskemia dapat pula terjadi hemorargi. Iskhemia otak merupakan a
kibat mengurangnya aliran darah otak, baik secara umum maupun secara lokal.

Stroke iskhemia dan stroke non hemorargia pada kelompok usia 45 tahun, paling banyak disebabkan ata
u ada akitanya dengan aterosklerosis (Lumbantobing, 2003)

F. Manifestasi Klinis

1.      Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :

1)   Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.

2)   Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.

3)   Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.

4)   Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.

5)   Keluhan kepala pusing.

6)   Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).


2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).

5.Pelo / disartria.

6.Kerusakan Nervus Kranialis.

7.Inkontinensia alvi dan uri.

G. Komplikasi

1)   Aspirasi.

2)   Paralitic illeus.

3)   Atrial fibrilasi.

4)   Diabetus insipidus.

5)   Peningkatan TIK.

6)   Hidrochepalus.

H. Pemeriksaan Penunjang

1.                  Labolatorium

1)   Hitung darah lengkap.

2)   Kimia klinik.

3)   Masa protombin.

4)   Urinalisis.

2.                  Diagnostik

1)   SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.

2)   Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.

3)   EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls listrik dalam jaringan otak.

4)   Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
5)   MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/luas terjadinya
perdarahan otak.

6)   X-Ray tengkorak

I.  Penatalaksanaan Medik
1.  Konservatif.
1.         Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.

2.         Mencegah peningkatan TIK.

1)        Antihipertensi.

2)        Deuritika.

3)        Vasodilator perifer.

4)        Antikoagulan.

5)        Diazepam bila kejang.

6)        Anti tukak misal cimetidine.

7)        Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena  klien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.

8)        Manitol : mengurangi edema otak.


2.  Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena
hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan  klien.

3.  Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari )  perlu :

1)        Terapi wicara.

2)        Terapi fisik.

3)        Stoking anti embolisme.

II.          KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.  Pengkajian

1) Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi
terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi  30% di banding wanita.Ras : kulit hitam
lebih tinggi angka kejadiannya.

2). Keluhan Utama.

Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta
disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.

3). Riwayat Penyakit Dahulu.

Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal
ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.

4). Riwayat Penyakit Sekarang.

Kronologis peristiwa CVA Bleeding  sering setelah melakukan aktifitas  tiba-tiba terjadi keluhan
neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.

5). Riwayat Penyakit Keluarga.

Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.

6). Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.

Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai  terjadinya koma maka perlu  klien membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan  sebagaian sampai total.Meliputi :

1)      mandi

2)      makan/minum

3)      bab / bak

4)      berpakaian

5)      berhias

6)      aktifitas mobilisasi
7). Pemeriksaan Fisik Dan Observasi.
BI ( Breathing / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :

1)   Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.

2)   Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.

3)   Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.

4)   Catat jumlah dan irama nafas


B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu  peningkatan Tekanan Darah disertai dengan
pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi. TD biasanya terjadi peningkatan  dan bisa terdapat adanya
hipertensi masif  >200 mmHg.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya  pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran,
kualitas kesadaran merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting.

B4 ( Bladder / Perkemihan ).

Tanda-tanda inkontinensia uri.

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Tanda-tanda inkontinensia
alfi berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologis yang luas.

B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama, kekuatan
otot, disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena adanya lesi
pada sisi otak yang berlawanan.

8). Sosial Interaksi.

Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis,
klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.

B. Diagnosa Keperawatan

1.    Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan  penambahan  isi otak sekunder terhadap perdarahan otak
.

2.    Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia

3.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.

4.    Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia),


hemiparese dan hemiplegi.

5.    Inkontinensia alfi berhubungan dengan  kerusakan mobilitas dan kerusakan neurologis.

6.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer
otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
C. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

1.Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan  Penambahan  Isi Otak Sekunder Terhadap  Hipoksia,
Edema Otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :

1)      Peningkatan tekanan darah.

2)      Nadi melebar.

3)      Pernafasan cheyne stokes

4)      Muntah projectile.

5)      Sakit kepala hebat.


Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.

NO INTERVENSI RASIONAL

1.        Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK untuk
melakukan tindakan lebih lanjut.
1)      tekanan darah

2)      nadi

3)      GCS

4)      Respirasi

5)      Keluhan sakit kepala hebat

6)      Muntah projectile

7)      Pupil unilateral

2.        Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali Meninggikan kepala dapat
ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi membantu drainage vena untuk
dengan cepat. mengurangi kongesti vena.

3.        Hindari hal-hal berikut : Masase  karotid memperlambat


frekuensi jantung dan mengurangi
Masase karotid
sirkulasi sistemik yang diikuti
peningkatan sirkulasi secara tiba-
tiba.

Fleksi atau rotasi ekstrem leher


mengganggu  cairan cerebrospinal
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. dan drainage vena dari rongga intra
kranial.

Aktifitas ini menimbulkan manuver


valsalva yang merusak aliran balik
vena dengan kontriksi vena jugularis
dan peningkatan TIK.
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem
panggul dan lutut.

4.        Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces Mencegah konstipasi dan mengedan
jika di perlukan. yang menimbulkan manuver
valsalva.

5.        Pertahankan lingkungan  tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan


pencahayaan redup. menurunkan rangsangan membantu
menurunkan TIK.

6.        Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:

1)      Anti hipertensi. 1)      Menurunkan tekanan darah.

2)      Mencegah terjadinya trombus.


2)      Anti koagulan. 3)      Mencegah defisit cairan.

3)      Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit. 4)      Mencegah obstipasi.

4)      Pelunak feces. 5)      Mencegah stres ulcer.


5)      Anti tukak. 6)      Meningkatkan daya tahan tubuh.
6)      Roborantia. 7)      Mengurangi nyeri.

8)      Memperbaiki sirkulasi darah otak.


7)      Analgetika.

8)      Vasodilator perifer.

2.Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia

Tujuan :

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil

1)      Tidak terjadi kontraktur sendi

2)      Bertambahnya kekuatan otot

3)      Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL

1.       Ubah posisi klien tiap 2 jam 1)       Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat
sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan

2)       Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot


serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
2.       Ajarkan klien untuk melakukan latihan
3)       Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila
gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
tidak dilatih untuk digerakkan
3.       Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang
sakit

4.       Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam


posisi fungsionalnya

5.       Tinggikan kepala dan tangan

6.       Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk


latihan fisik klien

3.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.


   Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil

1)      Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien

2)      Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan.

INTERVENSI RASIONAL

1.       Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam


1.       Membantu dalam mengantisipasi /merencanakan
melakukan perawatan diri. pemenuhan kebutuhan secara individual

2.       Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan 2.       Meningkatkan harga diri dan semangat untuk
aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh berusaha terus-menerus

3.       Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat 3.       Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat
dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
kebutuhan. bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting
bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan

4.       Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian


serta mendorong klien untuk berusaha secara
kontinyu

5.       Memberikan bantuan yang mantap untuk


4.       Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha mengembangkan rencana terapi dan
yang dilakukannya atau keberhasilannya mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus

5.       Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

4.    Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia),


hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil

1)      Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan

2)      Hb dan albumin dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1.       Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah,


menelan dan reflek batuk

Anda mungkin juga menyukai