Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP STROKE

1. Definisi Stroke

Menurut WHO Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vascular (Arif Muttaqin 2012:128).

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran

darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Fransisca ,B

Batticaca 2012:56). Menurut Hudak (1996), Stroke adalah deficit neurologis yang

mempunyai serangan dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular

disease (CVD).

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Arif Muttaqin (2012:324) :

sistem saraf dan sistem hormonal merupakan cara bagian-bagian tubuh

untuk saling berkomunikasi dan saling berhubungan satu dengan yang lain. sistem

saraf mengatur sebagian besar aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. karena

adanya pengaturan saraf tersebut, maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem

tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis.


secara ringkas sistem saraf dibagi menjadi bagian-bagian berikut ini :

1. sistem saraf pusat (SSP)

SSP terdiri dari atas otak dan medulla spinalis

2.sistem saraf tepi (SST)

SST terdiri atas neuron aferen dan eferen sistem saraf somatic (SSS) dan

neuron sistem saraf otonom (visceral).

sistem saraf pusat

1. otak

Otak berisikan 10 miliar neuron-neuron yang menjadi komplek secara

kesatuan fungsional. otak lebih kompleks dari pada batang otak. otak manusia

kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa. otak menerima darah

15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan

sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya. otak merupakan jaringan yang paling

banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari

proses metabolisme oksidasi glukosa. jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan

akan oksigen serta glukosa melalui aliran darah adalah konstan. metabolism otak

merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. bila aliran darah

terhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang,

penghentian beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan ireversebel.


2. serebrum

serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol.

disini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan

motorik, serta mengatur proses penalaran, ingatan dan intelegensia

3. batang otak

pons berupa serabut-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum,

serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medulla oblongata di

bawah . medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung.

vasokontrikor, pernafasan bersin, batuk, menelan, serta penegluaran air liur dan

muntah. pada permukaan anterior terdapat dua pembesaran yang dinamakan

pyramid, terutama mengandung serabut-serabut motorik voluntary. dibagian

posterior medulla oblongata terdapat pula dua pembesaran yang merupakan

fasikuli dari jaras asendens kolumna dorsalis, yaitu fasikulus dan fasikulus

kutaneus. jaras-jaras ini menghantarkan tekanan, proprioseptif oto-oto sadar,

sensasi getar, dan diskriminasi taktil dua titik.

3.Etiologi

a) Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak

b) Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak

c) Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

(Fransisca B Batticaca 2012:54).


Menurut Arif Muttaqin (2012:129) Faktor yang menyebabkan stroke, antara lain :

1. Hipertensi, merupakan faktor resiko utama

2. Penyakit kardiovaskular- embolisme serebral berasal dari jantung

3. Kolesterol tinggi

4. Obesitas

5. Peningkatan hematokrit menigkatkan risiko infark serebral

6. Diabetes, terkait dengan aterogenesis terakselerasi

7. Kontrasepsi oral, ( khususnya dengan hipertensi, meroko, dan kadar

estrogen tinggi )

8. Merokok

9. Penyalahgunaan obat ( kokain)

10. Konsumsi alkohol

4.Patofisiologi

Menurut Arif Muttaqin ( 2012: 131 ) :

infark serebral adalah berkurangnya supali darah ke area tertentu di otak. luasnya

infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah

dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang di suplai oleh pembuluh

darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh

pembuluh darah yang tersumbat. suplai darah keotak dapat berubah (makin lambat

atau cepat) pada gangguan local (trombhus, emboli, perdarahan, dan spasme

vascular) atau kerena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan

jantung ). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.


trombhus dapat bersal dari plak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area

yang stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.

thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang

di suplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di

sekitar area. area edema ini mnyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area

infark itu sendiri. edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang

usesudah beberapa hari. dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan

perbaikan. oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi

perdarahan massif. oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus

menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. jika terjadi septic infeksi

akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau

ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

menyebabkan dilatasi aneursma pembuluh darah. hal ini akan menyebabkan

perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau rupture.

perdarahan pada otak di sebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipertensi

pembuluh darah. perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering

menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular,

karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan

intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk

serebri atau lewat foramen magnum.

kematian dapat di sebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan

perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak,


pembesaran darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak

di nucleus kaudatus, thalamus, dan pons.

jika sirkulasi srebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral. perubahan

yang di sebabkan oleh anoksia serebral dapat reversible untuk waktu 4-5 menit .

perubahan irreversebel jika anokisa lebih dari 10 menit, anokisa serebral dapat

terjadi oleh kerena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.

selain kerusakan parenkim otak , akibat volume perdarahan yang relative banyak

akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan tekanan

perfusi otak serta gangguan drainase otak. elemen-elemen vasoaktif darah yang

keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan

saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.


5. Pathway

(nanda, nic-noc, 2015)

Gambar 2.1 pathway


6.Klasifikasi Stroke

Menurut Arif Muttaqin ( 2012:129 ) stroke berdasarkan keadaannya di bedakan

menjadi dua macam, yaitu :

1. Stroke Hemoragi

Disebabkan Oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu.

Kesadaran klien umumnya menurun. Predarahn otak dibagi dua, yaitu :

a) Perdarahan Intraserebral. pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)

terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan

edema otak, Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan

kematian mendadak karena herniasi otak. perdarahan intraserebral yang

disebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,thalamus

dan serebelum.

b) Perdarahan sebaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma.

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi

dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. pecahnya rateri

dan keluarnya ke ruang sub araknoid menyebabkan TIK meningkat

mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh

darah serebral yang berakibat disfungsi otak global ( sakit kepala,

penurunan kesadaran ) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi

sensorik, afasia)

2. Stroke Non Hemoragik


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi

saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi

perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya

dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

7.Pemeriksaan Penunjang

Menurut Arif Muttaqin ( 2012:139 ) , pemeriksaan penunjang pada stroke

meliputi :

1. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan

bila perlu analisa gas darah, gula darah, dll

2. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab dari stroke secara

spesifik seperti perdarahan arteriovea atau adanya rupture dan untuk

mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau melformasi vascular

3. CT Scan : pemidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemik, dan posisinya secara pasti.

hasil pemeriksaan biasanya terlihat pemadatan di ventrikel, atau menyebar

ke permukaan otak.

4. MRI (magnetic imaging resonance) : menggunakan gelombang mekanik

untuk menentukan posisi atau besarnya/ luas terjadinya perdarahan otak.


8.Penatalaksanaan medis

Menurut Arif Muttaqin ( 2012:141 ), penatalaksanaan medis stroke meliputi :

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan

melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendir dengan sering dan oksigenisasi, jika perlu dilakukan trakeostomi,

membantu pernafasan.

2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi

3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung

4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

11. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke

a. Pengkajian Fokus

Menurut Arif Muttaqin ( 2012:135 ), berikut adalah pengkajian fokus :

1. Keadaan Umum :

Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan

bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital :

tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasi.

a) B1 (Breathing)
Pada inspeksi di dapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak

nafas, penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan.

auskultasi bunyi nfasa tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan

produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun sering di dapatkan pada

klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.

b) B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular di dapatkan renjatan (syok

hipolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. tekanan darah biasanya terjadi

peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif ( tekanan darah >200 mmHg).

c) B3 ( Brain )

1. Pengkajian tingkat kesadaran : kualitas kesadaran klien

2. Pengkajian fungsi serebral : pengkajian meliputi status mental, fungsi

intelektual, kemampuan bahasa

3. Pengkajian sistem motorik : inspeksi umum, tonus otot, kekuatan otot,

keseimbangan dan koordinasi

4. Pengkajian refleks

5. Pengkajian sistem sensorik : kemampuan untuk menginterpretasikan

sensasi

d) B4 ( Bladder)

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkotinensia urine sementara

karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan


ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan control

motorik dan postural

e) B5 (Bowel)

Didapatkan adanya kebutuhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,

mual, muntah pada fase akut. mual sampai muntah di sebabkan oleh peningkatan

produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.

f) B6 (Bone)

Perlu dikaji tanda-tada dekubitus terutama pada daerah yang menonjol

karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.

b. Diagnosa keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI,2017).

c. Intervensi keperawatan

Diagnosis Kriteria Hasil (SLKI) Perencanaan (SIKI)

(SDKI)

Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen nyeri :

berhubungan tindakan keperawatan di


1. identifikasi lokasi,
dengan agen harapkan keluhan nyeri
pencedera berkurang dengan karakteristik, durasi,

fisiologis kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri
1. kemampuan
2. identifikasi skala nyeri
menuntaskan
3. identifikasi faktor pemberat
aktivitas
dan memperingan nyeri
meningkat

2. keluhan nyeri
- terapetik :
menurun
1. berikan teknik
3. meringis menurun
nonfarmakologis : slow
4. sikap protektif
stroke back massage
menurun
2. control lingkungan yang
5. frekuensi nadi
memperberat rasa nyeri
membaik
3. fasilitas istirahat dan tidur
6. pola nafas

membaik
- edukasi :
7. tekanan darah
1. jelaskan penyebab, periode,
membaik
dan pemicu nyeri

2. jelaskan strategi meredakan

nyeri

3. ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengrangi rasa nyeri


- kolaborasi :

1. kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

5.Evaluasi

(SLKI,2017)

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

menurun meningkat

Kemampuan

menuntaskan

aktivitas

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

meningkat Cukup Sedang Cukup menurun


meningkat menurun

Keluhan nyeri

Meringis

Sikap protektif

Gelisah

Kesulitan tidur

Menarik diri

Berfokus pada

diri sendiri

Diaphoresis

Perasaan

depresi

(tertekan)

Perasaan takut

mengalami

cedera berulang

Anoreksia
Ketegangan otot

Pupil dilatasi

Muntah

Mual

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

memburuk Cukup Sedang Cukup membaik

memburuk membaik

Frekuensi nadi

Pola nafas

Tekanan darah

Proses berfikir

Fokus

Fungsi

berkemih

Perilaku
Nafsu makan

Pola tidur

Tabel 2.3 Evaluasi

B. Konsep Manajemen Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif, keluhan

sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, kenteng, cangkeul, dan

seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Caroline B Rosdahl dan Mary

T. Kowalski 2015).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. nyeri adalah alasan

utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi

bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan

diagnostic atau pengobatan. (brunner dan suddarth, 2002)

2. Penyebab Nyeri

Menurut Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski ( 2015:882 ) :

Beberapa faktor dapat memulai nyeri. penyebab fisik mencangkup stress

mekanis dari trauma, insisi bedah atau pertumbuhan tumor. Tubuh berespon
dengan nyeri dan ketidaknyamanan terhadap kelebihan tekanan, panas, dan dingin

dan zat kimia tertentu ( misalnya : histamine, bradikinin, dan asetilkolin ) yang di

lepaskan ketika jaringan mengalami kerusakan atau kehancuran. Kekurangan

oksigen pada jaringan juga menyebabkan nyeri karena jaringan mengalami

kekurangan/ deprivasi oksigen.

3. Klasifikasi Nyeri

International association for the study of pain ( IASP ) telah mengindentifikasi

beberapa kategori nyeri. diantara kategori ini adalah nyeri akut, nyeri alih, nyeri

kanker dan nyeri kronis.

a. Nyeri akut merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak,paling sering

terjadi sebagai respon terhadap beberapa jenis trauma. penyebab umum

nyeri akut adalah trauma kaibat kecelakaan, infeksi dan pembedahan. nyeri

akut terrsepsikan di bagan tubujadi dalam periode waktu yang singkat,

biasanya 6 bulan atau kurang, dan biasanya bersifat intermiten (sesekali),

tidak konstan. nyeri akut berasal dari cara normal sistem saraf memproses

trauma pada kulit, otot, dan organ visceral. istilah lain untuk nyeri akut

adalah nyeri noniseptif. setelah penyebab mendasar diidentifikasi dan di

terapi secara sukses, nyeri akut menghilang.

b. Nyeri alih adalah nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh tetapi

dipesepsikan di bagian tubuh lain. nyeri alih paling sering bersal dari
vasera (organ internal dan dapat di persepsikan di kulit, meskipun dapat

juga di persepsikan dalam internal yang lain.

c. Nyeri kanker adalah hasil dari beberapa jeis keganasan. sering kali, nyeri

kanker sangat hebat dan dapat dianggap intracble ( tidak dapat di atasi)

dan kronis.

d. Nyeri kronis ( disebut juga nyeri neuropatik) didefinisikan sebagai

ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6 bulan

atau lebih) dan dapat seumr hidupklien. nyeri kronis sebenarnya dapat

terjadi akibat kesalahan sistem saraf dalam memproses input ( asupan )

sensori. istilah yang di gunakan untuk nyeri kronis yang resistanterhadap

intervensi terapeutik adalah intractable pain.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:882).

4. Transmisi Nyeri

Istilah yang di gunakan untuk mendeskripsikan transmisi nyeri normal dan

interpretasinya adalah nosisepsi. nosisepsi memiliki empat fase :

1) Transduksi : sistem saraf mengubah stimulus nyeri dalam ujung saraf

menjadi impuls

2) Transmisi : impuls berjalan dari tempat awalnya ke otak

3) Persepsi : otak mengenali, mendefinisikan, dan berespon terhadap nyeri

4) Modulasi : tubuh mengaktivasikan respons inhibator yang di perlukan

terhadap efek nyeri.


jika respon modulasi tunuh ini tidak berhasil, intervensi eksternal di

perlukan untuk menangani nyeri.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:882).

5. Skala Nyeri

a. Skala Nyeri Distres Angka

Skala peringkat seperti skala intensitas nyeri atau skala distress nyeri

biasanya diberikan untuk anak berusia lebih dari 7 tahun dan untuk orang dewasa.

pada skala ini, klien diminta untuk menilai nyerinya dengan memilih kata-kata

deskriptif, dengan memilih angka yang tepat pada skala angka dari 0 (tanpa nyeri)

sampai 10 ( nyeri tak tertahankan ), atau untuk memilih lokasi pada skal linear.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:885).

Gambar 2.2 skala nyeri distress angka


6. Penatalaksanaan Nyeri

A. Terapi Farmakologis

Analgesic pada umumnya meredakan nyeri dengan mengubah kadar natrium

dan kalium tubuh, sehingga memperlambat atau memutus transmisi nyeri. tiga

kelas analgesic umumnya digunakan untuk meredakan nyeri. ketiga kelas

analgesik ini adalah :

1. Obat anti- inflamasi nonsteroid ( non streroidalanti- inflamasi- tory drugs,

NSAID). Contoh NSAID antara lain aspirin, ibuprofen (motrin), dan

naproksen (naprosyn,aleve).

2. Anagesik opioid/ narkotik . contoh : yang paling sering di gunakan adalah

morfin ( dan turunannya ).

3. Obat pelengkap (adjuvan). contoh : umunya mencangkup antikonvulsan

dan antidpresan.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:887).

B. Terapi Nonfarmakologis

1. Stimulus Fisik ( Stimulus Kutaneus)

Massage atau tekanan lembut dapat meredakan kongesi atau meningkatkan

sirkulasi dan oksigenasi, dan dengan demikian membantu meredakan nyeri. ini

dapat di aplikasikan dengan secara lembut massage area yang nyeri atau yang

lebih umunya adalah dengan menggosok punggung.


Stimulasi yang di arahkan secara spesifik dan akurat di aplikasikan dengan

menggunakan unit stimulai saraf elektrik transkutaneus ( transcutaneuos electrical

nerve stimulation (TENS). TENS adalah teknik yang memungkinkan klien

menggunakan sebuah alat elektronik dan memicu stimulasi elektrik ketika ia

merasakan nyeri. syok electric yang lembut akan menghambat nyeri,

memungkinkan otot akan menjadi relaks, syok juga menstimulasi produksi

endorphin.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:888).

2. Relaksasi Dalam dan Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah suatu proses klien menerima anjuran untuk

berkonsentrasi pada sebuah gambar untuk mengontrol nyeri atau

ketidaknyamanan. latihan relaksasi dilakukan terlebih dahulu.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:889).

3. Teknik Alternatif dan Komplementer

Beberapa upaya dapat dianggap nontradisional, seperti perawatan

chiropratic, akupuntur, akupresur, hypnosis, atau biofeedback. saat ini, upaya ini

lebih sering di intelegasikan ke dalam regimen pengendali nteri tradisional.

tindakan non tradisional lain mencangkup homeopati, penggunaan esens bunga

dan minyak aroamtik serta pengobatan herbal.

(Caroline B Rosdahl dan Mary T. Kowalski 2015:890).


C. Konsep Slow Stroke Back Massage

1. Definisi Slow Stroke Back Massage

Manajemen nyeri di lakukan untuk menangani nyeri agar pasien merasa

nyaman dan aman. Menangani nyeri dapat di lakukan secara manajemen

farmakologi dan manajemen non farmakologi. intervensi non farmakologi dalam

pengolahan nyeri antara lain stimulasi kutaneus. Slow stroke back massage

(SSBM) merupakan salah satu teknik stimulus kutaneus, dimana SSBM

merupakan salah satu tindakan massage pada punggung dengan usapan yang

perlahan selama 10 sampai 30 menit dengan usapan 12-15 kali permenit, dengan

kedua tangan menutup area selebar 5 cm diluar tulang belakang yang dimulai

pada bagian tengah punggung bawah kemudian ke arah atas area belahan bahu

kanan dan kiri ( Salvo, 2016).

Massage terdiri dari banyak jenis metode aplikasi yang digunakan sebagai

media penyembuhan penyakit. salah satu metode yang dapat di gunakan massage

yaitu slow stroke back massage dengan teknik massage selang seling tangan,

remasan, gesekan, eflurasi, petriasi, tekanan menyikat. (purwanto, 2013).

Tindakan slow stroke back massage (SSBM) bertujuan untuk memperlancar

peredaran darah, mengurangi ketegangan otot, dan menurunkan intensitas nyeri

(potter & perry, 2017).


2. Klasifikasi slow stroke back massage

Ada lima macam teknik slow stroke back massage (SSBM) secara khusus

menurut Purwanto (2013) , yaitu : selang seling tangan, remasan, gesekan,

eflurasi, petriasi, tekanan menyikat.

1. gerakan selang seling tangan

teknik massage dengan gerakan tangan selang-seling (tekanan pendek, cepta dan

bergantian tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan

memberikan tekanan ringan. gerakan ini dilakukan sebanyak 10 kali dalam waktu

1 menit 40 detik.

2. teknik remasan (mengusap otot bahu)

yaitu dengan satu tangan menekan dan tangan satunya mencengkram danging.

angkat jaringan sambil putar. lepaskan daging dan cengkram dengan tangan

satunya. gerakan ini dilakukan sebanyak 10 kali dalam waktu 1 menit 40 detik.

3. teknik massage dengan gesekan

teknik massage dengan cara menggesekan ibu jari dengan gerakan memutar atau

sekunder. setelah itu dorong daging kea rah luar dengan menggunakan ibu jari

secara bergantian dalam gerakan setengah lingkaran atau lurus berirama.

kemudian kedua ibu jari bergantian memutar daging ke arah luar. gunakan berat

tubuh untuk memperdalam tekanan gerakkan, lakukan gerakan ini secara

perlahan. gerakan ini dilakukan sebanyak 10 kali dalam waktu 1 menit 40 detik
4. teknik eflurasi

yaitu dengan kedua tangan. memberikan sentuhan sedikit menekan dari arah

bokong hingga pundak. lakukan secara perlahan. gerakan ini di lakukan sebanyak

10 kali dalam waktu 1 menit 40 detik.

5. teknik petrisasi

yaitu dengan menekan punggung secara horizontal. gerakan ini dilakukan

sebanyak 10 kali dalam waktu 1 menit 40 detik. gerakan ke enam

6. teknik tekanan menyikat

yaitu dengan ujung jari, di gunakan pada akhir massage dan berikan sentuhan

massage memutar untuk mengakhiri massage. gerakan ini dilakukan sebanyak 10

kali dalam waktu 1 menit 40 detik.

3. Prosedur Slow Stroke Back Massage

Sebelum melakukan slow stroke back massage tidak boleh langsung di

gunakan, melainkan harus melihat ada, atau tidaknya kontraindikasi seperti luka

bakar, luka memar, ruam kulit di bawah tulang yang fraktur (Potter & Perry,

2005).

Prosedur pelaksanaan stimulus kutaneus slow stroke back massage menurut

Potter & Perry, 2005, adalah:

A. Tahap Pra-interaksi :
1. klien : keluarga klien dalam keadaan menerima kita

2. Alat/Bahan : Selimut, minyak urut, handuk kecil

B. Tahap Interaksi (orientasi)

1. perkenakan diri dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas klien

dengan cermat

2. menjelaskan langkah-langkah slow stroke back massage kepada klien

3. menyiapkan peralatan yang di butuhkan

C. Tahap kerja

1. Pasien di atur pada posisi yang nyaman seperti posisi duduk, membungkuk

dan mengguanakan bantal, tidur dengan posisi miring atau prone.

2. Buka punggung klien, bahu, dan lengan atas. Tutup sisanya dengan

selimut
1 2 4

3 5

3. Setelah itu perawat mencuci tangan. Tuangan sedikit lotion ditangan.

Jelaskan pada responden bahwa akan terasa dingin dan basah. Gunakan

losion/gel sesuai kebutuhan.


2
1

4. letakkan jari-jari dan telapak tangan pada bokong, usapan dalam gerakan

melingkar

4
3
5 1
2

5. usapan dimulai dari bokong menuju ke bahu hingga ke lengan atas secara

lateral sepanjang sisi puggung dan kembali ke bawah puncak illiaka


2
222
4 3
keterangan :
444 333
1. Bokong

1 2. Lenga atas

3. Bahu

4. Punggung
111
6. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa

perawat mengakhiri usapan

3
2 1

7. Bersihkan kelebihan dari lubrikan dari punggung klien dengan handuk

mandi

1
2

8. Bantu memakai baju/piyama

9. Rapikan alat dan cuci tangan

D. Tahap terminasi
1. Menyampaikan hasil anamnesa dan dokumentasi

2. Kontrak pertemuan selanjutnya

3. Mengakhiri pertemuan dengan baik

4. SOP Slow Stroke Back Massage

Tahap pra interaksi 1. klien : keluarga klien dalam keadaan menerima

kita

2. Alat/Bahan : Selimut, minyak urut, handuk

kecil

Tahap interaksi 1. perkenakan diri dan identifikasi klien dengan

(orientasi) memeriksa identitas klien dengan cermat

2. menjelaskan langkah-langkah slow stroke back

massage kepada klien

3. menyiapkan peralatan yang di butuhkan

Tahap kerja 1. Pasien di atur pada posisi yang nyaman seperti

posisi duduk, membungkuk dan mengguanakan

bantal, tidur dengan posisi miring atau prone.

2. Buka punggung klien, bahu, dan lengan atas.


Tutup sisanya dengan selimut

3. Setelah itu perawat mencuci tangan. Tuangan

sedikit lotion ditangan. Jelaskan pada responden

bahwa akan terasa dingin dan basah. Gunakan

losion/gel sesuai kebutuhan .

4. letakkan jari-jari dan telapak tangan pada

bokong, usapan dalam gerakan melingkar

5. usapan dimulai dari bokong menuju ke bahu

hingga ke lengan atas secara lateral sepanjang

sisi puggung dan kembali ke bawah puncak

illiaka

6. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan

beritahu klien bahwa perawat mengakhiri

usapan

7. Bersihkan kelebihan dari lubrikan dari

punggung klien dengan handuk mandi

8. Bantu memakai baju/piyama

9. Rapikan alat dan cuci tangan

Tahap terminasi 1. Menyampaikan hasil anamnesa dan

dokumentasi

2. Kontrak pertemuan selanjutnya


3. Mengakhiri pertemuan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai