TRI ANGELIA
TIKA VERONIKA LISULANGI
2. Faktor Predisposisi
a. Usia
Faktor lanjut usia menjadi faktor risiko. Organ manusia
mengalami kemunduran sejalan dengan makin
bertambahnya usia seseorang. Setelah usia 55 tahun
risiko stroke meningkat dua kali lipat tiap 10 tahun.
b. Jenis kelamin
Laki-laki beresiko terkena stroke iskemik, sedangkan
wanita cenderung terkena stroke perdarahan
subarakhnoid. Stroke pada wanita diduga akibat
pemakaian obat kontrasepsi oral. Angka kematian
stroke pada wanita dua kali lebih tinggi daripada laki-
laki.
c. Riwayat keluarga/herediter
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau
lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada
usia kurang dari 60 tahun, akan meningkatkan risiko
stroke.
Dari kedua faktor di atas maka akan mengakibatkan :
1. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan trombosis stroke, yaitu :
a. Aterosklerosis
Mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi
Darah bertambah kental , peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebri .
2. Embolisme Serebral
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara
yang berasal dari trombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebri.
3. Iskemia Serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang
sekitar otak.
D. Klasifikasi
Stroke iskemik (stroke non hemoragik) terjadi akibat suplai darah ke
jaringan otak berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total
atau sebagian pembuluh darah otak. Mekanisme terjadi iskemik
secara umum dibagi beberapa kategori
1. Trombosis
Thrombosis merupakan pembentukan bekuan atau gumpalan di
arteri yang menyebabkan penyumbatan sehingga
mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otak. Hambatan
aliran darah ke otak menyebabkan jaringan otak kekurangan
aksigen atau hipoksia kemudian menjadi iskemik dan berakhir
pada infark.
2. Emboli
Emboli merupakan benda asing yang berada di pembuluh darah
sehingga dapat menimbulkan konklusi atau penyumbatan pada
pembuluh darah otak. Sumber emboli diantaranya adalah,
udara, tumor, lemak dan bakteri
3. Hipoperfusi sitemik
Disebabkan menurunnya tekanan arteri misalnya karena cardic
arres, emboli pulmunal, miocardiac infark, aritmia dan syok
hipovolemik.
E. Patofisiologi
Infrak serebri adalah berkurangnya suplai darah ke otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, tempat aliran darah pelambatan atau terjadi
turbelensi, thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah
terbawa sebagai emboli dalam pembuluh darah. Thrombus
mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema di sekitar area.
Umumnya, emboli akan mengakibatkan lebih banyak
kematian jaringan karena pembuluh anastomi tidak mempunyai
kesempatan melebar. Jika aliran darah ketiap bagian otak
terhambat karena thrombus atau emboli, maka akan terjaadi
kekukrangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala seperti kehilangan
kesadaran. Apabila otak kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron. Area yang
mengalami nekrosis disebut infark. Setiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
mengakibatkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama
akan mengakibatkan iskemik otak.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan
gangguan metabolisme sel-sel neuron. Dimana sel-sel ini tidak
mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme
tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri yang
menuju otak. Apabila hal ini tidak ditangani secara cepat dan tepat
maka akan mengakibatkan kerusakan neurologis.
F. Manifestai Klinis
Manifestasi klinik stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang
terkenna, rata-rata serang an, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kolateral. Manifestasi klinik meliputi:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis)
atau hemiplagia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan area motorik di
korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral
artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan
kontrol otot volunter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat
melakukan ekstensi maupun fleksi.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan sistem saraf
otonom dan gangguan saraf sensorik.
3. Penurunan kesadaran
Terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan
batang otak akibat hipoksia.
4. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara termaksuk
dalam membaca, menulis dan memahami bahasa.
5. Disatria (bicara pelo)
Terjadi karena kerusakan nevrus cranial sehingga terjadi
kelemahan dari otot bibir, lidah dan taring.
6. Gangguan penglihatan
Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal dan
kerusakan pada saraf cranial III, IV, VI
7. Disfagia
Kesulitan menelan karena kerusakan nervus cranial IX
8. Onkontinensia
Karena tergangguanya saraf yang mensyarafi bladder dan
bowel
9. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala
Karena peningkatan tekanan intracranial
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan
Mengetahui jenis infark, edema, hematoma, struktur dan sistem
ventrikel otak.
2. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri dan rupture.
3. Lumbal pungsi
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat
dan cairan mengandung darah menunjukkan perdarahan
intracranial.
4. MRI (Magnetik Imaging Resonance)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik,
malformasi anteriovena.
5. Elektro encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada thrombus
cerebral.
7. Pemeriksaan laboratorium
Kimia darah (SGOT,, SGPT, kreatinin, asam urat)
8. Pemeriksaan darah rutin
Factor pembekuan, thrombosis, hematocrit, kolesterol, dan
glukosa darah.
a. Pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemungkinan
berangsur-angsur turun kembali.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat
dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal
bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas.
a. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
kristaloid/koloid (hindari pemberian cairan dekstrosa atau
salin dalam H2O.
b. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto
toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah
(termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
darah.
c. Tindakan lain adalah memberikan dukungan mental kepada
pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar
tetap tenang.
2. Stadium Akut
Terapi umum; letakan kepala pasien pada posisi 30, kepala
dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam;
mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit
sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu,
dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan antipiretik, kemudian
dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan
(sebaiknya dengan kateter intermiten). Pemberian nutrisi
dengan cairan isotonic, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan
elektrolit sesuai kebutuhan, hidari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonic. Pemberian nutrisi per oralhanya jika fungsi
menelannya baik; jika didpatkan gangguan menelan kesadaran
menurun, dianjurkan melalui selang nasogastristik. Kadar gula
darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar glukosa darah <60mg%
atau <80mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa
40% IV sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian
obat-obatan sesuai gejala. Tkana darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik >220mmHg, diastolic
>120mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) >130mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokrd akut, gagal jantung kongesif serta
gagal ginjal. Penurunan tekana darah masimaladalah 20% dan
obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat
reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika
terjadi hipotensi, yaitu tekanan darah sistolik masih <90 mmHg,
diastolic <70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam,
dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dam 500 mL selama 8 jam
atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu
tekanan darah sistolik masih <90mmHg, dapat diberi Dopamin
2-20g/kg/menit sampai tekanan darah diastolic >110mmHg.
Jika terjadi kejang, diberi diazepam 5-20 mg IV pelan-pelan
selama 3 menit, maksimal 100mg per har; dilanjutkan
pemberian antikonvulsan peroral (fenitoin, karbamazepin). Jika
kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikovulsan peroral
jangka panjang. Jika didapatkan intracranial meningkat, dibri
mannitol bolus intravena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit,
dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
membeuruk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam
selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan asmolalitas
(<320 mmol); sebagai alternative, dapat diberikan hipertonik
(NaCl 3%) atau furosemide.
Terapi khusus: ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian
antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang
dianjurkan dengan trombolitik rtPA (recombinant tissue
Plassminogen Activator). Dapat juga diberikan agen
neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan
afasia).
3. Stadium Subakut
Terapi fase subakut antara lain:
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu
fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi.
d. Pertahankan nutrisi yang adekuat
e. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak
sendi (ROM)
f. Pertahankan integritas kulit
g. Persiapan pasien pulang
I. Komplikasi
1. TIK meningkat
Tekanan Intrakrnial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan
otak, volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal (CSS)
di dalam tengkorak
2. Herniasi Otak
Herminasi terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang
berlebihan, bila tekanan atau pergeseran bertambah di dalam
ruang cranial maka akan mengganggu suplai darah ke otak atau
penghentian aliran darah ke otak dan menyebabkan herminasi
pada otak
3. Gagal napas
Dalam keadaan tidak sadar, harus tetap di pertahankan jalan
napas. Salah satu gejala dari stroke adalah penurunan
kesadaran yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas
karena lidah mungkin rileks, yang menyumbat orofaring
sehingga terjadi gagal napas
4. Disritmia jantung
Dengan adanya embolisme serebral akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah
serebral. Otak akan memicu jantung untuk memompa darah ke
otak sesuai kebutuhan yang mengakibatkan terjadinya disritmia
jantung
5. Malnutrisi
Salah satu manifestasi klinis dari stroke adalah disfagia (sulit
menelan). Dengan adanya gejala ini mengakibatkan terjadinya
anoreksia yang menyebabkan intake tidak adekuat, sehingga
menimbulkan malnutrisi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
J. Pengkajian
a) B1 (Breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan.
b) B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok)
hipovolemik yang terjadi pada klien stroke.
c) B3 (brain)
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh dara mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dam aliran darah.
d) B4 (bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontenensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrok motorik dan postural.
e) B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan peningkatan asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f) B6 (bone)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik. Karena
neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunteer pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada otak.
K. Pengkajian
11 Pola Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
DS : Adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung pada
keluarga, stroke, kecanduan alkohol, merokok.
DO : Hipertensi atrterial (dapat di temukan/terjadi pada cesera
serebrovaskular) sehubungan dengan adanya embolisme.
2. Pola nutrisi metabolik
DO : Nafsu makan akan hilang, mual muntah selamafase akut
(peningkatan TIK), kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah,
pipi dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
DS : Kesulitan menelan (gangguan refleks palatum dan
faringeal), obesitas (faktor resiko) tidak mampu memenuhi
kebutuhan sendiri.
3. Pola eliminasi
DS : Perubahan pola berekemih, seperti inkontinensia urine,
anuria, distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan),
bising usus negative (ileus paralitik.
DO : -
4. Pola aktivitas dan latihan
DS : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelmahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia),
merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang
otot).
DO : Gangguan tonus otot (flaksid spastis), paralitik
(hemiplegia) dan gangguan tingkat kesadaran.
5. Pola tidur dan istirahat
DS : Susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot)
DO : Tingkah laku yang tidak stabil , gelisah ketegangan pada
otot/afasia.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
DS : Sinkope/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan,
mati/lumpuh, penglihatan menurun seperti buta total, kehilangan
daya lihat sebagian, penglihatan ganda atau gangguan lain.
DO : Status mental/tingkat kesadaran, pada wajah terjadi
paralisis ataun parese (ipsilateral), afasia (gangguan atau
kehilangan kemampun menggunakan motorik saat pasien ingin
menggerakan).
7. Pola persepsi dan konsep diri
DS : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa,gembira,
kesulitan untuk mengekspresikan diri.
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama.
DS : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
DO : Gangguan atau kehilangan fungsi bahasa, kesulitan untuk
mengungkapkan
9. Pola reproduksi dan seksualitas
DS : Tidak adanya gairah seksual
DO: Kelemahan tubuh dan gangguan persepsi seksual.
10. Pola mekanisme koping dan stress
DS : Perasaan tidak berdaya,perasaan putus asa.
DO: Emosi stabil dan ketidaksiapan untuk marah.
11. Pola nilai sistem kepercayaan
Terganggunya aktivitas ibadah karena adanya nyeri, dan sakit
kepala serta kekakuan pada tubuh pasien.
L. DIAGNOSA
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan factor
resiko artreosklirosis aortic.
2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuscular
3. Kerusakan integritas kulit b/d factor mekanik ( mis, daya
gesek, tekanan, imobilitas fisik )
4. Risiko cedera dengan factor resiko gangguan visual
5. Devisit perawatan diri: mandi, berpakaian,makan, eliminasi
b/d gangguan neuromuscular
6. Gangguan citra tubuh b/d penyakit
7. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan perkembangan
M. INTERVENSI
terapi validasi
Tentukan tahap
gangguan koknisi klien
(mis, malorientasi,
bingung waktu
pengulangan
gerakan/vegetasi)
Dengaran pasien
dengan menunjuan
empati
Tahan diri dari
mengoresi atau
menentang presepsi
dan pengalaman klien
Hindari
mengunaan kata-kata
“perasaan”Berbiara
dengan bahas klien
dengan mendengaran
kata kerja yang
digunakan klien dengan
hati-hati, dan gunakan
indra yang mereka
sukai (auditori, fiual,
kinesteti)
N. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada
tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi peran tim medis serta mengupayakan
rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
O. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan
bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2008). Buku Ajar Keperaatan Medical Bedah, Edisi
8 VOL. 3. Jakarta: EGC.
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
KASUS NON HEMORAGIK STROKE
Pada saat tiba di unit gawat darurat, Tn.J merespon perintah verbal yang keras
dengan mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami. Tn.J menggerakkan lengan
dan kaki kiri ke arah rangsangan nyeri, tetapi tungkai kanan tampak lemah dan refleks
menurun. Kedua pupil terlihat isokor dan bereaksi secara lamban terhadap cahaya.
Pada anamnesis kebiasaan makan pasien didapatkan pasien suka makan ikan
asin dan ngemil gorengan serta minum kopi. Pasien tidak pernah berolah raga dan
juga memiliki kebiasaan perokok berat. Pasien sehari-hari bekerja sebagai penjual
gorengan didekat rumahnya.
Tn.J menunjukkan N 90, TD 170/100, P 18, Suhu 36,7 0C, dengan kulit yang
pucat dan penurunan refleks menelan serta refleks batuk. Terapi oksigen dilanjutkan,
dan dipasang infus intravena serta slang nasogastrik. Diagnosis sementara
ditegakkan, yaitu stroke dan Tn.J dikirim ke bagian radiologi untuk pemindaian CT
otak. Diagnosis stroke iskemik yang disebabkan oleh trombosis pada arteri serebri
media kiri ditegakkan berdasarkan hasil pemindaian CT Scan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris
Jl. MAIPA NO.19
MAKASSAR
KAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial :J
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 (dua)
Agama/ suku : Islam/Toraja
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Penjual Gorengan
Alamat rumah : Perumahan Mutiara Luwu
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Vivian
Umur : 70 tahun
Alamat : Perumahan Mutiara Luwu
Hubungan dengan pasien : Istri
II. DATA MEDIK
Diagnosa medik
Saat masuk : Stroke
Saat pengkajian : Stroke Iskemik
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: Tampak pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk
bergerak dan bicara pelo serta mengalami penurunan kesadaran, penurunan refleks menelan
serta refleks batuk. Tampak pada pasien terpadang 02 6liter, selang NGT, Infus RL 400 ml,
cateter urine dan popok. Tampak pada pasien terpasang gelang kuning untuk resiko jatuh.
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): Somnolen
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :3
b) Respon bicara :2
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah: 9
Kesimpulan : Somnolen
2. Tekanan darah : 170/100 mmHg
MAP : 147 mmHg
Kesimpulan : Nilai MAP tidak Normal
3. Suhu : 36,7 0C di Oral Axilla Rectal
4. Pernapasan: 18 x/menit
Irama : Teratur Bradipnea Takipnea Kusmaul Cheynes-stokes
Jenis : Dada Perut
5. Nadi : 90 x/menit
Irama : Teratur Bradikardi Takikardi
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 21 cm
2. Tinggi badan : 168 cm
3. Berat badan : 70 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh : 24,80 kg/m2
Kesimpulan : IMT Normal
D. GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal Serumah
: Meninggal
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan kesehatan itu penting, pasien selalu menjaga kebersihan
makanan dan alat-alat makannya. Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien memiliki
kebiasaan suka ngemil gorengan dan kopi di pinggir jalan, pasien juga memiliki kebiasaan
merokok dan jarang berolahraga. Keluarga pasien mengatakan jika ada anggota keluarga
yang sakit dan tidak terlalu parah keluarga akan membeli obat di warung.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama :
Keluarga pasien mengatakan, pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak sebelah
kanan
b) Riwayat keluhan utama :
Keluarga pasien mengatakan baru pertama kali pasien mengalami sakit seperti ini,
keluarga tidak mengetahui pasti faktor pencetus dari sakit yang dialami pasien.
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengeluhkan tentang kelemahan bagian
lengan dan kaki kanan serta sakit kepala disertai mual muntah, tapi pasien
mengabaikannya.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk ke RS Ny.S mendapati suaminya terbaring di
lantai kamar tidur setelah dia pulang dari pasar, dan Ny.S tidak bisa membangunkan
suaminya secara penuh ataupun membuatnya bergerak, lalu memanggil ambulans,
kemudian langsung di bawa ke IGD RS Stella Maris. Keluarga mengatakan ini pertama kali
pasien mengalami sakit seperti ini. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sebelumnya. Keluarga pasien mengatakan pasien hanya mengeluhkan
kelemahan anggota gerak bagian lengan dan kaki kanan serta sakit kepala dan mual
muntah.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat serupa dengan
pasien
5. Pemeriksaan fisik :
a) Kebersihan rambut : Bersih
b) Kulit kepala : Kotor (Berketombe)
c) Kebersihan kulit : Bersih
d) Higiene rongga mulut : Kotor ( banyak karang gigi )
e) Kebersihan genetalia : Tidak dikaji
f) Kebersihan anus : Tidak dikaji
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien hanya BAB sebanyak 1x sehari, dengan
konsistensi keras dan pasien selalu mengedan sehingga tidak merasa nyaman. Pasien
selalu mengkonsumsi pepaya untuk melancarkan BAB. Keluarga pasien mengatakan
sebelum sakit pasien tidak mengalami masalah dalam pengeluaran urine.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit, pasien untuk BAB dan BAK ditempat tidur.
3. Observasi :
Tampak pasien menggunakan kateter urine dan popok. Tampak bentuk feses padat,
konsistensi keras, warna kuning kecoklatan. Tampak jumlah urine 50 cc, warna kuning,
tidak ada bau, tidak ada endapan dan tampak tidak berbusa.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 5 x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus :
Peradangan: Tidak dikaji
Hemoroid : Tidak dikaji
Fistula : Tidak dikaji
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien kesehariannya adalah menjual
gorengan, pasien dari pagi memulai aktivitasnya dengan membuat adonan hingga sore
hari.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit pasien mengeluh sesak napas, pasien
kesulitan untuk bangun dari tempat tidur karena kelemahan anggota gerak sebelah kanan.
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit unutk miring kanan dan kiri pasien harus
dibantu oleh keluarga.
3. Observasi :
Tampak pasien menggunakan selang O2, cateter urine dan selang NGT.
a) Aktivitas harian :
Makan :1 0 : mandiri
Mandi :2
1 : bantuan dengan alat
Pakaian :2
2 : bantuan orang
Kerapihan :2
Buang air besar :2 3 : bantuan alat dan orang
Buang air kecil :1
Mobilisasi di tempat tidur : 2
b) Postur tubuh : Tidak dikaji
c) Gaya jalan : Tidak dikaji
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi: : -
f) Tracheostomi : -
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : 170/100 mmHg
Duduk : ………………..mmHg
Berdiri : ………………..mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif Negatif
b) HR : 80 x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : -
Basah :-
d) JVP : 5 + 1 cmH2O
Kesimpulan : Normal
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : Normal
f) Thorax dan pernapasan
Inspeksi:
Bentuk thorax : Bentuk Simetris
Retraksi interkostal : Tidak ada Retraksi
Sianosis : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
Palpasi :
Vocal premitus: Normal
Krepitasi : Tidak ada
Perkusi :
Sonor Redup Pekak
Lokasi : Dinding midklavikularis sebelah kanan
Auskultasi :
Suara napas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal
Suara tambahan : Tidak ada
g) Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi :
Ictus cordis : Tidak teraba
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS III garis parasternal kiri
Batas bawah jantung : ………………………………………………………
Batas kanan jantung : ICS IV medial garis parasternal kanan
Batas kiri jantung : ICS VI garis midklavikularis kiri
Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Tunggal I ICS II linea sternalis dextra
Bunyi jantung II P : Tunggal ICS II dan III linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I T : Tunggal ICS II linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I M : Tunggal ICS II midclavikularis sinitra
Bunyi jantung III irama gallop : Tidak terdengar
Murmur : Tidak terdengar
Bruit : Aorta : Tidak dikaji
A.Renalis : Tidak dikaji
A. Femoralis : Tidak dikaji
h) Lengan dan tungkai
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak : Sebelah kanan tidak aktif
Kaku sendi : Bagian kaki sebelah kanan
Nyeri sendi : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parese : Hemiparese dextra
Paralisis : Dibagian kanan anggota tubuh
Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 0 5
Kaki 0 5
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
Refleks fisiologi : Terdapat kontraksi otot pada trisep,bisep,patela dan axiles
Refleks patologi : ………………………………………………………………..
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : Tidak ditemukan
Varises tungkai : Tidak ditemukan
Pengkajian level stroke : Level 3
i) Columna vetebralis:
Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis
Palpasi : ………………………………………………………………………
Kaku kuduk : ………………………………………………………………………
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
b) Bentuk/postur tubuh : Normal
c) Kulit : Bersih
VII. TERAPI
Citicoline 2 x 250 mg
Ranitidine 2 x 50 mg
Asering 20 tpm
ASA laktosal/aspirin 100 ml 1 x 1
Neurosanbe 5000/drip
Amdolipin 5 mg
( )
ATEROSKLEROSIS
Suplai darah
ke otak
Penyumbaran
pembuluh
darah
Suplai O2 ke
otak
Iskemik
NON
HEMORAGIC
STROKE
Infark