PENDAHULUAN
Salah satu penyakit noninfeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit atau gangguan
sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat dan lebih lanjut
menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota badan dan wajah sehingga menurunkan
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
Interfensi fisioterapi dan kerjasama dengan tenaga medis dan paramedis lainnya pada
kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien dirawat di RS maupun setelah
kembali di keluarganya.
Hemipharese merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya kelemahan separuh badan,
wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gerakan ADL lainnya.
Dalam penulisan laporan klinik ini penulis akan membahas tentang penatalaksanaan
fisioterapi pada pasien hemipharese kiri pasca stroke dengan berbagai modalitas fisioterapi yang
ada. Hal ini meliputi penanganan pada extremitas superior dan inferior serta mencegah kecacatan
lebih lanjut.
BAB II
ANATOMI TERAPAN
Otak besar terbagi atas dua hemisferium serebri yang dipisahkan oleh fissura longitudinal
serebri yang terdapat di dalam permukaan hemisferium serebri tersebut.Sel-sel tubuh manusia
hampir seluruhnya mengandung potensial listrik yang tegangannya sangat kecil (milli
volt).Jaringan saraf dan otot disebut jaringan exitable.Jaringan ini mampu menghantarkan impuls
elektro chemical disepanjang membrannya sehingga jaringan exitable mudah dirangsang dengan
misalnya arus.
Potensial aksi atau impuls adalah besarnya energi tertentu yang dibutuhkan oleh setiap
jaringan exitable untuk menjawab suatu rangsangan yang ditandai dengan berbaliknya muatan
listrik dengan jaringan exitable. Perjalanan impuls ada 2 cara yaitu secara merambat (timbulnya
potensial aksi berupa garis-garis gaya pada jaringan exitable tanpa perantara) dan secara
meloncat (impuls nampak berjalan seperti meloncat dari nodus renvier yang satu ke yang
lainnya).
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat kegiatan metabolisme
pada bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah
tersebut.Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah sepasang arteria karotis interna dan
sepasang arteria vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi.
Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-pembuluh yang berada di dalam jaringan
otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan bermuara ke dalam sinus
duramatris.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang cukup, sedangkan
anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit.Pembuluh darah dari arteri permukaan yang
menembus/memasuki jarigan otak, secara fungsional dapat dianggap sebagai end artery.
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang mempercabangkan selain arteria
karotis eksterna juga arteri karotis interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial
terutama dalam hal ini ialahhemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria karotis interna
adalah :a. oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior, a.
komunikans anterior, a. serebri media. Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu
menjadi arteri basilaris, akan mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga kelompok arteri
yakni: median, paramedian, dan arteri sirkumferensial.Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang
cabang a. serebri posterior.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Pengetian
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredarandarah dapat
berupa: Iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak dan
perdarahan yang biasanya terjadikarena dinding pembuluh darah robek.Seperti bagian-bagian
tubuh lainnya, otak mendapatkan suplai darah daripembuluh darah agar dapat
mempertahankan fungsinya secara normal.Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan
fungsi otak terganggu danbila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak
(disebutinfark).
Otak membutuhkan sangat banyak oksigen.Bila suplai oksigen terputusselama 8-10
detik sudah terjadi gangguan fungsi otak.Bila suplai oksigenterputus lebih dari 6-8 menit,
maka terjadi kerusakan otak yang tidakdapat pulih/menetap. Faktor yang mempengaruhi
aliran darah di otakadalah: keadaan pembuluh darah, keadaan darah dan keadaan
jantung.Gejala utama stroke adalah timbulnya gangguan saraf secara mendadakseperti yang
telah disebutkan di atas.Derajat keparahan bervariasi dariyang ringan sampai berat. Gejala
stroke yang mula-mula ringan sajadapat kemudian memberat dalam beberapa jam atau hari.
Itulahsebabnya gejala stroke tidak boleh diabaikan walaupun pada awalnyaringan.
Stroke adalah manifestasiklinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.
C. Patofisiologi
Iskemia Otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang membahayakan fungsi
neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO turun pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr
otak/menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel.
Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif
tapi masih viable.Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium
pada substansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air
dan natrium pada substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan
tekanan intrakranial. Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang
diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan berbagai macam sel
yang terdapat di dalamnya.Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak
ialah 50-60 ml/100 gram otak/menit atau 700-840 ml/menit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ADO dibagi dalam 2 faktor yaitu :
Faktor Ekstrinsik
Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya TDS
tidak mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada pembuluh
darah terkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka akan mengganggu ADO.
Kualitas darah/Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah
akan meningktya pula, resistensi serebrovaskuler juga naik sehingga ADO
menurun.
Eritrosit, terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan penurunan deformabilitas
eritrosit.
Faktor intrinsik
Autoregulasi Yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk
mempertahankan ADO meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak.
Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila tekanan sistolik 60-200 mmHg
dan tekanan diastolik 60-120 mmHg.
Faktor Biokimiawi Karbon dioksida (CO2) Peningkatan tekanan CO2 akan
menyebabkan vasodilatasi, sehingga resistensi serebral turun, akibatnya ADO
akan meningkat.
Oksigen (O2) Bila tekanan O2 turun kurang dari 50 mmHg akan
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi sehingga ADO meningkat dan
sebaliknya.
Pengaruh ion H+ Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah iskemik akan
berubah jadi infark.
Ion K+ Ion K mencapai ruang ekstraseluler saat aktivasi kortikal dan
mencapai otot-otot pembuluh darah melalui difusi dan ini bertanggung jawab
terhadap peningkatan perfusi regional.
Susunan saraf otonom Rangsang sistem simpatis servikal akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak, sehingga ADO turun.
BAB IV
STATUS KLINIK
A. Data - Data Medis Rumah Sakit
1. Diagnosa Fisioterapi : Gangguan fungsional lengan dan tungkai kiri akibat post stroke
NHS
2. Catatan Klinis
Tekanan darah : 120/90mmHG Normal : 140 / 90 mmHg
B. Anamnesis
1. Anamnesis Umum
Nama : hj. N
Umur : 51 th
JK : perempuan
Agama : islam
Pekerjaan : guru
Alamat : jl. Palantikang, Sungguminasa
2. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Kelemahan separuh badan
Lokasi : Lengan dan tungkai kiri
Waktu : 2 bulan yang lalu
RPP : 2 bulan yang lalu saat pulang kerja setelah melaksanakan
kegiatan rumah tangga pasien merasa pusing dan merasa
tangan dan kakinya keram-keram. Setelah itu pasien
beristirahat.Keesokkan harinya saat bangun tidur, pasien
merasakan tangan dan kakinya tidak dapat digerakkan.
Lalu pasien di bawa ke RS. Bhayangkara kemudian di
rawat inap selama 2 minggu, Dan oleh Dokter, pasien
dirujuk ke Fisioterapi.
3. Inspeksi
1. Statis
Mimik muka pasien tampak lesu dan cemas.
2. Dinamis
Pasien kurang mampu menggerakkan lengan dan tungkainya secara maksimal.
C. Pemeriksaan Fungsi
1. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
a. Aktif
Shoulder
Fleksi :tidak nyeri, tidak full ROM
Ekstensi :tidak nyeri, tidak full ROM
Abduksi :tidak nyeri, tidak full ROM
Adduksi : tidak nyeri, tida full ROM
Endorotasi :tidak nyeri, tidak full ROM
Eksorotasi :tidak nyeri, tidak full ROM
Elbow
Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Pronasi – supinasi : tidak nyeri, full ROM
Wrist
Fleksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Dorso fleksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Radial deviasi : tidak nyeri, tidak full ROM
Ulnar deviasi : tidak nyeri, tidak full ROM
Hip
Fleksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Abduksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Adduksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Endorotasi : tidak nyeri, tidak full ROM
Eksorotasi : tidak nyeri, tidak full ROM
Knee Joint
Fleksi : tidak nyeri, tidak full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Ankle Joint
Plantar Fleksi: tidak nyeri, full ROM
Dorso Fleksi : tidak nyeri, tidak full ROM
b. Pasif
Shoulder
Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Abduksi : tidak nyeri, full ROM
Adduksi : tidak nyeri, full ROM
Endorotasi : tidak nyeri, full ROM
Eksorotasi : tidak nyeri, full ROM
Elbow Joint
Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Pronasi : tidak nyeri, full ROM
Supinasi : tidak nyeri, full ROM
Wrist Joint
Palmar Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Dorso fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ulnar Deviasi : tidak nyeri, full ROM
Radial deviasi : tidak nyeri, full ROM
Hip Joint
Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Abduksi : tidak nyeri, full ROM
Adduksi : tidak nyeri, full ROM
Endorotasi : tidak nyeri, full ROM
Eksorotasi : tidak nyeri, full ROM
Knee Joint
Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Ekstensi : tidak nyeri, full ROM
Ankle Joint
Plantar Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Dorso Fleksi : tidak nyeri, full ROM
Inversi : tidak nyeri, full ROM
Eversi : tidak nyeri, full ROM
D. Pemeriksaan Spesifik
1. Tes Motorik
a. Reaksi ADL
Pelaksanaan : Pasien dalam posisi supine lying dan diminta untuk menggerakkan
lengan dan tungkainya.
Hasilnya : Mampu dilakukan
b. Reaksi Keseimbangan
Pelaksanaan : Pasien dalam posisi supine lying kedua lutut ditekuk (fleksi knee),
kemudian pasien diminta untuk mengangkat pantat, lalu Fisioterapis
menggerangkan kekanan dan kekiri.
Hasilnya : Pasien mampu melakukannya
c. Tes Koordinasi
Pelaksanaan :
- Tungkai kiri : Pasien dalam keadaan supine lying, kemudian pasien disuruh
menyentuh lutut kiri dengan tumit sebelah kiri.
Hasilnya : Mampu dilakukan
- Lengan kiri : Pasien dalam posisi baring, kemudian diminta untuk menyentuh
hidung pasien dengan tangan kiri.
Hasilnya : Mampu dilakukan
d. Tes Kognitif
Pelaksanaan : Pasien ditanyakan tentang data-data pribadi
Hasilnya : Pasien dapat menjawab dengan baik
2. Tes Sensorik
a. Tes Rasa Sakit
Saat sisi yang lemah dicubit, pasien bisa merasakan
b. Tes Rasa Posisi
Pasien mampu membedakan posisi saat lengan dan tungkai yang lemah ditekuk serta
diluruskan tanpa melihatnya
3. MMT
Shoulder : Hip :
Fleksor : 4 Fleksor : 4
Ekstensor : 4 Ekstensor : 4
Abduktor : 4 Abduktor : 4
Adduktor : 4 Adduktor : 4
Eksternal Rotasi : 4 Eksternal Rotasi : 4
Internal Rotasi : 4 Internal Rotasi : 4
Elbow Knee
Fleksor : 4 Fleksor : 4
Ekstensor : 4 Ekstensor : 4
Pronator : 4
Supinator : 4
Wrist Ankle
Fleksor : 4 Fleksor : 4
Ekstensor : 4 Ekstensor : 4
Radial Deviasi : 4 Inversi : 4
Ulnar Deviasi : 4 Eversi : 4
E. Diagnosa Fisioterapi
“ Gangguan Fungsional Lengan Dan Tungkai Kiri Akibat Hemiparese Post NHS ”
F. Problematik Fisioterapi
1. Kelemahan otot lengan dan tungkai kiri
2. Gangguan koordinasi
3. Gangguan aktivitas fungsional
H. Pelaksanaan Fisioterapi
1. MWD
Tujuan :Preeliminary Exercise dan melancarkan sirkulasi darah
Posisi Pasien :Pasien tidur terlentang, kemudian diberi MWD pada lengan dan
tungkai kiri, masing-masing 8 menit
Dosis
F : 3 kali sehari
I : 100 hz
T : co planar
T : 8 menit
3. Frankle Exercise
Tujuan : Untuk melatih koordinasi lengan dan tungkai yang sakit
Posisi Pasien
Lengan : Pasien tidur terlentang, kemudian diminta untuk menyentuh hidung
dengan tangan kanan.
Tungkai : Pasien tidur terlentang, kemudian pasien diinstruksikan untuk
menyentuh lutut kanan dengan tumit sebelah kanan
Dosis
F : 3 kali sehari
I : Pasien fokus dengan 10 kali pengulangan
T : Latihan koordinasi
T : 10 menit
I. Home Program
a. Pasien dianjurkan untuk latihan mengangkat pantat
b. Pasien dianjurkan untuk menggerakkan jari-jari tangan dengan cara menggenggam
c. Pasien dianjurkan untuk latihan jongkok
J. Evaluasi
1. Sesaat
Pasien nampak lelah setelah latihan, kekuatan otot mulai membaik dan koordinasi belum
ada perubahan.
2. Berkala
Setelah beberapa kali terapi pasien mengalami peningkatan otot pada lengan dan tungkai
dan koordinasi cukup membaik.
FOLLOW UP
Pembimbing Klinik
Oleh :
HAERANI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2011