CEREBROVASCULAR DISORDER(CVD )
Oleh:
FANNY MAULIDA RAHMAH
(0432950920010)
5. Klasifikasi.
Berdasarkan penyebab dan proses patofisiologis penyakit, stroke diklasifikasikan menjadi
stroke iskemik dan dan stroke hemoragik.
Gambar 2.8
Klasifikasi Stroke (Lewis, et.al, 2011 & Zomorodi, 2016)
a. Stroke Iskemik.
Stroke iskemik terjadi saat aliran darah ke otak tidak adekuat akibat oklusi baik parsial
maupun total pada pembuluh darah arteri di otak. Sekitar 80% kejadian stroke
merupakan jenis stroke iskemik ini. Lebih lanjut stroke iskemik dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu stroke trombotik dan stroke embolik. Insiden stroke iskemik ini umumnya
didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA).
1) Transient Ischemic Attack (TIA).
Serangan iskemik transien (transient ischemic attack / TIA) merupakan episode
disfungsi neurologis sementara yang pada otak, sumsum tulang belakang, atau
iskemia retina, tanpa disertai infark otak akut. Gejala klinis umumnya berlangsung
kurang dari 1 jam. Sebelumnya, secara operasional TIA didefinisikan sebagai
kejadian iskemik serebral fokal dengan gejala yang berlangsung kurang dari 24 jam.
Namun, batasan waktu ini dianggap terlalu luas, karena 30% - 50% secara klasik TIA
menunjukkan cedera otak pada MRI.Sebagian besar TIA dapat sembuh sndiri.
Namun, pasien tetap memerlukan perawatan di bagian gawat darurat saat pertama
kali onset gejala TIA, karena TIA bisa bersifat persisten dan memerlukan tidakan
pengobatan untuk mencegah stroke. Secara umum, sepertiga individu yang
mengalami TIA tidak mengalami gangguan lain, sepertiga mengalami gangguan lain
akibat TIA dan sepertiga berlanjut menjadi stroke.
TIA disebabkan oleh microemboli yang menghambat aliran darah sementara.
TIA menjadi tanda peringatan penyakit serebrovaskular progresif. Tanda dan gejala
TIA bergantung pada pembuluh darah yang terlibat dan area otak yang mengalami
iskemik. Jika terjadi pada sistem karotid, mungkin pasien akan kehilangan
penglihatan sementara pada satu mata (amaurosis fugax), hemiparesis sementara,
mati rasa atau kehilangan sensasi, atau ketidakmampuan untuk berbicara secara tiba-
tiba. Tanda-tanda TIA yang melibatkan sistem vertebrobasilar dapat mencakup
tinnitus, vertigo, penglihatan gelap atau kabur, diplopia, ptosis, disartria, disfagia,
ataksia, dan kesemutan atau kelemahan unilateral atau bilateral.
2) Stroke trombotik.
Stroke trombotik terjadi akibat cidera pada dinding pembuluh darah dan
pembentukan bekuan darah. Lumen pembuluh darah menjadi menyempit, dan jika
tersumbat maka infark akan terjadi. Trombosis berkembang dengan mudah pada
pembuluh darah yang menyempit akibat plak aterosklerotik. Stroke trombotik yang
disebabkan oleh trombosis atau penyempitan pembuluh darah ini merupakan stroke
yang paling banyak terjadi, terhitung sekitar 60% stroke. Dua pertiga dari stroke
trombotik berhubungan dengan hipertensi atau diabetes melitus, karena kedua
penyakit ini mempercepat terjadinya aterosklerosis. Pada 30% sampai 50% individu,
stroke trombotik didahului oleh TIA.
Tingkat stroke tergantung pada kecepatan onset, ukuran area yang rusak, dan
adanya sirkulasi kolateral. Sebagian besar penderita stroke iskemik tidak mengalami
penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama, kecuali bila stroke terjadi pada batang
otak atau disertai dengan kondisi lain seperti kejang, peningkatan tekanan
intrakranial, atau perdarahan. Gejala stroke iskemik mungkin berkembang dalam 72
jam pertama seiring infark dan edema serebral meningkat.
Stroke lacunar mengacu pada stroke akibat oklusi arteri penetrasi kecil dan
membentuk rongga pada jaringan otak yang mengalami infark. Hal ini paling sering
terjadi pada area ganglia basalis, thalamus, kapsul internal, atau pons. Meskipun
kebanyakanstroke lacunar bersifat asimtomatik, namun bila disertai dengan gejala
dapat menyebabkan defisit yang cukup besar. Gejala yang timbul dapat
berupahemiplegia motorik murni, stroke sensorik murni (kehilangan semua fungsi
sensorik kontralateral), kelemahan pada kaki kontralateral dan kelemahan wajah
dengan ataksia pada lengan dan kaki, dan stroke motor dan sensorik terisolasi. Infark
yang terjadi akibat penyempitan pada beberapa pembuluh darah kecil dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif, yaitu demensia vaskular atau multiinfark.
3) Stroke embolik.
Stroke embolik terjadi saat embolus masuk dan menutup arteri serebral,
mengakibatkan infark dan edema pada daerah yang mengalami gangguan suplai
darah. Embolisme adalah penyebab stroke paling umum kedua, terhitung sekitar 24%
dari semua kejadian stroke. Kebanyakan emboli berasal dari lapisan endokardial
jantung, dengan plak yang ruptur dari endokardium dan memasuki sirkulasi darah.
Embolus bergerak mengikuti sirkulasi darah ke serebral dan menyumbat pada
pembuluh darah yang lebih kecil atau pada percabangan pembuluh darah. Kondisi
jantung yang terkait dengan emboli meliputi fibrilasi atrium, infark miokard,
endokarditis infektif, penyakit jantung rematik, penggunaan prostesa katup, dan
defek septum atrium. Penyebab emboli yang kurang umum meliputi udara dan lemak
yang berasal dari fraktur tulang panjang seperti fraktur femur.
Pasien dengan stroke embolik umumnya memiliki gejala klinis yang lebih berat
dan terjadi secara tiba-tiba. Stroke embolik dapat terjadi pada semua kelompok usia.
Penyakit jantung rematik merupakan salah satu penyebab stroke embolik pada orang
dewasa muda sampai usia paruh baya. Embolus yang timbul dari plak aterosklerotik
lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
Tanda peringatan kurang umum terjadi pada stroke embolik dibandingkan
dengan stroke trombotik. Stroke embolik sering terjadi dengan cepat dan waktu yang
terbatas untuk membuat sirkulasi kolateral. Pasien umumnya tetap sadar, meskipun ia
mungkin mengeluh sakit kepala. Prognosis tergantung dengan jumlah jaringan otak
yang mengalami iskemik. Efek dari emboli pada awalnya ditandai oleh defisit
neurologis berat, yang dapat bersifat sementara jika bekuan pecah dan
memungkinkan darah mengalir. Emboli yang lebih kecil yang menyumbat pembuluh
yang lebih kecil pada bagian otak otak yang lebih kecil menyebabkan defisit yang
sedikit. Stroke embolik yang berulang sering terjadi, kecuali penyebab utamanya
ditangani secara cepat.
b. Stroke Hemoragik.
Stroke hemoragik terhitung sekitar 15% dari seluruh stroke yang diakibatkan oleh
perdarahan kedalam jaringan otak itu sendiri (intraserebral atau intraparenchymal
hemorrhage) atau ke dalam ruang subaraknoidd atau ventrikel (perdarahan
subarachnoid atau perdarahan intraventrikular).
1) Hemoragik intraserebral.
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan otak
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, terhitung sekitar 10% dari semua
kejadian stroke. Prognosis pasien dengan perdarahan intraserebral buruk, dengan
angka kematian 40% sampai 80% dalam 30 hari dan 50% kematian terjadi dalam 48
jam pertama.Hipertensi merupakan penyebab perdarahan intraserebral yang paling
umum. Penyebab lainnya meliputi malformasi vaskular, gangguan koagulasi, obat
antikoagulan dan trombolitik, trauma, tumor otak, dan aneurisma.
Perdarahan umumnya terjadi saat beraktivitas. Onset gejala terjadi secara tiba-
tiba, dengan perkembangan beberapa menit sampai jam akibat pendarahan yang
sedang terjadi. Manifestasi meliputi defisit neurologis, sakit kepala, mual, muntah,
penurunan tingkat kesadaran (pada sekitar 50% pasien), dan hipertensi. Tingkat
gejala bervariasi tergantung pada jumlah, lokasi, dan lama perdarahan. Bekuan darah
didalam tengkorak yang tertutup dapat menyebabkan massa yang menyebabkan
tekanan pada jaringan otak, pergerseran jaringan otak, dan menurunkan aliran darah
serebral, yang menyebabkan iskemia dan infark.
Sekitar 50% dari perdarahan intraserebral terjadi pada putamen dan kapsul
internal, central white matter, thalamus, hemisfer serebelum, dan pons. Diawali
dengan pasien mengalami sakit kepala parah yang disertai mual dan muntah.
Manifestasi klinis pada perdarahan putamen dan kapsul internal berupa kelemahan
satu sisi (termasuk wajah, lengan, dan tungkai), ucapan yang tidak jelas, dan deviasi
mata. Perkembangan gejala yang berhubungan dengan keparahan akibat perdarahan
meliputi hemiplegia, pupil yang terfiksasi dan dilatasi, postur tubuh abnormal,
hingga koma.
Perdarahan pada daerah thalamus menyebabkan hemiplegia lebih sensorik
daripada kehilangan motorik. Pendarahan pada daerah subthalamik otak
menyebabkan gangguan penglihatan dan pergerakan mata. Perdarahan pada
serebelum ditandai dengan sakit kepala berat, muntah, kehilangan kemampuan
berjalan, disfagia, disartria, dan gangguan gerakan mata. Perdarahan di pons adalah
yang paling serius karena fungsi kehidupan dasar seperti respirasi cepat terpengaruh.
Perdarahan pada pons dapat ditandai dengan hemiplegia yang menyebabkan
kelumpuhan, koma, postur tubuh abnormal, pupil yang terfiksasi dan mengecil,
hipertermia, dan kematian.
2) Hemoragik subarakhnoid.
Perdarahan subarakhnoid (SAH) terjadi saat ada pendarahan intrakranial ke
dalam ruang yang berisi cairan serebrospinal antara membran arakhnoid dan pia
mater pada permukaan otak. SAH umumnya disebabkan oleh ruptur aneurisma
serebral (kelemahan atau pelebaran pembuluh darah karena kongenital atau didapat).
Aneurisma dapat berupa aneurisma saccular atau berry, dengan ukuran mulai dari
beberapa milimeter hingga 20 – 30mm, atau aneurisma aterosklerotik fusiformis.
Mayoritas aneurisma berada dalam sirkulus Willis. Penyebab lain dari SAH termasuk
trauma dan penyalahgunaan obat (kokain). Sekitar 40% penderita stroke hemoragik
akibat ruptur aneurisma meninggal selama episode awal dan15% meninggal karena
pendarahan berikutnya. Insiden meningkat seiring bertambahnya usia dan lebih
tinggi pada perempuan daripada laki-laki.
Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Stroke (Lewis, et.al, 2011 & Zomorodi, 2016).
Untuk • Computed Tomography (CT) Scan
Mendiagnosis • CT Angiography (CTA)
Stroke • Magnetic Resonance Imaging (MRI)
(termasuk • Magnetic Resonance Angiography (MRA)
menentukan area • CT/MRI Perfusion and Diffusion Imaging
dan luasnya)
Mengidentifikas • Angiografi serebral.
i Aliran Darah • Angiografi Carotis.
Otak. • Digital Subtraction Angiography
• Transcranial Doppler Ultrasonography
• Carotid Duplex Scanning
Pemeriksaan • Elektrokardiogram
Jantung • Chest X-Ray
• Cardiac Markers (Troponin, Creatine Kinase-MB)
• Echocardiography (Transthoracic, Transesophageal)
Pemeriksaan • Pemeriksaan darah lengkap, termasuk Platelet.
Tambahan. • pemeriksaan sistem pembekuan darah: Prothrombin
Time, activated partial thromboplastin time
• Elektrolit dan gula darah.
• Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal.
• Pemeriksaan Profil Lipid
• Analisis Cairan Cerebrospinal*
*Lumbal punksi untuk pemeriksaan cairan serebrospinal sebaiknya dihindari bila dicurigai
adanya peningkatan tekanan intra kranial.
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi Stroke Kolaboratif (Lewis, et.al, 2011).
Preventif Kontrol masalah hipertensi.
kontrol masalah diabetes mellitus.
Pengobatan penyakit jantung yang baik.
Berhenti merokok.
Batasi konsumsi alkohol.
Terapi Obat Inhibitor Platelet, seperti Aspirin.
Terapi antikoagulan untuk pasien dengan masalah
atrial fibrilasi.
Terapi Endarterectomy arteri carotis.
Pembedahan. Stenting arteri carotis.
Transluminal angioplasty.
Extracranial-Intracranial bypass.
Intervensi pembedahan terhadap risiko perdarahan
pada aneurisma.
Perawatan Akut. Penatalaksanaan airway.
Terapi cairan.
Pengobatan edema serebral.
Pencegahan injuri sekunder.
Stroke Iskemik Tissue plasminogen activator (tPA) intravena atau
intraarterial.
MERCI retriever.
Stroke Tindakan pembedahan untuk dekompresi bila ada
Hemoragik indikasi.
Clipping atau coiling aneurisma.
8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang tidak disadari oleh pasien,
biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak.
Pada serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien
melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.
f. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen, apatis, sopor, soporos
coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat
pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan GCS 13-15
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah tinggi dengan tekanan
systole > 140 dan diastole > 80
b) Nadi
c) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada bersihan jalan napas
d) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke hemoragik
3) Rambut
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : biasanya pasien bisa
menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas
halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII (facialis) : biasanya alis
mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan
tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak mata tidak oedema.
Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus
III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor,
palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata . Nervus IV (troklearis) :
biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus VI
(abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan kanan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping hidung. Pada
pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan
perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan
berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak lemah anggota gerak
atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan-hidung
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan mengalami masalah bau
mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah
dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis dan asin.
Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah
bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
(hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan
kanan namun artikulasi kurang jelas saat bicara.
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII (akustikus) :
biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana lokasi
kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang jelas
9) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik mengalami gangguan
menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)
10) Thorak
a) Paru-paru
b) Jantung
11) Abdomen
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar. Pada pemeriksaan reflek
dinding perut, pada saat perut pasien digores biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
12) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2 detik.Pada
pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan
tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk
tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada
pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada
pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek
Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi
bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak mengembang (reflek
babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek
caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi
atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien
tidak merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur
tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+)).
Respon Nilai
Tidak dapat sedikitpun kontraksi otot, 0
lumpuh total
Terdapat sedikit kontraksi otot, 1
namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan
oleh otot tersebut
Didapatkan gerakan , tapi gerakan 2
tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi)
Dapat mengadakan gerakan melawan 3
gaya berat
Disamping dapat melawan gaya berat 4
ia dapat pula mengatasi sedikit
tahanan yang diberika
Tidak ada kelumpuhan (normal) 5
Sumber: Debora, 2013 Nilai kekuatan otot
h. Test diagnostik
1) Radiologi
a) Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti stroke perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan ditemukan adanya
aneurisma
b) Lumbal pungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka terdapat tekanan
yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan menunjukkkan adanya hemoragik pada
subarachnoid atau pada intrakranial
c) CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark
atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens
fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari heemoragik
e) USG Doppler
f) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
2) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna untuk
mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun
pasien. Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang
pasien.
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time, partial thromboplastin (PTT),
International Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya
mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa
menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat
pengencer darah seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan
dalam dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin, PTT bermanfaat
untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dll. Apabila kadar gula
darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan
jantung. Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke (Robinson, 2014)
1) Pola kebiasaan
Biasanya pada pasien yang pria, adanya kebiasaan merokok dan penggunaan minumana
beralkhohol
2) Pola makan
Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan pada pasien stroke
hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena adanya kejang otot/ nyeri otot
Biasanya pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami kelemahan, kehilangan sensori ,
hemiplegi atau kelumpuhan
5) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus
Biasanya adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara
7) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif
(Batticaca, 2008).
9. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif.
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Defisit perawatan diri
10. Intervensi Keperawatan
No Dx. Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Risiko Perfusi Setelah dilakukan Observasi
Serebral Tidak Pengkajian selama
Efektif. 1x24 jam di dapatkan -identifikasi
kriteria hasil : peningkantan
-tingkat kesadaran tekanan
meningkat. intracranial.
-gelisahmenurun. -
-tekanan darah monitorpeningkatan
membaik TD.
- monitor
penurunan
frekuensi jantung
-monitor
ireguleritas irama
nafas
-monitor
penurunan tingkat
kesadaran.
-monitor
perlambatan atau
ketidak simetrisan
respon pupil.
- monitor kadar
CO2
danpertahankan
dalam rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan
perfusi serebral
-monitorjumlah
kecepatan,dan
karakteristik,draina
secairan
serebrospinal
-monitorefek
stimulus
Terapeutik
- ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal.
- kalibrasi
transduser. -
pertahankan
sterilitas system
pemantauan .
- pertahankan posisi
kepala dan leher
netral.
-dokumentasikan
hasil
pemantauan,jika
perlu.
- atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien.
- doumentasi hasil
pemantauan.
Edukasi
-jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
11. Implementasi
12. Evaluasi
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. (2017). Heart Disease and Stroke Statistic 2017 At a
Glance.https://www.heart.org/idc/groups/ahamah-
public/@wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_491265.pdf. Di akses 25
Mei 2017.
Benjamin, Emelia. J., et.al (2017). AHA Statistical Update: Heart Disease and Stroke Statistics
—2017 Update A Report From the American Heart Association. DOI:
10.1161/CIR.0000000000000485. http://circ.ahajournals.org.
DeWit, Susan C., Candice K. Kumagai. (2013). Medical-Surgical Nursing. Concept & Practice.
Second Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Heuther, Sue E., Kathryn L. McCance. (2017). Understanding Pathophysiology. Sixth Edition.
St. Louis, Missouri: Elsevier.
Hemphill III, J. Claude., et.al. (2015). AHA/ASA Guideline:Guidelines for the Management of
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage A Guideline for Healthcare Professionals
From the American Heart Association/American Stroke Association. DOI:
10.1161/STR.0000000000000069. http://stroke.ahajournals.org.
Hinkle, Janice L., Kerry H. Cheever. (2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing. 13th Edition. Volume 2. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Ignatavicius, Donna D., M. Linda Workman. (2016). Medical-Surgical Nursing. Patient-
Centered Collaborative Care. Eighth Edition. Volume 2. St. Louis, Missouri: Elsevier.
Kernan, Walter N., et.al. (2014). AHA/ASAGuideline:Guidelines for the Prevention of Stroke in
Patients With Stroke and Transient Ischemic Attack. DOI:
10.1161/STR.0000000000000024. http://stroke.ahajournals.org.
Lewis, Sharon L., et.al. (2011). Medical Surgical Nursing. Assessment and Management of
Clinical Problems. Eighth Edition. Volume 2. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.
MedlinePlus (U.S. National Libarary of Medicine). (2017). Stroke-Discharge.
https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000132.htm. Diakses 02 Juni 2017.
Misbach, Jusuf. et.al. (2011). Guideline Stroke Tahun 2011.ISBN 978-979-244277. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Satyanegara, et.al. (2014). Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Edisi V. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Stroke Association. (2017). State Of The Nation Stroke Statistics January 2017. Together We
Can Conquer
Stroke.https://www.stroke.org.uk/sites/default/files/state_of_the_nation_2017_final_1.p
df. Di akses 25 Mei 2017.
World Heart Federation. (2017). The Global Burden of Stroke. http://www.world-heart-
federation.org/cardiovascular-health/stroke/. Di akses 25 Mei 2017.
Winstein, Carolee J., et.al (2016). Guidelines for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery A
Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. DOI: 10.1161/STR.0000000000000098.
http://stroke.ahajournals.org.
Zomorodi, Meg. (2016). Nursing Management: Stroke. https://nursekey.com/nursing-
management-stroke/. Di akses 28 Mei 2017.
The American Center For Spine & Neurosurgery (2017). Aneurysm Clipping and
Coiling.http://www.acsneuro.com/surgeries/brain_detail/aneurysm_clipping_coiling. Di
akses 01 Juni 2017.
The Internet Stroke Center (2011). Brain Anatomy.
http://www.strokecenter.org/professionals/brain-anatomy/anatomy-of-the-brain/Di
akses 29 Mei 2017.