Oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
EPIDURAL HEMATOMA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Epidural hematom adalah cedera kepala yang mengakibatkan perdarahan
intrakranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak.
Dimana otak ditutupi oleh tulang tengkorak yang keras. Otak juga dikelilingi
oleh pembungkus yang disebut dura yang fungsinya untuk melindungi otak,
menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.
Epidural hematom (EDH) adalah adanya darah di ruang epidural yaitu ruang
potensial antara tabula interna tulang tengkorak dan duramater (Setiyohadi,
2010).
Sedangkan menurut (Anderson, 2012) epidural hematoma adalah
terjadinya pendarahan atau berkumpulnya darah akibat benturan yang ada
didalam ruang epidural, terletak diantara tengkorak dan durameter. Kasus ini
sering didapat pada kecelakaan yang mengakibatkan fraktur tulang tengkorak
ataupun tidak yang menyebabkan arteri maningeal tengah putus atau rusak
(laserasi) dan mneyebabkan penurunan kesadaran bahkan kematian.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa epidural hematoma
adalah pengumpulan darah dalam ruang epidural yang disebabkan oleh
adanya benturan yang keras pada kepala.
Kolaborasi
9. Kolaborasi peberian
obat antlansietas, jika
perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (I.14564) 1. Agar memahami konsisi
Integritas Keperawatan selama ...x... jam maka Observasi luka
kulit/jaringan Integrtasn kulit/jaringan (L.14125) 1. Monitor karakteristik 2. Mengetahui luka infeksi
(D.0129) Meningkat dengan kriteria hasil: luka (mis. Drainase, atau tidak dan mencegah
Kriteria hasil Skala Skala wrna, bau) infeksi
awal akhir 2. Monitor tanda-tanda 3. Agar pasien tidak
Kerusakan jaringan 3 5 infeksi merasakan kesakitan.
Kerusakan lapisan 3 5 4. Untuk mempermudah
kulit Terapeutik
proses perawatan luka
Nyeri 3 5 3. Lepaskan balutan dan
Hematoma 3 5 pasien.
plester secara perlahan
Keterangan : 5. Membersihkan luka
4. Cukur rambut di sekitar
1 = meningkat, 2 = cukup meningkat, 3 mengurangi resiko infeksi.
daerah luka jika perlu
= sedang, 4 = cukup menurun, 5 = 6. Mempercapat proses
5. Bersihkan dengan
menurun penyembuhan luka.
cairan NaCl atau
7. Mengurangi resiko infeksi
pembersih nontosik,
pada luka pasien.
sesuai kebutuhan.
8. Untuk memantau infeksi
6. Berikan salep yang
yang terjadi pada luka
sesuai dengan lesi/kulit,
9. Agar luka dapat dirawat
jika perlu.
secara mandiri pasien dan
7. Pertahankan teknik
keluarga.
steril saat melakukan
10. Untuk mencegah infeksi
perawatan luka
secara farmakologis.
Edukasi
8. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
9. Anjurkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri.
Kolaborasi
10. Kolaborai pemberian
antibiotik, jika perlu.
Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan 1. Mengetahui akar masalah
sereberal tidak Keperawatan selama ...x... jam maka Tekanan Intrakranial yang menyebabkan
efektif (D.0017) Perfusi serebral (L.02014) meningkat (I.06194) peningkatan TIK.
dengan kriteria hasil: Observasi 2. Mengetahui tanda tanda
Kriteria hasil Skala Skala 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK.
awal akhir peningkatan TIK (mis. 3. Untuk mencegah rangsang
Tingkat kesadaran 3 5
Lesi, edema serebral) yang menyebabkan
Keterangan :
1 = menurun, 2 = cukup menurun, 3 = 2. Monitor tanda dan peningkatan TIK menjadi
sedang, 4 = cukup meningkat, 5 = gejala peningkatan TIK kejang.
meningkat (mis. TD meningkat, 4. Untuk mengurangi TIK
Kriteria hasil Skala Skala tekanan nadi melebar, akibat sirkulasi darah ke
awal akhir bradikardi, pola nafas otak.
TIK 3 5 irreguler, kesadaran 5. Mencagah kejang
Sakit kepala 3 5
menurun) 6. Untuk mencegah
Gelisah 3 5
Kecemasan 3 5 Terapeutik terjadinya kejang
Keterangan : 3. Minimalkan stimulus
1 = meningkat, 2 = cukup meningkat, 3
dengaan menyediakan
= sedang, 4 = cukup menurun, 5 =
lingkungan yang
menurun
tenang.
Kriteria hasil Skala Skala
4. Berikan posisi semi
awal akhir
Kesadaran 3 5 fowler.
Keterangan : 5. Cegah terjadinya
1 = memburuk, 2 = cukup memburuk, 3 kejang
= sedang, 4 = cukup membaik, 5 =
Kolaborasi
membaik
6. Kolaborasi pemberian
sedai dan anti
konvulsen, jika perlu.
Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan Pencegahan kejang 1. Untuk mengetahui status
(D.0136) Keperawatan selama ...x... jam maka (I.14542) neurologis pasien.
Kontrol kejang (L.06050) meningkat Observasi 2. Menjaga TTV dalam batas
dengan kriteria hasil: 1. Monitor status normal.
Kriteria hasil Skala Skala neurologis 3. Mencegah jatuh pada
awal akhir 2. Monitor TTV pasien ketika kejang
Kemampuan 3 5
4. Mecegah jatuh pada
mengidentifikasi Terapeutik pasien ketika kejang.
faktor 3. Baringkan pasien agar 5. Untuk mengetahui waktu
resiko/pemicu
tidak terjatuh dan tanda akan kejang.
kejang
Kemampuan 3 5 4. Pasang side-rile tempat 6. Agar keluarga dapat
mencegahfaktor tidur. memberikan pertolongan
resiko/pemicu
pertama yang tepat.
kejang Edukasi
Kepatuhan minum 3 5 7. Mencegah kejang secara
5. Anjurkan melapor jika
obat farmakologis.
merasakan aura
Keterangan :
1 = menurun, 2 = cukup menurun, 3 = 6. Ajarkan keluarga
sedang, 4 = cukup meningkat, 5 = pertolongan pertama
meningkat pada kejang
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
antikonvulsen, Jika
perlu.
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Untuk mengetahui
(D.0077) Keperawatan selama ...x... jam maka Observasi karakteristik nyeri.
Tingkat nyeri (L.08066) menurun 1. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil: karaktersistik, durasi,
frekuensi, kualitas, nyeri.
Kriteria hasil Skala Skala intensitas nyeri. 3. Untuk mengetahui respon
awal akhir
2. Identifikasi skala nyeri pasien.
Keluhan nyeri 3 5
Meringis 3 5 3. Indentifikasi respon 4. Guna mengurangi nyeri
Sikap proteksi 3 5 nyeri nonverbal. dan mengkontrol nyeri
gelisah 3 5 yang dirasakan pasien.
Perasaan takut 3 5 Terapeutik
5. Mencegah faktor yang
mengalami cedera 4. Berikan teknik
berulang memperberat nyeri.
nonfarmakologis untuk
mual 3 5 6. Agar pasien memahami
mengurangi nyeri
Muntah 3 5 kondisinya.
Keterangan : 5. Kontrol lingkungan
7. Agarpasien dapat
1 = meningkat, 2 = cukup meningkat, 3 yang memperberat
meredakan nyeri sevata
= sedang, 4 = cukup menurun, 5 = nyeri.
mandiri.
menurun
8. Untuk memantau nyeri
Edukasi
secara mandiri
6. Jelaskan penyebab,
9. Agar pasien meminum
perode dan pemicu
obat analgesik secara
nyeri.
benar baik dosis, rute dan
7. Jelaskan strategi
waktu.
meredakan nyeri.
10. Agar pasien dapat
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri. melakukan teknik
9. Anjurkan nonfarmakologi tersebut
menggunakan analgetik secara mandiri
secara tepat. 11. Mengurangi nyeri secara
10. Ajarkan teknik farmakologis.
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, M. (2012). Cedera Susunan Saraf Pusat Patofisiologi (edisi 4). Cherie
Mininger. (2012). Epidural Hematoma (Greennberg). jakarta: Erlangga.
Hafid. (2013). Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah (edisi ke l; Jong W.D,
ed.). jakarta: EGC.
Mary Fran Hazinski, RN, M. (2011). Highlights of the 2011 American Heart
Assosciation Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency 98 Cardiovascular. Heart Assosciation.
Setiyohadi, B., Alwi, I., K, marcellus simadibrata, & Setiati, S. (2010). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam (5th ed.). jakarta: InternaPublishing