2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital
Kondisi klien gagal ginjal kronik biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran bergantung
pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat
(tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif (Prabowo & Pranata,
2014, p. 206).
b. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) System persyarafan
Manifestasi SSP terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental, kesulitan
berkonsentrasi, keletihan, dan insomnia. Geajala psikotik, kejang, dan koma
dikaitkan dengan ensefalopati uremik lanjut.
2) System pengindraan
Biasanya pada pasien gagal ginjal kronik ditemukan konjungtiva anemis, mata
merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital.
3) System pernafasan
Bau napas seperti urine sering kali dikaitkan dengan rasa logam dalam mulut, dapat
terjadi, edema paru, pleuritis, pernapasan kusmaul.
4) System kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronik salah
satunya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran akan
mmpengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini akan memicu retensi natrium dan air
sehingga akan meningkatkan beban jantung.
5) System pencernaan
Anoreksia, mual dan muntah adalah gejala paling awal uremia. Cegukan biasa
dialami, nyeri perut, fetor uremik, bau napas seperti urine seringkali dapat
menyebabkan anoreksia.
6) System perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,
reabsorbsi dan ekskresi ), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan
urine output < 400 ml/hari bahkn sampai pada anuria (tidak adanya urine output.
7) System musculoskeletal
Ostedistrofi ditandai dengan osteomalasia, pelunakan tulang, dan osteoporosis,
penurunan masa tulang. Kista pada tulang dapat terjadi. Manifestasi osteodistrofi
mencakup nyeri tekan pada tulang, nyeri, dan kelemahan otot. Pasien berisiko
mengalami fraktur spontan.
8) System integument
Pucat, warna kulit uremik (kuning-hijau), kulit kering, turgor buruk, pruritis,
ekimosis, bekuan uremik .
9) System endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengn gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormone reproduksi. Selain itu,
jika kondisi gagal ginjal kronik berhubungahn dengan penyakit diabetes mellitus,
maka akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolism.
10) System reproduksi
Terjadi amenorea pada wanita, impotensi pada pria, kemungkinan komplikasi terjadi
aborsi spontan.
11) System imun
Uremia meningkat terjadi resiko infeksi. Kadar tinggi urea dan sisa metabolik
tertahan merusak semua aspek inflamasi dan fungsi imun. Penurunan SDP, imunitas
lantran sel dan hormonal rusak, serta fungsi fagosit rusak. Baik respons inflamasi
akut maupun respon hipersensivitas lambat terganggu (Porth & Matfin, 2009).
Demam ditekan. Seringkali memperlambat diagnosis infeksi (Jennifer P. Kowalak,
dkk, 2011, hal. 1065).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Urin
Volume biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria).
Warna urin biasanya abnormal urin keruh kemungkinan ini disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin.
Osmoalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan hasil bahwa kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Klirens kreatinin mungkin agak menurun.
Natrium lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Proteinuria (3-4+) secara kuat akan menunjukkan hasil kerusakan glomerulus bila sel
darah marah dan fragmen juga ada.
b. Darah
BUN/kreatinin meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
HB menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
SDM menurun, defisiensi eritropoitin.
GDA, asidosis metabolic, ph kurang dari 7,2
Natrium serum rendah
Kalium meningkat
Magnesium meningkat
Kalsium menurun
Protein (albumin) menurun
Osmolalitas serum : Lebih dari 285 mOsm/kg
Pelogram retrograde : Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
c. Pemeriksaan ultrasono ginjal hanya untuk menentukan ukuran ginjal dan ada atau
tidaknya masa, kista obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
d. Endoskopi ginjal, nefroskopi
Pemeriksaan ini untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor secara selektif.
e. Arteriogram ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler serta massa.
f. EKG
Untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Padila, 2012)
4. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada cairan serebrospinal
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret, edema
saluran pernafasan
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
4) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan cairan, edema
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
6) Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah, anemia
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.