Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA APLASTIK

DI RUANG PERAWATAN HEMATO ONKOLOGI


DI RSUD ULIN BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :
Noor Laila Sari, S.Kep
NIM: 18NS264

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS :

NAMA MAHASISWA : Noor Laila Sari, S.Kep


NIM : 18NS264

Banjarmasin,………………........2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………..
NIK/NIP. ................................ NIK. .......................................
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS :

NAMA MAHASISWA : Noor Laila Sari, S.Kep


NIM : 18NS264

Banjarmasin,………………........2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................

Mengetahui,
Kepala Jurusan Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep. Ns., MPH


NIK. 1166122004007
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi Darah

Bagian-bagian darah meliputi :


a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin,globulin,protombin, dan fibrinogen
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
magnesium, kalsium, dan zat besi.
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
asam amino, kolestrol)
Darah terbagi 2 bagian yaitu :
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya
1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya
warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang didalamsitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah
eosinofil, basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B)
dan monosit
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah.
2. Fisiologi Darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon- hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa
oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah
aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis,
lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga
mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.
B. Definisi
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel darah
merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Bakhshi, 2015).
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel
darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia,
yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit (Bakhshi, 2015).

C. Etiologi
penyebab pada pasien anemia aplastik menurut Bakhshi (2015) yaitu:
1. Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
a. Anemia aplastik sekunder
1) Radiasi
2) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
a) Efek regular : Bahan-bahan sitotoksik, Benzene
b) Reaksi Idiosinkratik : Kloramfenikol, NSAID, Anti epileptic,
Emas, Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya
3) Virus
a) Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)
b) Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
c) Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
d) Human immunodeficiency virus (sindroma immune
defisiensi yang didapat)
4) Penyakit-penyakit Imun
a) Eosinofilik fasciitis
b) Hipoimunoglobulinemia
c) Timoma dan carcinoma timus
d) Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
5) Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
6) Kehamilan
b. Idiopathic aplastic anemia
2. Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
a. Anemia Fanconi
b. Diskeratosis kongenita
c. Sindrom Shwachman-Diamond
d. Disgenesis reticular
e. Amegakariositik trombositopenia
f. Anemia aplastik familial
g. Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
h. Sindroma nonhematologi

D. Klasifikasi
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut (Bakta, 2016):
1. Klasifikasi menurut kausanya :
a. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira
50% kasus.
b. Sekunder : bila kausanya diketahui.
c. Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan,
misalnya anemia Fanconi
2. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis
a. Anemia aplastik berat
Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan <30%
sel hematopoietik residu, dan dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 500/ul
2) Trombosit < 20.000/ul
3) Retikulosit < 60.000/ul
b. Anemia aplastik sangat berat
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil < 200/ul
c. Anemia aplastik tidak berat
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau
sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan
memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 150/ul
2) Trombosit < 10.000/u;
3) Hemoglobin < 10 g/dl
E. Manifestasi Klinik
Tanda gejala pada pasien anemia aplastik menurut Bakhshi (2015) yaitu:
1. Tanda-tanda sistemik yang klasik adalah :
a. Peningkatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi
oksigen lebih banyak ke jaringan.
b. Peningkatan kecepatan pernafasan klien karena tubuh berusaha
untuk menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.
c. Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
d. Rasa lelah karena meningkatnya oksigen berbagai organ termasuk
organ, otot jantung dan rangka.
e. Kulit pucat karena berkurangnya oksigen.
f. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan
saraf pusat.
g. Penurunan kualitas rambut dan kulit.
2. Apabila trombosit dan sel darah putih terkena, maka gejala-gejala
bertambah dengan :
a. Pendarahan dan mudahnya timbul memar.
b. Infeksi berulang.
c. Luka kulit dengan selaput lendir yang sulit sembuh.

F. Patofisiolgi
Anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia), terutama
anemia Fanconi disebabkan oleh ketidakstabilan DNA. Beberapa bentuk
anemia aplastik yang didapatkan (acquired aplastic anemia) disebabkan
kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik, misalnya radiasi.
Patogenesis dari kebanyakan anemia aplastik yang didapatkan melibatkan
reaksi autoimun terhadap stem sel (Price, 2015).
Anemia Fanconi barangkali merupakan bentuk inherited (diwariskan)
anemia aplastik yang paling sering karena bentuk inherited yang lain
merupakan penyakit yang langka. Kromosom pada penderita anemia
Fanconi sensitif (mudah sekali) mengalami perubahan DNA akibat obat-obat
tertentu. Sebagai akibatnya, pasien dengan anemia Fanconi memiliki risiko
tinggi terjadi aplasia, myelodysplastic sindrom (MDS) dan akut myelogenous
leukemia (AML). Kerusakan DNA juga mengaktifkan suatu kompleks yang
terdiri dari protein Fanconi A, C, G dan F. Hal ini menyebabkan perubahan
pada protein FANCD2. Protein ini dapat berinteraksi, contohnya dengan gen
BRCA1 (gen yang terkait dengan kanker payudara). Mekanisme bagaimana
berkembangnya anemia Fanconi menjadi anemia aplastik dari sensitifitas
mutagen dan kerusakan DNA masih belum diketahui dengan pasti (Price,
2015).
Kerusakan oleh agen toksik secara langsung terhadap stem sel dapat
disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene. Agen-
agen ini dapat menyebabkan rantai DNA putus sehingga menyebabkan
inhibisi sintesis DNA dan RNA (Price, 2015). Kehancuran hematopoiesis
stem sel yang dimediasi sistem imun mungkin merupakan mekanisme utama
patofisiologi anemia aplastik. Walaupun mekanismenya belum diketahui
benar, tampaknya T limfosit sitotoksik berperan dalam menghambat
proliferasi stem sel dan mencetuskan kematian stem sel. “Pembunuhan”
langsung terhadap stem sel telah dihipotesa terjadi melalui interaksi antara
Fas ligand yang terekspresi pada sel T dan Fas (CD95) yang ada pada stem
sel, yang kemudian terjadi perangsangan kematian sel terprogram
(apoptosis) (Price, 2015).
Aplasia berat disertai penurunan (kurang dari 1%) atau tidak adanya
retikulosit, jumlah granulosit kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit
kurang dari 20.000 menyebabkan kematian akibat infeksi dan atau
perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Sepsis
merupakan penyebab tersering kematian. Namun, pasien dengan penyakit
yang lebih ringan dapat hidup bertahun-tahun. Karena infeksi dan
perdarahan merupakan penyebab utama kematian, maka pencegahan
merupakan hal yang penting. Faktor-faktor pertumbuhan seperti G-CSF
dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah neutrofil dan mencegah atau
meminimalkan infeksi (Price, 2015).
Pathway

Sekunder Primer Family Pansitopenia konstitusional


fanconi, defisiensi pancreas,
ggn herediter pemasukan
asam folat
Acquired Aplastic
Anemia

Idiopatik Rematoid arthritis dan SLE

Bahan kimia Obat Radiasi Virus

benzene, DDT, Obat terbatas Obat bebas Sinar Y sinar α dan β Parvovirus.
lindane, & TNT (sitostika) (kloramfenikol, Herpes,
fenilbutrason, flavivirus,
antikonvulsan, retrovirus
Menembus Terserap
Terhirup melalui sufonamid)
kulit kulit
membrane
mukosa Infeksi
anoreksia Mual
Efek secara Efek tidak sumsum
Ketidakseimbang langsung langsung tulang
Penekanan
an nutrisi krang
dari kebutuhan
tubuh Splenomegali Hepatomegali Memutus Interaksi dgn serangan
ikatan kovalen aktif, molekul kecil reaktif
Suplai darah Hati
cadangan oleh limpa
Radikal bebass dalam
Merusak DNA
tubuh
Mengalami aktivasi

Mengalami aktivasi
1
Penekanan hematopoitic langsung Penekanan aktivitas sel sumsum tulang
Tulang panjang
Penurunan drastis jumlah sel Pansitopenia Risiko cedera
Nyeri akut

Anemia Retikulosit (-) Trombositopenia Leukopenia Granulosit Kurang


(neutrofil) informasi ttg
penyakit
SDM (-) berangsur-angsur Ggn. hemostasis

Defisit pengetahuan
Suplai O2 kurang Risiko perdarahan Meningkatkan respon
infeksi thdp patogen Risiko Infeksi
Ekimosis, petekie,
epitaksis Bakteri pirogen endogen

Kerusakan Dan pengeluaran thermostat


Integritas kulit di hipotalamus dan Risiko defisit
prostaglandin volume cairan

Perdarahan
Suhu tubuh meningkat Hipertermi
Risiko syok hipovolemik
Suplai O2 kurang

CO2 meningkat Hipoksia Eritropoitin tdk terpenuhi

Membentuk asam dalam Sindrom anemia Sum sum tulang membuat


tubuh SDM sedikit

Keletihan
Mekanisme kompensasi ginjal
(RR meningkat nadi
Mengganggu
meningkat Kerja jantung meningkat u/ memenuhi O2
keseimbangan asam basa

dypsneu
Gangguan pertukaran gas Peningkatan curah jantung

Ketidakefektifan pola napas

Kerusakan otak

Risiko gangguan perfusi


serebral

Gambar 1.1 Pathway Anemia Aplastik


Sumber: Price (2015) & Nanda (2018)
G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi menurut Bakhshi (2015) yaitu:
1. Perdarahan: pasien akan mengalami trombositopenia sehingga bisa
menyebabkan timbulnya perdarahan seperti ekimosis, epitaksis, petekie
bahkan ditemukan feses bercampur darah
2. Infeksi organ: Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat
berpengaruh pada kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai
patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan terkena penyakit infeksi.
3. Gagal jantung: karena kurangnya sel darah merah yang membawa
oksigen keseluruh tubuh akibatnya jantung akan bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
4. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut tekena

H. Pemeriksaan Penunjang
Kelainan laboratorik yang dapat dijumpai pada anemia aplastik adalah
1. Anemia normokromik normositer disertai retikusitopenia
2. Anemia sering berat dengan kadar Hb
3. Leukopenia dengan relatif limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam
darah tepi
4. Trombositopenia, yang bervariasi dari ringan sampai sangat berat
5. Sumsum tulang: hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak menyebar
secara merata pada seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang
yang normal dalam satu kali pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan
diagnosis anemia aplastik, harus diulangi pada tempat-tempat yang
lain.
6. Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat.
7. Darah Lengkap: Jumlah masing-masing sel darah (eritrosit, leukosit,
dan trombosit
8. Hapusan Darah Tepi: Ditemukan normokromik normositer
9. Pemeriksaan Sumsum Tulang: Aspirasi sumsum tulang biasanya
mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang kosong, dipenuhi
lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Limfosit, sel plasma,
makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih
menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain daripada menunjukkan
peningkatan elemenelemen ini. Pada kebanyakan kasus gambaran
partikel yang ditemukan sewaktu aspirasi adalah hiposelular. Pada
beberapa keadaan, beberapa spikula dapat ditemukan normoseluler
atau bahkan hiperseluler, akan tetapi megakariosit rendah. International
Aplastic Study Group mendefinisikan anemia aplastik berat bila
selularitas sumsum tulang 13 kurang dari 25% atau kurang dari 50%
dengan kurang dari 30% sel hematopoiesis terlihat pada sumsum
tulang.

10. Pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ


Hybridization) Sel darah akan diambil dari sumsum tulang, tujuannya
untuk mengetahui jumlah dan jenis sel-sel yang terdapat di sumsum
tulang. Serta untuk mengetahui apakah terdapat kelainan genetik atau
tidak.
11. Tes Fungsi Hati dan Virus Anemia aplastik dapat terjadi pada 2-3 bulan
setelah episode akut hepatitis. Tes ini juga dinilai jika
mempertimbangkan dilakukannya bone marrow transplantasion
12. Level Vitamin B-12 dan Folat  menyingkirkan anemia megaloblastik
13. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis umumnya tidak
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa anemia aplastik. Survei
skletelal khusunya berguna untuk sindrom kegagalan sumsum tulang
yang diturunkan, karena banyak diantaranya memperlihatkan
abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran
elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan anemia aplastic menurut Bakta
(2016) yaitu:
1. Tranfusi Eritrosit
Bila terdapat keluhan seperti anemia di berikan tranfusi eritrosit berupa
Paket Red Cell (PRC) sampai kadar hemoglobin 7-8 % atau lebih pada
orang tua dengan penyakit kardiovaskuler.
2. Tranfusi Trombosit
Jika trombosit kurang dari 20.000/ mm3, tranfusi trombosit diberi dapat
pendarahan atau kadar trombosit kadar acak.
3. Tranfusi
Leukosit masih terdapat kontrol atau pemberian tranfusi leukosit sebagai
proferasi tidak dianjurkan karena akibat-akibat tranfusi yang lebih parah
dari pada manfaatnya. Masa hidup leukosit yang ditranfusikan sangat
berat pada infeksi berat, khasiatnya hanya sedikit hingga pemberian
antibiotik masih diberikan. Pada transfusi yang terus menerus maka
pasien akan mengalami kelebihan zat besi. Zat besi adalah mineral
penting yang dibutuhkan tubuh. Salah satu fungsi zat besi yaitu untuk
pembentukan sel darah merah yang sehat. Namun saat tubuh kelebihan
zat besi, organ penting seperti hati, jantung, dan juga pankreas akan
dijadikan tempat penyimpanan kelebihan zat besi. Jika sudah seperti itu
gejala yang timbul pada pasien yaitu kelelahan, sakit perut dan nyeri
sendi bahkan akibatnya organ-organ akan terancam mengalami
masalah serius yang mengancam jiwa.
4. Kortikosteroid.
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang
berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan,
dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem
kekebalan tubuh yang berlebihan
5. Androgen.
Androgen merangsang eritroprotein dan sel-sel progesteron sumsum
tulang, androgen terutama neotrondrotolon 1 mg/kg BB/ hari. Pemberian
androgen harus jangka panjang karena hasil biasanya baru terlihat
setelah 3 bulan. Bila tidak bermanfaat sedikitnya dihentikan.
6. Imunosupresif.
Tergolong sebagai imunosupresif antara lain Antithimosit Globulin
(ATG), Anti Limposit Globulin (ALG) dan sikloporin.
7. Kombinasi obat
Kombinasi obat ATG, sikloporin dan menty prednisolon, memberikan
angka resmi kombinasi dan methypredison angka resmi sebesar 46 %
dosis sikloporin yang diberikan 6 mm/ kg BB selama 3 bulan.

8. Transplantasi.
Bagi klien yang berusia dibawah 20 tahun Transplantasi sumsum
tulang merupakan pilihan sedangkan pada anemia aplastik sangat berat,
perlu dilakukan transplantasi sumsum tulang.

J. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Doengus (2012) yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : letih, lemas, malas, toleransi terhadap latihan rendah,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : tachycardia, tachipnea, dispnea jika istirahat atau bekerja,
apatis, lesu, kelemahan otot dan penurunan kekuatan,
tubuh tidak tegak.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, endokarditis, palpitasi.
Tanda : hipotensi postural, disritmia, abnormalitas EKG, bunyi
jangtung murmur, ekstremitas pucat, dingin, pucat pada
membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir dan
dasar kuku), pengisian kapiler lambat, rambut keras).
c. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagaj ginjal, hematemesis, melena,
diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, nyeri menelan, mual, muntah,
anorexia, penurunan berat badan.
Tanda : lidah merah, membrane mukosa kering, pucat, tangan kulit
kering, stomatitis.
e. Hygiene
Tanda dan Gejala : kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, insomnia,
penurunan penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia
tangan/kaki, sensasi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis,
respon lambat dan dangkal, hemoragis retina, epistaksis,
perdarahan dari lubang-lubang, gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar.
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
h. Keamanan
Gejala : riwayat terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik
sebagai pengobatan atau kecelakaan, tidak toleran
terhadap panas atau dingin, penyembuhan lukan buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, linfadenopati, petekie, dan
ekimosis.
i. Penyuluhan
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan anti
konvulsan masa lalu/saat ini, antibiotic, agen kemoterafi
(gagal sumsum tulang), aspirin, anti inflamasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Hipertermi
c. Kerusakan integritas kulit
d. Gangguan pertukaran gas
e. Penurunan curah jantung
f. Keletihan
g. Defisit pengetahuan
h. Risiko perdarahan
i. Risiko infeksi
j. Risiko cedera
k. Risiko defisit volume cairan
l. Risiko gangguan perfusi serebral
m. Risiko syok hipovolemik
n. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
o. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perencanaan

No Diagnosa NOC NIC


1 Ketidakefekti 1. Respiratory status : 2. Posisikan pasien untuk
an pola Ventilation memaksimalkan ventilasi
nafas 2. Respiratory status : 3. Pasang mayo bila perlu
Airway patency 4. Lakukan fisioterapi dada jika
3. Vital sign Status perlu
Setelah dilakukan tindakan 5. Keluarkan sekret dengan
keperawatan selam ............. batuk atau suction
pasien menunjukkan 6. Auskultasi suara nafas, catat
keefektifan pola nafas, adanya suara tambahan
dibuktikan dengan kriteria 7. Berikan bronkodilator :
hasil: …………………..
1. Mendemonstrasikan batuk …………………….
efektif dan suara nafas 8. Berikan pelembab udara
yang bersih, tidak ada Kassa basah NaCl Lembab
sianosis dan dyspneu 9. Atur intake untuk cairan
(mampu mengeluarkan mengoptimalkan
sputum, mampu bernafas keseimbangan.
dg mudah, tidakada 10. Monitor respirasi dan status
pursed lips) O2
2. Menunjukkan jalan nafas 11. Bersihkan mulut, hidung dan
yang paten (klien tidak secret
merasa tercekik, irama 12. Trakea
nafas, frekuensi 13. Pertahankan jalan nafas yang
pernafasan dalam rentang paten
normal, tidak ada suara 14. Observasi adanya tanda
nafas abnormal) tanda hipoventilasi
3. Tanda Tanda vital dalam 15. Monitor adanya kecemasan
rentang normal (tekanan pasien terhadap oksigenasi
darah, nadi, pernafasan) 16. Monitor vital sign
17. Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas.
18. Ajarkan bagaimana batuk
efektif
19. Monitor pola nafas
2 Hipertermi Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
Setelah dilakukan tindakan mungkin
keperawatan 2. Monitor warna dan suhu kulit
selama………..pasien 3. Monitor tekanan darah, nadi
menunjukkan : dan RR
Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor penurunan tingkat
normal dengan kreiteria kesadaran
hasil: 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
1. Suhu 36-37C 6. Monitor intake dan output
2. Nadi dan RR dalam 7. Berikan anti piretik:
rentang normal 8. Antibiotik:…………
3. Tidak ada perubahan 9. Selimuti pasien
warna kulit dan tidak ada 10. Berikan cairan intravena
pusing, 11. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi udara
13. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji luka/ulkus dan laporkan
integritas keperawatan selama 3×24 tanda kesembuhan yang buruk.
kulit jam, integritas jaringan klien 2. Laksanakan perawatan luka
membaik, dengan kriteria sesuai dengan perskripsi medik.
hasil: 3. Oleskan preparat antibiotik
1. Jaringan secara umum topikal dan memasng balutan
tampak utuh dan bebas sesuai ketentuan medik.
dari tanda-tanda infeksi 4. Berikan dukungan nutrisi yang
dan, tekanan dan trauma. memadai.
2. Luka yang terbuka
berwarna merah muda
memperlihatkan
repitelisasi dan bebas dari
infeksi.
3. Luka yang baru sembuh
teraba lunak dan licin.
4. Bersihkan luka/ulkus
setiap hari.
4 Gangguan 1. Respiratory Status : Gas Airway Management
pertukaran exchange 1. Buka jalan nafas, guanakan
gas 2. Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw thrust
ventilation bila perlu
3. Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien perlunya
peningkatan ventilasi pemasangan alat jalan nafas
dan oksigenasi yang buatan
adekuat 4. Pasang mayo bila perlu
2. Memelihara 5. Lakukan fisioterapi dada jika
kebersihan paru paru perlu
dan bebas dari tanda 6. Keluarkan sekret dengan
tanda distress batuk atau suction
pernafasan 7. Auskultasi suara nafas, catat
3. Mendemonstrasikan adanya suara tambahan
batuk efektif dan 8. Lakukan suction pada mayo
suara nafas yang 9. Berika bronkodilator bial perlu
bersih, tidak ada 10. Barikan pelembab udara
sianosis dan 11. Atur intake untuk cairan
dyspneu (mampu mengoptimalkan
mengeluarkan keseimbangan.
sputum, mampu 12. Monitor respirasi dan status
bernafas dengan O2
mudah, tidak ada
pursed lips) Respiratory Monitoring
4. Tanda tanda vital 13. Monitor rata – rata,
dalam rentang kedalaman, irama dan usaha
normal respirasi
14. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
15. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
16. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
17. Catat lokasi trakea
18. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
19. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
20. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
21. auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
5. Penurunan 1. Cardiac Pump Cardiac Care
curah effectiveness 1. Kaji frekuensi dan irama
jantung 2. Circulation status jantung
3. Vital sign status 2. Catat bunyi jantung
Setelah dilakukan tindakan 3. Kaji kulit terhadap pucat dan
perawatan diharapkan sianosis
pasien menunjukan: 4. Kaji perubahan pada sensori
1. Tanda vital dalam seperti letargi, bingung,
rentang normal cemas, depresi.
2. Dapat mentoleransi 5. Berikan istirahat dengan
aktivitas, tidak ada lingkungan yang tenang,
kelelahan Bantu pasien menghindari
3. Tidak ada edema paru, stress
perifer dan asietes 6. Kolaborasi pemberian
4. Tidak ada penurunan oksigen dengan
kesadaran kanul/masker sesuai indikasi.
7. 7. Kolaborasi pemberian
vasodilator
6. Keletihan 1. Endurance Energy Management
2. Concentrasion 1. Observasi adanya
3. Energy conservation pembatasan klien dalam
4. Nutritional status: melakukan aktivitas
energy 2. Dorong anak untuk
Setelah dilakukan tindakan mengungkapkan perasaan
keperawatan selama …. terhadap keterbatasan
Keletihan berkurang dengan 3. Kaji adanya faktor yang
Kriteria Hasil : menyebabkan kelelahan
1. Memverbalisasikan 4. Monitor nutrisi dan sumber
peningkatan energy dan energy yang adekuat
merasa lebih baik 5. Monitor pasien akan adanya
2. Menjelaskan kelelahan fisik dan emosi
penggunaan energy untuk secara berlebihan
mengatasi kelelahan 6. Monitor respon kardiovaskuler
3. Kecemasan terhadap aktivìtas
menurun 7. Monitor pola tidur dan
4. Glukosa darah Iamanya tidur/istirahat pasien
adekuat 8. Dukung pasien dan keluarga
5. Kualitas hidup untuk mengungkapkan
meningkat perasaan, berhubungan
6. Istirahat cukup dengan perubahan hidup yang
7. Mempertahankan disebabkan keletihan
kemampuan untuk 9. Bantu aktivitas sehari hari
berkonsentrasi sesuai dengan kebutuhan
10. Tingkatkan tirah baring dan
pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode istirahat)
11. Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi
7. Defisit Pengetahuan tentang 1. Kaji pengetahuan klien tentang
pengetahua penyakit, setelah diberikan penyakitnya
n penjelasan selama 2 x 2. Jelaskan tentang proses
pasien mengerti proses penyakit (tanda dan gejala),
penyakitnya dan Program identifikasi kemungkinan
perawatan serta Therapi yg penyebab. Jelaskan kondisi
diberikan dengan kriteria tentangklien
hasil: 3. elaskan tentang program
Pasien mampu: pengobatan dan alternatif
1. Menjelaskan kembali pengobantan
tentang penyakit, 4. Diskusikan perubahan gaya
2. Mengenal kebutuhan hidup yang mungkin digunakan
perawatan dan untuk mencegah komplikasi
pengobatan tanpa cemas 5. Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa digunakan/
mendukung
7. instruksikan kapan harus ke
pelayanan
8. Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
8. Risiko Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pasien untuk menemukan
perdarahan keperawatan selama bukti-bukti perdarahan atau
1x24 jam, perawat dapat hemoragi
meminimalkan komplikasi 2. Catat kadar
yang terjadi dengan kriteria hemoglobin/hematokrit sebelum
hasil: dan sesudah pendarahan
NOC LABEL : BloodLoss 3. Pantau koagulasi darah pasien
Severity (prothrombin, thromboplastin,
1.Klien tidak mengala fibrinogen, fibrin, dan jumlah
m i kehilangan darah platelet)
2. Kulit dan membrane 4. Pantau aliran IV
mukosa pasien
tidak pucat
3. Nilai
h e m o g l o b u l i n  berad
a dalam batas normal
4. Nilai
h e m a t o k r i t  berada
dalam keadaan normal
9. Risiko Setelah diberikan asuhan Wound Care
infeksi keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor karakteristik, warna,
jam diharapkan pasien dapat ukuran, cairan dan bau luka
terhindar dari risiko infeksi, 2. Bersihkan luka dengan
dengan kriteria hasil : normal Sali
Tissue Integrity : Skin and 3. Rawat luka dengan konsep
Mucous membranes steril
1.   Integritas kulit klien normal 4. Ajarkan klien dan keluarga
1. Temperatur kulit klien untuk melakukan perawatan
normal luka
2. Tidak adanya lesi pada 5. Berikan penjelasan kepada
kulit klien dan keluarga mengenai
 Wound healing: primary tanda dan gejala dari infeksi
and secondary jaringan: 6. Kolaborasi pemberian
3. Tidak ada tanda-tanda antibiotic
infeksi Infection Control
4. menunjukkan 1. Bersihkan lingkungan
pemahaman dalam setelah dipakai klien lain
proses perbaikan kulit dan 2. Instruksikan pengunjung
mencegah terjadinya untuk mencuci tangan saat
cidera berulang berkunjung dan setelah
5. menunjukkan terjadinya berkunjung
proses penyembuhan luka 3. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci tangan
4. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
5. Gunakan universal
precaution dan gunakan
sarung tangan selma kontak
dengan kulit yang tidak utuh
6. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
7. Observasi dan laporkan
tanda dan gejal infeksi seperti
kemerahan, panas, nyeri,
tumor
8. Kaji temperatur tiap 4 jam
9. Catat dan laporkan hasil
laboratorium, WBC
10. Ajarkan keluarga
bagaimana mencegah infeksi
10. Risiko Setelah dilakukan tindakan Environment Management
Cedera keperawatan selama …x… 1. Sediakan lingkungan yang
masalah keperawatan aman untuk pasien
teratasi dengan kriteria hasil:2. Identifikasi kebutuhan
Risk Control keamanan pasien sesuai
1. Pasien tidak mengalami dengan kondisi fisik
cedera 3. Pasang side rail untuk
2. Pasien mampu mencegah cedera
melakukan Teknik untuk 4. Dekatkan barang-barang agar
mencegah cedera dalam jangkauan pasien
Safety Status Fall Prevantion
1. Pasien mampu 1. Ajarkan pasien cara mobilisasi
menjelaskan kembali untuk menghindari trauma
pada perawat car 1. Gunakan pengekangan fisik
mencegah cedera untuk mengurangi potensi
2. Pasien dapat gerakan tidak aman
memodifikasi gaya hidup
untuk mencegah cedera
11. Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan Fluid management
volume keperawatan selama 1 x 24 1. Timbang popok/pembalut jika
cairan jam diharapkan volume di perlukan
cairan dapat seimbang 2. Pertahankan catatan intake
dengan kriteria hasil: dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi
Fluid balance (kelembaban embrane
1. Tidak ada tanda-tanda mukosa, nadi adekuat,
dehidrasi tekanan darah ortostatik), jika
2. Mempertahankan urine diperlukan
output sesuai dengan 4. Monitor vital sign
intake cairan 5. Monitor masu kan makanan /
3. Tanda-tanda vital dalam cairan dan hitung intake kalori
rentang normal harian
6. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
7. Monitor status nutrisi
12. Risiko Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
gangguan keperawatan selama …x… Management
perfusi masalah keperawatan 1. Monitor tanda-tanda status
serebral teratasi dengan kriteria hasil: neurologis dengan GCS.
Circulation Status 2. Monitor tanda-tanda vital
1. klien tidak mengalami seperti TD, nadi, suhu,
kegelisahan respirasi, dan hati-hati pada
2. tidak ada keluhan nyeri hipertensi sistolik
kepala 3. Bantu klien untuk membatasi
3. mual kejang. GCS 456 muntah dan batuk. Anjurkan
pupil isokor klien untuk mengeluarkan
4. reflek cahaya (+) napas apabila bergerak atau
5. TTV normal berbalik di tempat tidur.
6. klien tidak mengalami 4. Anjurkan klien untuk
defisit neurologis seperti: menghindari batuk dan
lemas ,agitasi iritabel, mengejan berlebihan
hiperefleksia, dan 5. Monitor kalium serum
spastisitas dapat terjadi
hingga akhirnya timbul
koma, kejang.
13. Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Syok prevention
hipovolemik keperawatan selama …x… 1. Monitor status sirkulasi BP,
masalah keperawatan warna kulit, suhu kulit, denyut
teratasi dengan kriteria hasil: jantung, HR, dan ritme, nadi
Syok prevention perifer, dan kapiler refill.
1. Nadi dalam batas yang 2. Monitor tanda inadekuat
diharapkan oksigenasi jaringan
2. Irama jantung dalam 3. Monitor suhu dan pernafasan
batas yang diharapkan 4. Monitor input dan output
3. Frekuensi nafas dalam 5. Pantau nilai labor : HB, HT,
batas yang diharapkan AGD dan elektrolit
4. Irama pernapasan dalam 6. Monitor hemodinamik invasi
batas yang diharapkan yng sesuai
5. Natrium serum dalam 7. Monitor tanda dan gejala
batas normal asites
6. Kalium serum dalam 8. Monitor tanda awal syok
batas normal 9. Tempatkan pasien pada posisi
7. Klorida serum dalam supine, kaki elevasi untuk
batas normal peningkatan preload dengan
8. Kalsium serum dalam tepat
batas normal 10. Lihat dan pelihara kepatenan
9. Magnesium serum dalam jalan nafas
batas normal 11. Berikan cairan IV dan atau oral
10. PH darah serum dalam yang tepat
batas normal 12. Berikan vasodilator yang tepat
Syok management 13. Ajarkan keluarga dan pasien
1. Mata cekung tidak tentang tanda dan gejala
ditemukan datangnya syok
2. Demam tidak ditemukan 14. Ajarkan keluarga dan pasien
3. Tekanan darah dalam tentang langkah untuk
batas normal mengatasi gejala syok
4. Hematokrit dalam batas
normal Syok management
1. Monitor fungsi neurotogis
2. Monitor fungsi renal (e.g BUN
dan Cr : Lavel)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan, input,
output
5. Catat gas darah arteri dan
oksigen
6. dijaringan
7. Monitor EKG, sesuai
8. Memanfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk meningkatkan
akurasi pembacaan tekanan
darah, sesuai
9. Menggambar gas darah arteri
dan memonitor jaringan
oksigenasi
10. Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP, tekanan
kapiler pulmonal / arteri)
11. Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika
tersedia
12. Memantau tingkat karbon
dioksida sublingual dan / atau
tonometry lambung, sesuai
13. Memonitor gejala gagal
pernafasan (misalnya, rendah
PaO2 peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot
pernafasan)
14. Monitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi
profil,ABC, tingkat laktat,
budaya, dan profil kimia)
15. Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV

14. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubunga keperawatan selama …..×24 1. Lakukan pengkajian nyeri yang
n dengan jam, diharapkan pasien komperhensif meliputi lokasi,
penekanan menunjukkan pengendalian karakteristik, awitan dan durasi,
pada saraf nyeri, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri pada Pain Control atau keparahan nyeri, dan
jaringan 1.Mengenali awitan nyeri faktor presipitasinya.
2.Menggunakan tindakan 2. Observasi isyarat nonverbal
pencegahan ketidaknyamanan, khususnya
3.Melaporkan nyeri dapat pada mereka yang tidak
dikendalikan mampu berkomunikasi efektif.
4.Ekspresi wajah pasien 3. Monitor tanda-tanda vital
rileks. 4. Lakukan perubahan posisi,
5.Mempertahankan tingkat mesase punggung, dan
nyeri atau nyeri berkurang relaksasi
6.Skala nyeri 0 5. Berikan posisi yang nyaman
7.Tanda-tanda vital dalam 6. Berikan informasi tentang
batas normal nyeri, seperti penyebab nyeri,
8.Tekanan darah : 120/80 berapa lama akan
mmHg berlangsung, dan antisipasi
9.Nadi : 60-100 x/menit ketidaknyamanan akibat
10. Pernapasan : 16-20 prosedur.
x/menit 7. Ajarkan teknik nonfarmakologi
11. Suhu : 36,5 – 37,5 °C (misalnya relaksasi, terapi
music, distraksi, kompres
hangat atau dingin dan
mesase) sebelum, setelah,
dan, jika memungkinkan,
selama aktifitas yang
menimbulkan nyeri.
8. Tingkatkan istirahat pasien
9. Kolaborasikan untuk
pemberian analgesik sesuai
intruksi dokter.

15, Ketidakseim Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


bangan keperawatan selama 1. Identifikasi faktor yang
nutrisi ….x  24 jam diharapkan mempengaruhi kehilangan
kurang dari pasien memperlihatkan selera makan pasien (seperti,
kebutuhan status gizi yang seimbang obat dan masalah emosi)
tubuh dengan kriteria hasil : 2. Kaji dan dokumentasikan
Nutritional status: food and derajat kesulitan mengunyah
fluid intake dan menelan
1. Keinginan untuk makan 3. Monitor intake nutrisi
atau nafsu makan 4. Identifikasi faktor pencetus
meningkat mual dan muntah
2. Pasien akan 5. Catat warna, jumlah, dan
mempertahankan masa frekuensi muntah
tubuh dan berat badan 6. Ketahui makanan kesukaan
dalam batas normal pasien
3. Pasien akan memiliki 7. Timbang pasien pada interveal
nilai laboratorium yang tepat
(misalnya, transferrin, 8. Berikan informasi yang tepat
albumin, dan elektrolit) tentang kebutuhan nutrisi dan
dalam batas normal bagaimana memenuhinya
4. Psien akan melaporkan 9. Suapi pasien, jika perlu
tingkat energy yang 10 Berikan pasien minuman dan
adekuat kudapan bergizi, tinggi protein,
5. Pasien akan tinggi kalori yang siap
menjelaskan komponen dikonsumsi, bila
diet gizi adekuat memungkinkan
6. Pasien akan menoleransi 11 Berikan makanan bergizi, tinggi
diet yang dianjurkan kalori, dan bervariasi yang
dapat dipilih oleh pasien
12 Konsultasikan pada ahli gizi
untuk menentukan asupan
kalori harian yang dibutuhkan
untuk mencapai berat badan
target
13 Berikan obat antimetik
dan/atau sebelum makan atau
sesuai dengan jadwal yang
dianjurkan
14 Pertahankan terapi IV line

DAFTAR PUSTAKA
Bakhshi. 2015. Aplastic Anemia. http://www.emedicine.com

Bakta. 2016. Hematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta

Carpenito, Lynda Juall.2014. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis


Edisi 9. Jakarta : EGC

Doengus dkk.2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Diterjemahkan oleh :


Kariasa I Made, Asih Y.  EGC. Jakarta

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018 - 2020 Edisi 11
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. 2015. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai