HIPOKSIA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Klinik Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh:
Rizqi Fauzi Nurul Awalin (10119059)
2B Keperawatan
A. DEFINISI / PENGERTIAN
Hipoksia adalah suatu keadaan di saat tubuh sangat kekurangan oksigen sehingga sel gagal
melakukan metabolisme secara efektif. Berdasarkan penyebabnya hipoksia dibagi menjadi 4
kelompok, yakni : hipoksia hipoksik, hipoksia anemic, hipoksia stagnan dan hipoksia histotokik.
1. Hipoksia Hipoksik, adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen
yang masuk paru-paru. Sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah, dan gagal untuk masuk
dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran
pernapasan, baik oleh sebab alamiah atau oleh trauma / kekerasan yang bersifat mekanik,
seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya.
2. Hipoksia Anemic, yakni keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak
dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme seluler.
3. Jenis Hipoksia Stagnan, adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah
(hemoglobin) tidak mampu membawa oksigen ke jaringan oleh karena kegagalan sirkulasi.
4. Hipoksia Histotokik dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan adalah adekuat
tetapi oleh karena kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak dapat memakai oksigen yang
disediakan, contohnya pada keracunan sianida.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama hipoksia adalah hipoksemia. Namun, hipoksia juga dapat disebabkan oleh
beberapa kondisi yang membuat seseorang berada pada kadar oksigen rendah, di antaranya
adalah saat berada di ketinggian, seperti saat naik gunung, berada di ruangan tertutup tanpa
sirkulasi udara yang baik, keracunan gas atau zat kimia, penyakit tertentu sepeti sleep apnea,
asma, anemia, emfisema, penyakit paru interstisial, dll.
Hipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan akibatnya sel-sel tidak
cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan terganggu. Hipoksia dapat
disebabkan karena:
1. Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan
oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot).
2. Penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran nafas
3. Transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memadai (inadekuat). Hal ini terjadi pada
anemia, penurunan sirkulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral, pembuluh
darah jantung), edema jaringan
Gejala hipoksia seringkali muncul mendadak dan cepat memburuk (akut), atau bersifat
kronis. Beberapa gejala paling umum dari hipoksia adalah:
1. Sesak napas
2. Batuk
3. Kelelahan
5. Halusinasi
D. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita trauma
kepala/karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot lidah akibatnya
bila posisi penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring,
sehingga menimbulkan sumbatan jalan nafas. Sphincter cardia yang relaks, menyebabkan isi
lambung mengalir kembali ke orofaring. Hal ini merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan
nafas oleh aspirat yang padat dan aspirasi pneumonia oleh aspirasi cair, sebab pada keadaan ini
pada umumnya reflek batuk sudah menurun atau hilang. Kegagalan respirasi mencakup
kegagalan oksigenasi maupun kegagalan ventilasi.
3. Tegangan oksigen vena paru rendah karena inspirasi yang kurang, atau karena
tercampur
Akibat dari hipoksia, terjadinya perubahan pada sistem syaraf pusat. Kalau keadaan hipoksia
berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya konsentrasi,
kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Begitu hipoksia bertambah parah, pusat
batang otak akan terkena, dan kematian biasanya disebabkan oleh gagal pernafasan.
E. DATA FOKUS
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Sistem saraf pusat : gangguan mental, gelisah, mudah tersinggung, berkeringat, apatis
hingga koma bila berlanjut.
2. Sistem kardiovaskuler : takikardi, bradikardi (bila berlanjut), aritmia, mula- mula
hipertensi sampai hipotensi.
3. Sistem pernafasan : hiperventilasi, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, gerak nafas cuping
hidung, retraksi sela iga.
4. Kulit : sianosis.
G. TERAPI OKSIGEN
Tujuan :
4. Keracunan gas CO
7. Asidosis
8. Anemia berat
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan nafas.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveoli.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena, dan penurunan curah jantung.
I. RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan nafas.
Rencana
Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas Tak Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Berikan terapi oksigen
Efektif berhubungan dengan selama 1x24 jam, pasien menunjukkan - Anjurkan pasien untuk
Meningkatnya tahanan jalan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan istirahat dan napas dalam
nafas. kriteria hasil: - Posisikan pasien untuk
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan - Lakukan fisioterapi dada
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, jika perlu
bernafas dengan mudah) - Keluarkan sekret dengan
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien batuk atau suction
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi - Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada adanya suara tambahan
suara nafas abnormal) - Atur intake untuk cairan
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah mengoptimalkan
faktor yang penyebab keseimbangan
- Saturasi O2 dalam batas normal - Monitor respirasi dan status
O2
- Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveoli.
Rencana
Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan selama 1x24 jam, Gangguan pertukaran memaksimalkan ventilasi
Kehilangan surfaktan pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Lakukan fisioterapi dada jika
menyebabkan kolaps - Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi perlu
alveoli. dan oksigenasi yang adekuat - Keluarkan sekret dengan
- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas batuk atau suction
dari tanda tanda distress pernafasan - Auskultasi suara nafas, catat
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara adanya suara tambahan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan - Atur intake utk cairan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mengoptimalkan keseimbangan
mampu bernafas dengan mudah) - Monitor respirasi & status O2
- Tanda tanda vital dalam rentang normal - Monitor suara nafas, seperti
- AGD dalam batas normal dengkur
- Monitor pola napas
- Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara
- Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan status mental
- Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena, dan penurunan curah jantung.
Rencana
Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor nyeri dada
berhubungan dengan selama 1x24 jam, ketidakefektifan perfusi - Auskultasi suara jantung dan
penurunan aliran balik vena, jaringan kardiopulmonal teratasi dengan paru
dan penurunan curah kriteria hasil: - Monitor irama dan jumlah
jantung. - Tekanan sistole dan diastole dalam rentang denyut jantung
normal - Monitor elektrolit
- CVP / Tekanan Vena Sentral dalam batas - Monitor status cairan
normal - Monitor peningkatan
- Nadi perifer kuat dan simetris kelelahan dan kecemasan
- Denyut jantung, AGD dalam batas normal - Instruksikan pada pasien
- Bunyi jantung abnormal tidak ada untuk tidak mengejan selama
- Nyeri dada tidak ada BAB
- Kelelahan yang ekstrim tidak ada - Tingkatkan istirahat
- Kelola pemberian obat - obat
DAFTAR PUSTAKA
Del Sorbo, L., Martin, E. L., & Ranieri, V. M. (2014). Hypoxemic respiratory failure.
Kushwah, M. S., Verma, Y. S., & Gaur, A. (2018). Clinical predictors of hypoxemia in children
with WHO classified pneumonia. International Journal of Contemporary Pediatrics.
Silbernagl, S., Lang, F., & Graham, G. R. (2014). Color atlas of pathophysiology. Thieme.
Uyun, H. F., & Indriawati, R. (2016). Pengaruh Lama Hipoksia terhadap Angka Eritrosit dan
Kadar Hemoglobin Rattus norvegicus. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
13(1), 49-54.
Wilkinson, J & Ahern, N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Nanda, Intervensi Nic,
Kriteria Hasil Noc. Jakarta : Prima Medika.