DISUSUN OLEH:
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Yang telah memberikan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
yang diutus sebagai rahmat bagi semesta, beserta keluarga dan para sahabatnya serta
pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Dengan demikian, tak lupa ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami bapak
Ns. Amrullah S.Kep. M.Kep. dan kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi
Laporan ini sehingga benar-benar bermanfaat
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I................................................................................................................
A. Definisi.................................................................................................
B. Klasifikasi............................................................................................
C. Etiologi.................................................................................................
D. Manifestasi Klinis...............................................................................
E. Patofisiologi.........................................................................................
F. Pathway/WOC....................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................
H. Penatalaksanaan medis......................................................................
BAB II
A. Pengkajian...........................................................................................
B. Diagnosa...............................................................................................
C. Intervensi.............................................................................................
D. Outcome...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB I
A. Definisi Anemia
Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah lebih
rendah dari jumlah normal. Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah tidak cukup, seperti protein kaya zat besi yang memberikan
warna merah darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu, tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen
akan mengalami anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan merasa lelah atau
lemah. Selain itu, gejala lain mungkin muncul adalah sesak napas, pusing,
atau sakit kepala.
B. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia yang paling umum didasari oleh tingkat konsentrasi sel darah
merah total atau hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi
yang memberikan warna merah pada darah. Protein ini membantu sel-sel darah
merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Jika Anda kekurangan hemoglobin, seluruh sel, jaringan, dan organ tubuh tidak
mendapatkan cukup pasokan oksigen dan nutrisi yang biasa dialirkan bersama
darah. Akibatnya, Anda dapat merasa cepat lelah atau lemah tanpa sebab. Anda
juga mungkin mengalami gejala anemia lain, seperti sesak napas, pusing atau sakit
kepala, hingga kulit yang memucat.
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, anemia adalah kondisi di mana
kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL (gram per desiliter) pada wanita dewasa atau
kurang dari 13,0 g/dL pada pria dewasa.
Dari situ, klasifikasi tingkat keparahan anemia dikelompokkan menjadi ringan,
sedang, dan berat, tergantung dari seberapa rendahnya kadar hemoglobin dalam
darah.
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi lagi berdasarkan karakteristik bentuk sel
darah merah yang diproduksi, yang meliputi:
4
Makrositik (sel darah merah besar), contohnya anemia megaloblastik, anemia
defisiensi B12 dan folat, anemia karena penyakit hati, dan anemia karena
hipotiroidisme.
Mikrositik (sel darah merah terlalu kecil), contohnya anemia sideroblastik,
anemia defisiensi besi, dan thalasemia.
Normositik (sel darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena
perdarahan (anemia hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau infeksi,
anemia hemolitik autoimun, anemia aplastik.
Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti penyebab mendasarnya, yaitu
anemia karena ganguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang, anemia karena
perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh), dan anemia yang
disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.
C. Etiologi
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C.
Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah.
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer,
2001)
D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat,
lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C.
Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia
pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001).
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia
bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
5
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).
E. Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua
nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL
akan mengakibatkan interik pada sklera.
F. Pathway/WOC
Kadar Hb Menurun
6
Penurunan O2 ke
jaringan
Gastrointestinal Kardiovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Toleransi Perubahan
aktivitas perfusi jaringan
G. Pemeriksaan Penunjanng
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
7
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2. Kadar Ht (Hemalokrit) menurun ( normal 37% – 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia
aplastik )
H. Penatalaksanaan Medis.
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
Transpalasi sel darah merah.
Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):
1. Anemia defisiensi besi.
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang
diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan.
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12.
Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral.
Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
8
BAB II
A. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama, pendidikan,
alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
d. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi, dan
penurunan kesadaran.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai
lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan,
pucat, terdapatperdarahan dibawahkulit.
9
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sklera,
terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan refleks
cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang
keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas
tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias
dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum dan
pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang.
10
dingin. setiap 2 jam sekali
4. Warna kulit 4. instruksikan klien
pucat. mengenai faktor-
5. Tutgor kulit faktor yang
menurut. mempengaruhi
sirkulasi darah
5. pertahankan status
hidrasi untuk
menurunkan
virkositas darah
Manajemen Cairan
1. monitor status
hidrasi( misalnya,
membran mukosa
lembab, denyut nadi
adekuat, tekanan
darah)
2. dukung peningkatan
asupan kalori
3. lakukan perawatan
mulut sebelum
makan
2 Defisit nutrisi Status: Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan 1. Asupan gizi 1. Identifikasi adanya
kurangnya asupan 2. Asupan makanan alergi atau
makanan 3. Asupan cairan intoleransi makanan
4. Energi yang dimiliki pasien
DS: Status nutrisi 2. Instruksikan kepada
1. cepat 1. Asupan protein pasien mengenai
kenyang 2. Asupan lemak kebutuhan nutrisi
setelah 3. Asupan 3. Ciptakan
makan karbohidrat lingkungan yang
2. kram/ nyeri 4. Asupan zat besi optimal pada saat
11
abdomen mengkonsumsi
3. nafsu makan makanan
menurun 4. Tawarkan makanan
DO: ringan yang padat
1. Berat badan gizi
menurun Bantuan peningkatan berat
2. Bising usus badan:
hiperaktif 1. Timbang pasien
3. Diare pada jam yang sama
4. Membran 2. Dukung
mukosa pucat peningkatan asupan
kalori
3. Lakukan perwatan
mulut sebelum
makan sediakan
suplemen makan
jika diperlukan
12
meningkat bagian bawah baring
2. Tekanan 4. Kemudahan dalam 5. Susun kegiatan fisik
darah melakukan untuk mengurangi
berubah aktifitas harian pengggunaan
3. Sianosis cadangan O2 untuk
fungsi organ
6. Bantu aktifitas
harian pasien
7. Anjurkan keluarga
membantu pasien
dalam aktifitas
sehari-hari yang
teratur sesuai
kebutuhan
8. Ajarkan pasien
mengenai
pengelolaan
kegiatan dan
manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan
9. Evaluasi secara
bertahap kenaikan
level aktifitas klien
13