Anda di halaman 1dari 7

 Email: 

info@pdfcoffee.com

  Login

  Register

  English

1. Home
2. MAKALAH PALIATIF PASIEN AIDS (1)

MAKALAH PALIATIF PASIEN AIDS (1)


 Author / Uploaded
 dian era

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIVE CARE DENGAN KASUS AIDS Oleh Kelompok 2
A12-B : 1. Gusti Ayu Ratna Dewi (1832

  Views 8  Downloads 1 File size 190KB

  Report DMCA / Copyright

 DOWNLOAD FILE

Citation preview

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIVE CARE DENGAN KASUS


AIDS

Oleh Kelompok 2 A12-B : 1. Gusti Ayu Ratna Dewi


(183212866)

2. I Made Widhi Antara

(183212870)

3. Komang Elly Merlina

(183212875)

4. Ni Kadek Dian Kusuma Erawati

(183212879)

5. Ni Kadek Riski Dwiyanti

(183212883)

6. Ni Ketut Verawati Nandini

(183212887)

7. Ni Komang Trisna Novitayanti

(183212891)

8. Ni Luh Putri Rahayu

(183212895)

9. Wahidah Shenny Rusliana

(183212899)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLA TINGGI ILMU


KEPERAWATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020

KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas
rahmat dan karunia-nya karya tulis yang berjudul “Makalah dan Asuhan
Keperawatan Palliative Care Dengan Kasus AIDS” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program
Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester genap
tahun 2020, yang diampu oleh Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati.S.Kep.,M.Kep.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentunya tidak luput dari bantuan
beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis berikutnya.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 20 April 2020

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Belakang.................................................................................................1 1.2
Rumusan Masalah............................................................................................2 BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perawatan Paliatif Cara Pada
AIDS..............................................3 2.2 Tanda dan
Gejala ............................................................................................3 2.3 Cara
Penularan ................................................................................................5 2.4
Pencegahan......................................................................................................5 2.5
Pemeriksaan.....................................................................................................7 2.6
Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian......................................................7 2.7
Pengkajian........................................................................................................7 BAB
III PENUTUP 3.1
Kesimpulan....................................................................................................21 3.2
Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22

iii

iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome


(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,

dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air
susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di
dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini
membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan
3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan
anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3
juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah
terbesar sejak tahun 1981. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS
sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang
terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah
membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 –
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia. 1

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja permasalahan palliative care pada AIDS ? 2.
Bagaimana jenis – jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative pada AIDS ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita aids mengalami permasalahan
palliative asuhan keperawatan pada pasien dengan permasalahan lanjut Usia ? 1.3
Tujuan 1. Mengetahui bagaimana permasalahan palliative care pada AIDS. 2.
Mengetahui bagaimana jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative
pada AIDS. 3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita aids
mengalami permasalahan palliative asuhan keperawatan pada pasien dengan
permasalahan lanjut Usia.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawatan Paliatif Care Pada Aids Perawatan paliatif adalah
perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan
aspek psikologis dan spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem pendukung
untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota  keluarga yang
dicintai sampai pada proses perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter,
perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi
lain yang diperlukan. Latar belakang perlunya perawatan  paliatif  adalah karena
meningkatnya jumlah  pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik
pada dewasa dan anak seperti  penyakit kanker, penyakit degeneratif,  penyakit paru
obstruktif  kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure),
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan
perawatan paliatif, di samping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2.2 Tanda dan Gejala Menurut komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri
dari 2 gejala yaoitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi) : 1. Gejala mayor a. Berat badan menurun leih dari 10% dalam 1 bulan b.
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demam/HIV
ensefalopati 2. Gejala minor 3

a. Batuk menetap lebih dari satu bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya


herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidas orofaringeal e.
Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Infeksi jamur
berulang pada alat kelamin wanita h. Retinitis virus sitomegalo Menurut Anthony
(Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya. 1.
Fase akut Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6
minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam,
faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia,
penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal
neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular
rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi
demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi
melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu
gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV.
Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini
yang akan sembuh sendiri. 2. Fase asimptomatik Fase ini berlaku sekitar 10 tahun
jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif.
Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA
virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk
ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah. 3.
Fase simptomatik Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.3 Cara Penularan HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial
yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,
penggunaan  peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang,
penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Cara penularan HIV  ada tiga : 1)
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan
bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti
herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada
seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang
reseptive dari pada yang insertive. 2) Kontak langsung dengan darah / produk
darah / jarum suntik. a. Transfusi darah yang tercemar HIV b. Pemakaian jarum tidak
steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya pada para pencandu narkotik
suntik. c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan. 3)
Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan. 2.4 Pencegahan Dengan mengetahui cara
penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum ada obat yang mampu
memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah melakukan pencegahannya. a. Prinsip
ABCDE yaitu : A = Abstinence (Puasa Sesk, terutama bagi yang belum menikah) B
= Befaithful (Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari berganti- ganti
pasangan) C = use Condom (Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu
menahan seks) D = Drugs No (Jangan gunakan narkoba) E = sterilization of
Equipment (Selalu gunakan alat suntik steri) b. Voluntary Conseling Testing (VCT)

VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan
HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan lainnya kepada ODHA,
keluarga dan lingkungannya. VTC mempunyai tujuan sebagai : 1) Upaya
pencegahan HIV/AIDS 2) Upaya

untuk

mengurangi

kegelisahan,

meningkatkan

persepsi

atau

pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi


HIV. 3) Upaya

mengembangkan

perubahan

perilaku,

sehingga

secara

dini

mangarahakan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk


akses terapi antiretroviral (ARV), serta membantu mengurangi stigma dalam
masyarakat. c. Universal Precautions (UPI) Universal precautions adalah tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi serta mencegah penularan HIV/AIDS bagi
petugas kesehatan dan pasien. UPI perlu diterapkan dengan tujuan untuk : 1)
Mengendalikan infeksi secara konsisten. 2) Mamastikan standar adekuat bagi
mereka yang tidak di diagnosis atau terlihat seperti beresiko. 3) Mengurangi resiko
bagi petugas kesehatan dan pasien. 4) Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.
Upaya perlindungan dapat dilakukan melalui : 1) Cuci tangan 2) Alat pelindung 3)
Pemakaian antiseptik 4) Dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi atau
disterilisasi atau desinfektan tingkat tinggi untuk peralatan bedah, sarung tangan dan
benda lain. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-
penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau
yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui
penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun
melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara 6

terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar


seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS. 2.5
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif
Mansjoer, 2000) adalah a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker
yang terkait dengan AIDS. b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan
penularan. c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen. Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan
pemeriksaan jumlah CD 4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma,
serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.Sedangkan pada
pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang
tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan
bila

Anda mungkin juga menyukai