Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

“SURVEILANS DBD”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Akhnas Hidayat (P21345120003)


2. Adila Windah Aprilia (P21345120002)
3. Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)
4. Farisya Puspita Pratama (P21345120024)

KELAS 2 D III
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pencatatan dan pelaporan yang merupakan salah satu
tugas untuk mata kuliah Surveilans Epidemiologi pada semester ketiga.

Kami juga berterimakasih kepada para dosen mata kuliah Surveilans


Epidemiologi yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat
bermanfaat bagi kami di kemudian hari.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata
kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Jakarta, 03 November 2021

Kelompok 2

i
Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II.....................................................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Penyebab...................................................................................................3
2.2 Penularan (Apa dan Caranya)...............................................................4
2.3 Sumber Data............................................................................................4
2.4 Pengolahan dan Analisa Data.................................................................5
2.5 Kegunaan Data Surveilans.....................................................................7

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP...............................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................9

Daftar Pustaka.....................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan jenis penyakit


menular yang masih menjadi masalah kesehatan secara nasional, hampir diseluruh
daerah Indonesia memiliki angka morbiditas dan mortalitas penyakit DBD. DBD
adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Agypti yang ditandai dengan penurunan trombosit darah,
dan penurunan kondisi biologis lainnya.

Word Health Organization (1995) populasi di dunia diperkirakan berisiko


terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah
perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta
infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia
Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-
anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF
mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012).

Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama


dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah
Thailand (Depkes, 2010).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan DBD


telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian
41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil
menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat,
penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga
golongan umur yang lebih tua, dan tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat

1
24.362 kasus dengan 196 kematian (Case Fatality Rate sebesar 0,80%).
Berdasarkan Laporan Kementerian Kesehatan RI (2012), di ketahui angka
kematian akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi yaitu di atas 1%
antara lain Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu, Lampung, NTT,
Jambi, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah.

Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 kategori tinggi pada
Kabupaten Bulukumba, Gowa, Maros, Bone dan Luwu (130-361 kasus).
Sedangkan terendah pada Kabupaten/Kota yaitu Selayar, Sinjai, dan Tana Toraja
(0-9 kasus) dan Kabupatenyang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kabupaten
Bantaeng.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Lau, Kabupaten Maros


terdapat penderita demam berdarah sebanyak 30 orang dengan berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 17 orang dan perempuan sebanyak 13 orang.

1.2 Tujuan
1. Apa penyebab dari DBD?
2. Apa dan bagaimana cara penularan DBD?
3. Dari mana sumber datanya?
4. Bagaimana pengolahan dan Analisa datanya?
5. Apa kegunaan data surveilans?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami penyebab dari DBD
2. Mengetahui dan memahami apa dan cara penularan dari DBD
3. Mengetahui dan memahami sumber data yang diperoleh
4. Mengetahui dan memahami pengolahan dan Analisa data
5. Mengetahui dan memahami kegunaan data surveilans

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albocpictus. Di Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran
di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan
demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi
perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian
permukaan tubuh pada penderita.

Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan


mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan
merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita
mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami
turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan
aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan
trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase
yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam
kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan
perlahan naik kembali normal kembali.

Sampai saai ini BD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi
antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota keluarga
dan berkurangnya usia harapan hidup msyarakat. Dampak ekonomi langsung
adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung
adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan
seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan sakit.

3
Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum
ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap ujicoba, maka
cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan memberantas nyamuk
penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat dilakukan pada saat masih
berupa jentik atau nyamuk dewasa.

2.2 Penularan (Apa dan Caranya)

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue dari kelompok


Arbovirus B, yaitu Arthropod-borne virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dengan bintik hitam putih pada tubuhnya. Virus dengue merupakan
virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari family Flaviviridae, terdiri atas 4
tipe virus yaitu D1, D2, D3 dan D4. Struktur antingen ke-4 serotipe ini sangat
mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing – masing tipe virus
tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda
pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus, tetapi juga di
dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya.

Perantara pembawa virus dengue, dalam hal ini nyamuk Aedes disebut
vector. Biasanya nyamuk Aedes yang menggigit tubuh manusia adalah nyamuk
betina, sedangkan nyamuk jantanya lebih menyukai aroma yang manis pada
tumbuh – tumbuhan.

2.3 Sumber Data

Beberapa variabel data yang berhubungan dengan pengendalian DBD


adalah sebagai berikut Dirjen PP dan PL, 2011: 26:

1. data kesakitan dan kematian


2. menurut umur dan jenis kelamin, k
3. asus DD, DBD, SSD dari unit pelayanan kesehatan;
4. data penduduk menurut kelompok umur tahunan;
5. data desa, kecamatan, kabupaten, provinsi yang terdapat kasus DD,
DBD, SSD bulanan;

4
6. data ABJ kecamatan, kabupatenkota, provinsi hasil dari pengamatan
jentik.

Data-data tersebut diperoleh dari: laporan rutin DBD, laporan KLB, laporan
laboratorium, laporan hasil penyelidikan kasus perorangan, laporan penyelidikan
KLB dan survei khusus, laporan data demografi, laporan data vektor serta laporan
BMKG kabupaten maupun provinsi Dirjen PP dan PL, 2011: 26.

2.4 Pengolahan dan Analisa Data


a. Pengolahan Data
a. Pemantauan situasi DD, DBD, SSD mingguan menurut
kecamatan
b. Laporan data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD
menggunakan formulir DP-DBD yang disampaikan per bulan.
c. Laporan mingguan (W2-DBD)
d. Laporan bulanan, jumlahkan dan laporkan penderita / kematian
DD, DBD, SSD termasuk beberapa kegiatan pokok
pemberantasan / penanggulangannya setiap bulan.
e. Penentuan stratifikasi kecamatan DBD
f. Mengetahui distribusi penderita DBD per desa / kelurahan
g. Penentuan musim penularan
h. Mengetahui kecenderungan situasi DBD, untuk mengetahui
apakah situasi penyakit DBD di wilayah kabupaten / kota tetap,
naik atau turun.
i. Mengetahui jumlah penderita DD, DBD dan SSD per tahun
j. Mengetahui distribusi penderita dan kematian DBD menurut
tahun, kelompok umur dan jenis kelamin
b. Analisis Data
Data yang terkumpul dari kegiatan surveilans epidemiologi diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel situasi demam berdarah tiap puskesmas, RS
maupun daerah. serta tabel endemisitas dan grafik kasus DBD per
minggu/bulan/tahun. Analisis dilakukan dengan melihat pola maksimal-

5
minimal kasus DBD, dimana jumlah penderita tiap tahun ditampilkan
dalam bentuk grafik sehingga tampak tahun dimana terjadi terdapat
jumlah kasus tertinggi (maksimal) dan tahun dengan jumlah kasus
terendah (minimal). Kasus tertinggi biasanya akan berulang setiap kurun
waktu 3–5 tahun, sehingga kapan akan terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) dapat diperkirakan. Analisis juga dilakukan dengan membuat
rata–rata jumlah penderita tiap bulan selama 5 tahun, dimana bulan
dengan rata–rata jumlah kasus terendah merupakan bulan yang tepat
untuk intervensi karena bulanberikutnya merupakan awal musim
penularan.
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi
karena akan dipergunakan untuk perencanaan,monitoring dan evaluasi
serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini
menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio
dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.
Dalam program pemberantasan DBD dikenal beberapa indikator yang
diperoleh dari hasil analisis data yaitu:
- Angka kesakitan / CFR (Case Fatality Rate) merupakan jumlah
kasus DBD disuatu wilayah tertentu selama 1 tahun tiap 100ribu
penduduk.
- Angka kematian / IR (Insidence Rate) adalah banyaknya penderita
DBD yang meninggal dari seluruh penderita DBD di suatu wilayah.
- ABJ (Angka Bebas Jentik)/ Case fatality rate didefinisikan sebagai
prosentase rumah yang bebas dari jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.
Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes
berperan dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber
data Puskesmas (STP Puskesmas), Rumah Sakit (STP Rumah Sakit) dan
Laboratorium (STP Laboratorium).
- Unit surveilans Puskesmas

6
- Unit surveilans Rumah Sakit
- Unit surveilans Laboratorium
- Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi
- Unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes
2.5 Kegunaan Data Surveilans
Berdasarkan Buletin Jendela Epidemiologi yang diterbitkan oleh Pusat Data
dan Surveilans Epidemiologi, Kementerian Kesehatan RI, dengan topik Demam
Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1968-2009. Kelebihan dari Sistem
Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah, yaitu :
1) Dengan dilakukannya kegiatan sistem surveilans terhadap penyakit
Demam Berdarah, kita dapat mengetahui bahwa Negara Indonesia
merupakan Negara yang memiliki tingkat DBD tertinggi di Asia
Tenggara menurut WHO sejak tahun 1968-2009.
2) Dengan adanya kegiatan sistem surveilans epidemiologi Demam
Berdarah, menambah informasi terkait dengan penyebaran DBD di
provinsi-provinsi dan kabupaten/kota terutama di Indonesia apakah
DBD tersebut setiap tahunnya menurun atau malah mengalami
penurunan.
3) Sistem surveilans epidemiologi dapat menunjukkan berapa besar angka
insiden suatu penyakit DBD di Indonesia sejak tahun 1968-2009.
4) Dengan adanya sistem surveilans epidemiologi dapat memudahkan kita
untuk mengetahui bagaimana sebaran kasus DBD berdasarkan waktu
dan perubahan iklim.
5) Sistem surveilans epidemiologi Demam Berdarah, mengumpulkan dan
mengolah data tentang penyakit DBD dengan berbagai dasar
pengelompokan. Seperti jumlah dan penyebaran kasus DBD,
berdasarkan kelompok umur, berdasarkan provinsi, berdasarkan jenis
kelamin, dan lain-lain. Dengan demikian dapat sangat membantu kita
dalam mendapatkan data untuk digunakan dalam penelitian ataupun
yang lainnya.

7
6) Dengan data yang diperoleh dari sistem surveilans epidemiologi
Demam Berdarah kita dapat mengetahui dengan pasti berapa besar
angka kematian yang muncul akibat penyakit DBD dan juga kasus
kejadian luar biasa (DBD) yang terjadi akibat dari penyakit DBD ini.
7) Sajian-sajian data dalam bentuk diagram, tabel, peta, dan sebagainya,
dan juga analisis dari sistem surveilans epidemiologi Demam Berdarah
sangat membantu untuk mengetahui penyebaran kasus DBD di
Indonesia.
8) Dengan adanya kegiatan sistem surveilans epidemiologi Demam
Berdarah, kita dapat mengetahui bagaimana cara pengendalian dari
penyakit DBD di Indonesia sehingga angka insiden, angka kematian,
dan angka kejadian luar biasa (KLB) dapat ditangani dengan baik atau
malah dapat dihilangkan. Sehingga Indonesia nantinya bebas dari
penyakit DBD.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah Virus Dengue yang


termasuk group B Arthropod Borne Viruses (Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe (tipe
1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia adalah tipe 3 yang tersebar di
berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah yang terdapat lebih
dari satu serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami epidemi secara berurutan
yang disebabkan oleh serotipe yang berbeda maka akan ditemukan infeksi yang
berat dan dikenal sebagai dengue shock sindrome (DSS). Studi epidemiologis
menunjukkan DHF/DSS sebagian besar terjadi pada penderita yang terinfeksi
untuk ke dua kalinya oleh virus dengan serotipe berbeda dari infeksi virus yang
pertama kalinya. Infeksi virua DBD dapat asimtomatis dan simptomatis.

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan


pemerintah, antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi.
Pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi ultra low volume (ULV) masih
merupakan metode yang paling diandalkan dalam pengendalian vector. Namun
metode aplikasi penggunaan bahan kimia jika tidak terkontrol dapat berakibat
pada terjadinya pencemaran lingkungan, serta berpotensi pada terjadinya
resistensi vector.

9
Daftar Pustaka

Kementrian Kesehatan. 2016. Demam Berdarah, https://promkes.kemkes.go.id/?


p=7443, diakses pada 10 November 2021 pukul 20.00.
Unknown. 2020. “Surveilans Epidemiologi DBD” ,
https://www.rocketpena.com/2020/12/makalah-survelens-dbd.html,
diakses pada 10 November 2021 pukul 20.00.
Unknown. 2013. Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah Dengue,
https://surveilansepidfkmunsri.blogspot.com/2013/11/surveilans-
epidemiologi-demam-berdarah.html, diakses pada 10 November 2021
pukul 20.00.

10

Anda mungkin juga menyukai