Anda di halaman 1dari 22

Penyakit yang

ditularkan Vektor dan


Tikus
Disusun oleh :
KELOMPOK 2

1. Andjani Indira Putri (P21345120010)


2. Evince Putri Meldianto (P21345120021)
3. Fahrij febri (P21345120022)
Anthropoda Borne Disease
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan sebagai
penular penyakit dikenal sebagai arthropoda borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian
(Permenkes R.I No. 374, 2010).
Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di masyarakat
diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kecoa yang umumnya
berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Upaya pemberantasan
dan pengendalian penyakit menular seringkali mengalami kesulitan karena banyak
faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan
hidup di daerah tropis yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal
bagi serangga yang berkembangbiak.
Anthropoda sebagai
Intermediate Host
Arthropoda sebagai vektor yang mampu menularkan penyakit dapat
berperan sebagai vektor penular dan sebagai intermediate host.
Arthropoda sebagai intermediate host artinya arthropoda berperan
hanya sebagai tuan rumah ataupun tempat perantara agent infeksius
tanpa memindahkan ataupun menularkan agent infeksius tersebut
ke tubuh inang (host).
Vektor sebagai Penular Penyakit
Arthropoda sebagai penular berarti arthropoda sebagai media yang membawa agent penyakit dan menularkannya kepada inang (host). Vektor
dikategorikan atas 2 yaitu :

1. Vektor Mekanik
Vektor mekanik merupakan vektor yang membawa agent penyakit dan menularkannya kepada inang melalui kaki-kakinya ataupun seluruh
bagian luar tubuhnya dimana agent penyakitnya tidak mengalami perubahan bentuk maupun jumlah dalam tubuh vektor. Arthropoda yang
termasuk ke dalam vektor mekanik antara lain kecoa dan lalat.
 
2. Vektor Biologi
Vektor biologi merupakan vektor yang membawa agent penyakit dimana agent penyakitnya mengalami perubahan bentuk dan jumlah dalam
tubuh vektor. Vektor Biologi terbagi atas 3 berdasarkan perubahan agent dalam tubuh vektor, yaitu :
 
• Cyclo propagative yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk dan pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam
tubuh host. Misalnya, plasmodium dalam tubuh nyamuk anopheles betina.
 
• Cyclo development yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk namun tidak terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor
maupun dalam tubuh host. Misalnya, microfilaria dalam tubuh manusia.
 
• Propagative yaitu dimana infeksius agent tidak mengalami perubahan bentuk namun terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun
dalam tubuh host. Misalnya, Pasteurella pestis dalam tubuh xenopsila cheopis.
Transmisi Anthropoda Borne
Disaeses
1. Inoculation
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui
gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa disebut sebagai inokulasi.
 
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai
infestasi, sebagai contoh scabies.
 
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor Disebut sebagai masa
inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 –
14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia
berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
4, Definitive Host dan Intermediate Host
host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus
seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka disebut sebagai host
definitif, parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitive
dan manusia adalah host intermediate.
 
5, Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo – Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan siklus agen penyakit dalam tubuh vektor yaitu propagative, cyclo –
propagativedan cyclo – developmental.
1. Agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut
propagative seperti plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD)
2. Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo – propagative seperti
parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan terakhir
3. Agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit
filarial dalam tubuh nyamuk culex.
Faktor yang Mempengaruhi Penularan Vektor
Penyakit
A. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu
terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi
musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat
meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi.
 
B. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir.
Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama.
Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods
borne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah, seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi
reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus, kuman pathogen mengalami multifikasi di dalam vektor atau
reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host.
 
C. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis yang
reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu,
kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains
spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah
tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.
 
D. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia membuang sampah secara sembarangan, kebersihan
individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda borne diseases.
Faktor yang Mempengaruhi Penularan penyakit
dari tikus
1. Di bidang kesehatan tikus dapat menjadi reservoir beberapa patogen penyebab
penyakit pada manusia, baik hewan, ternak maupun peliharaan. Tikus termasuk jenis
binatang yang perkembangannya sangat cepat apabila kondisi lingkungan
menguntungkan bagi kehidupannya.
2. Kegiatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian
semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya
tahan hidup manusia.
3. Mobilitas tikus tergantung kepada natalitas dan mortalitas jika makanan tersedia di
lapangan maka satu populasi akan membentuk beberapa populasi lainnya.
4. Kebutuhan pakan seekor tikus kurang lebih 10% dari bobot tubuhnya (pakan kering),
dan dapat meningkat menjadi 15% (jika pakan tersebut pakan basah). Tikus merupakan
hewan omnivora, hampir semua makanan yang dapat dimakan oleh manusia dapat
dimakan pula oleh tikus.
5. Adanya kumpulan sampah di rumah dan sekitarnya akan menjadi tempat yang
disenangi tikus. Tikus senang berkeliaran di tempat sampah untuk mencari makanan.
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan
yaitu menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti tikus.
Jenis Penyakit Penularan Vektor dan
Tikusterutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical diseases),
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah teridentifikasi
baik yang endemis maupun penyakit menular potensial wabah. Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis yang merupakan penyakit
tular Vektor dan zoonotik, maka upaya pengendalian terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit menjadi bagian integral dari upaya
penanggulangan penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-penyakit zoonotik yang potensial dapat menyerang manusia.

 Arthropoda [arthro + pous] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dariorgan yang mempunyai lubang eksoskeleton
bersendi dan keras, tungkai bersatu, dantermasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea,
yangkebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organismeyang dapat menularkan penyakit pada

Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas:

1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang

2. Kelas Myriapoda: misalnya binatang berkaki seribu

3. Kelas Arachinodea (berkaki 8): misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6): misalnya nyamuk


Penyakit menular yang penularannya terutama oleh vektor dapat dibagi menurut jenis vektonya:

1. Vektor nyamuk (mosquito borne diseases) antara lain: malaria, filariasis, dan beberapa jenis virus encephalitis,
demam virus seperti demam dengue, virus hemorrhagic seperti dengue hemorrhagic fever serta yellow fever.

2. Vektor kutu louse (louse borne diseases) antara lain epidemic tifus fever dan epidemic relapsing fever

3. Vektor kutu flea (flea borne diseases) pada penyakit pes dan tifus murin.

4.Vektor kutu mite (mite borne diseases) antara lain scrub tifus (tsutsugamushi) dan vesicular ricketsiosis.

5. Vektor kutu tick (tick borne diseases) antara lain: spotted fever, epidemic relapsing fever danlain-lain.

6. Penyakit oleh serangga lainnya seperti sunly fever, lesmaniasis, barthonellosis oleh lalat phlebotonus, onchocerciacis
oleh blackflies genus simulium, serta trypanosomiasis di Afrika oleh lalat tsetse, dan di Amerika oleh kotoran kutu
triatomid.
Masalah Kesehatan dan Berbagai Penyakit yang
Ditularkan
Sebagaimana kita ketahui, penyakit yang ditularkan/melalui perantara tikusTikus
dikenal sebagai zoonosis. Tikus dapat berperan sebagai penular
penyakit, dapat secara langsung atau sebagai pembawa vektor seperti melalui pinjal tikus. Berbagai penyakit yang ditularkan tikus antara lain:

1. Pes

Pes disebut juga penyakit sampar, plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus) melalui perantara kutu
(flea). Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Yersinia Pseudotuberculosis (Y Pestis). Beberapa gejala penyakit pes diantaranya:

• Pes bubo, berupa terjadinya pembengkakan kelenjar limfa pada selangkangan dan ketiak.

• Siptemic plague

• Pneumonic plague

Penyakit Pes ditularkan tikus dengan perantara gigitan pinjal xenopsylla cheopis. Habitat hidup pinjal ini pada rambut dan kulit tikus.

2. Leptospirosis

Disebut juga penyakit kuning, disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae. Habitat hidup bakteri ini pada ginjal dan urine tikus. Yang
membedakan dengan penyakit pes, leptospirosis ditularkan karena kontak dengan urine, jaringan, atau air yang mengandung bakteri ini, serta
masuk melalui mukosa atau karena garukan pada kulit (tidak melalui perantara pinjal sebagaimana pada Pes). Gejala penyakit ini mirip dengan
gejala influenza, ditandai dengan demam, sakit kepala, diare, kedinginan, muntah, conjunctivitis, dll.
3. Salmonellosis
Tikus dapat terinfeksi bakteri Salmonella Typhimureium atau Salmonella Enteritidis. Bakteri ini juga
berbahaya karena dapat menular pada manusia.
4. Ricketsia
Merupakan kuman type khusus yang menjadi parasit pada sel hewan vertebrata dan arthropoda,
dengan vektor pinjal dan tungau. Terkait tikus, terdapat penyakit murine typus yang ditularkan oleh
rickettsia typhi yang ditularkan oleh tikus melalui gigitan pinjal Xenopsylla Cheopis. Gigitan pinjal
pada kulit menimbulkan rasa gatal kemudian digaruk dan terjadi luka lalu patogen masuk ke aliran
darah. Gejala penyakit ini pada manusia adalah sakit kepala, kedinginan, demam dan nyeri di seluruh
tubuh. Bintil-bintil merah pada kulit timbul di hari kelima sampai keenam.
5. Rodent borne haemorrhagic fevers

Lassa dan Rodent-borne Haemorrhagic Fevers Demam lassa Adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dari
kelompok Arenavirus. Penyakit ini disebarkan oleh tikus Mastomys Natalensis sebagai vektor utama virus jenis ini.
Sedangkan cara penularan melalui sekresi hidung, faeces, dan urine tikus. Gejala nampak selama satu sampai empat
minggu berupa malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, diare, nyeri otot, nyeri di dada
dan perut, pembengkakan pada kelenjar limfa dan pembengkakan pada leher.

6. Lymphocytic choriomeningitis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh LCM Virus, dan dapat menular ke manusia terutama oleh mencit rumah dan
hamster Syria. Sedangkan cara penularan melalui makanan atau debu yang telah kontak dengan faeces, urine, atau air
liur mencit. Gejala penyakit mirip dengan influenza, seperti terjadinya demam, sakit kepala, pegal. Jika berlanjut timbul
gejala mengantuk, gangguan refleks, paralisis, dan anastesia kulit.

7. Rabies.

Gigitan tikus ternyata juga beresiko menularkan penyakit rabies.


8. Rat bite fever

Merupakan demam karena gigitan tikus. Umumnya terjadi pada anak-anak, dengan masa inkubasi 1-22 hari (rata-rata 10
hari), dengan gejala timbul kedinginan, demam, sakit kepala, serta muntah. Penyakit ini disebabkan bakteri
spirillumminus dan streptobacillus moniliformis, yang ditemukan pada gusi, air liur, dan selaput lndir tikus.

9. Trikhinosis

Penyakit ini ditularkan cacing trichinella spiralis, dimana larva dan kista cacing ini menginfeksi otot dan usus halus
tikus atau babi. Infeksi pada tikus karena makan sisa daging babi setengah matang pada sampah. Sedangkan infeksi pada
babi karena makan pakan yang terkontaminasi faeces tikus. Penularan pada manusia karana makan daging babi yang
tidak higienis.

10. Hantavirus

Hantavirus menyerang paru-paru dan ginjal manusia, disebabkan virus hantavirus pulmonary syndrome. Terutama
menyerang pekerja pengendali hama, dengan pencegahan dapat dilakukan dengan standar pemakai standar alat
pelindung diri.
Daftar Pustaka
Noor, Nur Nasry., Pengantar Eidemiologi Penyakit Menular, Penerbit Rineka Cipta, 2000, hal. 62

Esa Unggul. 2019. Hubungan Vektor Penyakit dengan Binatang. [Internet]. [diakses pada 20 Agustus 2021]:

http://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/kml367/wp-content/uploads/sites/1065/2019/11/PPT-UEU-Vektor-Penyakit-dan-Pengendalian-P
ertemuan-3.pptx

Rusma Tambunan. 2019. Analisis Sanitasi Lingkungan Dan Keberadaan Tikus Di Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Boombaru
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Ii Palembang. [Internet]. [Diakses Pada 20 Agustus 2021]:

https://repository.unsri.ac.id/2047/2/RAMA_KODEPRODI13201_10011381720009_00230098802_01_%20front_ref.pdf

STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA. 2013. Vektor Penyakit. [Internet]. [diakses pada 21 Agustus 2021]:

https://docplayer.info/64164654-Makalah-dasar-kesehatan-lingkungan-vektor-penyakit.html
terimaka
sih
DIPERSILAHKAN BERTANYA DAN MEMBERI
SARAN
SESI TANYA JAWAB
1. apakah kutu dan pinjal tikus sama sama bisa menularkan penyakit pes? secara kita tahu bahwa kutu dan pinjal itu
berbeda (Fairuz)
Jawaban : penyakit pes ditularkan melalui gigitan pinjal tikus yaitu xenopsylla cheopis yang terinfeksi bakteri yersinia
pestis. sedangkan gigitan kutu seperti polyplax spinulosa menyebabkan iritasi, gatal gatal, anemia, lemah, kehilangan
berat badan, hingga kematian jika infeksi yang terlalu parah. kutu polyplax spinulosa ini merupakan vektor dari
haemobartonell sp.

2. Bicara soal pengendalian vektor , yang kita tahu di indonesia ini cukup beragam penyakit yang ditularkan dari
vektor , untuk di indonesia sendiri apa saja masalah yang mungkin dihadapi ketika melakukan pengendalian vektor
penyakit ? (Alya)
Jawaban : Masalah yang dihadapi dalam pengendalian di Indonesia antara lain kondisi geografi dan demografi
yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor (pemetaan sebaran vekror) di
semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, penngkatan
populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumber daya baik tenaga, logistik maupun
biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.

3. Bagaimana pengobatan bagi penderita leptopirosis dan pes? (Farisya)


Jawaban : Leptopirosis, Pengobatan di i sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati
dengan antit otik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya Amoxsylline) Streptomycine,
Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komp likasi, angka kematian dapat mencapai 20%, segera berobat ke
dokter terdekat.
SESI TANYA JAWAB
Pes, Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin.
Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague.Penicilin tidak efektif untuk penyakit dague.
Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah.

4. kan faktor mempengaruhi penularan vektor penyakit yang utama itu kan cuaca, bagaimana cuaca itu menularkan
vektor penyakit? (Alda)
kemungkinan ada lebih banyak cuaca ekstrem, di antaranya I.wih banyak kekeringan, banjir, dan gelombang panas.
Perubahan suhu, curah hujan, dan kelembaban akan memiliki banyak efek knock-on pada hewan dan ekosistemdunia. Di
antara spesies yang terpengaruh hal tersebut, adalah hewan pembawa virus yang juga
menginfeksi manusia, atau yang berpotensi melakukannya, dan "vektor" serangga yang menularkannya. Belum ada
bukti bahwa perubahan iklim berperan dalam pandemi virus corona, tetapi ada perdebatan sengit tentang
kemungkinan peran berbagai pola cuaca. Kendati demikian, ada pelajaran yang dapat
dipelajari tentang bagaimana perubahan di masa depan dalam aktivitas manusia yang didorong
oleh perubahan iklim dapat meningkatkan kemungkinan virus melompat dari spesies liar ke
spesies manusia.
SESI TANYA JAWAB
5. Seperti yg kita tau kecoa merupakan atau termasuk kedalam jenis vektor, apa aja si penyakit yg bisa ditimbukan dari
si kecoa ini? (raihan)
Jawaban : Bahaya Kecoa bagi Kesehatan Ada beberapa gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh kecoa sebagai
serangga pembawa kuman, di antaranya:

1. Keracunan makananBerbagai riset menunjukkan bahwa kecoa merupakan salah satu sumber bakteri Salmonella yang
dapat menyebabkan keracunan makanan dan penyakit demam tifoid atau tipes bagi manusia.
2. Gangguan pencernaan Tak hanya kuman Salmonella, kecoa juga dapat membawa berbagai jenis mikroorganisme lain,
seperti bakteri Shigella, E. coli, dan Pseudomonas aeruginosa, virus hepatitis A dan rotavirus, serta berbagai jenis parasit
cacing, yang dapat menyebabkan diare.
3. Luka akibat gigitan kecoaKecoa memang jarang menggigit tubuh manusia, tetapi Anda tetap harus waspada. Luka
akibat gigitan kecoa bisa terjadi di area kuku, jari kaki, atau bagian tubuh lain yang digigit oleh serangga ini. Jika tidak
segera dibersihkan, luka tersebut bisa rentan mengalami infeksi.
4. Kecoa masuk ke dalam tubuhKecoa bisa saja masuk ke dalam tubuh, seperti hidung dan telinga, saat Anda terlelap
tidur. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk selalu menjaga kebersihan tempat tinggal, termasuk tempat tidur, agar
terhindar dari serangan kecoa.
5. AlergiLayaknya jenis zat lain yang dapat memicu alergi, seperti polusi atau bulu hewan, kecoa juga dapat memicu
reaksi alergi pada manusia. Orang yang mengalami gejala alergi biasanya akan mengalami gejala gatal-gatal, batuk, dan
pilek.
SESI TANYA JAWAB
6. apa contoh kasus peranan cuaca dalam penyebaran vektor penyakit (jalu)
Jawaban : Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh
aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes aegypti akan berkembang secara
optimum pada temperatur 20–28 derajat Celcius.Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi
virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–
32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

7. jika suatu tempat sudah terpapar penyakit akibat vektor dengan kondisi sangat mengkhawatirkan menurut kalian
langkah apa yang tepat apakah tetap pengendalian atau pemberantasan (dayat)
Jawaban : jika sudah terpapar dengan serius mungkin ini perlu bantuan segenap pemerintahan yang diatur dalam
permenkes 50 tahun 2017 yaitu dengan bertahap beberapa pengendalian bagi dari biologis,fisik maupun kimiawi. Jika
sembarangan tidak mentaati peraturan yang tadi di sebutkan oleh ghifar akan bisa merusak ekosistem yang ada dan akan
membuat masalah yang lebih serius

Anda mungkin juga menyukai