Disusun Oleh :
Kelompok E
1
Daftar Isi
Cover........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1. Latar Belakang .............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..4
1.3. Tujuan ..........................................................................................................4
1.4 Manfaat……………………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..5
2.1. Pengertian Vektor…………………………………………………………..5
2.2 pengertian Rodent..........................................................................................6
2.3. Identifikasi, Sifat dan Perilaku Vektor dan Rodent......................................6
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................9
3.1. Penyakit Yang disebabkan oleh Vektor penyakit dan Rodent.....................9
3.2. Pengendalian vektor penyakit dan Rodent..................................................11
3.3.Pentingnya pengendalian vektor dan pes dalam bencana dan keadaan
darurat………………………………………………………………………....18
3.4. Penilaian......................................................................................................19
3.5. Pengendalian penyakit dan Gangguan........................................................20
3.6. Tindakan Pengendalian yang ada................................................................21
3.7. Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor dan hama..................25
3.7. Perlindungan Hygiene Personal..................................................................28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
3.2. Kesimpulan.................................................................................................32
3.2. Saran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………33
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
3
1.2. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian vektor
1. Penularan Mekanik
5
vektor dankemudian dapat dipindahkan pada makanan atau minuman
pada waktu hinggap/menyerap makanan tersebut. Contoh :
a) Lalat Tabanus melalui probosisnya menularkan basil Anthrax
danTrypanosoma evansi
b) Lalat rumah (Musca domestica) dengan perantara kaki dan
badannya,mularkan telur cacing dan bakteri
2. Penularan Biologis
Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan
rumah (host), berarti adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang
dipindahkan.Penularan penyakit melalui vektor secara biologis, agen
harus masuk kedalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun melalui
keturunannya. Selamadalam tubuh vektor, agen berkembang biak atau
hanya mengalamiperubahan morfologis saja, sampai pada akhirnya
menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk
berpindah ke pejamupotensial. Pada penularan penyakit melalui vektor
secara biologis,perubahan bentuk atau perkembangbiakan agen
dibedakan sebagai berikut:
a. Propagative transmission
6
tubuh nyamuk dengan genus Mansonia danAnopheles, serta
spesies nyamuk Culex quinquefasciatus.
d. Transovarian/Hereditary (keturunan)
Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu tumbuh
dan biasanya pada manusia bias menyebabkan penyakit dan dapat digunakan
sebgai hewan percobaan. Tikus adalah suatu jenis binatang pengerat yang
perkembangbiakannya sangat cepat dan sering merugikan manusia karena dalam
kehidupan sehari - harinya tikus sering merusak bahan makanan dan peralatan
manusia baik di rumah, kantor, gudang, dsb. Tikus juga merusak kabel sehingga
dapat menyebabkan terjadinya hubungan pendek yang bisa mengakibatkan
terjadinya kebakaran. Selain itu tikus juga dapat menjadi penular penyakit seperti
pes, leptospirosis bagi manusia. Oleh karena itu pengendalian tikus merupakan
sesuatu hal yang penting dan perlu dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit
pada seseorang.
a. Nyamuk
7
mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam
perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur
dan kelembaban serta species dari nyamuk. Nyamuk biasanya meletakkan
telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan
rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda – beda
tergantung dari jenisnya. Dalam perkembang biakan nyamuk selalu
memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding
places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat
untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces
yang berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarangan tempat air,
sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan
tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam
– kolam, rawa – rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles
bermacam breeding placec. Waktu keaktifan mencari darah dari masing –
masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk yang aktif pada malam hari
menggigit, adalah anopheles dan colex sedangkan nyamuk yang aktif pada
siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila
menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah.
Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina.
b. Lalat
8
Tanpa air lalat akan dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam. Tempat
yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah – sapah
basah, kotoran manusia, binatang dan tumbuh – tumbuhan yang membusuk.
c. Tikus
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Vektor Penyakit
a. Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus
Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,
membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis
pada kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor
penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit.
1). Malaria
10
2) Filariasis
11
membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi
infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A.
aegypti.Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi
sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan
12
Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes
dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.
9). Tuma Kepala, Tuma badan, dan Tuma Kemaluan (Head Lice, Body Lice,
and Crab Lice)
13
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor
maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai
alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan
penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-
ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko
kejadian penyakit tular vektor.Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan
sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan
penduduk yang non imun ke daerah endemis.
14
menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas
pelaksanaannya serta dengan mempertim bangkan kesinam bungannya.
2. Sanitasi.
3. Rat proofing.
15
shaft yang tidak bersekat atau lewat jalur kabel telepon dan listrik
dari bangunan yang tersambung disekitarnya.
b) Pengendalian kimia.
16
pembekuan darah Jenis bahan aktif rodentisida adalah
boadfakum, kumatetralil atau bromadiolone.Sedangkan untuk
area khusus yang sangat sensitive dan memerlukan perlakuan
khusus akan dilakukan pengumpanan dengan lem tikus.
Kombinasi beberapa metode akan memberikan hasil yang
lbih baik dari pada hanya menggunakan satu macam metode
yang digumnakan sesuai dengan sasaran dan kondisi
lingkungan.
17
mencegah terjadinya gangguan tikus yang datang dari luar
atau tikus - tikus yang pada gebrakan pertama masih bayi dan
tidak terperangkap papan lem.
3.3 Pentingnya pengendalian vektor dan pes dalam bencana dan keadaan
darurat
Beberapa bencana memberikan peluang peningkatan populasi vektor
atau gangguan, biasanya serangga atau roden. Banjir dapat menciptakan
area baru bagi perkembangbiakan nyamuk utamanya pada sisa-sia
bencana dan genangan air. Kerusakan umum sanitasi dapat
meningkatkan perkembangan jumlah lalat dan roden. Orang-oang
yang tinggal di rumah yang rusak sebagian atau pengungsian
sederhana dapat kehilangan perlindungan yang diberikan pada
rumah secara normal, seperti kelambu atau jendela dengan
penghalang.
Bahaya infeksi serius dapat muncul ketika migrasi besar-besaran
membawa orang-orang dari asal berbeda tinggal bersama di tempat
penampungan sementara yang telah terinfeksi vektor penyakit. Dalam kondisi
seperti itu, orang yang cenderung memiliki imun karier terhadap parasite akan
dapat memulai penyebaran penyakit kepada orang dengan imun lemah. Contoh
kejadian luar biasa yang dapat terjadi di situasi tersebut adalah malaria
(ditularkan oleh nyamuk Anopheles), tifus (ditularkan oleh caplak) dan
demam berdarah (ditularkan oleh nyamuk Aedes).
Malaria adalah salah satu dari lima penyakit utama yang
menyebabkan kematian pada kondisi keadaan darurat, dan di wilayah
endemik, pengendaliannya merupakan salah satu prioritas utama kesehatan.
The implica- tion lalat pada penularan penyakit diare menciptakan
beberapa perdebatan, namun pengendalian lalat kemungkinan
memiliki dampak positif kesehatan pada kondisi pasca-bencana,
khususnya ketika kondisi sanitasi buruk dan prevalensi diare,
disentri Shigella , atau tifus tinggi. Vektor lain menjadi penting pada lokasi
spesifik, tergantung prevalensi vektor dan penyakit dan penyakit yang terjadi sebelum
bencana dan kerentanan populasi.
18
Selain bahaya penyakit oleh spesies vektor, banyak serangga dan
artropoda lain yang dapat menjadi gangguan utama dalam bencana. Dampak
gangguan dapat menambah ketidakstabilan psikososial dan stress yang
biasanya diderita korban. Keberadaan bahan organik yang kaya air dapat
menghasilkan sejumlah besar pengusir hama penggigit (Culicoides spp.) yang
tidak menularkan penyakit apapun tapi menyebabkan gangguan ekstrim dan sering memicu
reaksi alergi pada orang yang sensitive. Beberapa jenis nyamuk dapat juga menjadi
gangguan besar tanpa memberikan risiko terhadap kesehatan secara
langsung. Di sisi lain, beberapa vektor penyakit yang paling serius hamper
tidak dianggap sebagai gangguan di banyak tempat karena gigitan mereka
hamper tidak menimbulkan nyeri (misalnya nyamuk anopheles, vektor
malaria).
Ketika hewan liar atau peliharaan mati karena bencana, ektoparasit,
seperti kutu, hama, caplak, dan pinjal dapat menyerang masyarakat dan
menciptakan resiko tambahan serius mengenai penyakit zoonosis yang
ditularkan lewat vektor. Risiko penyakit akibat vektor lainnya dapat
timbul ketika pengungsi memasuki wilayah yang sebelumnya hanya
ditempati oleh stwa liar dan parasite yang menyertainya. Contoh
penyakit yang mungkin muncul adalah pes (dari tikus) dan Lyme disease
(dari kutu). Ketika penanganan terhadap organisme tersebut dipertimbangkan
untuk dilakukan selama bencana, maka perlu pengendalian penyakit dan
pengendalian gangguan harus dibedakan. Vektor yang dapat muncul pada
pengungsian dan penyakit yang dibawa ditunjukkan pada tabel berikut.
20
c) Perlindungan personal
21
dilakukan dalam keadaan darurat, karena masalah mendesak dan risiko
epidemic penyakit yang ditularkan vektor pada populasi yang rentan.
22
pertanyaa-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan baik. Petugas
kesehatan ligkungan harus mendapatkan saran dari ahli vektor untuk
menjawab pertanyan diatas, melalui kemeterian kesehatan, WHO atau
organisasi lain yang memiliki keahlian di bidang ini.
23
namanya ditambahkan segera ke Daftar DDT. Pada saat
yang sama akan memberitahukan WHO.
1. Petugas penyemprotan
24
Metode dan peralatan aplikasi pestisida untuk keadaan darurat
1. Debu : Debu genggam, dioperasikan secara manual atau dimekanisasi.
2. Penyemprotan insektisida residual , penyemprotan dengan volume sangat
rendah : Penyemprot Knapsack dengan nozel khusus. Aplikasi dosis
rendah ke area besar dari pesawat sayap tetap atau helikopter.
3. Penyemprotan ruang : Aplikasi interior atau eksterior dengan aerosol
pestisida yang terdispersi di bawah tekanan dari alat penguap atau mesin
fogging.
4. Impregnasi : Perlakuan bahan-bahan seperti alas tidur, pakaian dan
kelambu dengan pestisida dalam emulsi atau larutan (dengan mencelupkan
dan mengeringkan, atau dengan menyemprot dengan penyemprot kain).
25
Bahkan jika tanggapan langsung yang paling tepat terhadap wabah
vektor atau hama adalah pengendalian kalori, penyemprotan berkelanjutan
umumnya tidak dianjurkan kecuali tidak ada alternatif lain yang lebih
memiliki efek jangka panjang. Prosedur seperti manajemen lingkungan,
yang memiliki efek jangka panjang, akan berkontribusi pada lingkungan
yang lebih sehat dan dengan demikian mengurangi kerentanan populasi
yang bersangkutan. Waktu pengalihan dari kontrol kimia ke metode lain
akan tergantung pada banyak faktor: pengelolaan lingkungan mungkin
bukan pilihan yang lebih disukai selama bahaya yang mengancam jiwa ada.
Sering kali disarankan untuk mengejar dua pendekatan pada saat yang
bersamaan. Misalnya, insektisida dapat digunakan untuk pengurangan cepat
dari populasi lalat dewasa selama penghentian Shigella disentri, pada saat
yang sama sebagai kontrol penolakan dan tindakan pengendalian ekskreta
diambil untuk mengurangi peluang untuk pembibitan lalat. Pendekatan
terpadu semacam itu membutuhkan kriteria dan prosedur pengambilan
keputusan yang jelas yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keuntungan dari pengelolaan lingkungan terhadap pestisida adalah:
(1) tidak ada masalah resistensi pestisida; (2) tidak ada risiko keracunan atau
pencemaran lingkungan dari pengelolaan bahan kimia yang tidak tepat; dan
(3) hasilnya sering lebih tahan lama dan akan berkontribusi terhadap
pengurangan kerentanan dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Manajemen lingkungan tidak selalu lebih murah daripada kontrol dengan
bahan kimia dan jarang menyediakan "perbaikan cepat". Agar berhasil,
diperlukan kerja sama yang baik dengan sektor lain (pekerjaan umum,
pertanian, pasokan air dan sanitasi). Memilih campuran metode pengelolaan
lingkungan yang paling hemat biaya dalam program kesehatan
pascabencana sulit dan menuntut keterampilan dan pengalaman teknis
tingkat tinggi yang wajar.
3.7.2 Pengukuran manajemen lingkungan untuk pengendalian vektor dan hama
Manajemen lingkungan umumnya membutuhkan pemahaman tentang
biologi vektor atau organisme hama. Sama pentingnya untuk memiliki
pemahaman yang kuat tentang peran perilaku manusia dalam penularan
penyakit yang ditularkan melalui vektor. Bahkan jika tidak ada determinan
buatan manusia yang mendasari masalah, selalu ada kebutuhan untuk
keterlibatan masyarakat dalam mengimplementasikan solusi. Sebagian besar
vektor penyakit adalah serangga, seperti nyamuk, pengusir hama dan lalat.
Nyamuk membutuhkan air untuk tahap dewasa mereka, tetapi tidak semua
jenis air cocok untuk semua jenis nyamuk. Beberapa membutuhkan
genangan air bersih yang relatif kecil (misalnya vektor malaria Anopheles).
Lainnya lebih suka air dalam wadah seperti botol, botol, tangki, dll.
(Misalnya vektor Aedes dengue dan demam kuning). Tubuh air yang besar,
seperti waduk atau tanah yang tergenang air, biasanya tidak akan diterima
oleh nyamuk kecuali jika ada lilitan puing atau vegetasi mengambang. Oleh
26
karena itu, tindakan lingkungan untuk pengendalian perkembangbiakan
nyamuk berkisar dari meratakan lahan, mengisi lubang peminjaman dan
mengeringkan daerah banjir, dll., Untuk menutupi / menyaring skrining
wadah air dan membuang puing-puing dan tanaman yang mengapung dari
laguna.
Kegiatan manusia, terutama yang menyangkut produksi makanan,
makan, minum, tidur, buang air besar dan pencucian, dapat meningkatkan
propagasi vektor dan hama atau mempengaruhi kontak antara manusia dan
vektor. Buang air besar, misalnya, harus selalu dijaga dari tempat memasak,
karena lalat dan kemungkinan limpasan hujan permukaan. Di sebagian besar
Afrika tropis, mereka juga harus terletak jauh dari air terjun hujan ke
perairan mandi atau memancing, karena risiko kontaminasi dengan schis-
tosomes. Contoh lain adalah promosi produksi dan pertanian hewan untuk
mengurangi ketergantungan pada distribusi makanan. Jika dikelola dengan
baik, kehadiran hewan di dekat permukiman darurat dapat menjauhkan
nyamuk dari orang-orang. Di sisi lain, hewan dapat menjadi reservoir
vektor-borne dan penyakit menular lainnya kecuali mereka diperlakukan
dengan benar atau divaksinasi.
Teknik lingkungan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
hidup mungkin memiliki dampak negatif terhadap kesehatan jika biologi
vektor penyakit atau parasit tidak diperhitungkan. Misalnya, jika pompa
tangan dipasang di lokasi yang tidak dikeringkan dengan baik, pencemaran
air yang dihasilkan dapat menyebabkan habitat perkembangbiakan nyamuk,
menghasilkan genangan air yang mengandung siput air, atau meningkatkan
kelembaban tanah yang cukup untuk transmisi cacing tambang menjadi
mungkin. Air run-off harus dikeringkan agak jauh atau dibiarkan meresap
ke tanah di soakaways.
Pengelolaan lingkungan juga harus diperluas ke lingkungan
pengaturan manusia, baik di dalam ruangan maupun di luar. Untuk
mencegah nyamuk beristirahat di sekitar rumah, gulma dan semak-semak
harus secara teratur ditebang. Sampah harus dibuang atau dibakar
setidaknya sekali seminggu untuk menghindari penumpukan populasi lalat
rumah, dan stok makanan harus disimpan di bangunan yang tahan tikus. Di
negara-negara Amerika Latin, tempat penampungan harus dibangun
sedemikian rupa untuk menghindari penyediaan tempat persembunyian bagi
serangga triatomid yang membawa penyakit Chagas. Di sebagian besar
Asia, kolam dan kolam harus dibersihkan secara teratur dari enceng gondok
dan vegetasi mengambang lainnya karena ini menampung larva nyamuk
Mansonia, vektor utama filariasis Brugian (elephantiasis). Pihak berwenang
yang kompeten di departemen kesehatan setempat dan literatur yang relevan
harus dikonsultasikan sebelum metode pengelolaan lingkungan yang paling
tepat dipilih.
3.8 Perlindungan Hygiene Personal
27
3.8.1 Pentingnya kebersihan dan perlindungan pribadi
Sedangkan pengelolaan lingkungan bertujuan untuk melindungi
populasi dari risiko penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor,
kebersihan dan perlindungan pribadi adalah tindakan yang ditujukan untuk
individu. Intervensi berbasis populasi akan berbuat banyak untuk
melindungi setiap individu dalam komunitas yang dilanda bencana jika
dilakukan dengan benar. Namun, beberapa kelompok rentan, seperti yang
sakit dan terluka, anak-anak, orang tua, wanita hamil dan orang-orang yang
tidak memiliki kekebalan (termasuk pekerja bantuan), mungkin memerlukan
perlindungan tambahan.
Informasi tentang kebersihan dan perlindungan pribadi harus
diberikan kepada publik dengan cara yang sama seperti pesan pendidikan
kesehatan lainnya. Langkah-langkah perlindungan pribadi yang melibatkan
penggunaan vaksin, obat-obatan (misalnya untuk profilaksis) atau pestisida
(misalnya dalam jaring nyamuk yang diresapi) harus dipromosikan oleh staf
kesehatan yang berkualifikasi dan digunakan di bawah bimbingan mereka.
Tabel 10.1 memberikan contoh-contoh metode kebersihan dan perlindungan
pribadi untuk digunakan melawan beberapa vektor target atau hama.
3.8.2 Penolak
Di banyak masyarakat yang terbiasa dengan hama dan vektor
pengganggu, orang menggunakan berbagai substansi sebagai penolak.
Ketika praktik-praktik ini efektif dan tidak berbahaya, mereka harus
didorong dalam situasi darurat, dan mungkin menjadi populer secara lokal
dan efektif untuk memberikan repellents dari kemanjuran yang telah
terbukti kepada penduduk yang terkena dampak. Namun, ada bukti yang
tidak cukup tentang efektivitas penolak dalam mengurangi penyakit yang
ditularkan vektor pada tingkat populasi untuk menjadikan ini sebagai
rekomendasi umum.
Tabel.1 Contoh praktik kebersihan dan metode perlindungan pribadi
terhadap vektor penyakit.
Spesies
Karir Penyakit Vaksin Metode Lainnya Metode Hygine Vektor
Target
Nyamuk Malaria - Kemoprofilaksis, Sisa penyemprotan dalam
Anophele Memasang Kelambu ruangan, menggunakan obat
s (impregnasi) nyamuk bakar di malam hari,
penyemprotan ruang
sebelum istirahat (kamar
tidur).
- Memasang Kelambu Perlu penyaring mencegah
Lymphatic (impregnasi) nyamuk masuk diukur
filariasis efektivitasnya.
Nyamuk Lymphatic - Memasang Kelambu Mengeliminasi sumber
Culex filariasis (impregnated), perkembangbiakan
28
repellents (kubangan air kotor)
disekitar rumah.
Japanese + Memasang Kelambu
encephalitis (impregnated),
repellents
Nyamuk Viral ± Repellents Mengeliminasi tempat
Aedes encephalitis perkembangbiakan
Dengue/DHF - disekitar rumah
2
Yellow fever +
Lymphatic -
filariasis
29
atau membuang sampah dan
menjaga kebersihan dapur.
Keterangan : (-) : tidak ada vaksin operasional yang tersedia; (+): vaksin
operasional tersedia; (±) : vaksin operasional tersedia untuk beberapa orang.
(DHF) : demam dengue haemorrhagic. (n.a) : tidak berlaku.
N.B .: Pekerja bantuan dan petugas kesehatan harus mengenakan pakaian
pelindung (karena berisiko sering diresapi dengan pestisida), atau mengambil
tindakan pencegahan lain sesuai dengan pedoman WHO dan ILO yang ada.
3.8.3 Bahan yang diresapi untuk pengendalian malaria
Pengalaman yang berkembang menggunakan kelambu, gorden dan kain
dinding insektisida yang diresapi untuk memberikan perlindungan terhadap
nyamuk dalam situasi darurat. Metode yang paling efektif dari metode ini adalah
penggunaan kelambu yang telah diresapi pestisida, yang telah dilakukan uji coba
di beberapa negara untuk menjadi efektif dalam mengurangi transpor malaria dan
mengurangi gigitan oleh nyamuk. Selain itu, mereka juga dapat mengurangi
prevalensi lalat, kutu busuk, dan kutu rambut dan kutu tubuh (Thomson, 1995).
Insektisida yang lebih disukai untuk mengimpregnasi jaring, gorden dan
kain adalah piretroid, seperti permetrin dan deltamethrin, dalam konsentrat yang
dapat diemulsikan (United Nations High Commissioner for Refugees, 1997).
Jaring nyamuk dapat dibeli sudah diresapi, atau mungkin perlu diresapi sebelum
digunakan. Semua bahan perlu direimpregnasi setelah enam bulan, dan tidak
boleh dicuci selama periode tersebut. Rehabilitasi harus dilakukan segera sebelum
musim penularan malaria dimulai, ketika ada pola musiman (Thomson, 1995).
Ada sejumlah kesulitan operasional yang terkait dengan penggunaan bahan
yang diresapi dalam bencana dan keadaan darurat yang harus diselesaikan agar
langkah-langkah ini menjadi efektif. Ini termasuk memastikan bahwa mayoritas
penduduk benar-benar memelihara kelambu dan menggunakannya dengan benar;
memastikan bahwa jaring tidak sering dicuci, yang mengurangi konsentrasi
insektisida; dan memastikan bahwa jaring-jaring diremajakan ketika dibutuhkan.
3.8.4 Disinfeksi dan disinfestasi
Beberapa vektor penyakit dapat dikendalikan oleh desinfektan, yang
merupakan proses mengeluarkan dari tubuh dan pakaian, atau pembunuhan,
hewan yang menularkan penyakit (kutu, tungau, kutu, kutu, dll.) dan telur mereka.
Disinfestasi oleh orang-orang yang membersihkan debu dan pakaian mereka
dengan insektisida adalah berlebihan, biasanya tidak perlu, dan berbahaya jika
dilakukan dengan tidak benar. Lebih baik, jika mungkin, untuk menggunakan unit
desinfeksi untuk tujuan ini. Jika debu masal dianggap perlu (misalnya karena
epidemi penyakit yang terbawa kutu atau kutu), prosesnya harus dijelaskan
30
kepada populasi yang bersangkutan, dan debu efektif yang paling tidak beracun
yang digunakan.
Metode disinfeksi (untuk menghancurkan organisme penyakit) juga dapat
digunakan untuk diseminasi, meskipun sebaliknya tidak benar. Metode disinfeksi
yang efektif terhadap vektor penyakit dan hama gangguan pada pakaian termasuk
penggunaan agen fisik, seperti sinar ultraviolet, panas kering, air mendidih dan
uap, atau agen kimia seperti sulfur dioksida, etilena oksida, formalin, formol,
kresol, fenol dan asam karbol. Beberapa agen ini berbahaya dan hanya boleh
digunakan di bawah pengawasan ahli. Semua barang yang tidak mungkin rusak
dapat didesinfeksi dengan uap. Barang-barang dari kulit, pakaian dengan facings
kulit atau strapping, bulu, karet dan bahan lain yang dapat ditreatmen oleh uap
dapat disemprotkan dengan larutan formol 5%. Sebuah steamer sederhana untuk
pakaian diilustrasikan pada Gambar 10.1. Untuk membunuh kutu, pakaian harus
dikukus selama 15 menit, dikombinasikan dengan perawatan insektisida. Proses
ini mungkin perlu diulang setiap bulan.
Gambar 10.1 Steamer sederhana untuk pakaian1
1
Source: Appleton & Save the Children Fund Ethiopia Team (1987).
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pengendalian vektor dan rodent sangat perlu khususnya di wilayah yang sedang
terjadi bencana, pengendalian dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya
dengan pengendalian vektor, hygiene lingkungan dan pelindungan personal.
32
DAFTAR PUSTAKA
33