Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah”. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
Matakuliah TRANSFUSI DAN BANK DARAH dapat selesai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis meminta maaf bilamana terdapat terdapat kesalahan dalam penulisan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
C. Manfaat
Mendapatkan data mengenai prevalensi IMLTD pada darah donor di
UDD PMI kota sehingga dapat dilakukan pengelolahan yang lebih awal, tepat
dan lebih baik serta mengetahui berbagai penyakit menular yang disebabkan
oleh darah donor di UDD PMI kota.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IMLDT
IMLDT adalah infeksi menular lewat transfusi darah yang didapatkan
dari proses transfusi darah dengan penderita yang terinfeksi hepatitis B,
hepatitis A, sifilis, HIV/AIDS, Gonorhea, Malariae, demam berdarah dengue.
Dalam transfusi darah keamanan tindakan transfusi darah bergantung pada
seleksi donor, proses dari pengeluaran darah dari vena donor sampai dengan
tindakkan memasukkan darah ke vena pasien, juga ketepatan indikasi.
B. Meningkatkan kualitas darah lewat transfusi darah
Masalah infeksi menular lewat transfusi darah dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, dan protozoa, virus merupakan penyebab utama yang paling
umum ditularkan melalui transfusi. Virus merupakan bentuk kehidupan yang
paling sederhana, dan dapat menginfeksi semua bentuk kehidupan.
Bakteri merupakan sel individu yang memiliki dinding-dinding sel dan
kapsul yang mengandung antigen yang dappat menyebabkan timbulnya
respon umum. Contoh bakteri yang umum dan infeksi bakteri :
a) Treponema pallidum : syphilis
b) Vibro chlolerae : cholera
c) Clostridium tetanii : tetanus
d) Selain virus dan bakteri, infeksi dapat juga disebabkan oleh jamur.
Pelayanan transfusi darah yang aman harus memenuhi prinsip yaitu:
a) Darah berasal dari donor sukarela, sehat dan memenuhi kriteria sebgai
donor darah resiko rendah terhadap tertular penyakit infeksi menular
lewat transfusi darah.
b) Seluruh proses pengamanan, pengolahan dan penyimpanan serta
kualitas bahan habis pakai sesuai standar.
c) Distribusi dilakukan dengan rantai dingin oleh petugas yang berwenang
serta mengikuti standar prosedur operasional
d) Pemakaian secara rasional, indikasi dan pemilihan komponen
berdasarkan analisa medis yang tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningkatkan kualitas darah lewat tranfusi darah bertujuan untuk
mengurangi infeksi menular dengan pelayanan tranfusi darah yang aman. Uji
saring dilakukan untuk mengurangi penyebab infeksi dengan metode yang
sesuai dengan standart yang berlaku.
Metode CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sbuah tipe
immunoassay yaitu sebuah tes biokimia yang mengukur konsentarsi suatu
substansi dalam cairan. Biasanya substasinya berupa serum darah atau air seni
dengan melihat reaksi antibody terhadap antigennya. Metode CLIA
bergantung pada deteksi sinar yang dipancarkan dan diasosiasikan dengan
penghilangan energy dari substansi elektronik sebagai akibat reaksi
elektokimia.
Metode CLIA bila dibandingkan dengan metode ELISA lebih unggul
karena system reseptor ELISA dan EIA mengukur konsentrasi substansi
sangat rendah hingga beberapa nanograms (10-9 gram). CLIA dapat
mengukur kosentrasi substansi dalam femtogram.
DAFTAR PUSTAKA
Buku pedoman pelayanan transfuse darah UTD PMI Pusat : buku 4 (lampiran).
Kegiatan unit transfuse darah penanganan donor dan kepuasan pelanggan
Buku pedoman pelayanan transfuse darah Depkes. Modul 2 : uji saring untuk
penyakit infeksi
http://analisqmateri.blogspot.co.id/2010/09/mikrositik.html