Oleh
NIM: 811418138
KELAS:
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas Proposal ini dengan judul
Penangan Dan Penanggulangan ISPA dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini selain untuk melengkapi tugas mata kuliah Dasar
Promosi kesehatan yaitu agar para mahasiswa khususnya mahasiswa Kesehatan Masyarakat
dapat mengetahui secara jelas dan pasti tentang bagaimana caranya menyusun sebuah program
perencanaan dan menganalisisnya untuk dijadikan bahan petimbangan dalam upaya intervensi
berikutnya.
Dalam penyusunan proposal ini saya menyadari, bahwa tanpa bantuan berbagai pihak
proposal ini tidak dapat terseesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu melalui lembaran ini saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi ilmu, berbagi kesibukan,
dan telah meluangkan waktumya untuk bertukar pikiran dengan saya sehingga saya dapat
merampungkan proposal ini.Melalui proposal ini juga, saya mengharapkan saran yang dapat
memperbaiki kesalahan yang terdapat pada proposal ini kedepannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….4
C. Tujuan…………………………………………………………….…..5
1.1 Tujuan umum……………………………………………………..6
1.2 Tujuan khusus…………………………………………………….7
D. Manfaat ……………………………………………………………….8
Penyebab ISPA adalah virus atau bakteri, yang mudah sekali menular. Penularan virus atau
bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur orang yang
terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara, masuk ke hidung
atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar
melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita.
Walaupun penyebarannya mudah, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan tertular ISPA,
yaitu:
1. Anak-anak dan lansia: Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah,
sehingga rentan terhadap berbagai infeksi. Selain itu, penyebaran virus atau bakteri ISPA di
kalangan anak-anak dapat terjadi sangat cepat karena anak-anak banyak berinteraksi secara dekat
dan melakukan kontak dengan anak-anak yang lain.
2. Orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh lemah : Sistem kekebalan tubuh sangat
berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri. Ketika kekebalan tubuh menurun,
maka risiko terinfeksi akan semakin meningkat. Salah satunya adalah penderita AIDS atau
kanker.
3. Penderita gangguan jantung dan paru-paru: ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah
memiliki penyakit jantung atau gangguan pada paru-paru sebelumnya.
4. Perokok aktif: Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran
pernapasan, sehingga rentan mengalami ISPA dan cenderung lebih sulit untuk pulih.
C. Gejala ISPA
Gejala dari infeksi saluran pernapasan akut berlangsung antara 1-2 minggu. Sebagian besar
penderita akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Gejala tersebut adalah:
Batuk
Bersin
Pilek
Hidung tersumbat
Nyeri tenggorokan
Sesak napas
Demam
Sakit kepala
Nyeri otot
C. Penularan ISPA
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan
dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik
E. Pencegahan ISPA
Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk. Hal ini
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
Berhenti merokok.
Lakukan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, atau pneumonia. Diskusikan dengan
dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari vaksinasi ini.
F. Pengobatan ISPA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering disebabkan oleh virus, sehingga akan
sembuh sendiri tanpa perlu penanganan khusus. Beberapa tindakan untuk meredakan gejala
dapat dilakukan secara mandiri di rumah, yaitu dengan:
Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak, sehingga
lebih mudah untuk dikeluarkan.
Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk membantu meredakan batuk.
Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit tenggorokan.
Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu putih
atau mentol untuk meredakan hidung yang tersumbat.
Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal tambahan,
untuk melancarkan pernapasan.
Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, antara lain:
Obat batuk.
G. Komplikasi ISPA
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi yang
serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA adalah gagal napas
akibat paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah, serta gagal
jantung.
ВАВ ПI
METODE PENELITIAN
A. GAMBARAN GEOGRAFIS, DEMOGRAFIS DAN SOSIAL BUDAYA
1. Gambaran Geografis
a. Letak Geografis dan Kedudukan
Puskesmas Dulalowo adalah salah satu puskesmas dari tujuh puskesmas yang ada di
Kota Gorontalo, tepatnya berkedudukan di Jalan Sulawesi No. 2 Kelurahan Dulalowo
Kecamatan Kota Tengah. Puskesmas Dulalowo mewilayahi Kecamatan Kota Tengah
sebagai wilayah kerja. Jarak antara Puskesmas Dulalowo dengan ibukota Kecamatan
Kota Tengah adalah 1 Km, dengan ibukota Kota Gorontalo adalah 5 Km Sebagai
wilayah kerja Puskesmas, Kecamatan KotaTengah memiliki luas wilayah 307,125 Km²,
dengan enam kelurahan yaitu Kel.Wumialo, Kel. Dulalowo Timur, Kel. Dulalowo, Kel.
Liluwo, Kel. Pulubala dan Kel. Paguyaman, 36 RW, 136 RT, dengan jarak dari ibuKota
Kota Gorontalo ± 6 km. Letak geografis wilayah kerja Puskesmas Dulalowo yaitu
Terletak pada 00º 28' 17" - 00º 35' 56" Lintang Utara dan 122º 59' 44" - 123º 05' 59"
Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara :KecamatanKotaUtara
b. Sebelah Timur :KecamatanKotaTimur
c. Sebelah Selatan :KecamatanKotaSelatan
d. Sebelah Barat :KecamatanDungingi dan KotaBarat
KecamatanKotaTengah memiliki 6 Kelurahan. Dan Puskesmas Dulalowo memiliki
cakupan wilayah kerja sebanyak kelurahan dari KecamatanKotaTengah tersebut, adapun
6 Kelurahan tersebut adalah :
a. Kelurahan Wumialo dengan 4 Lingkungan, 7 RW, dan 28 RT,
b. Kelurahan Dulalowo dengan 2 Lingkungan, 4 RW, dan 17 RT,
c. Kelurahan Dulalowo Timur dengan 3 Lingkungan, 5 RW, dan 18 RT,
d. Kelurahan Liluwo dengan 4 Lingkungan, 6 RW, dan 22 RT,
e. Kelurahan Pulubala dengan 5 Lingkungan, 8 RW, dan 34 RT dan,
f. Kelurahan Paguyaman dengan 3 Lingkungan, 5 RW, dan 16 RT.
1. Gambaran Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dulalowo sampai dengan akhir
tahun 2018 adalah sebanyak 26.624 jiwa, dengan jumlah penduduk Laki – laki
sebanyak 10.936 jiwa dan penduduk Perempuan sebanyak 13.688 jiwa dengan jumlah
terbanyak adalah di kelurahan Liluwo sebanyak 6.787 jiwa dan terendah adalah di
kelurahan Paguyaman yaitu 2.187 jiwa.
Berikut adalah grafik distribusi penduduk di kecamatan Kota Tengah pada tahun
2018.
Grafik Distribusi Penduduk
Kecamatan Kota Tengah pada tahun 2018
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
Wumialo Dulalowo Dultim Liluwo Pulubala Paguyaman
2. Diagnosis Epidemiologi
A. Diagnosis Epidemiological
1. Hasil Survei Epidemiologi Kota Tengah tahun 2018
Umur
Bulan 55- 60-69 Jumlah Total
1-19 Th 20-44 Th 45-54 Th >= 70 Th
59Th Th
L P L P L P L P L P L P L P
Januari 10 1 4 10 2 5 2 4 3 4 4 7 25 31 56
Februari 0 1 1 3 1 6 1 2 0 2 1 0 4 14 18
Maret 4 0 2 1 0 0 0 1 0 3 1 1 7 6 13
Total 14 4 7 14 3 11 3 7 3 9 6 8 36 51 87
Sumber : Kecamatan Kota Tengah
Menurut data yang diperoleh rta-rata penderita ISPA pada 3 bulan pada tahun
2018 yaitu januari, februari, maret dialami oleh orang berusia 15-20 tahun keatas,
sedangkan untuk usia kurang dari 15 tahun terdapat kasus. Dan penderita terbanyak pada
usia 60-69 tahun, Hal ini disebabkan oleh pola dan perilaku hidup yang sehat, ktor
umimerokok, minum, berlemak, minum-minuman keras, stress, obesitas, sering
mengonsusmi garam dan makanan berlemak, dan factor usia yang sudah mulai rentan
terhadap penyakit.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perempuan sebanyak 70% dan laki-
laki 30%. Dimana disini terlihat, perempuan memiliki presentase yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Nah, yang jadi persoalan sekarang mengapa mayoritas yang
menderita penyakit ISPA ini adalah perempuan? Karena kalau dilihat dari sisi kehidupan
social, perempuan mempunyai tugas ganda dalam melaksanakan aktivitasnya. Aktivitas
ganda disini di maksudkan adalah misalnya orang tersebut sebagai salah satu pegawai
negeri sipil. Secara otomatis, selain dia sebagai PNS dia juga harus mengurus rumah
tangganya dibandingkan dengan suaminya yang hanya bekerja dikantor. Istri juga selain
bekerja dikantor dia juga harus bekerja dirumah.
BAB IV
SISTEMATIKA PERENCANAAN
4.1 Perencanaan penanggulangan dan pembatasan penyakit ISPA Melalui Metode Hanlon
Setelah melakukan analisis masalah penyusun mencoba menginterpretasikan sebuah
perencanaan yang diperolehnya dari hasil analisis tersebut diatas melalui metode Hanlon Namun
sebelum mengapliaksikan masalah melalui metode tersebut kita harus mengetahui terlebih
dahulu mengenai permasalahan yang ada. Melalui identifikasi 10 langkah mengenal masalah
perilaku dari masyarakat yang menjadi warga Kecamatan Kota Tengah.
4.1.1 Langkah Mengenal masalah perilaku
1. Langkah -1 "Mengenal Masalah"
Pada langkah pertama ini kita harus benar benar dapat mengenali serta memahami
karakteristik masalah ini. Adapun masalah yang menjadi focus permasalahannya adalah: "Kaitan
perilaku masyarakat dengan hubungannya pada terjadinya kasus (penyakit) ISPA di kecamatan
kota Tengah"
2. Langkah -2 "Mengenal Penyebab Masalah"
Sesuai dengan data dan analisis yang diperoleh maka yang menjadi penyebab masalah tersebut
adalah:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan
b. Sanitasinya yang tidak baik
c. Perilaku hidup bersih dan sehat yang masih minim
3. Langkah -3 "Mengenal Sifat Masalah"
a. Di identifikasi melalui beratnya masalah, ISPA masih merupakan masalah kesehatan
yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-
kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur
kurang dari 2 bulan.
b. Di identifikasi melalui luasnya masalah, penyakit tersebut penyebarannya tidak begitu
luas dan pada khususnya kelurahan Dulalowo yang menderita penyakit tersebut terdapat
pada tidak semua golongan umur.
c. Di identifikasi sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
d. Di identifikasi menurut prioritas masalahnya, masalah ini belum masuk pada daftar
penyakit yang mengkhawatirkan namun tetap saja harus tetap dan terus-menerus dilakukan
agar pada tiap tahunnya frekuensi penderita semakin menurun.
4. Langkah - 4 "Mengenal Perkembangan Masalah"
Pada simpulannya perkembangan masalah ini tidak terlalu besar yakni hanya terpatok
pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasikan dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene
5. Langkah – 5 "Mangenal Kebiasaan Yang Menyebabkan Masalah"
Untuk sementara sesuai data yang di peroleh dari puskesmas setempat kebiasaan yang
menyebabkan masalah ini terjadi karena kebiasaan merokok dan terjadi karena keadaan
lingkungan yang labil serta asap yang ditimbulkan oleh para perokok, serta polusi Udara.
6. Langkah -6 "Mengenal Sebab Kebiasaan Tersebut"
Bisa saja sebab yang menimbulkan kebiasaan tersebut misalkan karena pengetahuan
tentang kesehatan yang masih minim.
7. Langkah -7 "Rumusan Perilaku yang diharapkan"
a. Apakah perubahan kebiasaan yang diupayakan oleh petugas kesehatan dapat
dilaksanakan.
b. Apakah kebiasaan tersebut dapat diterima dengan baik dan tidak melanggar
aturan.
c. Apakah kebiasaan yang akan diupayakan dapat mengurangi masalah
8. Langkah -8 "Mengenal Hambatan"
Hambatan yang akan ditemukan pada saat melakukan sebunh intervensi seperti upaya
kita dalam mengingatkan para masyarakat untuk selalu berperilaku hidup bersih dan sehat selalu
di tentang karena adanya keyakinan yang terlampau keras seperti penyakit itu terjadi karena
kehendak sang maha pencipta dan manusia. menurutnya tidak boleh melawan takdir yang telah
ditetapkan.
9. Langkah-9 "Mengenal Hal- Hal yang mendorong"
Dalam melakukan sebuah perencanaan kita harus mengetahui dan mengenal hal- hal apa
sajakah yang dapat dijadikan motivasi bagi para masyarakat untuk lebih memperhatikan masalah
kesehatan yang sangat beresiko, misalnya melakukan suatu penyuluhan namun diselingi dengan
permainan yang bisa menggerakkan hati para masyarakat setempat.
10. Langkah 10 "Hal-hal lain yang muncul sebagai akibat Perubahan"
Misalnya dengan mengutamakan sebuah program sanitasi dan semakin memperindah
lingkungan mereka akhirnya menjadi lupa dengan program kesehatan lainnya yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup mereka.
4.1.2 Kerangka Prioritas Masalah
2.1 Definisi Metode Hanlon
Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan ini adalah metode Hanlon Adapun metode
hanlon yaitu metode yang dapat digunakan untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan
yang berbeda-beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan
objektif.
Ada 4 faktor-faktor yang memegang peranan penting sebagai penyebab penyakit yaitu
1.) Faktor predisposisi, misalnya umur, jenis kelamin dan penyakit terakhir yang diidap.
2.) Faktor yang memungkinkan, misalnya pendapatan rendah, gizi buruk, perumahan
yang kumuh dan perawatan medis yang tidak edukat yang memungkinkan mendorong
kearah terjadinya pengembangan penyakit.
3) Faktor-faktor pencetus, misalnya paparan terhadap agent penyakit yang spesifik atau
agent beracun yang mungkin berasosiasi dengan terjadinya penyakit atau keadaan
tertentu.
4.) Faktor-faktor pemberat, misalnya pengulangan paparan dan kerja keras yang tidak
beraturan sehingga dapat mendorong kearah terjadinya suatu penyakit yang tertentu atau
keadaan yang tertentu pula.
Metode hanlon ini memiliki tiga tujuan utama:
Kegiatan Waktu/Bulan
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
• Pertemuan lintas X
sector tingkat
• Pertemuan tingkat
desa X
2. Pelaksanaan Program
• Penyuluhan tentang X X X
penyakit Hepatitis dan
pencegahannya
• Penyuluhan tentang X X X
pemeliharaan sanitasi
lingkungan dan hygiene
peroranga
3. evaluasi X X
Lampiran