PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu dan teknologi memang berdampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain hal itu dapat berdampak negatif berupa
pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran air yang merupakan
unsur penting bagi makhluk hidup. Sejalan dengan meningkatnya industrialisasi,
konsentrasi unsur logam berat di dalam perairan juga meningkat, sehingga
memungkinkan tercapainya tingkat konsentrasi toksik bagi kehidupan akuatik.
Salah satu logam berat yang terus meningkat konsentrasinya adalah merkuri
(Yuniar 2009).
(1)
(2)
Apabila bahan toksikan diberikan secara inhalasi pada hewan uji, maka
penentuan volumenya menjadi:
(3)
Penentuan LD50 atau LC50 pada pengamatan kali ini dilakukan dengan metode
persamaan garis. Persentase kematian pada setiap kelompok hewan uji dari setiap
perlakuan diplotkan sesuai dengan dosis yang diberikan pada masing-masing
kelompok dimana nilai antilog x merupakan nilai LD50.
y = a + bx
(4)
Keterangan:
y : % kematian
x : log dosis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan menguji tingkat toksisitas suatu bahan kimia
terhadap hewan uji. Penelitian ini menggunakan bahan kimia berupa merkuri (Hg)
dan hewan uji yang digunakan yaitu jenis ikan nila dan ikan mas. Pada kedua jenis
ikan tersebut diberikan konsentrasi merkuri sebesar 12.5 mg, 25 mg, 50 mg, dan
100 mg. Jumlah ikan yang digunakan masing-masing kelompok sebanyak 6 ekor.
Parameter yang digunakan adalah nilai LD50, yaitu dosis yang mematikan 50%
organisme uji. LD50 digunakan untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan
(toksisitas akut) dari suatu bahan dengan dosis tertentu yang masuk pada makhluk
hidup.
Tabel 1 Data pengukuran jenis ikan mas kelompok 8
Ikan mas
1
2
3
4
5
6
Panjang (cm)
4.7
4.5
5.1
6.2
5.1
5
Berat (gram)
1.592
1.241
1.943
2.731
2.336
2.32
Tabel 2 Data pengukuran jenis ikan mas kelompok 8 setelah diberikan merkuri
Ikan mas
1
2
3
4
5
6
Panjang (cm)
4.7
4.5
5.1
6.2
5.1
5
Dosis (mg/kg)
Log Dosis
1
2
3
4
100
50
25
12.5
2
1.70
1.40
1.10
Kematian
Ekor
6
3
1
0
%
100
50
16.67
0
Dosis (mg/kg)
Log Dosis
5
6
7
8
100
50
25
12.5
2
1.70
1.40
1.10
Kematian
Ekor
6
3
1
1
%
100
50
16.67
16.67
Selanjutnya respon ikan mas terhadap merkuri dapat dilihat pada tabel 3.
Semakin banyak jumlah merkuri yang diberikan maka presentase kematian juga
semakin meningkat. Tetapi pada ikan mas, untuk jumlah merkuri 12.5 mg dan 25
mg memiliki presentase kematian ikan yang sama. Hal tersebut terjadi karena
adanya penyerapan yang sama pada masing-masing ikan yang mati. Jadi, meskipun
salah satu kelompok hewan uji diberikan jumlah merkuri yang lebih sedikit tetapi
tetap menimbulkan respon yang sama dengan kelompok ikan yang diberi jumlah
merkuri yang lebih banyak.
120
% kematian
100
80
60
40
20
0
0
0,5
1
1,5
log dosis
2,5
Gambar 1 Kurva hubungan antara kematian dengan log dosis pada ikan nila dan
ikan mas
Gambar 1 menjelaskan suatu konsep, dimana dosis suatu xenobiotika
mungkin cukup kecil sehingga tidak menimbulkan efek kematian, namun bila dosis
dinaikkan, hingga diperoleh suatu kurva sigmoid, sehingga pada dosis yang cukup
tinggi, 100% hewan uji mati. Hubungan ini menggambarkan bahwa respon yang
timbul langsung berkaitan dengan kadar/dosis dari suatu senyawa yang ada.
Sehingga bahaya atau amannya suatu senyawa kimia itu tergantung pada dosis yang
diberikan. Kurva pada gambar 1 menggambarkan bagaimana diperoleh suatu dosis
dimana 50% dari populasi menunjukkan respon. Dalam toksikologi, jumlah dosis
yang menyebabkan 50% individu memberikan reaksi (respon) digunakan sebagai
besaran aktivitas (seperti LD50 = lethal dose 50%) dari xenobiotika uji. Besaran
aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang diperoleh secara statistika. Ini
merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan estimasi yang paling
baik dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50% individu uji,
karenanya selalu disertai dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya,
seperti probabilitas kisaran nilainya. Penentuan LD50 dilakukan dengan cara, yaitu
menarik garis mendatar dari titik angka kematian 50% pada ordinat sampai titik
tertentu yang memotong kurva tersebut selanjutnya dari titik potong tersebut,
ditarik garis vertikal sehingga memotong sumbu absis (Wirasuta 2006).
Berdasarkan grafik pada gambar diatas, dapat dikatakan bahwa untuk jenis
ikan nila pada saat diberikan log dosis sebesar 1.10 maka kematian pada ikan nila
pun tidak terjadi. Berbeda pula dengan ikan mas yang diberikan log dosis sebesar
1.10 maka pada ikan mas terjadi kematian sebesar 16.67 %.
Tabel 5 Hasil perhitungan dosis pada LC50
Jenis ikan
Ikan Nila
Ikan Mas
y
50
50
x
1.624
1.593
A
-129.8
-99.909
b
110.73
94.121
Jadi dari kasus pada hubungan dosis dan respon, terdapat parameter
kuantitatif utama ketoksikan racun, yaitu LC50. Harga LC50 merupakan tolak ukur
5
toksisitas akut racun. Semakin kecil harga LC50, racun berarti semakin besar potensi
toksik atau toksisitas akut racun, yang kriterianya tersaji pada tabel 6.
Tabel 6 Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya
Kategori
Super toksik
Amat sangat toksik
Sangat toksik
Toksik sedang
Toksik ringan
Praktis tidak toksik
Sumber: Frank 1996 dalam Ibrahim et al. 2012
Y
<5
5-50
50-500
500-5000
5000-15000
> 15000
Dari hasil perhitungan dosis LC50 diatas, terdapat dua jenis ikan yang
berbeda yaitu ikan nila dan ikan mas. Kedua ikan tersebut dihitung kadar dosisnya
terhadap LC50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dosis pada LC50 pada ikan nila
lebih besar dibandingkan ikan mas yakni ikan nila sebesar 42.050 mg/kg dan ikan
mas sebesar 39.150 mg/kg. Hal ini terjadi karena dosis sudah mencapai LC50.
Sehingga 50 % dari kelompok ikan mati.
Bila suatu xenobiotika mampu menimbulkan efek yang dapat diamati,
seperti kematian, perubahan mekanisme biologi, maka dosis xenobiotika itu dapat
dipilih agar dapat menimbulkan efek tersebut. Dan lagi, bila efek tersebut dapat
dikuantitatifkan, maka percobaannya akan menunjukkan bahwa tidak seluruh
anggota kelompok memberi respon yang secara kuantitatif identik terhadap
sejumlah dosis yang sama. Kiranya beberapa hewan percobaan akan memberikan
respon yang hebat, sedangkan yang lain bahkan sama sekali tidak menunjukkan
respon. Kenaikan dosis biasanya akan menyebabkan lebih banyak sistem organ
yang dikenai dan akan memberikan efek kerja yang jauh berbeda. Pada efek toksik
akan menimbulkan kematian, berbagai sistem organ akan banyak mengalami
kegagalan satu persatu. Sebaliknya, jumlah individu yang menunjukkan efek toksik
atau efek terapetik tergantung dari dosisnya (Febriyana 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa untuk jenis ikan nila
pada saat diberikan log dosis sebesar 1.10 maka kematian pada ikan nila tidak
terjadi. Berbeda dengan ikan mas yang diberikan log dosis sebesar 1.10 maka pada
ikan mas terjadi kematian sebesar 16.67 %. Didapatkan juga hasil yang
menunjukkan bahwa dosis pada LC50 pada ikan nila lebih besar dibandingkan ikan
mas yakni ikan nila sebesar 42.050 mg/kg dan ikan mas sebesar 39.150 mg/kg. Hal
ini terjadi karena dosis sudah mencapai LC50. Sehingga 50 % dari kelompok ikan
mati.
DAFTAR PUSTAKA
Febriyana, Ira Widodo. 2012. Dampak Pencemaran Mercuri Terhadap Biota Air
dan Kesehatan Manusia. Jurnal LH.
Geyer HJ, Rimkus GG, Scheunert I, Kaune A, Kettrup A, Zeeman M, Derek CG,
Muir, Hansen, Mackay. 2000. Bioaccumulation and occurrence of
Endocrine-Distrupting
Chemicals (EDCs), Persistent Organic
Pollutants (POPs), and
other organic compounds in fish and other
6
LAMPIRAN
Dokumentasi penelitian