Anda di halaman 1dari 8

MENENTUKAN PENGARUH BAHAN KIMIA MERKURI (Hg)

TERHADAP IKAN SEBAGAI BIOTA AIR MENGGUNAKAN


DOSIS TERTENTU
DETERMINE THE EFFECT OF MERCURY (Hg) TO FISH AS
WATER BIOTA USING SPECIFIC DOSES
Deni Miranda1, Gilang Bela Ramadhan2, Indri Anggraini3, Muhammad Nofal4, Siti
Rahmatika5
Hari Kamis Kelompok 8
1,2,3,4,5)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
email: anggrainindri@gmail.com
Abstrak: Kemajuan ilmu dan teknologi memang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Namun, di sisi lain hal itu dapat berdampak negatif berupa pencemaran lingkungan. Salah satunya
adalah pencemaran air yang merupakan unsur penting bagi makhluk hidup. Sejalan dengan
meningkatnya industrialisasi, konsentrasi unsur logam berat di dalam perairan juga meningkat,
sehingga memungkinkan tercapainya tingkat konsentrasi toksik bagi kehidupan akuatik. Salah satu
logam berat yang terus meningkat konsentrasinya adalah merkuri (Hg). Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengamati dampak pencemaran merkuri (Hg) terhadap ikan khususnya ikan mas
dan ikan nila sebagai biota air serta bahaya merkuri tersebut bagi makhluk hidup lainnya yang
terpapar dari rantai makanan. Penentuan LD50 atau LC50 pada pengamatan kali ini dilakukan
dengan metode persamaan garis. Kedua ikan tersebut dihitung kadar dosisnya terhadap LC50. Hasil
yang didapatkan menunjukkan bahwa dosis pada LC50 pada ikan nila lebih besar dibandingkan ikan
mas yakni ikan nila sebesar 42.050 mg/kg dan ikan mas sebesar 39.150 mg/kg. Hal ini terjadi karena
dosis sudah mencapai LC50. Sehingga 50 % dari kelompok ikan mati.
Kata Kunci: LC50, LD50, metode persamaa garis, merkuri
Abstrack: The progress of science and technology is indeed a positive impact for economic growt.
However, on the other hand it can negatively affect the form of environmental pollution. One of them
is water pollution which is an important element for living organisms. In line with increasing
industrialization, heavy metal elements concentration in the waters also increased, making it
possible to achieve the level of concentration of toxic for aquatic life. One of the heavy metals
mercury concentration is increasing as for the purpose of this research is to observe the impact of
the pollution of mercury (Hg) against fish especially goldfish and tilapia fish as quiet water and the
dangers of the mercury to other living beings that are exposed from the food chain. Determination
of the LD50 or LC50 at observation time was carried out with methods of equation line. Both fish
are calculated LC50 overdose levels against. These results indicate that the dose on LC50 on fish
quantity greater than goldfish i.e. fish tilapia of 42050 mg/kg and CARP of 39150 mg/kg. This
happens because the dose was up to LC50. So 50% of a group of dead fish.
Keywords: LC50, LD50, mercury, method of equation line.

PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu dan teknologi memang berdampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain hal itu dapat berdampak negatif berupa
pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran air yang merupakan
unsur penting bagi makhluk hidup. Sejalan dengan meningkatnya industrialisasi,
konsentrasi unsur logam berat di dalam perairan juga meningkat, sehingga
memungkinkan tercapainya tingkat konsentrasi toksik bagi kehidupan akuatik.
Salah satu logam berat yang terus meningkat konsentrasinya adalah merkuri
(Yuniar 2009).

Merkuri bersifat neurotoksin, masuk ke ekosistem akuatik melalui deposisi


atmosferik maupun bersumber dari eksternalisasi limbah industri (Suseno et al
2010). Bioakumulasi bahan-bahan kimia pada organisme perairan merupakan suatu
kriteria yang penting terhadap dampak yang ditimbulkan. Khususnya terhadap
manusia yang terpapar melalui makanan, misalnya ikan (Geyer et al 2000).
Organisme perairan dapat mengakumulasi merkuri dari air, sedimen, dan makanan
yang dikonsumsi (Lasut 2009).
Dalam keseharian, pemakaian merkuri telah berkembang sangat luas.
Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatanperalatan elektris digunakan untuk alat-alat ukur dalam dunia pertanian dan
keperluan yang lainnya. Merkuri telah digunakan juga untuk menambang emas
selama berabad-abad karena racun tersebut harganya murah, mudah digunakan, dan
relatif efisien. Demikian luasnya pemakaian merkuri mengakibatkan semakin
mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Yuniar 2009).
Uji toksisitas sangat penting untuk mengukur dan mengevaluasi
karakteristik toksik dari suatu bahan kimia. Toksisitas akut didefinisikan sebagai
kejadian keracunan akibat pemaparan bahan toksik dalam waktu singkat, yang
biasanya dihitung dengan menggunakan nilai LC50 atau LD50, yaitu dosis yang
mematikan 50% organisme uji. Parameter LC50 sering digunakan jika suatu
organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan tertentu dalam air atau udara
yang dosisnya tidak diketahui, sedangkan LD50 digunakan untuk mengukur potensi
jangka pendek keracunan (toksisitas akut) dari suatu bahan dengan dosis tertentu
yang masuk pada makhluk hidup.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dampak pencemaran
merkuri (Hg) terhadap ikan sebagai biota air serta bahaya merkuri tersebut bagi
makhluk hidup lainnya yang terpapar dari rantai makanan.
METODOLOGI
Pengujian toksisitas akut bahan kimia dan pestisida terhadap hewan uji
dilakukan di Laboratorium Limbah Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
dengan hewan uji berupa dua jenis ikan yaitu ikan mas dan ikan nila. Kedua jenis
ikan dimasukkan ke dalam air sumur dengan variasi kandungan merkuri (Hg) yaitu
100, 50, 25, 12.5 mg/kg. Keadaan kelompok ikan dalam suatu wadah dengan
kondisi tertentu diamati selama 10 menit. Jumlah ikan yan mati dicatat dan dicari
persentase kematiannya. Selanjutnya perhitungan terhadap LD50 dan LC50 dapat
dilakukan dengan metode aritmatik Reed dan Muench, C.S. Weil, metode
Farmakope Indonesia, maupun dengan persamaan garis. Sebelum penentuan LD50,
perhitungan dosis yang akan diberikan dilakukan berdasarkan berat badan hewan
uji dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Jumlah toksikan (mg) = dosis ( ) x berat hewan uji (kg)


Jumlah bahan (mg)

Volume toksikan (ml) = Konsentrasi Larutan (mg/l) 1000

(1)
(2)

Apabila bahan toksikan diberikan secara inhalasi pada hewan uji, maka
penentuan volumenya menjadi:

Volume toksikan (ml) =


Jumlah bahan(mg)
volume kotak (m3 ) x 1000
Konsentrasi Larutan (mg/l)

(3)

Penentuan LD50 atau LC50 pada pengamatan kali ini dilakukan dengan metode
persamaan garis. Persentase kematian pada setiap kelompok hewan uji dari setiap
perlakuan diplotkan sesuai dengan dosis yang diberikan pada masing-masing
kelompok dimana nilai antilog x merupakan nilai LD50.
y = a + bx

(4)

Keterangan:
y : % kematian
x : log dosis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan menguji tingkat toksisitas suatu bahan kimia
terhadap hewan uji. Penelitian ini menggunakan bahan kimia berupa merkuri (Hg)
dan hewan uji yang digunakan yaitu jenis ikan nila dan ikan mas. Pada kedua jenis
ikan tersebut diberikan konsentrasi merkuri sebesar 12.5 mg, 25 mg, 50 mg, dan
100 mg. Jumlah ikan yang digunakan masing-masing kelompok sebanyak 6 ekor.
Parameter yang digunakan adalah nilai LD50, yaitu dosis yang mematikan 50%
organisme uji. LD50 digunakan untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan
(toksisitas akut) dari suatu bahan dengan dosis tertentu yang masuk pada makhluk
hidup.
Tabel 1 Data pengukuran jenis ikan mas kelompok 8
Ikan mas
1
2
3
4
5
6

Panjang (cm)
4.7
4.5
5.1
6.2
5.1
5

Berat (gram)
1.592
1.241
1.943
2.731
2.336
2.32

Penelitian dimulai dengan melakukan pengukuran panjang dan berat pada


hewan uji yang dapat dilihat pada tabel 1. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada
ikan setelah dimasukkan merkuri ke dalam air. Pengamatan ini dilakukan selama
15 menit. Pada menit ke 3, semua ikan menunjukkan respon kejang-kejang. Menit
ke 4 menunjukkan ikan nomor 5 mulai lemas atau tidak terlalu banyak gerak. Di
menit ke 7, ikan nomor 6 sudah mulai lemas. Di menit ke 12, ikan nomor 2 sudah
terlihat sekarat atau tidak ada pergerakan sama sekali tetapi insangnya masih
bergerak. Selanjutnya di menit ke 15 ikan nomor 2 mati. Hal ini terjadi karena
ukuran ikan nomor 2 yang paling kecil di kelompok ikan tersebut. Sehingga ikan
nomor 2 mengalami xenobiotik atau masuknya pencemar yang lebih cepat ke
seluruh tubuh.

Tabel 2 Data pengukuran jenis ikan mas kelompok 8 setelah diberikan merkuri
Ikan mas
1
2
3
4
5
6

Panjang (cm)
4.7
4.5
5.1
6.2
5.1
5

Selanjutnya dilakukan kembali pengukuran panjang pada ikan mas,


sehingga diperoleh hasil pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 2. Data
pengukuran tersebut menunjukkan ukuran ikan mas tetap sama atau tidak berubah.
Hal tersebut terjadi karena jumlah merkuri yang diberikan pada ikan mas sedikit
sehingga tidak menyebabkan perubahan yang signifikan. Pengaruh mercuri sebagai
polutan terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Bentuk yang bersifat toksis dari mercuri adalah methyl merkuri, karena
dapat diakumulasi oleh biota air. Terjadinya proses akumulasi di dalam tubuh ikan
karena kecepatan pengambilan mercuri (up take rate) oleh ikan lebih cepat
dibandingkan proses eksresi. Pengaruh toksisitas merkuri pada ikan dapat bersifat
lethal dan sublethal, synergism dan antagonism (Febriyana 2012).
Tabel 3 Hasil uji toksisitas akut ekstrak merkuri terhadap ikan nila
Kelompok

Dosis (mg/kg)

Log Dosis

1
2
3
4

100
50
25
12.5

2
1.70
1.40
1.10

Kematian
Ekor
6
3
1
0

%
100
50
16.67
0

Tabel 3 menunjukkan respon ikan nila terhadap merkuri dengan adanya


peningkatan jumlah merkuri maka presentase kematian ikan juga semakin
meningkat. Presentase kematian paling rendah ditunjukkan pada jumlah merkuri
sebesar 12.5 mg. Sedangkan presentase kematian terbesar yakni sebesar 100 %
ditunjukkan pada jumlah merkuri sebanyak 100 mg yang menyebabkan semua ikan
pada kelompok tersebut mati.
Tabel 4 Hasil uji toksisitas akut ekstrak merkuri terhadap ikan mas
Kelompok

Dosis (mg/kg)

Log Dosis

5
6
7
8

100
50
25
12.5

2
1.70
1.40
1.10

Kematian
Ekor
6
3
1
1

%
100
50
16.67
16.67

Selanjutnya respon ikan mas terhadap merkuri dapat dilihat pada tabel 3.
Semakin banyak jumlah merkuri yang diberikan maka presentase kematian juga
semakin meningkat. Tetapi pada ikan mas, untuk jumlah merkuri 12.5 mg dan 25
mg memiliki presentase kematian ikan yang sama. Hal tersebut terjadi karena
adanya penyerapan yang sama pada masing-masing ikan yang mati. Jadi, meskipun

salah satu kelompok hewan uji diberikan jumlah merkuri yang lebih sedikit tetapi
tetap menimbulkan respon yang sama dengan kelompok ikan yang diberi jumlah
merkuri yang lebih banyak.
120

% kematian

100
80
60

jenis ikan nila

40

jenis ikan mas

20
0
0

0,5

1
1,5
log dosis

2,5

Gambar 1 Kurva hubungan antara kematian dengan log dosis pada ikan nila dan
ikan mas
Gambar 1 menjelaskan suatu konsep, dimana dosis suatu xenobiotika
mungkin cukup kecil sehingga tidak menimbulkan efek kematian, namun bila dosis
dinaikkan, hingga diperoleh suatu kurva sigmoid, sehingga pada dosis yang cukup
tinggi, 100% hewan uji mati. Hubungan ini menggambarkan bahwa respon yang
timbul langsung berkaitan dengan kadar/dosis dari suatu senyawa yang ada.
Sehingga bahaya atau amannya suatu senyawa kimia itu tergantung pada dosis yang
diberikan. Kurva pada gambar 1 menggambarkan bagaimana diperoleh suatu dosis
dimana 50% dari populasi menunjukkan respon. Dalam toksikologi, jumlah dosis
yang menyebabkan 50% individu memberikan reaksi (respon) digunakan sebagai
besaran aktivitas (seperti LD50 = lethal dose 50%) dari xenobiotika uji. Besaran
aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang diperoleh secara statistika. Ini
merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan estimasi yang paling
baik dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50% individu uji,
karenanya selalu disertai dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya,
seperti probabilitas kisaran nilainya. Penentuan LD50 dilakukan dengan cara, yaitu
menarik garis mendatar dari titik angka kematian 50% pada ordinat sampai titik
tertentu yang memotong kurva tersebut selanjutnya dari titik potong tersebut,
ditarik garis vertikal sehingga memotong sumbu absis (Wirasuta 2006).
Berdasarkan grafik pada gambar diatas, dapat dikatakan bahwa untuk jenis
ikan nila pada saat diberikan log dosis sebesar 1.10 maka kematian pada ikan nila
pun tidak terjadi. Berbeda pula dengan ikan mas yang diberikan log dosis sebesar
1.10 maka pada ikan mas terjadi kematian sebesar 16.67 %.
Tabel 5 Hasil perhitungan dosis pada LC50
Jenis ikan
Ikan Nila
Ikan Mas

y
50
50

x
1.624
1.593

A
-129.8
-99.909

b
110.73
94.121

Dosis pada LC50 (mg/kg)


42.050
39.150

Jadi dari kasus pada hubungan dosis dan respon, terdapat parameter
kuantitatif utama ketoksikan racun, yaitu LC50. Harga LC50 merupakan tolak ukur
5

toksisitas akut racun. Semakin kecil harga LC50, racun berarti semakin besar potensi
toksik atau toksisitas akut racun, yang kriterianya tersaji pada tabel 6.
Tabel 6 Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya
Kategori
Super toksik
Amat sangat toksik
Sangat toksik
Toksik sedang
Toksik ringan
Praktis tidak toksik
Sumber: Frank 1996 dalam Ibrahim et al. 2012

Y
<5
5-50
50-500
500-5000
5000-15000
> 15000

Dari hasil perhitungan dosis LC50 diatas, terdapat dua jenis ikan yang
berbeda yaitu ikan nila dan ikan mas. Kedua ikan tersebut dihitung kadar dosisnya
terhadap LC50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dosis pada LC50 pada ikan nila
lebih besar dibandingkan ikan mas yakni ikan nila sebesar 42.050 mg/kg dan ikan
mas sebesar 39.150 mg/kg. Hal ini terjadi karena dosis sudah mencapai LC50.
Sehingga 50 % dari kelompok ikan mati.
Bila suatu xenobiotika mampu menimbulkan efek yang dapat diamati,
seperti kematian, perubahan mekanisme biologi, maka dosis xenobiotika itu dapat
dipilih agar dapat menimbulkan efek tersebut. Dan lagi, bila efek tersebut dapat
dikuantitatifkan, maka percobaannya akan menunjukkan bahwa tidak seluruh
anggota kelompok memberi respon yang secara kuantitatif identik terhadap
sejumlah dosis yang sama. Kiranya beberapa hewan percobaan akan memberikan
respon yang hebat, sedangkan yang lain bahkan sama sekali tidak menunjukkan
respon. Kenaikan dosis biasanya akan menyebabkan lebih banyak sistem organ
yang dikenai dan akan memberikan efek kerja yang jauh berbeda. Pada efek toksik
akan menimbulkan kematian, berbagai sistem organ akan banyak mengalami
kegagalan satu persatu. Sebaliknya, jumlah individu yang menunjukkan efek toksik
atau efek terapetik tergantung dari dosisnya (Febriyana 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa untuk jenis ikan nila
pada saat diberikan log dosis sebesar 1.10 maka kematian pada ikan nila tidak
terjadi. Berbeda dengan ikan mas yang diberikan log dosis sebesar 1.10 maka pada
ikan mas terjadi kematian sebesar 16.67 %. Didapatkan juga hasil yang
menunjukkan bahwa dosis pada LC50 pada ikan nila lebih besar dibandingkan ikan
mas yakni ikan nila sebesar 42.050 mg/kg dan ikan mas sebesar 39.150 mg/kg. Hal
ini terjadi karena dosis sudah mencapai LC50. Sehingga 50 % dari kelompok ikan
mati.
DAFTAR PUSTAKA
Febriyana, Ira Widodo. 2012. Dampak Pencemaran Mercuri Terhadap Biota Air
dan Kesehatan Manusia. Jurnal LH.
Geyer HJ, Rimkus GG, Scheunert I, Kaune A, Kettrup A, Zeeman M, Derek CG,
Muir, Hansen, Mackay. 2000. Bioaccumulation and occurrence of
Endocrine-Distrupting
Chemicals (EDCs), Persistent Organic
Pollutants (POPs), and
other organic compounds in fish and other
6

organisms including humans. Handbook of Environmental


Chemistry.
Vol.2. bagian J Bioaccumulation.
Ibrahim M, Anwar A, Yusuf NI. 2012. Uji Lethal Dose 50% (Ld50) Poliherbal
(Curcuma Xanthorriza, Kleinhovia Hospita, Nigella Sativa, Arcangelisia
Flava Dan Ophiocephalus Striatus) pada Heparmin terhadap Mencit (Mus
Musculus).
Lasut MT. 2009. Proses bioakumulasi dan biotransfer merkuri (Hg) pada organisme
perairan di dalam wadah terkontrol. J Matematika Dan Sains. Vol.2. bagian
J Bioaccumulation.
Suseno H, Hudiyono, Budiawan, Wisnubroto DS. 2010. Bioakumulasi merkuria
anorganik dan metil merkuri oleh Oreochromis mossambicus: pengaruh
konsentrasi merkuri anorganik dan metil merkuri dalam air. J Waste
Management Technology. 13(1).
Wirasuta, I Made Agus Gelgel. 2006. Toksikologi Umum. Universitas Udayana:
Fakultas MIPA Jurusan Farmasi.
Yuniar V. 2009. Toksisitas merkuri (Hg) terhadap tingkat kelangsungan hidup,
pertumbuhan, gambaran darah dan kerusakan organ pada ikan nila
Oreochromis niloticus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

LAMPIRAN
Dokumentasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai