Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis.
Bakteri ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu
menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague
merupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis
(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa
oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi
dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes
masih dapat ditemui di beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri
wabah pes belum terbasmi tuntas. Wabah pes dikenal dengan black
death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan
septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan
pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada
persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah,
wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah
lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat
kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan
100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit
pes dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan
antibiotika.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian
laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International
Classification of Disease ( ICD ).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis


menyimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi penyakit PES ?


2. Bagaimana etiologi penyakit PES ?
3. Apa saja klasifikasi penyakit PES ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PES ?
5. Bagaimana cara penularan penyakit PES ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada klien dengan penyakit PES?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit PES ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan PES ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari penyakit PES


2. Mengetahui etiologi penyakit PES
3. Mengetahui klasifikasi penyakit PES
4. Mengetahui patofisiologi penyakit PES
5. Mengetahui cara penularan penyakit PES
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit
PES
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit PES
8. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan penyakit PES

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Definisi
Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,
plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat
(terutama tikus) melalui perantara kutu (flea).Penyakit PES merupakan
penyakit zoonosa terutama hewan pengerat biasanya tikus dan dapat
ditularkan kepada manusia melalui perantara kutu.
2.2 Etiologi
Disebabkan oleh kuman atau bakteri Yersinia Pestis (Pasteurellapestis).
Kuman ini berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7 mikron, bipolar, pengecatan
bersifat gram negatif. Basil pes ini dapat dibunuh oleh sinar matahari, larutan
karbol 1% sublimate 1% dan susu kapur dapat membunuh basil ini dalam
beberapa menit, bila di atas tanah basil ini akan mati selama 24 jam.
Basil ini ditemukan oleh Kitasato dan Yersin di Hongkong pada tahun 1894.
Setelah hasil itu (basil) diberi warna menurut Loefler terlihat, bahwa pewarnan
pada kedua ujungnya adalah lebih tebal, dan basil itu disebut berkutub dua atau
bipolar.Vector dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di Indonesia
yaitu Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus
cognatus.
2.3 Klasifikasi
Penyakit PES dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1) Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening
yang dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang terinfeksi akan
membengkak berisi cairan (disebut Bubo), terasa sakit apabila ditekan,
demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil
atau adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular
pada orang lain.

2) Septicemic plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada


perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ-organ tubuh lainnya,
pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah,

3
organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan pada
penderita. Septicemic pes jarang menular pada orang lain. Septicemic
plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang
tidak diobati dengan benar.

3) Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang


paru-paru), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah
penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya.
Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi
sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati
dengan benar.
2.4 Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit PES dibagi menjadi tiga berdasarkan
Klasifikasinya:
1) Pes tipe kelenjar getah bening (bubonik)
Pes tipe ini paling sering ditemui (75% dari semua kasus pes).
Demam merupakan gejala awal, suhu dapat mencapai 41oC, disertai gejala
lain seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dan lemas. Segera setelah
gejala awal (umumnya dalam 24 jam), pasien merasakan nyeri dan
pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran kelenjar getah
bening (diameter 2-10 cm) yang bengkak dan merah. Kelenjar getah bening
yang paling sering terkena adalah kelenjar di selangkangan karena gigitan
kutu lebih sering terjadi di kaki. Pada anak, dapat ditemui pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak atau leher. Daerah pembengkakan berwarna
merah, tegang, dan teraba hangat.
Seiring waktu, pembesaran getah bening ini bisa berisi nanah yang
mengandung bakteri Y. pestis, nanah ini dapat mengalir ke luar secara
spontan. Di sekitar pembengkakan terkadang dapat ditemui bekas gigitan
kutu berupa tonjolan merah, luka dalam, atau seperti bisul yang disertai
jaringan mati berwarna kehitaman (pes kutaneus).

4
Bakteri penyebab pes dapat menghasilkan racun (toksin) yang
menyebar ke seluruh tubuh, sehingga jika penderita tidak diobati dengan
baik dapat terjadi komplikasi lanjut. Komplikasi ini dapat berupa
perdarahan di saluran napas, saluran pencernaan, saluran kencing, dan
rongga-rongga tubuh, penurunan kesadaran sampai koma, kejang, kegagalan
aliran darah dan kegagalan organ sampai kematian.
Pes bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan radang selaput
otak disebut pes meningitis, dengan gejala sakit kepala, kejang, kaku leher,
dan koma. Pes tipe bubonik umumnya menyebabkan gejala berat, namun
terdapat juga pes bubonik ringan yang disebut pes minor.
2) Pes tipe infeksi luas (septikemia)
Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Pada tipe septikemia, tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening. Gejala timbul dalam waktu sangat singkat, berupa
demam, pucat, lemah, bingung, penurunan kesadaran hingga koma. Racun
yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan gumpalan darah kecil-kecil
di seluruh tubuh sehingga menyebabkan hambatan aliran darah.
Tidak adanya aliran darah menyebabkan kematian jaringan
(gangrene) yang ditandai dengan warna kehitaman. Gumpalan darah ini
menghabiskan bahan-bahan pembeku darah sehingga terjadi perdarahan di
berbagai tempat, seperti perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik
merah keunguan, batuk darah, buang air besar disertai darah, serta muntah
darah. Jika tidak diobati, pes tipe ini fatal. Penderita dapat meninggal dunia
pada hari pertama sampai ketiga setelah timbulnya demam.

3) Pes tipe paru – paru (pneumonik)


Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru. Infeksi pada
paru dapat terjadi secara primer akibat penularan dari udara atau titik-titik
air liur (droplet) penderita lain atau secara sekunder dari penyebaran bakteri
melalui aliran darah pada tipe bubonik. Gejala tipe ini adalah kelemahan,
nyeri kepala, demam, batuk dan sesak napas. Batuk umumnya berdahak cair

5
dan disertai darah. Sejak awal dapat terjadi penurunan kesadaran dan
penderita dapat meninggal pada hari keempat sampai kelima setelah gejala
pertama timbul jika tidak diobati.
2.5 Patofisiologi
Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari
gigitan kutu yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu
sering ditemukan pada hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa
binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk
agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah
darah tertelan, yang sekarang terinfeksi ke situs gigitan hewan pengerat atau
host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar limfe
dan berkembang biak. Y.pestis basil bisa menahan fagositosis dan bahkan
mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka.
Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening
dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang
menjadi mematikan septikemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga
diketahui menyebar ke paru-paru dan menjadi penyakit yang dikenal
sebagai wabah pneumonia. Bentuk penyakit ini sangat menular karena
bakteri dapat ditularkan dalam tetesan dikeluarkan saat batuk atau bersin,
serta kontak fisik dengan korban wabah tikus atau kutu yang membawa
wabah.
Vektor pes adalah pinjal, di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal
yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus
cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent
(tikus, kelinci).
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada
rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat
ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap
darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut
akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama
yaitu melalui gigitan. Pada penularan pes melalui gigitan pinjal akan

6
mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru
(sekunder pes).
Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y.
pestis, organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal
itu dan dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga
tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya
tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang
dihisapnya terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan
dalam luka gigitan. Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi
bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y. pestis
dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang
haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar,
yang dapat mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situ
Y. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada
hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang
kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan
gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa
dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah
bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu
kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering
ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang
biak pada anjing. Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan
pengerat rumah (misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan
manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor
pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal
lain dapat juga menularkan infeki

7
Web Of Caution
Bakteri atau kuman
Yersinia Pestis

Tikus, kelinci,
kucing, anjing yang
menderita PES

Digigit oleh kutu


Droplet penderita (Xenopsylla cheopis,Culex Penanganan bangkai
PES iritans, Neopsylla hewan penderita PES
sondaica,dan Stivalus
cognatus).
Masuk melalui
Manusia
saluran pernafasan

Paru-paru

Terjadi proses
Kuman masuk
inflamasi pada paru
kedalam tubuh
manusia
Peningkatan produksi
sekret
Kelenjar getah Aliran darah
Batuk dan sesak nafas
bening
Kuman
Reaksi
Bersihan jalan nafas menghasilkan
peradangan
tidak efektif racun
KGB
Gumpalan darah
kecil-kecil
Nyeri Hipertermi Intoleransi diseluruh tubuh
aktifitas

Kelemahan
2.6 Cara Penularan
Berikut ini adalah cara-cara penularan plague pada manusia:
1) Gigitan oleh kutu.
2) Paparan terhadap manusia dengan sampar pneumonic.
3) Penanganan bangkai terinfeksi.
4) Goresan atau gigitan dari kucing domestik yang terinfeksi.
5) Paparan aerosol mengandung basil penyebab pes.
2.7 Pemeriksaan penunjang
1) Hapusan aspirat bubo ditemukan basil Gram negatif.
2) Titer antibody.

8
3) Lekosistosis sampai memberi gambaran reaksi lekomoid (100.000/mm3)
2.8 Penatalaksanaan
Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan
maupun yang tertular adalah sebagai berukut
1) Untuk tersangka pes
b. Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut
c. Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut.
2) Untuk Penderita Pes
Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-
turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari
berturut-turut. Setelah panas hilang, dilanjutkan dengan pemberian:
Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau
Chloramphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian
dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.
3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada: Penduduk yang kontak
(serumah) dengan penderita pes bubo dan Seluruh penduduk desa jika
ada penderita pes paru.

9
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,
plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat
(terutama tikus) melalui perantara kutu (flea).
PES diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Bubonic plague
2. Septicemic plague
3. Pneumonic plague
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan PES pada
prinsipnya sama dengan asuhan keperawatan yang lain yakni meliputi
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi serta evaluasi.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan PES antara lain
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 4. Intoleransi aktivitas
2. Hipertermi 5 Nyeri
3. Intoleransi Aktivitas
4. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.2 Saran
Diharapkan dengan penulisan makalah ini bisa membantu perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan PES dan dapat mencegah
terjadinya PES di kalangan masyarakat

10
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif H,A dan Kusuma,H,.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jogjakarta: medication
PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI .

Radji, M., 2015. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.

RI, D. K., n.d. Bakteriologi Klinik. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.

www.scribd.com/doc/370633169 diakses pada [07 Maret 2018]

11

Anda mungkin juga menyukai