ENCEPHALITIS
KELOMPOK 4
ANGGOTA KELOMPOK 4
HOSPES PERANTARA
RANTAI PENULARAN
Japanese Encephalitis
• Penularan penyakit Japanese encephalitis tidak dapat
ditularkan melalui kontak langsung dan harus melalui
vektor.
•secara alamiah siklus virus JE terjadi diantara hewan
seperti, babi, unggas liar, kuda dan hewan besar
lainnya.
• babi sebagai amplifier terbaik menjadi sumber
penularan dalam siklus virus JE.
•Kemudian darah babi yang terdapat virus JE dihisap
oleh nyamuk, maka nyamuk tersebut akan
menyebarkan virus ini melalui gigitannya
•Nyamuk yang mengandung virus JE akan menularkan
virus ini ke hewan lainnya dan manusia sebagai dead
end
• Nyamuk genus culex dalam rantai penularan ini
berperan sebagai vektor penularan terutama nyamu
culex tritaeniorhynchus
PATHOGENESIS
JAPANESE ENCEPHALITIS
Gambaran umum patogenesis virus JE pada manusia maupun hewan yakni :
Dalam proses patogenesis virus JE terdapat 2 karakteristik seluler yang berperan penting yakni
protein M yang berperan dalam membantu penempelan virus ke dalam sel inang dan protein E yang
beperan dalam memediasi fusi membran antara envelope virus dengan membran sel sehingga virus
dapat masuk ke dalam sel inang. Siklus replikasi virus JE dimulai dari interaksi virus JEdengan
reseptor sel inang, kemudian endositosis yang diperantarai oleh reseptor, fusi dari membran virus dan
sel inang, pelepasan genom virus sitoplasmik dan dilanjutkan oleh proses transkripsi dan pre-
translasi. Maturasi partikel virus terjadi di dalam kompleks Golgi, diikuti oleh pelepasan virus JE. Pada
tingkat sel, setelah virus JEmenempel dengan sel inang, terjadi kerusakan membran lokal sehingga
menyebabkan masuknya virus JE ke dalam sel, kemudian terjadi viremia pertama yang umumnya
berlangsung sebentar dan sangat ringan.
Lanjutan…
Patogenesis Japanese Encephalitis
3. TERNAK LAINNYA
Gejala Klinis Pada Manusia
Manifestasi klinis penyakit JE pada manusia bervariasi, mulai dari
gejala ringan seperti demam flu biasa sampai berat bahkan
kematian. Masa inkubasi penyakit JEbervariasi antara 4 sampai 14
hari. Perkembangan gejala terbagi atas 4 stadium yakni:
Stadium ini berlangsung selama 2-3 hari, mulai dari
timbulnya keluhan sampai timbulnya gejala SSP. Gejala
yang sangat dominan ialah :
Stadium Prodormal 1. demam,
2. nyeri kepala dengan atau tanpa menggigil. Nyeri
hebat pada kepala dirasakan di dahi atau seluruh
kepala.
3. malaise,
4. anoreksia,
5. Gangguan pernapasan seperti batuk, pilek
6. Gangguan pencernaan seperti mual, muntah dan
nyeri di daerah epigastrium.
Lanjutan…
Stadium ini berlangsung selama 7-10 hari. Stadium ini berlangsung lama, 4-7 minggu Stadium ini
Gejala gangguan SSP berkurang, namun dimulai saat menghilangnya inflamasi yaitu pada saat
seringkali pasien menghadapi masalah : suhu kembali normal dan ditandai dengan :
1. pneumonia ortostatik, 1. kelemahan,
2. infeksi saluran kemih (ISK), dan 2. letargi,
3. dekubitus. 3. gangguan koordinasi,
Gangguan fungsi saraf dapat menetap 4. tremor
seperti : 5. Neurosis
4. paralisis spastik, 6. Berat badan dapat sangat menurun..
5. hipotrofi otot sebagai akibat perawatan Gejala sisa yang sering dijumpai ialah :
lama dan pemasangan kateter urin, gangguan mental berupa emosi tidak stabil, paralisis
fasikulasi, gangguan saraf cranial. dan upper atau lower motor neuron. umumnya pada anak
gangguan ekstrapiramidal. usia di bawah 10 tahun, dan pada bayi akan lebih
berat
DIAGNOSA
Pada Manusia & Hewan
Diagnosis pada Uji Elisa
hewan
Uji HI • uji Elisa merupakan uji serologis yang
umum digunakan pada imunologi untuk
•Uji Haemaglutination Inhibition atau hambatan mendeteksi keberadaan antibodi atau
hemaglutinasi merupakan pengujian yang ditujukan antigen dalam tubuh.
untuk mengetahui titer antibodi atau antiserum agar •Pada kasus positif Japanese encephalitis
mengetahui status kekebalan tubuh dan mendeteksi antibodi IgM akan terbentuk pada hari ke 7-
suatu virus. 10 setelah terinfeksi virus JE.
•Untuk mendeteksi vrus JE dalam tubuh hewan
maka dilakukan pengambilan titer. Titer dengan 16 Isolasi Virus
atau lebih pada uji HI dapat dijadikan patokan
bahwa hewan tersebut telah terinfeksi JE Isolasi virus JE dari spesimen klinis atau
identifikasi sekuens viral genetik positif
di dalam jaringan, darah atau CSS.
Merupakan pemeriksaan baku emas
untuk diagnostik JE.
Lanjutan…
Diagnosis JE pada hewan berdasarkan penentuan antibodi terhadap JE dengan
menggunakan uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dan uji ELISA. Sesuai dengan sifat
virus JE, yang memiliki daya aglutinasi butir darah merah, maka uji HI dinilai
sebagai uji yang paling banyak digunakan. Selain mudah, murah, uji HI juga
dapat diterapkan di laboratorium yang memiliki fasilitas sederhana. Kendala
yang ada adalah hasil uji HI tidak dapat mengkonfirmasi adanya infeksi JE,
karena pada uji ini reaksi silang dengan virus Dengue dapat terjadi, sehingga uji
lanjutan masih diperlukan.
Diagnosis pada
manusia
Pasien dengan gejala klinis Japanese encephalitis, pada
pemeriksaan darah lengkapnya dapat ditemukan gambaran
anemia, laju endap darah meningkat, dan leukositosis ringan
dengan jenis polimorfonuklear yang lebih banyak dibanding
sel mononuklear. Pada cairan serebrospinal umumnya
menunjukkan jumlah sel 100-1000/ml yang pada awalnya
berupa sel polimorfonuklear yang dengan cepat menjadi sel
mononuklear. Sedangkan uji laboratorium yang berperan
sebagai standar baku diagnostik Japanese encephalitis adalah
menggunakan teknik ELISA (enzyme linked immune sorbent
assay).
Anamnesi
Isolasi Virus Orang harus didiagnosis sebagai
ensefalitis bila memiliki gejala
Isolasi virus JE dari spesimen klinis
penurunan kesadaran, letargi, dan
atau identifikasi sequence virus
perubahan kepribadian yang menetap
genetik positif sering dari jaringan
selama 24 jam tanpa sebab yang jelas.
otak dan jarang didapat dari darah
Gejala neurologik penyakit
dan CSS. Dari darah JE virus dapat
JEbervariasi. Kelemahan tubuh
diisolasi selama stadium akut,
menyeluruh (generalized weakness),
sedangkan dari CSS virus dapat
hipertonia dan hiperrefleksia termasuk
diisolasi pada permulaan
adanya refleksrefleks patologik sering
ensefalitis. Dari jaringan otak segar
terjadi. Papiledema dialami pada
pasien yang meninggal pada
kurang dari 10% pasien dan 33%
minggu pertama sakit dapat
pasien mengalami gejala-gejala saraf
terdeteksi cukup banyak JE virus. 2
kranial seperti disconjugate gaze dan
Isolasi virus merupakan
cranial nerve palsies. Gejala-gejala
pemeriksaan baku emas untuk
ekstrapiramidal menyerupai Parkinson
mendeteksi JE, namun sangat sulit
juga umum terjadi, termasuk wajah
pada manusia karena masa viremia
Lanjutan… Uji Elisa