PENDAHULUAN
1
2
cenderung akan rendah bila berada pada lingkungan yang ekstrim, misalnya tanah
kurang subur (Dharmawan, 2005).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui morfologi serangga nyamuk,
pinjal, lalat dan kecoa maka dilakukan praktikum Identifikasi Morfologi Nyamuk,
Pinjal, Lalat dam Kecoa.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui morfologi serangga nyamuk, pinjal, lalat, dan kecoa
b. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin serangga nyamuk, pinjal, lalat,
dan kecoa
1.3 Manfaat
a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai serangga bagi mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro khususnya dan
pembaca pada umumnya.
b. Melatih kemapuan mahasiswa menganalisis perbedaan jenis kelamin
serangga dan melatih kemampuan menulis mahasiswa.
c. Sebagai landasan praktikum atau penelitian selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyamuk
2.1.1 Pengertian Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black
white mosquito atau tiger mosquito karena nyamuk ini mempunyai
ciri khas yang berupa adanya garis-garis dan bercak-bercak putih
keperakan di atas dasar warna hitam yang terdapat pada kaki dan
tubuhnya (Wati,2010).
Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang
dapat membawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya
dan demam zika. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti tersebar luas
khususnya tersebar pada daerah tropis dan subtropis(Martina,2015).
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama dalam
penyebaran penyakit Demam Berdarah Dangue. Populasi nyamuk
Aedes aegypti meningkat antara bulan September hingga
November dengan puncaknya antara bulan Maret hingga Mei.
Peningkatan populasi nyamuk akan menyebabkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue, nyamuk
Aedes aegypti merupakan nyamuk yang hidup di pemukiman
penduduk, stadium dewasa mempunyai habitat perkembangbiakan
di tempat penampungan air yang jernih(Eka,2013).
Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal yaitu melakukan
aktivitas secara aktif pada pagi hingga siang hari.Penularan virus
dengue dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina
yang menghisap darah sebagai asupan protein untuk memproduksi
telur. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap sari bunga sebagai
asupan energi (Rahma,2016).
4
5
2.2 Pinjal
2.2.1 Klasifikasi
Pinjal merupakan ektoparasit yang hidup di permukaan
tubuh inang (Sucipto 2011). Menurut Hadi dan Soviana (2006)
pinjal bersifat semi obligat karena sebagian hidupnya berada di
tubuh inang. Pinjal termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas
Insecta, dan ordo Siphonaptera. Di Indonesia famili yang ada
antara lain Pulicidae, Ishcnopyllidae, Hystrichopsyllidae,
Pygiopsyllidae, Ceratophyllide, dan Leptosyllidae. Hanya dua
famili yang penting dalam dunia kedokteran hewan yaitu
Ceratophyllidae dan Pulicidae (Wall dan Shearer 2001).
Ceratophyllidae merupakan famili besar yang terdiri atas 80 spesies
parasit burung dan 420 lebih parasit hewan pengerat (Taylor et al.
2007). Famili Pulicidae memiliki beberapa genus penting karena
perannya dapat menimbulkan masalah di Indonesia yaitu
Ctenocephalides (pinjal kucing dan anjing), Echinophaga (pinjal
ayam), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus) (Hadi
dan Soviana 2010).
2.2.2 Morfologi
2.3 Lalat
2.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorrhapha
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica
(West, 1951)
2.3.2 Morfologi
tersebar di seluruh dunia dan terbagi dua dalam sub spesies (Musca
domestica curviforceps dan Musca domestica calleva). Lalat rumah
memiliki ukuran tubuh yang panjangnya 6-9 mm dan memiliki
berbagai macam warna dari yang hitam hingga abu-abu gelap.
Mereka memiliki empat broadish dorsal yaitu garis gelap pada
toraks. Antenanya terdiri dari tiga segmen, segmen terakhir
mempunyai ukuran yang lebih besar yang berbentuk silinder dan
memiliki rambut prominent, yang biasa disebut arista, arista ini
memiliki rambut di kedua sisinya. Antena ini tersembunyi di
bagian depan kepala yang sangat sulit terlihat. Mulut dari lalat atau
probosis memiliki fungsi dalam menghisap cairan makanan. Tetapi
ketika probosis ini tidak digunakan, maka akan dimasukkan
kedalam kapsul kepala. Pada ujung dari probosis terdapat
pseudotrachea yang dapat menghisap cairan makanan. Sayap dari
lalat rumah memiliki pembuluh darah yang saling berhubungan.
Ciri dari sayap ini dapat membedakannya dengan jenis spesies
Musca lainnya (Service 1996). Pada setiap tiga pasang kaki lalat
terdapat sepasang cakar dan sepasang fleshy pad-like di tiap
ujungnya yang disebut pulvili. Pada pulvili terdapat rambut perekat
sehingga lalat dapat hinggap di permukaan yang licin, dan juga
dapat membawa kotoran maupun bakteri yang patogen.
Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu
sama lain dibanding dengan mata lalat betina (Sigit et al. 2006).
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe
mulut menjilat, lalat ini dominan ditemukan di timbunan sampah
dan kandang ternak. Jarak terbang lalat Musca domestica sangat
bergantung pada ketersediaan makanan yang ada dilingkungannya,
rata-rata memiliki jarak terbang 6-9 km dan dapat mencapai 19-20
km dari tempat berkembang biak. Lalat dewasa sangat aktif
sepanjang hari untuk mencari makan. Lalat sangat tertarik pada
makanan yang dimakan oleh manusia seperti gula, susu dan
14
2.4 Kecoa
2.4.1 Klasifikasi Kecoa
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4
(empat) spesies diantaranya umum ditemukan di dalam rumah yaitu
Periplaneta americana, Blattela germanica, Blatta orientalis, dan
Supella langipalpa (Depkes, 2009).
Periplanetta americana atau yang lebih dikenal dengan
kecoa amerika berwarna merah gelap dengan noda kuning pada
dorsum dan panjang tubuh kira –kira 4 cm, kecoa amerika memiliki
dua pasang sayap, tiga pasang kaki, sepasang sungut dan serci
(Budipedia, 2013).
Kecoa banyak ditemukan pada tempat yang hangat dan
lembab, seperti tempat pengolahan makanan dan industri, saluran
air limbah dan di bawah timbunan kotak (Herdiana, 2012).
15
3.1 Waktu
Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2018 pikl 07.00 –
10.00 WIB.
3.2 Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu lantai 3 gedung D
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
17
18
3.3.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan Praktikum
NO BAHAN KEGUNAAN
1 Nyamuk Aedes aegypti Sebagai objek pengamatan
2 Kecoa Periplaneta Sebagai objek pengamatan
americana
3 Lalat Musca domestica Sebagai objek pengamatan
4 Pinjal Xenopsylla Sebagai objek pengamatan
cheopsis
3.4 Metode
3.4.1 Metode Praktikum Identifikasi Nyamk Aedes aegypti
Metode atau langkah-langkah praktikum identifikasi Nyamuk
Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Selesai
Se
Gambar 3.1 Metode identifikasi Nyamuk Aedes aegypti
19
Selesai
Se
Gambar 3.2 Metode identifikasi pinjal Xenopsylla cheopsis
Selesai
Selesai
Se
Gambar 3.4 Metode identifikasi Kecoa Periplaneta americana
21
BAB IV
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
2.
22
2.
23
2.
24
2.
BAB V
PEMBAHASAN
25
26
kecoa jantan lebih lebar dan sayap kecoa betina menyerpai bentuk
tubuhnya atau hampir tidak memiliki sayap.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Dari praktikum parasitologi identifikasi nyamuk, pinjal, lalat dan
kecoa maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dilihat dari morfologi nyamuk, pinjal, lalat dan kecoa mereka memiliki
beberapa kesamaan, yaitu termasuk dalam golongan vektor mekanik
karena dapat memindahkan kuman-kuuman penyakit dengan adanya bulu-
bulu pada kakinya, sedangkan ada pula yang menggunakan mulutnya baik
mulut penjilat atau mulut penghisap.
2. Perbedaan jenis kelamin nyamk, pinjal, lalat dan kecoa antara yang jantan
dan betina dapat dibedakan berdasarkan perbedaan bagian tubuh tertentu.
Baik perbedaan bentuk dan ukuran serta ada tidaknya disalah satu
serangga. Perbedaan tersebut beberapa dapat diamati sengan mata
telanjang namun, ada pula untuk yang lebih detail dengan bantan
mikroskop.
6.2 Saran
Serangga diatas memiliki sisi positif dan dampak negatif bagi
kesehatan, oleh karena itu untuk menghindari dari hewan diatas menjaga
lingkungan sekitar karena vektor mekanik akan membawa banyak penyakit dari
tempat-tempat kotor dan juga menutup makanan supaya tidak dihinggapi
bianatang tersebut.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29
Lampiran 1 Dokmentasi
31
32