Anda di halaman 1dari 23

EPIDEMIOLOGI ZOONOTIK

Dosen pengajar: Dr. drh. Sri Andiani.

MAKALAH

“TOKSOPLASMOSIS”

Disusun Oleh:

06-Epidemiologi

Andy Nilan Aprilia Hiola 17111101074

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan kasih dan karunia-Nya, sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Toksoplasmosis” dalam mata kuliah Epidemiologi
Zoonotik.
Saya berterima kasih juga kepada dosen mata kuliah Epidemiologi
Zoonotik yang telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan saya
dan juga kepada teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Manado, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Daftar Gambar.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Toksoplasmosis.................................................................................3
2.2 Penyebab Toksoplasmosis...............................................................................6
2.3 Gejala Toksoplasmosis....................................................................................6
2.4 Populasi Berisiko.............................................................................................7
2.5 Riwayat Alamiah Penyakit Toksoplasmosis...................................................9
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Toksoplasmosis.........................................10
2.7 Angka Kesakitan dan Kematian akibat Toksoplasmosis.................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor
Halaman

1. Siklus Hidup Toksoplasma.....................................................................3

2. Hubungan Host-Agent-Environment......................................................3

3. Hubungan Host-Agent-Environment......................................................4

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah
infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang
ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama
pada masyarakat yangmempunyai kebiasaan makan daging mentah atau
kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan
sanitasi lingkungan dan banyaknyasumber penularan. Masyarakat Indonesia
juga sangat erat hubungannya dengan kucing. Kucing yang merupakan salah
satu sumber penularan terjadinya penyakit infeksi protozoa.
Infeksi protozoa yang ditularkan oleh kucing salah satu contohnya
adalah penyakit Toksoplasmosis. Toksoplasmosis disebabkan oleh salah satu
protozoa yaitu Toxoplasma gondii yang merupakan golongan protozoa yang
sifatnya parasite obligat intraseluler. Penyakit ini juga menyumbang angka
kesakita maupun angka kematian di Republik tercinta kita. Berkaitan dengan
hygiene perorangan yang kurang baik, menjadi salah satu indikator mudahnya
seseorang terkena penyakit ini.
Dalam makalah ini, saya akan membahas mengenai definisi, cara
penularan, angka kesakitan dan kematian serta cara pencegahan dan
penanggulangan penyakit Toksoplasmosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Toksoplasmosis?
2. Apa penyebab penyakit Toksoplasmosis?
3. Bagaimana gejala penyakit Toksplasmosis?
4. Siapa saja yang rentan terkena penyakit Toksoplasmosis?
5. Bagaimana riwayat alamiah penyakit Toksoplasmosis?
6. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit Toksoplasmosis?
7. Bagaimana morbiditas dan mortalitas dari penyakit Toksoplasmosis?

1
1.3 Tujuan Makalah
1. Menjelaskan definisi dari penyakit Toksoplasmosis.
2. Menjelaskan penyebab penyakit Toksoplasmosis.
3. Menjelaskan bagaimana gejala penyakit Toksoplasmosis.
4. Menjelaskan siapa saja yang rentan atau menjadi populasi berisiko
terhadap penyakit Toksoplasmosis.
5. Menjelaskan alur riwayat alamiah penyakit Toksoplasmosis.
6. Menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit
Toksoplasmosis.
7. Menjelaskan mengenai angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit
Toksoplasmosis.
1.4 Manfaat Penulisan
Dari makalah ini, saya mengharapkan pembaca dapat mengetahui definisi
mengenai penyakit Toksoplasmosis secara lebih rinci dan lebih lengkap, serta
dapat mencegah dan menanggulangi penyakit Toksoplasmosis pada diri sendiri
maupun lingkungan sekitar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Toksoplasmosis
Toksoplasmosis tidak diturunkan dari orang ke orang, kecuali dalam kasus
penularan dari ibu ke anak (bawaan) dan transfusi darah atau transplantasi organ. 

Gambar 1. Siklus Hidup Toksoplasma

Model ini terjadi pada lingkungan


yang terdapat banyak ookista
Toksoplasma gondii, maka
kemugminan banyak manusia
(rentan) yang akan terinfeksi penyakit
toksoplasmosis. Misalnya pada suatu
daerah terdapat banyak ibu hamil
yang rentan dan terdapat ookista
Toksoplasma gondii, maka
kemungkinan para ibu hamil terkena
penyakit toksoplasmosis lebih besar.
Gambar 2. Hubungan Host-Agent-Environment

3
Kemampuan agent Toksoplasma gondii
untuk menginfeksi host meningkat.

Gambar 3. Hubungan Host-Agent-Environment


Interaksi Agent-Host-Environment
Agent : Penyebab terjadinya penyakit Toksoplasma adalah parasit
Toksoplasma gondii.
Host : Penjamu dalam hal ini adalah manusia. Penjamu ini juga sebagai
faktor risiko terjadinya penyakit.
Environment : Lingkungan yang tidak dijaga kebersihannya. Parasit ini biasa
hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti kucing,
berkembang dalam sel epitel usus kucing berubah menjadi kita
(ookista) yang keluar bersama tinja kucing tersebut. Sehingga
sumber penularannya adalah kotoran hewan tersebut. Hewan lain
yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung
merpati, ayam, anjing, dan mamalia lain yang mencari makan di
tanah.
Adapun penularan atau cara transimisi penyakit yaitu:
1. Penularan melalui Makanan
Bentuk jaringan parasit (kista mikroskopis yang terdiri dari bradyzoit)
dapat ditularkan ke manusia melalui makanan. Orang menjadi terinfeksi
oleh:
a. Makan daging yang kurang matang, terkontaminasi (terutama
babi, domba, dan daging rusa) atau kerang (seperti tiram, kerang,
dan kerang);
b. Sengaja menelan daging yang kurang matang, terkontaminasi
atau kerang setelah menanganinya dan tidak mencuci tangan

4
dengan saksama (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit
yang utuh); dan
c. Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan,
talenan atau makanan lain yang bersentuhan dengan daging
mentah atau kerang.
d. Minum susu kambing yang tidak dipasteurisasi (tachyzoites).
2. Penularan Hewan ke Manusia (Zoonosis)
Kucing memainkan peran penting dalam penyebaran
toksoplasmosis. Mereka terinfeksi dengan memakan hewan pengerat yang
terinfeksi, burung, atau hewan kecil lainnya. Parasit ini kemudian
dikeluarkan dalam kotoran kucing dalam bentuk ookista, yang bersifat
mikroskopis. Anak kucing dan kucing dapat menumpahkan jutaan ookista
dalam kotorannya selama 3 minggu setelah infeksi. Kucing dewasa lebih
kecil kemungkinannya untuk melepaskan Toksoplasma jika mereka
sebelumnya telah terinfeksi. Seekor kucing terinfeksi Toksoplasma yang
menumpahkan parasit di kotorannya mencemari kotak kotoran. Jika
kucing dibiarkan di luar, ia dapat mencemari tanah atau air di
lingkungannya juga. Orang dapat terinfeksi oleh:
a. Konsumsi ookista yang tidak disengaja setelah membersihkan
kotak kotoran kucing saat kucing melepaskan Toxoplasma di
kotorannya
b. Menelan ookista secara tidak sengaja setelah menyentuh atau
menelan segala sesuatu yang bersentuhan dengan kotoran kucing
yang mengandung Toxoplasma
c. Konsumsi ookista secara tidak sengaja di tanah yang
terkontaminasi (misalnya, tidak mencuci tangan setelah berkebun
atau makan buah atau sayuran yang tidak dicuci dari kebun)
d. Air minum yang tercemar parasit Toxoplasma
3. Penularan Ibu ke Anak (Conginetal)
Seorang wanita yang baru terinfeksi Toxoplasma selama atau sebelum
kehamilan dapat menularkan infeksi tersebut kepada anaknya yang belum
lahir (infeksi bawaan). Wanita itu mungkin tidak memiliki gejala, tetapi

5
bisa ada konsekuensi parah bagi anak yang belum lahir, seperti penyakit
pada sistem saraf dan mata.

4. Transmisi Langka
Penerima transplantasi organ dapat terinfeksi dengan menerima organ
dari donor positif Toxoplasma. Jarang, orang juga dapat terinfeksi dengan
menerima darah yang terinfeksi melalui transfusi. Pekerja laboratorium
yang menangani darah yang terinfeksi juga dapat tertular melalui inokulasi
yang tidak disengaja.
2.2 Penyebab Toksoplasmosis
Toksoplasmosis disebabkan oleh salah satu protozoa yaitu Toxoplasma gondii.
yang merupakan golongan protozoa yang sifatnya parasite obligat intraseluler.
Faktor Penyebab Toksoplasmosis adalah:
a. Menyentuh tangan-tangan pada mulut anda setelah berkebun
membersihkan tempat kucing buang air besar, atau apa saja yang
bersentuhan dengan feses kucing.
b. Memakan daging mentah atau yang kurang masak, terutama daging babi,
daging kambing, atau daging rusa.
c. Menyentuh tangan-tangan pada mulut setelah kontak dengan daging
mentah atau setengah matang.
2.3 Gejala Toksoplasmosisi
a. Toksoplasmosis okuler
Toksoplasmosis okuler biasanya menyebabkan penderita mengalami lesi
pada retina. Lesi ini disebabkan karena invasi langsung oleh parasit dan
juga respon dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan parasit.
b. Toksoplasma ensepalitis
Toksoplasmosis ensepalitis masih menjadi penyebab utama keadaan tidak
sehat dan kematian pada pasien AIDS, dan biasanya disebabkan oleh
reaktivasi dari infeksi tersembunyi. Gejala umum yang nonspesifik, seperti
demensia, ataksia, lesu, dapat muncul, dan menyebabkan sulit untuk
didiagnosis secara klinis. Dan Toksoplasma enseplatis banyak terjadi di
daerah dengan prevalesi penyakit yang tinggi seperti Amerika Selatan.

6
c. Toksoplasmosis Kongenital (Bawaan/ keturunan)
Bayi yang baru lahir terdeteksi dengan adanya toksoplasmosis kongenital
mungkin tidak akan menimbulkan gejala namun dapat juga berkembang
menjadi retinokoroiditis dan/atau penyakit yang melibatkan sistem saraf
pusat. Gejala klinis seperti hedrosefalus, perkembangan mental yang
tertunda, dan/atau epilepsi.
2.4 Populasi Berisiko
Adapun orang yang rentan terinfeksi penyakit ini yaitu:
A. Orang sehat (tidak hamil)
Orang sehat yang terinfeksi Toxoplasma gondii sering tidak memiliki
gejala karena sistem kekebalan tubuh mereka biasanya menjaga parasit
dari penyakit. Ketika penyakit terjadi, biasanya ringan dengan gejala
"mirip flu" (misalnya, kelenjar getah bening lunak, nyeri otot, dll.) Yang
berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dan
kemudian hilang. Namun, parasit tetap berada dalam tubuh seseorang
dalam keadaan tidak aktif. Ini dapat diaktifkan kembali jika orang tersebut
menjadi tertekan
imun.
B. Ibu-ke-anak (bawaan)
Secara umum, jika seorang wanita telah terinfeksi sebelum hamil, anak
yang belum lahir akan dilindungi karena ibu telah mengembangkan
kekebalan. Jika seorang wanita menjadi terinfeksi Toxoplasma
baru selama atau sebelum kehamilan, dia dapat menularkan infeksi kepada
bayinya yang belum lahir (penularan bawaan). Kerusakan pada bayi yang
belum lahir seringkali lebih parah pada awal kehamilan, penularan
terjadi. Toksoplasmosis biasanya tanpa gejala pada wanita hamil, tetapi
dapat menimbulkan dampak yang parah pada janin. Infeksi ditransmisikan
ke janin pada sekitar 40 % kasus. Risiko penularan meningkat seiring
dengan meningkatnya usia kehamilan. Infeksi kongenital dengan
toksoplasmosis dapat menyebabkan gejala sisa yang serius, seperti
kebutaan, keterbelakangan mental, defisit neurologik, dan tuli. Hasil
potensial bisa:

7
1. Keguguran
2. Seorang anak yang lahir mati
3. Seorang anak yang lahir dengan tanda toksoplasmosis kongenital
(misalnya, Pembesaran abnormal atau kecilnya kepala)
Pada toksoplasmosis yang terjadi di bulan-bulan terakhir
kehamilan, parasit tersebut umumnya akan ditularkan ke fetus tetapi
infeksi sering subklinis pada saat lahir. Pada ibu hamil yang mengalami
infeksi primer, mula-mula akan terjadi parasitemia, kemudian darah ibu
yang masuk ke dalam plasenta akan menginfeksi plasenta (plasentitis).
Infeksi parasit dapat ditularkan ke janin secara vertikal. Takizoit yang
terlepas akan berproliferasi dan menghasilkan fokus-fokus nekrotik yang
menyebabkan nekrosis plasenta dan jaringan sekitarnya, sehingga
membahayakan janin dimana dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi.
Bayi yang terinfeksi sebelum lahir sering tidak menunjukkan gejala saat
lahir tetapi dapat mengembangkannya di kemudian hari dengan potensi
kehilangan penglihatan, cacat mental, dan kejang.
C. Orang dengan penyakit mata
Penyakit mata (paling sering retinochoroiditis)
akibat infeksi Toxoplasma dapat disebabkan oleh infeksi atau infeksi
bawaan sejak lahir. Lesi mata akibat infeksi bawaan sering tidak
teridentifikasi saat lahir tetapi terjadi pada 20-80% orang yang terinfeksi
secara bawaan pada saat dewasa. Namun, di AS <2% orang yang
terinfeksi setelah lahir mengalami lesi mata. Infeksi mata menyebabkan
lesi inflamasi akut pada retina, yang sembuh meninggalkan jaringan parut
retinochoroidal. Gejala penyakit mata termasuk:
1. Sakit mata
2. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
3. Merobek mata
4. Penglihatan kabur
Penyakit mata dapat diaktifkan kembali berbulan-bulan atau
bertahun-tahun kemudian, setiap kali menyebabkan lebih banyak
kerusakan pada retina. Jika struktur sentral retina terlibat maka akan terjadi

8
kehilangan penglihatan secara progresif yang dapat menyebabkan
kebutaan.
D. Orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu dapat mengalami
gejala parah jika mereka terinfeksi Toxoplasma sementara kekebalan
ditekan. Orang yang tertular infeksi HIV dan sebelumnya tidak
terinfeksi Toxoplasma lebih mungkin mengembangkan infeksi primer
yang parah. Orang yang immunocompromised yang
terinfeksi Toxoplasma di beberapa titik sebelum mereka menjadi
imunosupresi berisiko untuk mengalami kekambuhan (reaktivasi)
toksoplasmosis. Misalnya, seseorang yang terinfeksi HIV dan yang telah
mengaktifkan kembali infeksi Toxoplasma dapat memiliki gejala yang
meliputi demam, kebingungan, sakit kepala, kejang, mual, dan koordinasi
yang buruk. Infeksi Toxoplasma dapat diaktifkan kembali pada wanita
hamil yang mengalami immunocompromised yang telah
terinfeksi Toxoplasma sebelum kehamilan mereka, dan ini dapat
menyebabkan infeksi bawaan.
2.5 Riwayat Alamiah Penyakit Toksoplasmosis
A. Tahap Prepatogenesis
Interaksi masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit Toxoplasmosis
gondii masih ada di luar tubuh manusia yang membentuk kista, dimana para
kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang manusia dan belum
ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
B. Tahap Pathogenesis
1. Tahap penyakit inkubasi, ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya
yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening.
2. Tahap penyakit dini, Toksoplasmosis gondii tertelan melalui makanan
akan menembus epitel usus dan diragositosis akibatnya terjadi penyebaran
limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti,
membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti
bila tubuh telah membentuk antibodi.

9
3. Tahap penyakit lanjut, pada susunan saraf dan mata, zat ini tidak dapat
masuk karena ada sawar sehingga destruksi terus berjalan.
C. Tahap Pasca Pathogenesis
Penderita bisa sembuh namun tidak 100%, jadi dapat dikatakan di dalam tubuhnya
masih terdapat beberapa bakteri dari penyakit tersebut.

2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Toksoplasmosis


A. Kurangi Risiko dari Makanan
Untuk mencegah risiko toksoplasmosis dan infeksi lain dari makanan yaitu,
masak makanan sampai suhu yang aman. Termometer makanan harus
digunakan untuk mengukur suhu internal daging yang dimasak. Warna bukan
merupakan indikator andal bahwa daging telah dimasak pada suhu yang
cukup tinggi untuk membunuh patogen berbahaya
seperti Toxoplasma. Jangan mencicipi daging sampai matang. United States
Department of Agriculture (USDA) merekomendasikan yang berikut ini
untuk persiapan daging:
1. Untuk Potongan Daging Utuh (tidak termasuk unggas)
Masak hingga setidaknya 145° F (63° C) yang diukur dengan
termometer makanan yang ditempatkan di bagian daging yang paling
tebal, kemudian biarkan daging beristirahat selama tiga menit sebelum
diukir atau dikonsumsi. Menurut USDA, “Waktu istirahat 'adalah
jumlah waktu produk tetap pada suhu akhir, setelah dikeluarkan dari
panggangan, oven, atau sumber panas lainnya. Selama tiga menit
setelah daging dikeluarkan dari sumber panas, suhunya tetap konstan
atau terus meningkat, yang menghancurkan patogen.”
2. Untuk Daging Giling (tidak termasuk unggas)
Masak hingga setidaknya 160°F (71°C); daging giling tidak
membutuhkanwaktu istirahat.
3. Untuk Semua Unggas (potongan utuh dan giling)
Masak hingga setidaknya 165°F (74°C). Suhu internal harus diperiksa
di bagian paling dalam dari paha, bagian paling dalam dari sayap, dan

10
bagian paling tebal dari payudara. Unggas tidak membutuhkan waktu
istirahat.
4. Bekukan daging selama beberapa hari pada suhu di bawah nol (0°F)
sebelum dimasak untuk sangat mengurangi kemungkinan
infeksi. Pembekuan tidak andal membunuh parasit lain yang mungkin
ditemukan dalam daging (seperti spesies Trichinella tertentu) atau
bakteri berbahaya. Memasak daging hingga USDA direkomendasikan
suhu internal adalah metode paling aman untuk menghancurkan semua
parasit dan patogen lainnya.
Adapun yang lainnya meliputi cara memasak maupun alat memasak, yakni:
1. Kupas atau cuci buah dan sayuran dengan seksama sebelum makan.
2. Cuci talenan, piring, konter, peralatan, dan tangan dengan air sabun setelah
bersentuhan dengan daging mentah, unggas, makanan laut, atau buah atau
sayuran yang tidak dicuci.
3. Jangan minum susu kambing yang tidak dipasteurisasi.
4. Jangan makan tiram mentah, setengah matang, remis, atau kerang (ini
mungkin terkontaminasi oleh Toksoplasma yang telah tersapu ke air laut)
B. Mengurangi Risiko dari Lingkungan
Untuk mengurangi risiko toksoplasmosis dari lingkungan:
1. Hindari minum air putih yang tidak diolah.
2. Kenakan sarung tangan saat berkebun dan selama kontak dengan tanah
atau pasir karena mungkin terkontaminasi dengan kotoran kucing yang
mengandung Toxoplasma. Cuci tangan dengan sabun dan air setelah
berkebun atau bersentuhan dengan tanah atau pasir.
3. Ajari anak-anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah infeksi.
4. Biarkan kotak pasir di luar ruangan tertutup.
5. Pakan kucing hanya makanan kaleng atau kering komersial atau
makanan meja yang dimasak dengan baik, bukan daging mentah atau
kurang matang.
6. Pastikan kotak kotoran kucing diganti setiap
hari. The Toxoplasma parasit tidak menjadi menular sampai 1 sampai 5
hari setelah ditumpahkan pada tinja kucing.

11
7. Jika Anda hamil atau immunocompromised:
a) Hindari mengganti kotoran kucing jika memungkinkan. Jika
tidak ada orang lain yang dapat melakukan tugas itu, kenakan
sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan Anda dengan sabun
dan air sesudahnya.
b) Simpan kucing di dalam ruangan untuk mencegah mereka
berburu dan mengurangi kemungkinan mereka
terinfeksi Toxoplasma.
c) Jangan mengadopsi atau menangani kucing liar, terutama anak
kucing. Jangan mendapatkan kucing baru saat Anda sedang
hamil atau immunocompromised.
2.7 Angka Kesakitan dan Kematian akibat Toksoplasmosis
Menurut Pappas G (2009) dalam Triana (2015), Sekitar 30% - 65% dari populasi
dunia adalah diperkirakan mengalami infeksi Toxoplasma kronis. Sebenarnya,
prevalensi bervariasi antar negara (dari 10 sampai 80%) dan sering dalam suatu
negara tertentu atau antara komunitas yang berbeda di wilayah yang sama (Pappas
G, 2009). Berdasarkan data yang bersumber dari Robert (2012) dalam Triana
(2015), Seroprevalences yang rendah (10 sampai 30%) telah ditemukan di
Amerika Utara, di Asia Tenggara, di Eropa Utara, dan di negara-negara Sahelian
di Afrika. Prevalensi sedang (30 sampai 50%) telah ditemukan di negara-negara
Tengah dan Eropa Selatan, dan prevalensi tinggi telah ditemukan di Amerika
Latin dan di negara-negara Afrika tropis.
Salah satu provinsi terbesar di Indonesia yaitu Provinsi Riau terdapat
kasus toksoplasmosis yang menurut data dari rekam medis RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau toksoplasmosis merupakan penyakit peringkat 9 tertinggi dari 15
penyakit terbesar dalam kehamilan. Adapun proporsi kejadian toksoplasmosis di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tahun 2010 yaitu sebanyak 13 orang
(1,2%) dari 1084 kunjungan kehamilan, sedangkan pada tahun 2011 ibu hamil
yang positif mengalami toksoplasmosis tercatat 19 orang (1,9%) dari 1010
kunjungan kehamilan dan pada tahun 2012 ibu hamil yang mengalami
toksoplasmosis tercatat sebanyak 30 orang (2,3%) dari 1303 kunjungan kehamilan
(Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, 2012).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kucing memainkan peran penting dalam penyebaran toksoplasmosis. Mereka
terinfeksi dengan memakan hewan pengerat yang terinfeksi, burung, atau hewan
kecil lainnya. Parasit ini kemudian dikeluarkan dalam kotoran kucing dalam
bentuk ookista, yang bersifat mikroskopis. Anak kucing dan kucing dapat
menumpahkan jutaan ookista dalam kotorannya selama 3 minggu setelah infeksi. 
Penularan penyakit toksoplasmosis dapat melalui makanan, hewan ke
manusia (zoonosis), penularan ibu ke anak, dan transmisi langka. Gejala
toksoplasmosis bisa berupa toksoplasmosis okuler, toksoplasmosis ensapalitis,
dan toksoplasmosis konginetal. Pencegahannya dapat berupa mengurangi risiko
dari makanan, dari lingkungan.
3.2 Saran
Saran dari saya untuk masyarakat, hendaknya masyarakat selalu mengetahui
mengenai cara berperilaku hidup bersih dan sehat, selalu memerhatikan
lingkungan sekitar agar tetap bersih demi menghindari penyakit-penyakit infeksi
yang dapat mengancam kesehatan mereka. Serta, saran saya bagi tenaga
kesehatan, hendaknya selalu dan tetap mempromosikan kesehatan mengenai
penyakit-penyakit infeksi contohnya penyakit Toksoplasmosis, karena masyarakat
yang sudah terinfeksi biasanya tidak mengetahui apa penyebab penyakit
Toksoplasmosis dan bagaimana cara mencegahnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. 2018. Toxoplasmosis.
https://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/. Diakses pada 11 Maret
2020.
Triana, Ani. 2015. Faktor Determinan Toksoplasmosis pada Ibu Hamil. 11 (1) 25-
31. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Program Studi D3 Kebidanan.
Universitas Negeri Semarang.
Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. 2012. Data Rekam Medis
Penyakit Kehamilan Tahun 2010-2012. Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.
Robert-Gangneux F, Darde ML. 2012. Epidemiology of and diagnostic strategis
for toxoplasmosis. Clin Microbiol Reviews, American Society for
Microbiology (ASM). Journals (serial on the internet).
Hery, Soenarwan. 2018. Toksoplasmosis. Artikel ilmiah. Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada.
http://zoonosis.biologi.ugm.ac.id/toksoplasmosis/2/. Diakses pada 11
Maret 2020.
Suparman, Erna. 2012. Toksoplasmosis dalam Kehamilan. 4 (1), 13-19. Jurnal
Biomedik. Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi.

14
19

Anda mungkin juga menyukai