MATA KULIAH
EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET
oleh
Sejarah Epidemiologi melibatkan banyak tokoh yang menjelaskan tentang kesakitan, kecelakaan,
dan kematian dari pengamatan dan perspektif ilmiah. Melakukan studi guna mencari informasi
untuk pencegahan dan mengontrol status kesehatan mengubah paradigma sakit adalah sebuah
sudut pandang supranatural menjadi sebuah sudut pandang yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
Hippocrates (460-377 SM) seorang dokter yang menjadi bapak kedokteran dan juga Bapak
epidemiologi menulis buku “On Airs, Waters and Places”, menganjurkan perlunya
memperhatikan faktor musim, angin, udara, air yang diminum, jenis tanah, perilaku manusia, jenis
pekerjaan, dalam mempelajari suatu penyakit, James Lind (1716-1794 M) melakukan studi
eksperimen untuk mengidentifikasi apakah jeruk dan lemon efektif dalam mencegah scurvy.
Edward Jenner (1749-1823) menemukan vaksinasi smallpox. John Snow (1813-1858) dikenal
sebagai Bapak Investigasi wabah, mengidentifikasi berbagai macam model transmisi dari kolera
dan menemukan pendekatan epidemiologi deskriptif dan analitik yang masih digunakan hingga
saat ini.
Pada mulanya epidemiologi, ilmu yang hanya mempelajari penyakit menular saja. Namun dalam
perkembangannya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit tidak menular dan menjadi
tools penting dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan
masyarakat.
Setelah mengikuti mata ajaran ini mahasiswa diharapkan memahami konsep dan metoda
epidemiologi serta penerapannya dalam menerangkan pola penyebaran penyakit dalam
masyarakat, mencegah terjadinya penyakit dan menentukan penyebab penyakit, serta penerapan
konsep dan metoda epidemiologi dalam bidang lain yang bukan penyakit.
Depok, 2019
Kompetensi/ Estimasi
Pokok Bahasan Subpokok Bahasan Rujukan
Subkompetensi Waktu
2.2.1 Sejarah dan 1. Sejarah, pengertian, konsep, 3 x 150 2, 3, 4,
konsep dan peranan epidemiologi menit
Epidemiologi dalam dunia kesehatan
2. Strategi epidemiologi dan 6, 7
konsep kausalitas
3. Riwayat alamiah penyakit dan 5
tingkat pencegahan
4. Transisi epidemiologi 2, 8
2.2.2 Ukuran 1. Ukuran frekuensi penyakit 3 x 150 1, 2, 3,
Epidemiologi 2. Ukuran asosiasi menit 4,
3. Ukuran dampak
4. Standardisasi 3
B. Daftar Rujukan
1. CDC (2007) Principles of Epidemiology in Public Health Practice An Introduction to
Applied Epidemiology and Biostatistics (3rd Ed.) U.S. Department of Health and Human
Services. Atlanta. USA
2. Gerstman, B Burt (2003) Epidemiology Kept Simple An Introduction to Traditional and
Modern Epidemiology (2nd Ed). Wiley-Liss, Inc. New Jersey. USA
3. Gordis, Leon (2014) Epidemiology (5th Ed.) Elsevier Saunders. Canada
4. Hennekens, Charles H and Buring, Julie E (1987) Epidemiology in Medicine (1st Ed).
Little, Brown and Company. Boston. USA
5. Leavell, Hugh and Clark, E Gurney (1965) Preventive Medicine for The Doctor in His
Community An Epidemiologic Approach (3rd Ed). McGraw-Hill Book Company. USA
6. MacMahon, Brian (1996) Epidemiology Principle and Method (2nd Ed). Little, Brown
and Company. Boston. USA
7. Rothman, Kenneth J (2012) Epidemiology An Introduction (2nd Ed). Oxford University
Press. USA
8. Omran AR (1971). The epidemiologic transition: a theory of theepidemiology of
population change. Milbank Memorial FundQuarterly, 29: 509–538.
BAB 4
TAHAP PEMBELAJARAN
Tahap Pembelajaran
Kompetensi/ Media
O L U
Subkompetensi Teknologi
(%) (%) (%)
2.2.1 Penjelasan Mahasiswa Dosen 1. Komputer
materi oleh membentuk kelompok, memberikan dan LCD
Dosen dan mendiskusikan tugas klarifikasi dan 2. Internet
Diskusi yang diberikan dan penjelasan tugas
Interaktif mempersiapkan (10%)
Penjelasan presentasi.
tugas kepada Mahasiswa kelompok
mahasiswa lain, memberikan
(60%) tanggapan
(30%)
2.2.2 Penjelasan Mahasiswa Dosen
materi oleh membentuk kelompok, memberikan
Dosen dan mendiskusikan tugas klarifikasi dan
Diskusi yang diberikan dan penjelasan tugas
Interaktif mempersiapkan (10%)
Penjelasan presentasi.
tugas kepada Mahasiswa kelompok
mahasiswa lain, memberikan
(30%) tanggapan
(60%)
2.2.3 Penjelasan Mahasiswa Dosen
materi oleh membentuk kelompok, memberikan
Dosen dan mendiskusikan tugas klarifikasi dan
Diskusi yang diberikan dan penjelasan tugas
Interaktif mempersiapkan (10%)
Penjelasan presentasi.
tugas kepada Mahasiswa kelompok
mahasiswa lain, memberikan
(60%) tanggapan
(30%)
2.2.4 Penjelasan Mahasiswa Dosen
materi oleh membentuk kelompok, memberikan
Dosen dan mendiskusikan tugas klarifikasi dan
Diskusi yang diberikan dan penjelasan tugas
Interaktif mempersiapkan (10%)
presentasi.
Penjelasan Mahasiswa kelompok
tugas kepada lain, memberikan
mahasiswa tanggapan
(30%) (60%)
2.2.5 Penjelasan Mahasiswa Dosen
materi oleh membentuk kelompok, memberikan
Dosen dan mendiskusikan tugas klarifikasi dan
Diskusi yang diberikan dan penjelasan tugas
Interaktif mempersiapkan (10%)
Penjelasan presentasi.
tugas kepada Mahasiswa kelompok
mahasiswa lain, memberikan
(60%) tanggapan
(30%)
Keterangan:
O = Orientasi
L = Latihan
U = Umpan balik
BAB 5
RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN
3. Standardisasi
2.2.3 Diskusi Desain Mahasiswa 1 minggu Mahasiswa
kelompok Epidemiologi menjawab mampu
Deskriptif pertanyaan menggunakan
yang Desain
diberikan oleh Epidemiologi
Dosen Deskriptif
2.2.4 Praktikum Desain Studi Mahasiswa 3 minggu Mahasiswa
Desain Kasus kontrol mengerjakan mampu dan
Studi dan Kohort tugas trampil
Epidemiolo praktikum menggunakan
gi Analitik yang Desain
diberikan oleh Epidemiologi
Dosen Analitik
2.2.5 Praktikum Perhitungan Mahasiswa 1 minggu Mahasiswa
Skrining validitas mengerjakan mampu dan
skrining tugas trampil
(Sensitivitas praktikum menerapkan
dan yang salah satu
spesifisitas), diberikan oleh aplikasi
Nilai prediktif Dosen epidemiologi
positif dan Nilai yaitu skrining
prediktif negatif
B. Kriteria Penilaian
Nilai akhir tugas diberikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
1. Diskusi kelompok kecil: (1) mengemukakan gagasan secara aktif (20%); (2)
menyampaikan gagasan secara jelas (30%); (3) mampu mengargumentasikan gagasan
secara jelas sesuai dengan proposisi yang ingin disampaikan (20%); (4) mampu
menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
(20%); (4) mampu menunjukkan sikap dalam menyampaikan gagasan sesuai dengan
kode etik penyuntingan (10%).
2. Untuk tugas praktikum, penilaian bergantung pada hasil pengerjaan tugas praktikum.
Range nilai yaitu: 1 s.d. 100
BAB 6
6.2 Asesmen
Konversi nilai akhir mengikuti ketentuan konversi nilai yang berlaku di Universitas
Indonesia sebagai berikut.
Kriteria Penilaian
a. Presentasi materi:
Nilai 90: apabila mahasiswa dapat mempresentasikan materi dengan bahasa
Indonesia yang tepat, penjelasan yang dapat dipahami, menguasai
materi, bahasa tubuh yang baik.
b. Diskusi kelompok:
Nilai 90-100: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan tepat ke dalam makalah kelompok.
Nilai 70-89: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan ketepatan 75-80%.
Nilai 60-69: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan ketepatan 60-74%.
BAB 7
MATRIKS KEGIATAN
Perte- Kompetensi/ Tahap Pokok Bahasan/ Media Ranah Kriteria Penilaian Penanggung Tanggal
muan Pembelajaran dan (Indikator)
Sub- Subpokok Bahasan Teknologi Jawab
ke- Tingk
kompetensi O L U
at-an
(%) (%) (%)
1 2.2.1 60 30 10 1. Sejarah, pengertian, LCD C3 Mampu SR dan Tim 6-Sep-19
konsep, dan peranan menjelaskan
epidemiologi dalam Komputer sejarah,
dunia kesehatan pengertian dan
transisi
2. Transisi epidemiologi epidemiologi
serta dapat
menerapkan
konsep dan
peranan
epidemiologi
dalam kasus
penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
2 2.2.1 60 30 10 Strategi epidemiologi dan LCD C3 Mampu SR dan Tim 13-Sep-19
konsep kausalitas menerapkan
Komputer
strategi
epidemiologi
dan konsep
kausalitas
dalam kasus
penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
3 2.2.1 60 30 10 Riwayat alamiah penyakit dan LCD C3 Mampu SR dan Tim 20-Sep-19
tingkat pencegahan menerapkan
Komputer
riwayat alamiah
penyakit dan
tingkat
pencegahan
dalam kasus
penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
4 2.2.2 30 60 10 Ukuran frekuensi penyakit LCD P4 Mampu SR dan Tim 27-Sep-19
menggunakan
Komputer
ukuran
frekuensi
penyakit dalam
mengukur
besarnya
masalah
kesehatan
masyarakat
5 2.2.2 30 60 10 Ukuran asosiasi dan ukuran LCD P4 Mampu SR dan Tim 4-Okt-19
dampak menggunakan
Komputer
ukuran asosiasi
dan ukuran
dampak untuk
mengukur
besarnya
hubungan dan
mengukur
besarnya
dampak
potensial pada
individu dan
masyarakat
6 2.2.2 30 60 10 Standardisasi LCD P4 Mampu SR dan Tim 11-Okt-19
menggunakan
Komputer
standardisasi
untuk
menghilangkan
variabel
confounding
7 2.2.3 60 30 10 Epidemiologi deskriptif: LCD C3, Mampu SR dan Tim 18-Okt-19
P4 menerapkan
1. Studi Kasus Komputer
2. Serial Kasus rancangan dan
3. Cross Sectional/survey analisis pada
4. Studi Ekologi penelitian
epidemiologi
deskriptif yaitu
pada studi
kasus, serial
kasus, cross
sectional dan
studi ekologi
8 UTS SR dan Tim 25-Okt-19
9 2.2.4 30 60 10 Epidemiologi analitik: LCD C3, Mampu SR dan Tim 1-Nov-19
P4 menerapkan
Desain Kasus kontrol Komputer
rancangan dan
analisis pada
penelitian
epidemiologi
analitik yaitu
pada desain
kasus kontrol
10 2.2.4 30 60 10 Desain Kohort LCD C3, Mampu SR dan Tim 8-Nov-19
P4 menerapkan
Komputer
rancangan dan
analisis pada
penelitian
epidemiologi
analitik yaitu
pada desain
kohort
11 2.2.4 30 60 10 Desain Eksperimental LCD C3, Mampu SR dan Tim 15-Nov-19
P4 menerapkan
Komputer
rancangan dan
analisis pada
penelitian
epidemiologi
analitik yaitu
pada desain
eksperimen
12 2.2.4 30 60 10 Praktikum Epidemiologi LCD C3, Mampu SR dan Tim 22-Nov-19
Analitik P4 menerapkan
Komputer
rancangan dan
analisis pada
penelitian
epidemiologi
analitik
13 2.2.5 60 30 10 Skrining LCD C3 Mampu SR dan Tim 29-Nov-19
menerapkan
Komputer
konsep skrining
dalam upaya
penanggulanga
n penyakit,
cedera dan
kematian
14 2.2.5 60 30 10 Surveilans LCD C3 Mampu SR dan Tim 6-Des-19
menerapkan
Komputer
konsep
surveillans
dalam upaya
penanggulanga
n penyakit,
cedera dan
kematian
15 2.2.5 60 30 10 Investigasi wabah LCD C3 Mampu SR dan Tim 13-Des-19
menerapkan
Komputer
konsep
investigasi
wabah dalam
upaya
penanggulanga
n penyakit,
cedera dan
kematian
16 UAS SR dan Tim 20-Des-19
LAMPIRAN
1. Terdapat 400 kasus kunjungan penderita ISPA, 600 kunjungan kasus Diare, dari 300
kunjungan kasus Dermatitis dari seluruh kunjungan ke puskesmas A selama 1 bulan
terdiri dari 2000 kunjungan .
A. Maka proporsi kunjungan kasus diare adalah…………..
B. Ratio kunjungan pasien ISPA dan Kunjungan Diare adalah…………..
2. Pada tanggal 1 Januari 2001 terdapat 1000 balita di Kecamatan X, 90% diantaranya telah
diimunisasi campak, dan 50 diantaranya pernah menderita sakit campak. Selama periode
2 januari sampai 31 desember 2001 terdapat 10 kasus baru campak , kalau selama periode
tersebut terdapat 200 bayi baru berusia dibawah 6 bulan, berapa insidens rate penyakit
campak selama peride 2 januari -31 desember 2001 pada kelompok usia balita dikecamatan
X tersebut.
3. Dari 2000 orang penduduk terdapat 1250 orang wanita dewasa, 5 diantara wanita tersebut
pernah mengalami histerektomi (pengangkatan rahim ), selama periode 1 tahun ditemukan
10 kasus baru kanker rahim.
Hitunglah insidens rate kanker rahim selama periode 1 tahun.
4. Jumlah kasus baru penyakit campak pada balita selama peride 1 tahun di puskesmas A ada
100 kasus, dipuskesmas B ada 500 kasus, di puskesmas C ada 1000 kasus, jumlah balita
yang belum mendapat imunisasi dan belum pernah menderita campak di puskesas A, B
dan C berturut-turut adalah 1000, 2000, dan 10.000 maka puskesmas yang paling besar
resiko untuk terjadinya campak pada balita adalah
5. Suatu studi mengenai kanker payudara,diikuti oleh 10.000 wanita. 500 diantara 10.000
wanita tersebut telah didiagnosa menderita kanker payudara. Sisanya sebanyak 9500
wanita diikuti selama 5 tahun. Selama 5 tahun dikuti ternyata ada 250 wanita kemudian
menderita kanker payudara.
Hitunglah insidens kumulatif selama 5 tahun dari kanker payudara.Berapa Insidens nya 1
per 1000 orang
Hitunglah insidense rate kanker payudara? Laporkan rate per 1000 person years.
7. Open population. Here's a schematic in which "o" represents either the beginning or end
of a follow-up interval and "D" represents disease onset.
8. Another cohort. A cohort of 150 people begins with 10 cases. The cohort is followed
for five years, during which time 16 new cases arise.
9. The figure below represents a cohort of 7 individuals observed for a year. In this figure,
periods of disease are represented with a D and dashes represents disease-free periods.
There are no losses to follow-up in the cohort, and we assume that recovery will confer
life-long immunity.
10. In the schematic below, dashed lines (--) represent disease-free person-time and D
indicates a disease onset. There are three (3) people in the cohort, labeled A, B, and C.
A|--------D
B|------------------------
C|------------------------
|---|----|----|----|----|
0 1 2 3 4 5
Year
1. Sebuah studi dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan radiasi sinar dan penyakit
katarak lensa mata di sebuah laboratorium perusahaan besar X. Setelah dilakukan skrining,
semua pegawai lab yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi longitudinal
tersebut. Dengan asumsi tidak ada drop-out atau loss to follow-up, setelah 10 tahun masa
pengamatan, dari 5.000 pegawai yang terpajan/ terpapar radiasi didiagnosis sebanyak 50
kasus katarak, sementara dari 20.000 pegawai yang tidak terpajan, ditemukan 100 kasus.
A. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang terpajan
radiasi per tahun adalah:
B. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang tidak terpajan
radiasi selama 10 tahun adalah:
2. Berikut ini merupakan hasil dari studi kohort yang meneliti hubungan antara merokok dan
penyakit jantung koroner (PJK) yang dilakukan selama 10 tahun
B. Berapa resiko relatif tidak menggunakan tutup telinga untuk terjadi hilang
pendengaran?
C. Berapa resiko hilang pendengaran yang disebabkan oleh tidak menggunakan tutup
telinga (adatattributable risk) per tahun?
4. Saudara bertugas sebagai pejabat kesehatan didaerah X .Didaerah X ada kota Baru ,sebuah
kota yang maju pesat dimana penduduknya terutama orang pensiunan atau orang tua.
Daerah ini merupakan rawa yang tidak dihuni 10 tahun yang lalu.Penduduk kota baru resah
karena ada kabar “bahwa rate kanker lambung tinggi dan diperkirakan ada karsinogen
pada sumber air kota tersebut.”
Saudara mencari informasi kenapa ada kesimpulan itu.Kemudian saudara dapati rate kanker
lambung kota Baru tsbt dibandingkan dengan rate kanker lambung kota Lama .Kota Lama
adalah sebuah kota yang sudah lama berdiri , dimana ada kompleks tentara dan beberapa
pabrik industri makanan. Penduduk kota Baru menanyakan saudara mengenai kebenaran.
A. Ukuran penyakit apa yang dapat digunakan untuk kalkulasi dari data tersebut diatas
?
5. Untuk latihan nomer ini, E disebut sebagai merokok, D1 sebagai kanker paru dan D2
sebagai penyakit jantung.E menyebabkan terjadinya D1 dan D2.
Rates dilaporkan per 100.000 person years.Tabel dibawah ini merupakan angka rates
dari data ini.
D1 D2
Merokok 13 100
Tidak merokok 1 50
6. Cell phone use and auto accidents. One aspect of cell phone use that deserves our
attention is its potential to cause driving accidents. Dreyer (1999) estimated fatal auto
accidents rates of 5, 10, and 12 per 100,000 person-years for light, moderate, and heavy
cell phones use.
Using the light users as the reference category, calculate the risk differences associated
with moderate and heavy cell phone use.
7. Hepatitis B and liver cancer (fictitious data). A study of Hepatitis B infection and liver
cancer found 65 cases of liver cancer in 65,000 person with Hepatitis B. In a Hepatitis-
free cohort, there are 5 cases in 215,000 individuals.
(A) Calculate the RR of liver cancer in this study. Interpret this statistic.
(B) Calculate the RD. Interpret the results. [Units are required when interpreting rate
differences.]
(C) Which of the above statistics quantifies the strength of the association? Which
quantifies the effect in absolute terms?
8. Seorang ahli epidemiologi saudara diminta untuk menjelaskan dampak merokok terhadap
kejadian stroke pada pertemuan di suatu perusahaan penerbangan yang ingin mengadopsi
peraturan “Dilarang Merokok”. Saudara menggunakan hasil penelitian epidemiologi pada
tempat kerja lain yang mirip penerbangan tsbt. Dari studi kasus kontrol ,informasi tentang
yang berpotensi sebagai penyebab stroke dikumpulkan dari 171 kasus stroke dan 7829
kontrol selama 4 tahun. Diantara factor resiko tsbt adalah merokok.Data dibawah ini
merupakan hasil studi.
Ya Tidak
SOAL I
Community A Community B
Tabel 1 diatas adalah data populasi,data jumlah kematian & data rate kematian di dua komunitas
A dan B. Rate angka kematian kasar atau Crude death rate (CDR) di komunitas A 35.6 per 1000,
angka ini dua kali lebih tinggi dari rate angka kematian kasar di komunitas B yaitu 17per 1000.
Jika kita lihat age specific death rate pada ke dua komunitas A & B tersebut, dapat dikatakan rate
pada tiap kelompok umur kurang lebih sama.Dengan demikian ,ekspetasi kita mustinya angka
kematian secara umum di kedua populasi tersebut juga sama, tapi kenyataannya tidak demikian .
Perbedaan dari CDR tersebut sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan distribusi umur populasi
pada kedua komunitas tersebut. Populasi pada komunitas B terlihat jauh lebih muda .dari populasi
pada komunitas A. Oleh karena itu untuk mendapatkan satu angka rate ringaksan untuk
membandingkan kedua komunitas tersebut sebaiknya dilakukan standardiassi.
Table 2 Standard Population by Age and Age-Specific Death Rates
Age-adjusted
death rate (per 22.0 25.0
1,000)
Pertanyaan I.:
Data yang dibutuhkan untuk menghitung age adjusted death rate berdasarkan direct method
/standardisasi secara langusng adalah :
1. Spesific rate dari populasi studi dalam hal ini adalah age specific death rate komunitas A
dan B.
2. Distiribusi variable yang akan dikontrol disini adalah distribusi berdasarkan kelompok
umur dari populasi standard.
1. Dengan mengalikan data pada populasi standard terhadap age specific death rate
komunitas A dan B. maka didiapat nilai expected deaths dari komunitas A dan B
.
2. Dengan membagi nilai jumlah expectred deaths masing2 A & B terhadap jumlah
total populasi standard , maka didapat nilai direct age adjusted death rate A dan
B
SOAL II
Pertanyaan II
Tabel 3 Population and Expected Deaths of Community A by Age, and Standard Death
Rates by Age
Standard
Expected deaths in
Age (year) Population in A death rate
A at standard rates
(per 1,000)
1. Distribusi variabel yang akan dikontrol dari populasi studi dalam hal ini adalah
distribusi berdasarkan kelompok umur dari populasi komunitas A..
2. Distribusi specific rate berdasarkan variable yang akan di kontrol dari suatu populasi
standard .Dalam hal ini yang digunakansebagi populasi standard adalah age specific
death rate populasi komunitas B
3. CDR populasi studi dalam hal ini CDR populasi pada komunitas A
Prosedur perhitungan standardisas tidak langsung / indirect age adjusted death rate adalah sbb :
SOAL III
A. Bandingkan age-specific rates pada ke dua industri tersebut. Kesimpulan apa yang ingin
Saudara berikan sehubungan efek dari umur dan industri?
B. Bila Saudara menghitung age-adjusted dan membandingkan adjusted rates kedua industri
tersebut, apa kelebihannya? Kekurangannya?
1 2 3
SOAL IV
A. Gunakan distribusi umur standar 1 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur kurang
dari 49 tahun, Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana besar
dan arah perbedaan retes diantara kedua industri itu?
B. Gunakan distribusi umur standar 2 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur lebih
dari 50 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana besar
dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu?
C. Gunakan distribusi umur standar 3 yang mana distribusi terkonsentrasi pada interval umur
30-39 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua Industri. Bagaimana besar
dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu?
D. Dengan menggunakan distribusi umur sampel total sebagai standar, hitung standardisasi
untuk tipe industri secara direk pada kelompok umur 20-49 dan kelompok umur 50 keatas.
Interpretasikan perbandingan pada kedua kelompok tersebut.
PRAKTIKUM DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
1. Data yang diberikan pada table 1-4 menjelaskan status kesehatan pekerja, dalam hal ini
terinfeksi virus hepatitis B, di suatu rumah sakit. Penelitian bertujuan ingin mendapatkan
gambaran infeksi hepatitis B pada pekerja rumah sakit. Pada sejumlah petugas rumah
sakit dilakukan uji apakah terinfeksi Hepatitis B dan dikumpulkan pula data karakteristik
individu pada saat yang sama.
a. Apakah jenis penelitian epidemiologi yang cocok untukkegiatan ini?
b. Berikan komentar tentang hubungan antara pekerjaan dirumah sakit dan risiko terinfeksi
virus hepatitis B?
Tabel 1.
Persentase positif terhadap virus hepatitis B diantara pekerja rumah sakit berdasarkan
bebeapa kareketeristik.
Karakteristik Jumlah yg di Uji Jumlah Positif Persen
Umur
19-29 139 10 7.2
30-39 83 11 13.2
40-49 129 2 17.0
>=50 162 31 19.1
Tingkat SES
1-2 (tertinggi) 167 20 12.0
3-4 227 29 12.8
5 (terendah) 119 25 21.0
TOTAL 513 74 14.4
Tabel 2.
Kategori Pekerjaan Jumlah yang di Uji Persen Positif
Teknisi 63 22
Perawat 41 22
Dokter 52 12
Perawat Terintegrasi 77 12
Perawat pembantu 60 20
Pelayanan Makanan 28 21
Pembantu administrasi 84 8
Pembersih ruangan 56 13
Lain-lain 52 8
Tabel 3.
Pajanan Pekerjaan Jumlah yang di Uji Persen Positif
Kontak dengan Pasien
Tidak 201 13.9
Kadang-kadang 75 13.3
Sering 237 15.2
Tabel 4.
Lokasi Kerja Jumlah yang di Uji Persen Positif
Ruang Operating 21 29
Laboratorium 47 21
Kamar Inap
Obstetri-ginekologi 41 20
Pengobatan 46 20
Anak 18 17
Operasi 51 12
Dapur 28 21
Administrasi 78 9
Radiologi 14 7
UGD 20 5
Farmasi 11 0
Lainnya 86 13
2. Bukti yang mendukung obesitas sebagai factor risiko untuk kanker kolon masih belum
konklusif. Terutama diantara wanita. Studi terbaru (Am J Epidemiol 1999: 150-390-398)
melaporkan adanya hubungan antara obesitas (diukur pada baseline) dengan morbiditas
kanker kolon seperi yang ditemukan dari hasil evaluasi terhadap catatan medis dan
sertifikat kematian dalam penelitian kohort yang dilakukan secara nasional pada pria dan
wanita berusia 25-74 tahun yang berpartisipasi pada first nasional health and nutrition
examamination survey dari tahun 1971 sampai 1975 dan di follow up sampai tahun 1992.
Tabel berikut adalah hasil dari penelitian ini untuk pria dan wanita yang sudah dikombinasi
a. Jelaskan disain penelitian yang digunakan dalam studi ini? (pilih satu jawaban terbaik)
b. Lengkapi table dengan menghitung crude body mass index-spesific incidence rates
c. Hitung relative risk (RR) kanker kolon dihubungkan dengan BMI kategori 28 - <30.
Gunakan kategori BMI yang terendah sebagai referensi. Interprestasi jawaban dalam suatu
kalimat.
d. Hitung attributable risk proportion dari mereka yang berada dalam kategori BMI 28-<30.
Interpretasikan jawaban dalam suatu kalimat.
3. PCA-FLUVX
Sebuah studi kasus kontrol meneliti hubungan antara vaksinasi influenza dan primary
cardiac arrest (PCA) (Am J Epidemiol 2000: 152:674-677). Kasus PCA tanpa didahului
penyakit jantung (n=315) teridentifikasi dari laporan paramedic. Kelompok control didapat
dengan menggunakan teknik angka acak. Sepasang subjeck penelitian diwawancarai untuk
menemukan siapa yang menerima vksinasi influenza (Vx) selama tahun sebelumnya.
Datanya adalah sebagai berikut:
Kasus Control
Divaksinasi 79 176
Tidak Divaksinasi 236 373
Study 1 : Mann, J.I. Vessy, M.P. Thorogood, M., & Doll, S.R. (1975). Myococardial infarction in
young women with special reference to oral contraceptive practice. Br Med J., 2 (5965), 241-245.
Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar dari rumah sakit dengan diagnosis myocardial
infraction (serangan jantung) dan 189 pasien control. Semuanya berusia di bawah 45 tahun pada
saat masuk rumah sakit. Penggunaan kontrasepsi oral. Perokok berat, perawatan hipertensi dan
diabetes, pre-eclamptic toxaemia, obesitas dan tipe II hyperlipoproteinemia lebih sering ditemukan
pada pasien dengan mycocardial infraction dibandingkan pada control. Hubungan antara
mycocardial dan kontrasepsi oral tidak dapat dijelaskan dalam hal hubungan antara persiapan
penelitian ini dengan factor lainnya. Efek kombinasi dari factor-faktor risiko secara jelas berjalan
sinergis.
Study 2 : Royal College of General Practitioner’s Oral Contraceptive Study (1997) Mortality
among oral-contraceptive Users. Lancet Oct 8;2 (8041):727-31.
Pada studi prospectif berskala besar yang dilakukan di inggris, death rate penyakit system sirkulasi
pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral adalah 5 kali lebih besar dari pada wanita
yang tidak pernah memakainya; dan death-rate pada mereka yang meminum pil secara terus
menerus selama 5 tahun atau lebih adalah 10 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak pernah
meminum pil. Besarnya jumlah kematian pada pengguna kontrasepsi oral disebabkan oleh variasi
yang besar pada kondisi vaskularnya. Total mortality rate pad wanita yang pernah menggunakan
pil meningkat 40% yang disebabkan oleh peningkatan kematian karena penyakit sirkulasi yaitu 1
per 5000 pengguna per tahunnya. Banyaknya julah kematian tersebut lebih besar dari pada death
rate dari komplikasi kehamilan (pada non-pengguna), dan dua kali death-rate dari kecelakaan.
Besarnya jumlah mortality-rate meningkat seiring bertambanhnya umur, kebiasaan merokok dan
durasi penggunaan kontrasepsi oral.
Bagian 1:
c. Menurut anda mengapa rumah sakit terpilih sebagai lokasi untuk studi yang pertama?
d. Secara teori, kelompok kasus control sebaiknya diambil secara random dari kasus dan
control dari populasi sumber. Menurut anda apakah pada penelitian ini yang dilakukan
sudah benar?
Bagian 3: pertanyaan di bawah ini untuk studi kohort (royal college, 1997)
e. Pada abstrak gagal melaporkan morality rates dalam berbagai kelompok tetapi hanya
catatan “total mortality rate pada wanita yang pernah menggunakan pil meningkat 40%.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapatkah anda mendapatkan rate ratio dihubungkan
dengan penggunaan kontrasepsi oral?
f. Pada studi juga dinyatakan bahwa “disebabkan oleh peningkatan kematian karena penyakit
sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya”. Apakah hal tersebut mewakili rate
rasio, rate difference, atau attributable fraction? Jelaskan jawaban anda?
Bagian 4:
g. Studi manakah yang cocok untuk total sampel size yang lebih kecil
h. Dengan menganggap studi kohort tidak retrospectif, studi manakah yang memerlukan lebih
sedikit wajtu untuk meyelesaikannya.?
i. Dapatkah studi kasus-kontrol memperkirakan insiden penyekit? Jelaskan
j. Manakah yang lebih rentan terhadap recall bias?
k. Manakah yang lebih rentan terhadap bias-seleksi?
l. Manakah yang lebih rentan untuk loss to follow up ?
m. Mengapa studi kasus-kontrol dilakukan sebelum studi kohort?
PRAKTIKUM SKRINING
SOAL 1
Pada suatu rumah sakit X baru saja dibuka suatu “coronary care unit”. Setelah unit ini
dibuka, banyak sekali pasien dengan keluhan sakit dada berbondong-bondong datang dan ingin
dirawat karena dirinya merasa sakit jantung.
Dari 360 pasien yang datang tersebut, ternyata setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter
spesialis penyakit jantung dengan menggunakan alat rekam jantung atau ECG (electrocardiogram),
yang dinyatakan benar sakit jantung atau myocard infarct ada 230 pasien , sedangkan sisanya
dinyatakan tidak sakit..
Karena pemeriksaan dengan ECG dirasakan terlalu mahal, kemudian team dari coronary
care unit ini memilih suatu pemeriksaan yang dianggap lebih murah dan cepat untuk dapat meng-
skrining pasien pasien tersebut, pasien mana yang perlu dirawat atau tidak dirawat. Skrining test
yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kadar enzym “creatin kinase”.Dengan demikian
dilakukanlah pemeriksaan kadar enzym terhadap 360 pasien tersebut.
Hasil dari pemeriksaan ECG dan hasil dari berbagai batas kadar enzym tersebut adalah
seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
80 215 15 16 114
40 228 2 42 88
0 230 0 130 0
Pada tabel ini, positif test didefinisikan sebagai batas kadar enzym diatas nilai yang telah
ditentukan dan negatif test adalah batas kadar enzym dibawah nilai yang telah ditentukan.
Sebagai contoh, bila ditentukan batas kadar enzym “creatin kinase” 200 IU sebagai positif untuk
sakit “myocard infarct” . maka akan ditemukan dari penderita tersebut 134 orang yang yang
hasil skrining testnya positif dan 96 orang yang hasil testnya negatif.
Pertanyaan I ( pertama )
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym
“creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 280 IU.
B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda
hadapi pada “cut off level” ini
C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan
skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Pertanyaan II (kedua)
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym
“creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 40 IU.
B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda
hadapi pada “cut off level” ini
C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan
skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Kepala bagian “coronary care unit” kemudian melaporkan kepada direktur rumah sakit X
tersebut , bahwa telah ditemukan suatu skrining test yang cukup sensitif dan spesifik untuk
membedakan mana pasien yang menderita “myoard infarct” yang perlu dirawat dan mana yang
tak perlu dirawat.
Kemudian direktur rumah sakit X ini menganjurkan agar skrining test tersebut dilaksanakan
pada semua pasien yang akan masuk rumah sakit tersebut .
Skrining test dengan pmeriksaan kadar enzym “creatin kinase” tersebut kemudian
dilaksanakan terhadap 2300 pasien yang akan dirawat dirumah sakit X tersebut. Sebagai batas
ambang atau “cut off level” ditetapkan positif jika kadar enzym “creatin kinase” > = 80 IU>.
Hasil pemeriksaan test skrining terhadap 2300 pasien tersebut adalah seperti yang tertera
pada tabel dibawah ini:
KADAR EMZYM SAKIT TIDAK SAKIT
“CREATIN KINASE” “MYOCARD “MYOCARD
IU INFARCT” INFARCT”
(international unit)
TEST +
>= 80 IU 215 248
TEST –
< 80 IU 15 1822
Hitunglah sensitivitas dan spesifisitas dan “postive predictive value” dari test skrining ini
pada 2300 pasien di rumah sakit X.
Pertanyaan IV (keempat)
Bandingkan nilai “positive predictive value “skrining test pada 360 pasien dengan 2300 pasien.
Gunakan nilai batas ambang atau “cut off level” yang sama yaitu >=80 IU untuk menghitung
“positive predictive value” pada 360 pasien.
Jelaskan apa yang menyebabkan perbedaan dari kedua nilai “positive predictive value”
tersebut.
SOAL 2
Kemudian anak anak yang dinyatakan positif atau suspect TBC berdasarkan pemeriksaan
photo Ro thorax diperiksa kembali oleh dokter spesialis paru (pulmonologist).Diketahui pula
sensitivitas dari pemeriksaan pulmonologist tersebut 90% dan spesifisitasnya juga 90%.
Pertanyaan I (pertama)
Berapakah jumlah anak yang dinyatakan positif atau suspect TBC berdasarkan
pemeriksaan photo Ro thorax?
Pertanyaan II (kedua)
Berapakah jumlah anak yang dinyatakan positif atau sakitt TBC berdasarkan
pemeriksaan dokter spesialis paru ?
Pertanyaan IV (keempat)