MATA KULIAH
EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET
oleh
hlm.
PENGANTAR …
BAB 1 INFORMASI UMUM …
BAB 2 KOMPETENSI (CAPAIAN PEMBELAJARAN) MATA …
KULIAH
1. Kompetensi (Capaian Pembelajaran Terminal) …
2. Subkompetensi (Capaian Pembelajaran Penunjang) …
3. Bagan Alir Capaian Pembelajaran …
BAB 3 BAHASAN DAN RUJUKAN …
BAB 4 TAHAP PEMBELAJARAN …
BAB 5 RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN …
BAB 6 EVALUASI HASIL PEMELAJARAN …
BAB 7 MATRIKS KEGIATAN …
LAMPIRA CONTOH SOAL TUGAS DAN EVALUASI …
N
PENGANTAR
Sejarah Epidemiologi melibatkan banyak tokoh yang menjelaskan tentang kesakitan, kecelakaan,
dan kematian dari pengamatan dan perspektif ilmiah. Melakukan studi guna mencari informasi
untuk pencegahan dan mengontrol status kesehatan mengubah paradigma sakit adalah sebuah
sudut pandang supranatural menjadi sebuah sudut pandang yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
Hippocrates (460-377 SM) seorang dokter yang menjadi bapak kedokteran dan juga Bapak
epidemiologi menulis buku “On Airs, Waters and Places”, menganjurkan perlunya
memperhatikan faktor musim, angin, udara, air yang diminum, jenis tanah, perilaku manusia,
jenis pekerjaan, dalam mempelajari suatu penyakit, James Lind (1716-1794 M) melakukan studi
eksperimen untuk mengidentifikasi apakah jeruk dan lemon efektif dalam mencegah scurvy.
Edward Jenner (1749-1823) menemukan vaksinasi smallpox. John Snow (1813-1858) dikenal
sebagai Bapak Investigasi wabah, mengidentifikasi berbagai macam model transmisi dari kolera
dan menemukan pendekatan epidemiologi deskriptif dan analitik yang masih digunakan hingga
saat ini.
Pada mulanya epidemiologi, ilmu yang hanya mempelajari penyakit menular saja. Namun dalam
perkembangannya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit tidak menular dan menjadi
tools penting dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan
masyarakat.
Setelah mengikuti mata ajaran ini mahasiswa diharapkan memahami konsep dan metoda
epidemiologi serta penerapannya dalam menerangkan pola penyebaran penyakit dalam
masyarakat, mencegah terjadinya penyakit dan menentukan penyebab penyakit, serta penerapan
konsep dan metoda epidemiologi dalam bidang lain yang bukan penyakit.
Apabila dihadapkan pada suatu masalah kesehatan masyarakat, mahasiswa dapat menerapkan
dan menggunakan konsep serta metode epidemiologi dalam upaya penanggulangan penyakit,
cedera, dan kematian sesuai dengan kaidah epidemiologi (C3, P4)
2.2 Subkompetensi (Capaian Pembelajaran Penunjang)
2.2.1 Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep epidemiologi (sejarah, definisi, riwayat
alamiah penyakit dan tingkat pencegahan, strategi epid, konsep kausalitas dan transisi
epidemiologi) (C3)
2.2.2 Mampu menggunakan ukuran epidemiologi dalam mengukur besarnya masalah
kesehatan masyarakat, mengukur besarnya hubungan dan mengukur besarnya dampak
(ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, ukuran dampak, standardisasi) penyakit atau masalah
kesehatan terhadap penduduk (P4)
2.2.3 Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi deskriptif (C3,
P4)
2.2.4 Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik (C3,
P4)
2.2.5 Mampu menerapkan konsep skrining, surveillans dan investigasi wabah dalam upaya
penanggulangan penyakit, cedera dan kematian (C3)
2.3 Bagan Alir Kompetensi
Kompetensi/ Estimasi
Pokok Bahasan Subpokok Bahasan Rujukan
Subkompetensi Waktu
2.2.1 Sejarah dan konsep 1. Sejarah, 3 x 150 2, 3, 4,7,8
Epidemiologi pengertian, menit
konsep, dan
peranan
epidemiologi
dalam dunia
kesehatan
2. Strategi
epidemiologi dan 6, 7,8
konsep kausalitas
3. Riwayat alamiah
penyakit dan 5
tingkat
pencegahan
4. Transisi 2, 9
epidemiologi
4. standardisasi
B. Daftar Rujukan
1. CDC (2007) Principles of Epidemiology in Public Health Practice An Introduction to
Applied Epidemiology and Biostatistics (3rd Ed.) U.S. Department of Health and Human
Services. Atlanta. USA
2. Gerstman, B Burt (2013) Epidemiology Kept Simple An Introduction to Traditional and
Modern Epidemiology (3rd Ed). Wiley-Liss, Inc. New Jersey. USA
3. Gordis, Leon (2014) Epidemiology (5th Ed.) Elsevier Saunders. Canada
4. Hennekens, Charles H and Buring, Julie E (1987) Epidemiology in Medicine (1st Ed).
Little, Brown and Company. Boston. USA
5. Leavell, Hugh and Clark, E Gurney (1965) Preventive Medicine for The Doctor in His
Community An Epidemiologic Approach (3rd Ed). McGraw-Hill Book Company. USA
6. MacMahon, Brian (1996) Epidemiology Principle and Method (2nd Ed). Little, Brown
and Company. Boston. USA
7. Rothman, Kenneth J (2012) Epidemiology An Introduction (2nd Ed). Oxford University
Press. USA
8. Rothman, Kenneth J; Greenland, Sander; and Lash, Timothy L (2008) Modern
Epidemiology (3rd Ed). Lippincott williams & Wilkins. Philadelphia. USA
9. Omran AR (1971). The epidemiologic transition: a theory of the epidemiology of
population change. Milbank Memorial Fund Quarterly, 29: 509–538.
BAB 4
TAHAP PEMBELAJARAN
3. Standardisasi
2.2.3 Diskusi Desain Mahasiswa 1 minggu Mahasiswa
kelompok Epidemiologi menjawab mampu
Deskriptif pertanyaan menggunakan
yang Desain
diberikan Epidemiologi
oleh Dosen Deskriptif
2.2.4 Praktikum Desain Studi Mahasiswa 3 minggu Mahasiswa
Desain Kasus kontrol mengerjaka mampu dan
Studi dan Kohort n tugas trampil
Epidemiolo praktikum menggunakan
gi Analitik yang Desain
diberikan Epidemiologi
oleh Dosen Analitik
2.2.5 Praktikum Perhitungan Mahasiswa 1 minggu Mahasiswa
Skrining validitas mengerjaka mampu dan
skrining n tugas trampil
(Sensitivitas praktikum menerapkan
dan yang salah satu
spesifisitas), diberikan aplikasi
Nilai prediktif oleh Dosen epidemiologi
positif dan Nilai yaitu skrining
prediktif negatif
B. Kriteria Penilaian
Nilai akhir tugas diberikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
1. Diskusi kelompok kecil: (1) mengemukakan gagasan secara aktif (20%); (2)
menyampaikan gagasan secara jelas (30%); (3) mampu mengargumentasikan gagasan
secara jelas sesuai dengan proposisi yang ingin disampaikan (20%); (4) mampu
menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (20%);
(4) mampu menunjukkan sikap dalam menyampaikan gagasan sesuai dengan kode etik
penyuntingan (10%).
2. Untuk tugas praktikum, penilaian bergantung pada hasil pengerjaan tugas praktikum.
Range nilai yaitu: 1 s.d. 100
BAB 6
EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
6.2 Asesmen
Kriteria Penilaian
a. Presentasi materi:
Nilai 90: apabila mahasiswa dapat mempresentasikan materi dengan bahasa
Indonesia yang tepat, penjelasan yang dapat dipahami, menguasai
materi, bahasa tubuh yang baik.
b. Diskusi kelompok:
Nilai 90-100: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan tepat ke dalam makalah kelompok.
Nilai 70-89: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan ketepatan 75-80%.
Nilai 60-69: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu
pemanduan dengan ketepatan 60-74%.
BAB 7
MATRIKS KEGIATAN
Perte- Kompete Tahap Pokok Bahasan/ Media Ranah Kriteria Penilaian Penanggung
muan ke- nsi/ Pembelajaran dan (Indikator)
Subpokok Bahasan Teknologi Jawab
Tingk
Hari, Sub-
at-an
Tanggal kompeten
si O L U
(%) (%) (%)
1 2.2.1 60 30 10 1. Penjelasan BRP LCD C3 Mampu SR, MKS,
2. Sejarah, pengertian, menjelaskan NP, KB,
Rabu, 31- konsep, dan peranan Komputer sejarah, NMK,
08-2016 epidemiologi dalam pengertian dan
TYM, BS,
Jumat, 02- dunia kesehatan dapat
menerapkan RD, NK
09-2016
konsep dan
Sabtu, 03- peranan
09-2016 epidemiologi
dalam kasus
penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
2 2.2.1 60 30 10 Strategi epidemiologi dan LCD C3 Mampu SR, MKS,
konsep kausalitas menerapkan NP, KB,
Rabu, 07- Komputer
strategi NMK,
09-2016
epidemiologi TYM, BS,
Jumat, 09- dan konsep RD, NK
09-2016 kausalitas
Sabtu, 10- dalam kasus
09-2016 penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
3 2.2.1 60 30 10 Riwayat alamiah penyakit dan LCD C3 Mampu SR, MKS,
tingkat pencegahan menerapkan NP, KB,
Rabu, 14- Komputer
riwayat alamiah NMK,
09-2016
penyakit dan TYM, BS,
Jumat, 16- tingkat RD, NK
09-2016 pencegahan
Sabtu, 17- dalam kasus
09-2016 penyakit atau
masalah
kesehatan pada
penduduk
4 2.2.2 30 60 10 Ukuran frekuensi penyakit LCD P4 Mampu SR, MKS,
menggunakan NP, KB,
Rabu, 21- Komputer
ukuran NMK,
09-2016
frekuensi TYM, BS,
Jumat, 23- penyakit dalam RD, NK
09-2016 mengukur
Sabtu, 24- besarnya
09-2016 masalah
kesehatan
masyarakat
1. Terdapat 400 kasus kunjungan penderita ISPA, 600 kunjungan kasus Diare, dari 300
kunjungan kasus Dermatitis dari seluruh kunjungan ke puskesmas A selama 1 bulan
terdiri dari 2000 kunjungan .
A. Maka proporsi kunjungan kasus diare adalah…………..
B. Ratio kunjungan pasien ISPA dan Kunjungan Diare adalah…………..
2. Pada tanggal 1 Januari 2001 terdapat 1000 balita di Kecamatan X, 90% diantaranya
telah diimunisasi campak, dan 50 diantaranya pernah menderita sakit campak. Selama
periode 2 januari sampai 31 desember 2001 terdapat 10 kasus baru campak , kalau
selama periode tersebut terdapat 200 bayi baru berusia dibawah 6 bulan, berapa
insidens rate penyakit campak selama peride 2 januari -31 desember 2001 pada
kelompok usia balita dikecamatan X tersebut.
3. Dari 2000 orang penduduk terdapat 1250 orang wanita dewasa, 5 diantara wanita tersebut
pernah mengalami histerektomi (pengangkatan rahim ), selama periode 1 tahun
ditemukan 10 kasus baru kanker rahim.
Hitunglah insidens rate kanker rahim selama periode 1 tahun.
4. Jumlah kasus baru penyakit campak pada balita selama peride 1 tahun di puskesmas A
ada 100 kasus, di puskesmas B ada 500 kasus, di puskesmas C ada 1000 kasus, jumlah
balita yang belum mendapat imunisasi dan belum pernah menderita campak di puskesas
A, B dan C berturut-turut adalah 1000, 2000, dan 10.000 maka puskesmas yang paling
besar resiko untuk terjadinya campak pada balita adalah
5. Suatu studi mengenai kanker payudara, diikuti oleh 10.000 wanita. 500 diantara 10.000
wanita tersebut telah didiagnosa menderita kanker payudara. Sisanya sebanyak 9500
wanita diikuti selama 5 tahun. Selama 5 tahun dikuti ternyata ada 250 wanita kemudian
menderita kanker payudara.
Hitunglah insidens kumulatif selama 5 tahun dari kanker payudara. Berapa Insidens nya 1
per 1000 orang
Hitunglah insidense rate kanker payudara? Laporkan rate per 1000 person years.
6. Suatu studi kohort mengenai penyakit kardiovaskular. Terpilih 1000 orang. Tetapi hanya
850 orang yang mau berpartisipasi.Berdasarkan pemeriksaan ternyata 50 dari 850 orang
tersebut menderita penyakit kardiovaskular..Kemudian populasi tersebut diikuti selama
10 tahun dan ternyata kemudian selama periode tersebut 100 orang kemudian menderita
penyakit kardiovaskualr.
Hitunglah 10 year incidence proportion ( average risk) dari penyakit kardiovaskular
dari populasi kohort ini.
Hitung pula incidence rate .
7. Open population. Here's a schematic in which "o" represents either the beginning or end
of a follow-up interval and "D" represents disease onset.
8. Another cohort. A cohort of 150 people begins with 10 cases. The cohort is followed
for five years, during which time 16 new cases arise.
9. The figure below represents a cohort of 7 individuals observed for a year. In this figure,
periods of disease are represented with a D and dashes represents disease-free periods.
There are no losses to follow-up in the cohort, and we assume that recovery will confer
life-long immunity.
10. In the schematic below, dashed lines (--) represent disease-free person-time and D
indicates a disease onset. There are three (3) people in the cohort, labeled A, B, and C.
A|--------D
B|------------------------
C|------------------------
|---|----|----|----|----|
0 1 2 3 4 5
Year
1. Sebuah studi dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan radiasi sinar dan penyakit
katarak lensa mata di sebuah laboratorium perusahaan besar X. Setelah dilakukan
skrining, semua pegawai lab yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi
longitudinal tersebut. Dengan asumsi tidak ada drop-out atau loss to follow-up, setelah 10
tahun masa pengamatan, dari 5.000 pegawai yang terpajan/ terpapar radiasi didiagnosis
sebanyak 50 kasus katarak, sementara dari 20.000 pegawai yang tidak terpajan,
ditemukan 100 kasus.
A. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang terpajan
radiasi per tahun adalah:
B. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang tidak
terpajan radiasi selama 10 tahun adalah:
2. Berikut ini merupakan hasil dari studi kohort yang meneliti hubungan antara merokok
dan penyakit jantung koroner (PJK) yang dilakukan selama 10 tahun
B. Berapa resiko relatif tidak menggunakan tutup telinga untuk terjadi hilang
pendengaran?
4. Saudara bertugas sebagai pejabat kesehatan didaerah X .Didaerah X ada kota Baru
,sebuah kota yang maju pesat dimana penduduknya terutama orang pensiunan atau orang
tua. Daerah ini merupakan rawa yang tidak dihuni 10 tahun yang lalu.Penduduk kota baru
resah karena ada kabar “bahwa rate kanker lambung tinggi dan diperkirakan ada
karsinogen pada sumber air kota tersebut.”
Saudara mencari informasi kenapa ada kesimpulan itu.Kemudian saudara dapati rate
kanker lambung kota Baru tsbt dibandingkan dengan rate kanker lambung kota Lama
.Kota Lama adalah sebuah kota yang sudah lama berdiri , dimana ada kompleks tentara
dan beberapa pabrik industri makanan. Penduduk kota Baru menanyakan saudara
mengenai kebenaran.
A. Ukuran penyakit apa yang dapat digunakan untuk kalkulasi dari data tersebut
diatas ?
5. Untuk latihan nomer ini, E disebut sebagai merokok, D1 sebagai kanker paru dan D2
sebagai penyakit jantung.E menyebabkan terjadinya D1 dan D2.
Rates dilaporkan per 100.000 person years.Tabel dibawah ini merupakan angka rates
dari data ini.
D1 D2
Merokok 13 100
Tidak merokok 1 50
6. Cell phone use and auto accidents. One aspect of cell phone use that deserves our
attention is its potential to cause driving accidents. Dreyer (1999) estimated fatal auto
accidents rates of 5, 10, and 12 per 100,000 person-years for light, moderate, and heavy
cell phones use.
Using the light users as the reference category, calculate the risk differences associated
with moderate and heavy cell phone use.
7. Hepatitis B and liver cancer (fictitious data). A study of Hepatitis B infection and liver
cancer found 65 cases of liver cancer in 65,000 person with Hepatitis B. In a Hepatitis-
free cohort, there are 5 cases in 215,000 individuals.
(A) Calculate the RR of liver cancer in this study. Interpret this statistic.
(B) Calculate the RD. Interpret the results. [Units are required when interpreting rate
differences.]
(C) Which of the above statistics quantifies the strength of the association? Which
quantifies the effect in absolute terms?
8. Seorang ahli epidemiologi saudara diminta untuk menjelaskan dampak merokok terhadap
kejadian stroke pada pertemuan di suatu perusahaan penerbangan yang ingin mengadopsi
peraturan “Dilarang Merokok”. Saudara menggunakan hasil penelitian epidemiologi pada
tempat kerja lain yang mirip penerbangan tsbt. Dari studi kasus kontrol ,informasi tentang
yang berpotensi sebagai penyebab stroke dikumpulkan dari 171 kasus stroke dan 7829
kontrol selama 4 tahun. Diantara factor resiko tsbt adalah merokok.Data dibawah ini
merupakan hasil studi.
Ya Tidak
SOAL I
Community A Community B
Tabel 1 diatas adalah data populasi,data jumlah kematian & data rate kematian di dua komunitas
A dan B. Rate angka kematian kasar atau Crude death rate (CDR) di komunitas A 35.6 per
1000, angka ini dua kali lebih tinggi dari rate angka kematian kasar di komunitas B yaitu 17per
1000.
Jika kita lihat age specific death rate pada ke dua komunitas A & B tersebut, dapat dikatakan
rate pada tiap kelompok umur kurang lebih sama.Dengan demikian ,ekspetasi kita mustinya
angka kematian secara umum di kedua populasi tersebut juga sama, tapi kenyataannya tidak
demikian . Perbedaan dari CDR tersebut sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan distribusi
umur populasi pada kedua komunitas tersebut. Populasi pada komunitas B terlihat jauh lebih
muda .dari populasi pada komunitas A. Oleh karena itu untuk mendapatkan satu angka rate
ringaksan untuk membandingkan kedua komunitas tersebut sebaiknya dilakukan standardiassi.
Table 2 Standard Population by Age and Age-Specific Death Rates
Age-adjusted
death rate 22.0 25.0
(per 1,000)
Pertanyaan I.:
Data yang dibutuhkan untuk menghitung age adjusted death rate berdasarkan direct method
/standardisasi secara langusng adalah :
1. Spesific rate dari populasi studi dalam hal ini adalah age specific death rate komunitas A
dan B.
2. Distiribusi variable yang akan dikontrol disini adalah distribusi berdasarkan kelompok
umur dari populasi standard.
Prosedur perhitungan standardisas langsung/direct age adjusted death rate adalah sbb:
1. Dengan mengalikan data pada populasi standard terhadap age specific death rate
komunitas A dan B. maka didiapat nilai expected deaths dari komunitas A dan
B.
2. Dengan membagi nilai jumlah expectred deaths masing2 A & B terhadap jumlah
total populasi standard , maka didapat nilai direct age adjusted death rate A dan
B
SOAL II
Pertanyaan II
Tabel 3 Population and Expected Deaths of Community A by Age, and Standard Death
Rates by Age
Standard
Expected deaths in
Age (year) Population in A death rate
A at standard rates
(per 1,000)
Data yang dibutuhkan untuk menghitung age adjusted death rate berdasarkan in direct method
standardisasi secara tidak langusng adalah:
1. Distribusi variabel yang akan dikontrol dari populasi studi dalam hal ini adalah
distribusi berdasarkan kelompok umur dari populasi komunitas A..
2. Distribusi specific rate berdasarkan variable yang akan di kontrol dari suatu populasi
standard .Dalam hal ini yang digunakansebagi populasi standard adalah age specific
death rate populasi komunitas B
3. CDR populasi studi dalam hal ini CDR populasi pada komunitas A
Prosedur perhitungan standardisas tidak langsung / indirect age adjusted death rate adalah sbb :
SOAL III
A. Bandingkan age-specific rates pada ke dua industri tersebut. Kesimpulan apa yang ingin
Saudara berikan sehubungan efek dari umur dan industri?
B. Bila Saudara menghitung age-adjusted dan membandingkan adjusted rates kedua industri
tersebut, apa kelebihannya? Kekurangannya?
1 2 3
SOAL IV
A. Gunakan distribusi umur standar 1 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur kurang
dari 49 tahun, Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana
besar dan arah perbedaan retes diantara kedua industri itu?
B. Gunakan distribusi umur standar 2 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur lebih
dari 50 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana
besar dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu?
C. Gunakan distribusi umur standar 3 yang mana distribusi terkonsentrasi pada interval
umur 30-39 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua Industri. Bagaimana
besar dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu?
D. Dengan menggunakan distribusi umur sampel total sebagai standar, hitung standardisasi
untuk tipe industri secara direk pada kelompok umur 20-49 dan kelompok umur 50
keatas. Interpretasikan perbandingan pada kedua kelompok tersebut.
PRAKTIKUM DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
1. Data yang diberikan pada table 1-4 menjelaskan status kesehatan pekerja, dalam hal ini
terinfeksi virus hepatitis B, di suatu rumah sakit. Penelitian bertujuan ingin mendapatkan
gambaran infeksi hepatitis B pada pekerja rumah sakit. Pada sejumlah petugas rumah
sakit dilakukan uji apakah terinfeksi Hepatitis B dan dikumpulkan pula data karakteristik
individu pada saat yang sama.
a. Apakah jenis penelitian epidemiologi yang cocok untukkegiatan ini?
b. Berikan komentar tentang hubungan antara pekerjaan dirumah sakit dan risiko terinfeksi
virus hepatitis B?
Tabel 1.
Persentase positif terhadap virus hepatitis B diantara pekerja rumah sakit berdasarkan
bebeapa kareketeristik.
Tingkat SES
1-2 (tertinggi) 167 20 12.0
3-4 227 29 12.8
5 (terendah) 119 25 21.0
TOTAL 513 74 14.4
Tabel 2.
Tabel 4.
2. Bukti yang mendukung obesitas sebagai factor risiko untuk kanker kolon masih belum
konklusif. Terutama diantara wanita. Studi terbaru (Am J Epidemiol 1999: 150-390-398)
melaporkan adanya hubungan antara obesitas (diukur pada baseline) dengan morbiditas
kanker kolon seperi yang ditemukan dari hasil evaluasi terhadap catatan medis dan
sertifikat kematian dalam penelitian kohort yang dilakukan secara nasional pada pria dan
wanita berusia 25-74 tahun yang berpartisipasi pada first nasional health and nutrition
examamination survey dari tahun 1971 sampai 1975 dan di follow up sampai tahun 1992.
Tabel berikut adalah hasil dari penelitian ini untuk pria dan wanita yang sudah
dikombinasi
a. Jelaskan disain penelitian yang digunakan dalam studi ini? (pilih satu jawaban terbaik)
b. Lengkapi table dengan menghitung crude body mass index-spesific incidence rates
c. Hitung relative risk (RR) kanker kolon dihubungkan dengan BMI kategori 28 - <30.
Gunakan kategori BMI yang terendah sebagai referensi. Interprestasi jawaban dalam
suatu kalimat.
d. Hitung attributable risk proportion dari mereka yang berada dalam kategori BMI 28-<30.
Interpretasikan jawaban dalam suatu kalimat.
3. PCA-FLUVX
Sebuah studi kasus kontrol meneliti hubungan antara vaksinasi influenza dan primary
cardiac arrest (PCA) (Am J Epidemiol 2000: 152:674-677). Kasus PCA tanpa didahului
penyakit jantung (n=315) teridentifikasi dari laporan paramedic. Kelompok control
didapat dengan menggunakan teknik angka acak. Sepasang subjeck penelitian
diwawancarai untuk menemukan siapa yang menerima vksinasi influenza (Vx) selama
tahun sebelumnya. Datanya adalah sebagai berikut:
Kasus Control
Divaksinasi 79 176
Tidak Divaksinasi 236 373
Study 1 : Mann, J.I. Vessy, M.P. Thorogood, M., & Doll, S.R. (1975). Myococardial infarction
in young women with special reference to oral contraceptive practice. Br Med J., 2 (5965), 241-
245.
Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar dari rumah sakit dengan diagnosis myocardial
infraction (serangan jantung) dan 189 pasien control. Semuanya berusia di bawah 45 tahun pada
saat masuk rumah sakit. Penggunaan kontrasepsi oral. Perokok berat, perawatan hipertensi dan
diabetes, pre-eclamptic toxaemia, obesitas dan tipe II hyperlipoproteinemia lebih sering
ditemukan pada pasien dengan mycocardial infraction dibandingkan pada control. Hubungan
antara mycocardial dan kontrasepsi oral tidak dapat dijelaskan dalam hal hubungan antara
persiapan penelitian ini dengan factor lainnya. Efek kombinasi dari factor-faktor risiko secara
jelas berjalan sinergis.
Study 2 : Royal College of General Practitioner’s Oral Contraceptive Study (1997) Mortality
among oral-contraceptive Users. Lancet Oct 8;2 (8041):727-31.
Pada studi prospectif berskala besar yang dilakukan di inggris, death rate penyakit system
sirkulasi pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral adalah 5 kali lebih besar dari
pada wanita yang tidak pernah memakainya; dan death-rate pada mereka yang meminum pil
secara terus menerus selama 5 tahun atau lebih adalah 10 kali lebih besar dari pada mereka yang
tidak pernah meminum pil. Besarnya jumlah kematian pada pengguna kontrasepsi oral
disebabkan oleh variasi yang besar pada kondisi vaskularnya. Total mortality rate pad wanita
yang pernah menggunakan pil meningkat 40% yang disebabkan oleh peningkatan kematian
karena penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya. Banyaknya julah kematian
tersebut lebih besar dari pada death rate dari komplikasi kehamilan (pada non-pengguna), dan
dua kali death-rate dari kecelakaan. Besarnya jumlah mortality-rate meningkat seiring
bertambanhnya umur, kebiasaan merokok dan durasi penggunaan kontrasepsi oral.
Bagian 1:
c. Menurut anda mengapa rumah sakit terpilih sebagai lokasi untuk studi yang pertama?
d. Secara teori, kelompok kasus control sebaiknya diambil secara random dari kasus dan
control dari populasi sumber. Menurut anda apakah pada penelitian ini yang dilakukan
sudah benar?
Bagian 3: pertanyaan di bawah ini untuk studi kohort (royal college, 1997)
e. Pada abstrak gagal melaporkan morality rates dalam berbagai kelompok tetapi hanya
catatan “total mortality rate pada wanita yang pernah menggunakan pil meningkat 40%.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapatkah anda mendapatkan rate ratio
dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi oral?
f. Pada studi juga dinyatakan bahwa “disebabkan oleh peningkatan kematian karena
penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya”. Apakah hal tersebut
mewakili rate rasio, rate difference, atau attributable fraction? Jelaskan jawaban anda?
Bagian 4:
g. Studi manakah yang cocok untuk total sampel size yang lebih kecil
h. Dengan menganggap studi kohort tidak retrospectif, studi manakah yang memerlukan
lebih sedikit wajtu untuk meyelesaikannya.?
i. Dapatkah studi kasus-kontrol memperkirakan insiden penyekit? Jelaskan
j. Manakah yang lebih rentan terhadap recall bias?
k. Manakah yang lebih rentan terhadap bias-seleksi?
l. Manakah yang lebih rentan untuk loss to follow up ?
m. Mengapa studi kasus-kontrol dilakukan sebelum studi kohort?
PRAKTIKUM SKRINING
SOAL 1
Pada suatu rumah sakit X baru saja dibuka suatu “coronary care unit”. Setelah unit ini
dibuka, banyak sekali pasien dengan keluhan sakit dada berbondong-bondong datang dan ingin
dirawat karena dirinya merasa sakit jantung.
Dari 360 pasien yang datang tersebut, ternyata setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter
spesialis penyakit jantung dengan menggunakan alat rekam jantung atau ECG
(electrocardiogram), yang dinyatakan benar sakit jantung atau myocard infarct ada 230 pasien ,
sedangkan sisanya dinyatakan tidak sakit..
Karena pemeriksaan dengan ECG dirasakan terlalu mahal, kemudian team dari coronary
care unit ini memilih suatu pemeriksaan yang dianggap lebih murah dan cepat untuk dapat meng-
skrining pasien pasien tersebut, pasien mana yang perlu dirawat atau tidak dirawat. Skrining test
yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kadar enzym “creatin kinase”.Dengan demikian
dilakukanlah pemeriksaan kadar enzym terhadap 360 pasien tersebut.
Hasil dari pemeriksaan ECG dan hasil dari berbagai batas kadar enzym tersebut adalah
seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
80 215 15 16 114
40 228 2 42 88
0 230 0 130 0
Pada tabel ini, positif test didefinisikan sebagai batas kadar enzym diatas nilai yang telah
ditentukan dan negatif test adalah batas kadar enzym dibawah nilai yang telah ditentukan.
Sebagai contoh, bila ditentukan batas kadar enzym “creatin kinase” 200 IU sebagai positif untuk
sakit “myocard infarct” . maka akan ditemukan dari penderita tersebut 134 orang yang yang
hasil skrining testnya positif dan 96 orang yang hasil testnya negatif.
Pertanyaan I ( pertama )
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym
“creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 280 IU.
B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda
hadapi pada “cut off level” ini
C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan
skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Pertanyaan II (kedua)
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym
“creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 40 IU.
B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda
hadapi pada “cut off level” ini
C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan
skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Kepala bagian “coronary care unit” kemudian melaporkan kepada direktur rumah sakit X
tersebut , bahwa telah ditemukan suatu skrining test yang cukup sensitif dan spesifik untuk
membedakan mana pasien yang menderita “myoard infarct” yang perlu dirawat dan mana yang
tak perlu dirawat.
Kemudian direktur rumah sakit X ini menganjurkan agar skrining test tersebut dilaksanakan
pada semua pasien yang akan masuk rumah sakit tersebut .
Skrining test dengan pmeriksaan kadar enzym “creatin kinase” tersebut kemudian
dilaksanakan terhadap 2300 pasien yang akan dirawat dirumah sakit X tersebut. Sebagai
batas ambang atau “cut off level” ditetapkan positif jika kadar enzym “creatin kinase” > = 80
IU>.
Hasil pemeriksaan test skrining terhadap 2300 pasien tersebut adalah seperti yang tertera
pada tabel dibawah ini:
KADAR EMZYM SAKIT TIDAK SAKIT
“CREATIN KINASE” “MYOCARD “MYOCARD
IU INFARCT” INFARCT”
(international unit)
TEST +
>= 80 IU 215 248
TEST –
< 80 IU 15 1822
Hitunglah sensitivitas dan spesifisitas dan “postive predictive value” dari test skrining ini pada
2300 pasien di rumah sakit X.
Pertanyaan IV (keempat)
Bandingkan nilai “positive predictive value “skrining test pada 360 pasien dengan 2300
pasien. Gunakan nilai batas ambang atau “cut off level” yang sama yaitu >=80 IU untuk
menghitung “positive predictive value” pada 360 pasien.
Jelaskan apa yang menyebabkan perbedaan dari kedua nilai “positive predictive value”
tersebut.
SOAL 2
Pada sekelompok anak sekolah dilakukan skrining pemeriksaan photo Ro thorax untuk
mendeteksi kemungkinan mereka menderita penyakit TBC (Tuberculosa). Tercatat 2000 anak
sekolah yang dikrining. Diketahui prevalens penyakit TBC pada populasi anak sekolah ini 10%.
Dan diketahui pula validitas dari pemeriksaan photo Ro thorax, yaitu; sensitivitas 80% dan
spesifisitas 80%.
Kemudian anak anak yang dinyatakan positif atau suspect TBC berdasarkan
pemeriksaan photo Ro thorax diperiksa kembali oleh dokter spesialis paru (pulmonologist).
Diketahui pula sensitivitas dari pemeriksaan pulmonologist tersebut 90% dan spesifisitasnya juga
90%.
Pertanyaan I (pertama)
Berapakah jumlah anak yang dinyatakan positif atau suspect TBC berdasarkan
pemeriksaan photo Ro thorax?
Pertanyaan II (kedua)
Berapakah jumlah anak yang dinyatakan positif atau sakitt TBC berdasarkan
pemeriksaan dokter spesialis paru ?
Pertanyaan IV (keempat)