Anda di halaman 1dari 34

KEPUTUSAN MENTERI TERKAIT

MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KEBAKARAN DAN LEDAKAN
KELOMPOK 3:
Astrina Aulia (1806253242)
Aulia Rahmi (1806167232)
Lisda Dwi Rahayu )1806167415)
Nida Hanifah Nair (1806167485)
Sarah Safira (1806253526)
OUTLINE
1. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA No. : KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA
2. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR :
KEP.187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN
BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA
3. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 11/KPTS/2000 TENTANG KETENTUAN
TEKNIS MANAJEMEN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DI PERKOTAAN
KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
No. : KEP.186/MEN/1999

TENTANG
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI TEMPAT KERJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
• Pasal 1  unit-unit penanggulangan kebakaran
a. Tempat kerja f. Regu penanggulangan
b. Tenaga kerja kebakaran
c. Penanggulangan kebakaran g. Ahli keselamatan kerja
d. Unit penanggulangan h. Pegawai pengawas
kebakaran i. Pengurus
e. Petugas peran penanggulangan j. pengusaha
kebakaran
• Pasal 2  kewajiban, pengendalian dan perencanaan penanggulangan
kebakaran di tempat kerja
a. Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan
b. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian
penyebaran asap, panas dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
d. Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f,
BAB II
PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
• Pasal 3  Pembentukan unit penanggulangan
kebakaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan
atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran
• Pasal 4  klasifikasi tingkat potensi bahaya
kebakaran
• Pasal 5  Unit penanggulangan kebakaran
• Pasal 6  petugas, regu dan koordinator
BAB III
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
• Pasal 7 
1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf a
2) Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota regu penanggulangan
kebakaran harus memenuhi syarat
• Pasal 8  tugas dan syarat regu penanggulangan kebakaran
1) Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 huruf b mempunyai tugas
2) Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota regu penanggulangan
kebakaran harus memenuhi syarat
• Pasal 9  tugas dan syarat koordinator unit
1) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 huruf c
2) Untuk dapat ditunjuk sebagai koordinator unit
penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat
• Pasal 10  tugas, wewenang dan syarat Ahli K3
1) Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3)
2) Syarat-syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
3) Dalam melaksanakan tugasnya Ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang
• Pasal 11  tata cara penunjukan Ahli K3
• Pasal 12  Kurikulum Kursus teknik
penanggulangan kebakaran
• Pasal 13  sertifikat tenaga kerja yang
mengikuti kursus
• Pasal 14  penyelenggara Kursus teknik
penanggulangan kebakaran dan Penunjukan
perusahaan jasa pembinaan K3
KEPUTUSAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM NOMOR :
441/KPTS/1998

TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG
BAB II PENGATURAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
PASAL 3 e. Sarana Jalan Masuk dan Keluar:
i. Gedung mempunyai akses yang layak,
Persyaratan teknis bangunan gedung aman dan nyaman ke dalam bangunan
dan fasilitas serta layanan di dalamnya.
ii. Melindungi penghuni dari cedera atau luka
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN saat evakuasi pada keadaan darurat .
d. Ketahanan Terhadap Kebakaran: iii. Aksesibilitas bagi penyandang cacat,
khususnya untuk bangunan fasilitas umum
i. Bangunan gedung dapat dan sosial.
mendukung beban yang timbul
akibat perilaku alam dan manusia g. Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan
Sistem Peringatan Bahaya :
pada saat terjadi kebakaran.
iv. Pertandaan dini yang informatif di dalam
ii. Bangunan gedung yang dibangun bangunan gedung apabila terjadi keadaan
sedemikian rupa sehinga mampu darurat;
v. penghuni melakukan evakuasi secara
secara struktural stabil selama mudah dan aman, apabila terjadi keadaan
kebakaran darurat.
I. KETENTUAN UMUM
h. Instalasi Listrik, Penangkal Petir i. Instalasi Gas:
dan
Komunikasi: i. Instalasi gas
i. Instalasi listrik cukup dan terpasang secara
aman dalam menunjang aman
kegiatan di dalam bangunan
gedung sesuai dengan ii. Pemakaian gas yang
fungsinya; aman dan cukup;
ii. Keamanan bangunan gedung
dan penghuninya dari bahaya
iii. Beroperasinya
akibat petir; peralatan dan
iii. Sarana komunikasi yang perlengkapan secara
memadai
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
1. Ketahanan Api dan Stabilitas d. Ruang perawatan pasien dari
a. Bangunan gedung harus mampu bangunan klas 9a harus dilindungi
secara struktural stabil selama dari penyebaran api dan asap untuk
kebakaran. memberi waktu cukup untuk evakuasi
b. Bangunan gedung harus dilengkapi yang tertib dalam keadaan darurat.
dengan sarana/prasarana e. Bahan dan komponen bangunan
pengamanan dan pencegahan harus tahan-penyebaran api,
penyebaran api, terutama pada membatasi berkembangnya asap dan
bangunan klas 2, 3 atau bagian dan panas, serta gas-gas beracun yang
bangunan klas 4: mungkin timbul, sampai dengan
c. Bangunan gedung harus tingkat tertentu
mempunyai bagian atau elemen
bangunan yang pada tingkat
tertentu akan mempertahankan
stabilitas struktural selama
f. Dinding luar beton yang dapat h. h. Bangunan gedung harus
runtuh dalam bentuk panel mempunyai elemen bangunan
yang utuh yang pada tingkat tertentu
g. Bangunan gedung harus menghindarkan penyebaran api
mempunyai elemen bangunan i. Setiap elemen bangunan yang
yang pada tingkat tertentu disediakan untuk menahan
menghindarkan penyebaran penyebaran api
api dari peralatan utilitas yang j. j. Akses ke dan sekeliling
mempunyai pengaruh bahaya bangunan harus disediakan bagi
api yang tinggi, atau potensial kendaraan dan personil
dapat meledak. pemadam kebakaran, untuk
memudahkan tindakan pasukan
pemadam kebakaran secara
memadai
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
2. Tipe Konstruksi Tahan Api  Tipe A, B dan C
3. Tipe Konstruksi yang Diwajibkan
Minimum tipe konstruksi tahan api dari suatu bangunan harus sesuai
dengan ketentuan pada tabel berikut:
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
4. Kompartemenisasi dan Pemisahan
a. Ukuran Kompartemen
b. Pemberlakuan
c. Batasan Umum Luas Lantai
d. Bangunan-Bangunan Besar yang Diisolasi
e. Kebutuhan Ruang Terbuka dan Jalan Masuk
Kendaraan
f. Pemisahan
g. Tangga dan Lift Pada Satu Shaft
h. Koridor umum pada bangunan klas 2 dan 3
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
5. Proteksi Bukaan
Tabel V.1.5 pada butir g
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI AKTIF
1. Sistem Pemadam Kebakaran
a. Hidran kebakaran
b. Hose Reel
c. Sistem Sprinkler
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI AKTIF
1. Sistem Pemadam Kebakaran
d. Pemadam Api Ringan (PAR)
V.
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI AKTIF
1. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis harus terpasang
b. Spesifikasi Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran.
c. Penempatan Alat Pendeteksi Asap
d. Batas Ambang.
KEPUTUSAN MENTERI
TENAGA KERJA NOMOR :
KEP.187/MEN/1999

TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
Pasal 11
Sifat Fisik dan Kimia :
a. Cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21° C dan
< 55° C pada tekanan 1 (satu) atmosfir
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala <
21° C dan titik didih > 20°C pada tekanan 1 (satu)
atmosfir
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20° C pada
tekanan 1 (satu) atmosfir
Pasal 12
1. Bahan kimia yang termasuk kriteria mudah meledak apabila
reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam jumlah
dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
2. Bahan kimia kriteria reaktif
3. Bahan kimia kriteria oksidator apabila reaksi kimia atau
penguraiannya menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran
Pasal 14
• Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia :
c. Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton
d. Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton
e. Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton
f. Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton
g. Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton
h. Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton
Pasal 15
1) Perusahaan/industri yang mempergunakan bahan
kimia berbahaya melebihi Nilai Ambang Kuantitas
(NAK) : perusahaan yang mempunyai potensi bahaya
besar.
2) Perusahaan/industri yang mempergunakan bahan
kimia berbahaya sama atau lebih kecil dari Nilai
Ambang Kuantitas (NAK) : perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya menengah
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
PEKERJAAN UMUM NOMOR:
11/KPTS/2000

TENTANG
KETENTUAN TEKNIS MANAJEMEN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI
PERKOTAAN
BAB I KETENTUAN UMUM
PASAL 1
Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
PASAL 2
Tujuan : mewujudkan bangunan gedung, lingkungan,
dan kota yang aman terhadap bahaya kebakaran
melalui penerapan manajemen penanggulangan
bahaya kebakaran yang efektif dan efisien
BAB II PENGATURAN MANAJEMEN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PERKOTAAN
PASAL 3
1) Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
meliputi ketentuan manajemen
3) Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah
dalam penyelenggaraan pembangunan dan
pemanfaatan bangunan gedung wajib memenuhi
ketentuan teknis manajemen penanggulangan
kebakaran
BAB II PENGATURAN MANAJEMEN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PERKOTAAN
PASAL 5
1) Pedoman pelaksanaan penyelenggaraan manajemen
penanggulangan kebakaran di Daerah perlu dibuat Peraturan
Daerah
3) Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang
manajemen penanggulangan kebakaran sebelum Keputusan
ini diterbitkan harus menyesuaikannya dengan ketentuan-
ketentuan manajemen penanggulangan kebakaran
BAB II PENGATURAN MANAJEMEN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PERKOTAAN
PASAL 6
2) Dalam melaksanakan pengendalian
1) Dalam melaksanakan penanggulangan kebakaran,
pembinaan : Pemerintah Pemerintah Daerah wajib
Daerah melakukan menggunakan ketentuan teknis
manajemen penanggulangan
peningkatan kemampuan kebakaran dalam mengeluarkan
aparat Pemerintah Daerah perizinan dan atau pemeriksaan yang
dan masyarakat untuk diperlukan.
3) Terhadap aparat Pemerintah Daerah
terwujudnya tertib yang melanggar ketentuan dalam
pencegahan dan Pasal 3 dikenakan sanksi administrasi
penanggulangan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
kebakaran.
BAB II PENGATURAN MANAJEMEN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PERKOTAAN
PASAL 7 3) Selain sanksi di dalam Peraturan Daerah
1) Penyelenggaraan manajemen dapat diatur mengenai pengenaan denda
penanggulangan kebakaran yang melanggar atas terjadinya pelanggaran
dikenakan sanksi administrasi yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah PASAL 8
2) Sanksi administrasi 4) Pembinaan pelaksanaan ketentuan teknis ini
a. Peringatan tertulis dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka
b. Pembatasan kegiatan meningkatkan kemampuan dan kemandirian
c. Penghentian sementara kegiatan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
manajemen penanggulangan kebakaran
pemanfaatan sampai dilakukannya
kota, lingkungan, dan bangunan gedung.
pemenuhan ketentuan manajemen
tersebut 5) Pembinaan dilakukan melalui pemberian
bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan
d. Pencabutan ijin yang telah
pengaturan.
dikeluarkan untuk menyelenggarakan
pemanfaatan bangunan gedung dan
atau lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai