Oleh :
Safira Lokinasti Salsabila 171144027
Shafira Dea Prasanti 171144028
Syahruk Malik Dirgantara 171144029
Tyas Sukma 171144030
Widdy Hijriyanthi Hakim 171144031
Widya Sofriani Putri 171144032
Kelas II
Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung
Dosen Pembimbing :
Ahmad Sofyan., SST., M.Eng
NIP .
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebegai berikut:
1. Mengetahui apa saja yang termasuk sistem proteksi kebakaran pasif.
2. Mengetahui sistematika penggunaan tempat yang aman saat terjadi
kebakaran.
3. Mengetahui denah dan jalur evakuasi pada gedung yang ditempati.
4. Membuat perencanaan akses jalan, jalur evakuasi, titik kumpul, dan tangga
darurat.
2.2.3 Keunggulan
Dalam banyak kasus, proteksi pasif akan membakar ruangannya sendiri
tanpa menyebar ke area lainnya. Keunggulan lain dari sistem proteksi kebakaran
pasif adalah melindungi penghuni gedung untuk melakukan evakuasi dengan
selamat. Hal ini dikarenakan kebakaran tertahan dalam satu ruangan dalam waktu
yang lama. Alat proteksi ini juga melindungi bangunan dari kehancuran atau
kerusakan akibat kebakaran, sehingga dapat menekan kerugian yang diakibatkan
oleh kebakaran baik kerugian materi maupun korban jiwa.
Pintu darurat merupakan pintu besi yang tahan api sampai jangka waktu
tertentu (tergantung fire rating) untuk mencegah penyebaran api dan asap pada
koridor darurat suatu gedung. Pintu ini dipasang pada pintu menuju tangga
darurat.
Beberapa syarat yang perlu di penuhi oleh pintu kebakaran diantaranya adalah:
Setiap tangga, panggung dan bordes harus sesuai standar konstruksi dan
harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar
Ukuran exit sign (tanda “EXIT” diberi warna kontras dengan latar
belakang, tanda “EXIT” ditulis dengan huruf kapital dengan tinggi
minimal 15 cm, tebal minimal 2 cm, lebar minimal 5 cm dan jarak
minimum antar huruf 1 cm) dan pencahayaan 300 lux dalam keadaan
normal dan 10 lux dalam keadaan darurat.
Kriteria koridor menurut Ramli (2010) yaitu tidak licin, bebas hambatan,
lamanya waktu keluar (risiko ringan = 3 menit, risiko sedang = 2,5 menit
dan risiko berat = 2 menit) dan panjang jarak tempuh (risiko ringan = 30
meter, risiko sedang = 20 meter dan risiko berat = 15 meter).
2.3.6 Titik Kumpul
Titik Kumpul adalah area terbuka di dekat pusat-pusat lingkungan
permukiman yang apabila terjadi bencana maka menjadi titik pertemuan
penduduk yang hendak diungsikan ke tempat yang lebih aman, atau
disebut juga Tempat Evakuasi Sementara (TES). Titik Kumpul sebagian
besar merupakan lapangan olah raga, atau berupa area terbuka yang
memungkinkan dilakukan kegiatan pengungsian seperti halaman kantor
desa, sekolah, tempat parkir atau tempat ibadah.
Persyaratan Titik Kumpul adalah :
a. Ketersediaan ruang atau area terbuka yang memadai. Menurut NFPA
101 tahun 2000, titik kumpul harus menyediakan space 0,3 m2 per
satu orang dengan tinggi minimal 200 cm atau lebih, berjarak 6,1
meter,
b. Jalur Evakuasi mudah diakses oleh korban bencana maupun
penolong,
c. Ketersediaan akses transportasi yang memadai dan akan membawa
ke tempat yang lebih aman dan nyaman secara cepat,
d. Aman dari jatuhan dan bahaya lainnya,
e. Kesediaan peta Jalur evakuasi yang mudah dipahami secara cepat,
f. Ketersediaan sarana komunikasi memadai yang terhubung dengan
struktur organisasi kedaruratan.
2.3.7 Jalur Akses Masuk dan Lapisan Perkerasan
Setiap bangunan harus menyediakan perkerasan yang ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga dapat langsung mencapai bukaan akses
pemadam kebakaran pada bangunan. Perkerasan tersebut harus dapat
mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil
pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik.
Lapisan perkerasan harus memiliki lebar minimum 6 m dan
panjang minimum 15 m, dan lapis perkerasan harus ditempatkan tidak
boleh kurang dari 2 m dari tepi terdekat atau lebih dari 10 m dari pusat
posisi bukaan akses pemadam kebakaran. Lapis perkerasan harus dibuat
sedatar mungkin dan tinggi ruang bebas di jalur masuk mobil pemadam
minimum 5 m untuk dapat dilalui peralatan pemadam tersebut.
Bidang kerja dengan lebar 4 m sebaiknya diletakkan sepanjang sisi
bangunan. Panjang maksimum 45 m antara ujung jalan akses mobil
pemadam kebakaran dan ujung terjauh dari bidang kerja untuk mencegah
kelebihan gerakan dari petugas pemadam kebakaranseperti pada gambar
berikut.
Dengan pendinginan
Dengan pengenceran.
d. Tempat kerja dibuat juga dengan cara dibatasi denga tembok tahan api.
Gambar 4.1 Gambar Site Akses Jalan Gedung Bea Cukai Cikarang
Berikut hasil penelitian site (jalan lingkungan) Gedung Bea Cukai Cikarang
No. Persyaratan Hasil Penelitian
Berdasar pada acuan standar tabel diatas, maka hal-hal yang dapat
disimpulkan tentang jalan lingungan bangunan Gedung Bea Cukai Cikarang
adalah sebagai berikut:
4.2.1 Koridor
Sarana jalan keluar merupakan jalan yang tidak terputus ataupun terhalang
menuju jalan umum. Sarana jalan keluar berfungsi untuk memudahkan proses
evakuasi sehingga penghuni bangunan dapat dengan cepat mengakses jalan keluar
bangunan.
Gambar 4.2 Gambar Denah Koridor Gedung Bea Cukai Cikarang
Berikut hasil penelitian sarana jalan keluar (koridor) Gedung Bea Cukai .
No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Lebar koridor bersih minimum 1,8m dan > 1,8m, 3m
tinggi min. 2,3m
Berdasar pada acuan standar tabel diatas, maka hal-hal yang dapat
disimpulkan tentang koridor bangunan Bea Cukai adalah sebagai berikut:
1. Lebar dan tinggi minimum koridor jalan keluar bangunan Bea Cukai
Cikarang memenuhi standar persyaratan.
2. Disepanjang koridor jalan keluar telah dilengkapi dengan Signboard namun
hanya pada beberapa titik saja.
5. Pintu darurat harus tahan api Tahan api Tidak tahan api
min. 2 jam.
6. Pintu darurat harus dilengkapi Sesuai Tidak sesuai
dengan alat penutup otomatis.
7. Pintu darurat harus dilengkapi Sesuai Sesuai
dengan tanda peringatan.
8. Pintu darurat harus dicat dengan Sesuai Sesuai
warna merah
Tabel 4.2. Analisa Pintu Darurat Gedung Bea Cukai Cikarang
Berdasar pada acuan standar tabel diatas, maka hal-hal yang dapat
disimpulkan tentang pintu darurat adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pintu darurat yang ada pada bangunan Gedung Bea Cukai Cikarang
adalah 2 buah.
2. Pintu darurat yang pertama sudah dilengkapi dengan kaca tahan api
berukuran 20cm x 15cm. Namun lebar pintu darurat ini belum memenuhi
standar karena hanya berukuran lebar 90cm, dimana bila sesuai dengan
persyaratan yang ada harus berukuran lebar minimal 100cm.
3. Pintu darurat yang kedua tidak dilengkapi dengan kaca tahan api serta
memiliki tinggi dibawah tinggi rata-rata manusia. pintu juga tidak bisa
dibuka dan berada pada pojokkan jalan sehingga tidak diketahui pasti apa
sebenarnya fungsi pintu tersebut.
4. Warna pintu darurat berwarna merah, sesuai dengan standar yang diminta.
5. Pintu darurat yang pertama dapat membuka ke arah luar dan dapat menutup
otomatis sehingga telah memenuhi standar yang ada.
6. Pintu darurat sudah ditandai oleh tanda peringatan.
4.3 Titik Kumpul pada Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Berdasar pada acuan standar tabel diatas, maka hal-hal yang dapat
disimpulkan tentang titik kumpul adalah sebagai berikut:
1. Titik kumpul berada dalam area terbuka dan ada beberapa titik sehingga
memadai untuk kebutuhan evakuasi sementara.
2. Jalur Evakuasi mudah di akses oleh korban bencana mau pun penolong
karena jalurnya terbuka dan mempunyai ruang yang cukup untuk dilalui.
3. Ketersediaan sarana komunikasi di tmpat belum sesuai karena pada
Gedung ini hanya berupa tempat terbuka dan pengalihan fungsi seperti
lahan parkir.
4. Area atau Titik Kumpul ini aman dari jatuhan baik dari gedung itu sendiri
maupun yang lainnya karena berada di ruang terbuka dan berada pada
jarak yang cukup aman.
Gambar 4.10. Denah Tangga Darurat LT.2 Gedung Bea Cukai Cikarang
Gambar 4.10. Denah Tangga Darurat LT.1 Gedung Bea Cukai Cikarang
1. Setiap banunan gedung negara yang Sisi utara Sisi timur laut
bertingkat lebih dari 3 lantai harus bangunan bangunan
mempunyai tangga
darurat/penyelamatan min. 2 buah
dengan jarak maks. 30m (bila
menggunakan sprinkler jarak maks.
45m).
2. Terbuat dari material yang tahan Tidak tahan asap Tidak tahan asap
terhadap asap.
3. Lebar tangga darurat min. 1,2m. 1,50 m 1,00 m
3. Tangga darurat/penyelamatan tidak Sesuai Sesuai
boleh berbentuk tangga melingkar
vertikal, exit pada lantai dasar
langsung ke arah luar.
5. Tangga darurat/penyelamatan harus Tidak tahan api -
tahan api min. 2 jam.
Tabel 4.1. Analisa Tangga Darurat Gedung Bea Cukai Cikarang
Berdasar pada acuan standar tabel diatas, maka hal-hal yang dapat
disimpulkan tentang tangga darurat Gedung Bea Cukai Cikarang ada sebagai
berikut:
1. Jumlah tangga darurat yang ada pada bangunan Gedung Bea Cukai Cikarang
2 buah, yaitu pada sisi utara dan timur laut bangunan.
2. Bangunan menggunakan sistem sprinkler sehingga jarak maksimum
pencapaian tangga darurat ada 45m, namun pencapaian tangga darurat pada
bangunan melebihi standar dan tidak memenuhi syarat.
3. Tangga bagian utara bangunan tidak difungsikan sebagai tangga darurat
meskipun diberi tanda tangga darurat. Tangga tersebut lebih difungsikan
sebagai tangga biasa yang bisa diakses seluruh pengguna bangunan dan
berada ditempat terbuka tanpa pintu darurat. Selain itu tangga juga tidak
langsung menuju jalan keluar, sehingga fungsi tangga tidak efektif.
4. Ukuran tangga darurat minimum 1,2m, namun tangga darurat pada sisi timur
laut bangunan hanya mempunyai lebar 1m sehingga tidak memenuhi
persyaratan yang ada.
5. Tangga darurat tidak dilengkapi dengan dinding pelindung sehingga tangga
darurat tidak terlindung dan tidak tahan terhadap api.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil observasi dan pembahasan keandalan sistem
proteksi kebakaran pasif bangunan Gedung Bea Cukai adalah terdapat beberapa
komponen sistem proteksi kebakaran pasif yang tidak memenuhi persyaratan.
Berikut rincian komponenkomponen sistem proteksi pasif kebakaran bangunan
Gedung Bea Cukai;
5.2 Saran
Adapun saran yang direkomendasikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan variabel lain ataupun
kriteria lain untuk mengevaluasi tingkat keandalan sistem proteksi pasif
kebakaran bangunan pada penelitian lanjutan ini.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode lain dalam
proses evaluasi sehingga hasil penelitian lanjutan lebih presisi.
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-1735-2000. 2000. Tata Cara Akses Bangunan dan Lingkungan. Badan
Standarisasi Nasional. Bandung.
SNI 03-1736-2000. 2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Badan
Standarisasi Nasional. Bandung.
SNI 03-1746-2000. 2000. Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan
Ke Luar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.