Anda di halaman 1dari 13

UTILITAS BANGUNAN

Sistem Penanggulangan Kebakaran Dan Sistem Ventilasi Udara Alami


Pada RSUP Wahidin Sudirohusodo

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

FITRA MAHARANI CHAIRIL ANWAR

411 19 032

3B

PROGRAM STUDI D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2021/2022
UTILITAS BANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat diiringi dengan
perkembangan infrastruktur yang semakin maju telah menciptakan berbagai gedung
bertingkat dengan sistem utilitas yang lengkap dan memadai. Peran Sistem utilitas dalam
perancangan gedung bertingkat sangat penting untuk menunjang unsur unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan tersebut.

Sistem utilitas pada bangunan gedung terdiri dari sistem ventilasi/pengudaraan,


plambing dan sanitasi, peneranga/pencahayaan, keamanan dan CCTV, penangkal petir,
akustik, komunikasi, pembuangan sampah, kelistrikan, pencegahan kebakaran, dan
helipad/landasan helikopter Kelengkapan fasilitas utilitas bangunan ini disesuaikan dengan
jenis dan kegunaan dari suatu bangunan.

Pada penyusunan laporan ini, sistem yang akan dibahas yaitu sistem penanggulangan
kebakaran dan sistem ventilasi. Kedua sistem tersebut memiliki peranan yang sama
pentingnya terkait dengan kegunaan suatu bangunan yang menyangkut tentang Kesehatan dan
keselamatan pengguna bangunan.

Sistem penanggulangan kebakaran merupakan salah satu upaya untuk mengurangi


kerugian apabila terjadi kebakaran baik itu kerugian korban jiwa, harta, kerugian lingkungan,
dan mengganggu kenyamanan masyarakat. Sedangkan sistem ventilasi merupakan sistem
pertukaran udara dari luar ke dalam dan sebaliknya yang bertujuan untuk mengontrol kualitas
udara dalam ruangan.

Berdasarkan fungsi dari sistem utilitas tersebut, maka penulis melakukan evaluasi
sistem utilitas penanggulangan kebakaran dan sistem ventilasi udara alami di RSUP Wahidin
Sudiro Husodo yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan, Makasssar, Sulawesi Selatan.

2
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

BAB II
DASAR TEORI

1. Sistem Penanggulangan Kebakaran


Sistem penanggulangan kebakaran merupakan merupakan sistem yang dibuat
untuk mencegah dan manenggukangi apabila terjadi bencana kebakaran. Peraturan
mengenai tata cara perencanaan sistem penanggulangan kebakaran di Indonesia diatur
pada SNI 03-1736-2000.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya
kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai
bangunan, termasuk ke bangunan lainnya.
Beberapa dampak dari kebakaran adalah sebagai berikut :
 Mengenai life safety
▪ Ancaman jiwa maupun luka
▪ Trauma psikologis
 Kaitan dengan property safety
▪ Memiskinkan masyarakat, kehilangan pekerjaan
▪ Kerugian harta benda, investasi merugi
 Kaitan dengan environmental safety
▪ Gangguan terhadap kelestarian lingkungan
▪ Penipisan lapisan ozon, pemanasan global
 Kaitan dengan process / industrial safety
▪ Stagnasi bisnis / usaha
▪ File data, rekaman, dokumen penting musnah

3
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

Maka, untuk mengurangi risiko dari kebakaran dibutuhkan sebuah sistem


untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran. Tuntutan total dari fire safety yang
harus dipenuhi yaitu sistem aktif, sistem pasif, dan fire safety management.
1) Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem aktif merupakan sistem yang menggunakan energi. Sistem proteksi
kebakaran aktif ini untuk memadamkan api secara langsung seperti :
a) Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Sistem deteksi merupakan sistem otomatis yang berfungsi untuk
mendeteksi munculnya kebakaran. Sistem deteksi dapat berupa detector
asap, api, dan hawa panas yang tidak biasa dalam suatu ruangan.
Alarm kebakaran terbagi menjadi manual dan otomatis yang memiliki
fungsi untuk menginformasikan kepada pengguna bangunan apabila
kebakaran terjadi. Alarm kebakaran juga dilengkapi oleh lampu yang
berfungsi untuk mengeluarkan bunyi bising dan indikasi lampu yang
menyala apabila terjadi kebakaran.
b) Sistem pemadam basis air manual
Sistem pemadam basis air manual atau disebut sistem hidran. Hidran
yang terdapat di dalam bangunan umumnya berbentuk kotak yang didalam
kotak tersebut terdapat selang kebakaran, hose reel, dan nozzle (ujung
selang). Sedangkan hidran pada halaman disebut hydrant pillar hydrant
pillar ini berfungsi sebagai penyedia air untuk petugas kebakaran apabila
air pada tangka mobil kebakaran telah habis.

Gambar 2. 1 Isi Hydrant box

c) Sistem pemadam basis air otomatik


Sistem ini merupakan sistem yang menyediakan air secara otomatis
apabila terjadi kebakaran. Sistem pemadam basis air otomatik ini berupa
sistem sprinkle dengan cara kerja yaitu apabila suhu ruangan telah
4
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

mencapai 68 derajat celcius, maka air raksa yang mengganjal ampul


(penutup srinkler) akan pecah. Dengan terbukanya katup atau ampul, maka
tekanan pada pipa akan menurun secara drastis, dan kondisi ini membuat
katub pengatur air mengalirkan air ke dalam pipa secara cepat
menuju nozzle sprinkler yang terbuka. Dan jika kebakaran semakin besar
maka nozzle sprinkler yang lainnya juga akan ikut terbuka dan
menyemprotkan air untuk memadamkan api.

Gambar 2. 2 Kepala Sprinkler

d) Sistem pemadam basis kimia portable


Sitem ini berupa tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Alat
pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam kebakaran portable
karena bentuknya yang kecil dan praktis sehingga mudah dipindahkan dan
dibawa ke mana-mana. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tersedia dalam
berbagai macam ukuran mulai dari 0,5kg sampai dengan 14 kg.
Penempatan APAR harus tampak jelas, mencolok, mudah dijangkau dan
siap digunakan setiap saat, serta perawatan dan pengecekan APAR secara
periodik.
e) Sistem pemadam basis kimia Khusus
Sistem pemadam ini merupakan sistem yang mengandung bahan
kimia berupa gas halon. Halon fire extinguisher dikembangkan khusus
untuk memadamkan api dengan kelas A, B dan C. Artinya gas kimia ini
bisa memadamkan api yang berasal dari cairan kimia atau cairan mudah
terbakar, benda-benda padat organik, serta api yang disebabkan karena
korsleting listrik atau mesin. Meskipun tidak meninggalkan residu dan
tidak mengubah suhu di sekitar benda yang terbakar, namun resiko dari
penggunaan halon fire extinguisher. Salah satunya adalah gas ini bisa
berubah menjadi gas beracun dan membuat seluruh logam yang ada di
dalam ruangan menjadi berkarat.

5
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

f) Peralatan pendukung sistem aktif


Peralatan ini berupa sumber air, genset, dan pompa kebakaran.
Peralatan ini berfungsi untuk menampung air yang kemudian akan
disalurkan pada sistem penanggulangan kebakaran pada suatu gedung
seperti sistem sprinkler dan hydrant.
2) Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif merupakan sistem proteksi kebakaran yang
terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen
struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan
tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.
kompartemensasi merupakan usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran
dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan
terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung.
Penyediaan jalan keluar yang aman juga merupakan salah satu cara
untuk mengurangi korban jiwa yang diakibatkan jika terjadi kebakaran. Maka,
rambu rambu pada bangunan berupa jalur evakuasi sangat berperan penting guna
menjaga keselamatan pengguna bangunan.
3) Fire Safety Management
 Pemeriksaan berkala terhadap sistem dan peralatan proteksi kebakaran
 Pembentukan tim emergency yang dinamis
 Pembinaan dan pelatihan personil
 Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP)
 Latihan kebakaran dan evakuasi (fire drill)
 Penyusunan SOP aman kebakaran (pekerjaan mengelas, men-cat, mematri /
hot works )
 Fire safety audit (walk through – preliminary – complete)
 Firesafe housekeeping
 Firesafety campaign / sosialisasi

2. Sistem Ventilasi Udara Alami

6
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

Ventilasi merupakan suatu tempat keluar dan masuknya udara pada suatu
ruangan pada bangunan. Keluar masuknya udara dimaksudkan sebagai sirkulasi udara,
yang tidak hanya membuat kondisi ruangan nyaman juga mempertahankan
kelembaban yang normal dan memenuhi syarat.(Achmad Basuki, ST.,
MT).Sedangkan menurut ILO (1991), ventilasi digunakan untuk memberikan kondisi
dingin atau panas serta kelembaban di tempat Kerja. Fungsi lain adalah untuk
mengurangi konsentrasi debu dan gas-gas yang dapat menyebabkan keracunan,
kebakaran dan peledakan.
Ventilasi udara adalah aspek penting dalam perencanaan bangunan,agar
penghuni didalamnya dapat melaksanakan aktivitas dengan nyaman dan lebih
produktif.Kelembaban yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan beberapa
masalah,baik untuk penghuni atau pun bangunan itu sendiri,seperti timbulnya jamur
pada dinding bangunan yang dapat menjadi penyakit bagi penghuni sekaligus dapat
merusak dan mengotori bangunan.
Perbedaan jenis bangunan,desain,lokasi serta keadaan geografi dan topografi
dimana bangunan tersebut dibangunan adalah aspek-aspek yang mempengaruhi
pemilihan sistem ventlasi bangunan tersebut,sebagai contoh bangunan yang berada di
daerah pegunungan dan di pantai tentu akan berbeda sistem ventilasi yang digunakan.
Begitupula dengan material yang digunakan,sebagai contoh di pedesaan cenderung
bahan-bahan yang digunakan untuk ventilasi bangunan berasal dari alam seperti kayu
dan bambu sedangkan bangunan-bangunan di perkotaan lebih cenderung menggunkan
bahan-bahan industrial.

Kelayakan ventilasi alami tergantung pada iklim dan jenis bangunan.


dengan persyaratan kenyamanan, udara luar dapat dimasukkan untuk
7
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

mengurangi panas yang terkumpul dalam bangunan. Untuk beberapa bangunan


dan kondisi iklim tertentu, penggunaan ventilasi alami dapat menghemat
energi lebih dari 10%. Suhu dan kelembaban udara luar di Jakarta biasanya di
atas standar kondisi kenyamanan dalam ruangan pada 25oC dan 60% RH.
Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung di Indonesia diatur pada SNI 03-6572-2001.
Persyaratan teknis sistem ventilasi sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai, dengan
tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan jarak
dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
3. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap pembakaran
sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa
berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini diusahakan tidak
terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lain-lain.

8
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

BAB III
STUDI KASUS

1. Sistem Penanggulangan Kebakaran


Sistem penanggulangan kebakaran di RSUP Wahidin Sudirohusdo adalah sebagai
berikut :
 Sistem deteksi dan alarm kebakaran

Gambar 3 . 1 Detektor Asap Gambar 3 . 2 Alarm Kebakaran

Gambar 3 . 3 Lampu Alarm Kebakaran

Sistem deteksi yang terdapat di RSUP Wahidin Sudirohusodo terdapat detector


atap atau smoke detector. Alat pendeteksi ini merupakan sensor yang mendeteksi
gumpalan asap. Ketika kepadatan asap (smoke density) sudah mencapai ambang batas
(threshold), maka alarm kebakaran akan berbunyi.
Lampu alarm kebakaran merupakan lampu darurat yang menjadi pencahayaan
akibat pemadaman listrik apabila terjadi kebakaran.

9
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

 Sistem peredam basis air manual

Gambar 3 . 4 Hydrant Box Gambar 3 . 5 Hydrant Pillar

Hydrant terdapat di dalam dan di luar gedung. Sistem hydrant indoor yang
digunakan di RSUP Wahidin Sudiro Husodo yaitu hydrant box yang terdapat
disetiap lantai. Tipe hydrant box yang digunakan yaitu hydrant box tipe A2 dengan
ukuran 100x80x18 cm yang didalamnya terdapat berbagai alat untuk
menanggulangi kebakaran berupa selang dan nozzle (ujung selang pemadam)
untuk mengeluarkan air.

Hydrant Pillar berada diluar ruangan sebagai output yang menyambungkan


air dari water tank ke peralatan kebakaran. Selain itu hydrant pillar juga digunakan
sebagai konektor mobil kebakaran jika air pada water tank telah habis. Hydrant
pillar yang digunakan pada bangunan ini yaitu tipe hydrant pillar two way yang
berarti hydrant ini memiliki 2 jalur yang dpat mengelurkan air

 Sistem Pemadam Berbasis Air Otomatik

Gambar 3 . 6 Sprinkle Air

10
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

Jenis sistem pemadam berasis air otomatik yang digunakan pada bangunan ini
yaitu sistem sprinkle. Sistem ini akan mengeluarkan air secara otomatis apabila
suhu udara meningkat.

 Sistem Keamanan Berbasis Kimia Portable

Gambar 3 . 7 APAR

APAR pada gedung RSUP Wahidin Sudirohusodo terdapat disetiap lantai dan
terletak pada posisi yang mudah untuk dijangkau.

 Penyediaan Sarana Jalan Keluar Yang Aman

Gambar 3 . 8 Denah dan Titik Kumpul

Gambar 3 . 10 Rambu Jalur Evakuasi Gambar 3 . 9 Rambu Exit

11
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

RSUP Wahidin Sudirohusodo dilengkapi rambu rambu yang ditempel


didinding yang berfungsi sebagai petunjuk jalan keluar gedung apabila terjadi
kebakaran.

2. Sistem Ventilasi Udara Alami


Fasilitas sistem ventilasi alami pada gedung ini terbilang cukup untuk menjamin
terjadinya pertukaran udara dari luar ke dalam gedung dan sebaliknya. Terdapat banyak
bukaan yang terlihan di bangunan ini yang dapat menjadi akses untuk keluar dan
masuknya udara.

Gambar 3 . 12 Jendela
Gambar 3 . 11 Pintu

Gambar 3 . 12 Jendela Boven

12
KELOMPOK 3
UTILITAS BANGUNAN

Gambar 3 . 13 Jalusi

Dapat dilihat pada gambar diatas, terdapat berbagai jenis sistem ventilasi udara
yang menjadi akses masuknya udara di RSUP Wahidin Sudirohusodo. Pintu dan
jendela yang dapat dibuka merupakan akses utama yang digunakan sebagai akses
masuknya udara secara alami ke dalam gedung. Selain itu terdapat jalusi yang
merupakan celah celah yang selain mempercantik gedung dari segi arsitektural juga
sebagai lubang untuk aliran udara masuk.
.

13
KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai