Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pendirian sebuah bangunan terdapat beberapa sistem utilitas yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah sistem pencegahan dan pemadam kebakaran. Kebakaran
merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak, baik pemilik bangunan,
pengelola/pengguna atau masyarakat lainnya yang berada dalam gedung. Seiring
meningkatnya ukuran dan kompleksitas bangunan gedung, sudah seharusnya pula diiringi
dengan peningkatan perlindungan terhadap masyarakat.

Sejak dahulu api merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga
hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian
skala besar dalam industri dalam peleburan logam. Tetapi sudah tidak dapat dikendalikan
lagi, api menjadi musuh manusia yang merupakan malapetaka dan dapat menimbulkan
kerugian baik materi maupun jiwa manusia. Hal tersebut yang biasa disebut kebakaran.

Saat ini banyak sekali kita temui bangunan bertingkat tinggi yang difungsikan
untuk kegiatan publik. Seiring dengan berkembangnya pembangunan, maka sistem
pengamanan yang disediakan juga semakin canggih dan bervariasi. Salah satunya adalah
sistem pemadam kebakaran. Selain sistem pemadaman terdapat pula beberapa sistem lain
yang terkait diantaranya yaitu sistem evakuasi, sistem pencegahan dan fire safety
management.

Kebakaran yang terjadi pada suatu bangunan maupun wilayah dapat dicegah
melalui hal-hal yang memang sudah dipersiapakan sebalumnya. Pencegahan terhadap
kebakaran dapat disosialisasikan kepada masyarakat umum. Apabila kebakaran sudah
terjadi maka hal yang dapat dilakukan adalah pemadaman api dan evakuasi korban. Proses
pemadaman dilakukan dengan menggunakan beberapa peralatan penunjang seperti alat
penyediaan air maupun proses penyaluran air menuju titik api. Bangunan yang baik adalah
bangunan yang sudah dilengkapi oleh semua sistem utilitas utama maupun penunjang.
Oleh sebab itu sistem pemadam kebakaran sangat diperlukan pada setiap bangunan baik
itu yang difungsikan sebagai ruang privat maupun ruang publik.
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
kami jabarkan diantaranya :

1. Bagaimana cara kerja sistem pemadaman kebakaran dan komponen yang


berpengaruh di dalamnya ?
2. Bagaimana proses evakuasi korban kebakaran yang dapat dilakukan ?
3. Apa yang dimaksud dengan fire safety management ?
4. Apa saja bentuk pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kebakaran ?

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, manfaat penyusunan


makalah ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui cara kerja sistem pemadaman kebakaran dan komponen


yang berpengaruh di dalamnya
2. Untuk mengetahui proses evakuasi korban kebakaran yang dapat dilakukan
3. Untuk mengetahui pengertian dari fire safety management
4. Untuk mengetahui bentuk pencegahan yang dapat dilakukan terhadap
kebakaran

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 2


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KERANGKA PENUGASAN

Jangka waktu pembuatan tugas berkisar sekitar satu minggu setelah pemberian
tugas. Tugas dikerjakan secara berkelompok dengan masing-masing kelompok rata-rata
terdiri dari lima hingga enam orang anggota. Tugas ini akan dipresentasikan di depan kelas
oleh kelompok yang bersangkutan sesuai jadwal yang telah dibuat.

Tugas disusun dalam bentuk makalah yang terdiri dari empat bab yang membahas
mengenai salah satu sistem utilitas bangunan. Sebelum pengumpulan, tugas dapat melalui
proses asistensi terlebih dahulu kepada dosen yang bersangkutan untuk mendapatkan
kejelasan mengenai materi yang diterima. Tugas ini menjadi salah satu syarat penilaian
evaluasi yang diberikan bagi mahasiswa.

2.2 METODE PENGUMPULAN DATA

Pembahasan tugas ini dilakukan dengan cara diskusi antar anggota kelompok dan
juga pencarian data melalui referensi-referensi yang ada, misalnya dari buku dan internet.
Penyusunan tugas ini dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif, yaitu pembahasan
secara menyeluruh dan detail mengenai suatu yang dijadikan pokok bahasan. Selain itu
kami juga mencantumkan beberapa buah gambar sebagai referensi tambahan bagi
pembaca.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SISTEM PENCEGAHAN


Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan
sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dapat
dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar kita untuk
dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri.
Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu sistem
yang harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya sistem ini
pada bangunan, bangunan daapt terlindungi serta nyawa penghuni bangunan tersebut dapat
terselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau perlindungan
kebakaran patut mengikut akta dan standard yang bersesuaian dengan bangunan tersebut.

PROSES KEBAKARAN
Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas
dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Keseimbangan unsur – unsur
tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai
unsur – unsur tersebut :

a. Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting
dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan
pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan
menimbulkan pembakaran.

b. Panas
Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur,
sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber
panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat
reaksi kimia dan sebagainya.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 4


c. Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar )
Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur
terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila
tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin
rendah.

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing


tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
 Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
 Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh
lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal
sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar
kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat
tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan.
Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.

3.1.1 Sistem Deteksi Kebakaran

Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut mengenai cara kerja
alat-alat yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali tejadinya kebakaran sejak
awal proses timbulnya api atau asap. Sistem ini berfungsi untuk mengantisipasi meluasnya
proses kebakaran pada suatu bangunan (gedung) dan untuk memberikan peringatan bagi
penghuni gedung agar dapat segera dievakuasi atau menyelamatkan diri.

Sistem deteksi kebakaran umumnya diwajibkan pemasangannya pada bangunan


dengan skala dan dimensi besar serta difungsikan sebagai ruang publik. Hal ini karena
pada bangunan yang difungsikan sebagai ruang publik akan terdapat banyak penghuni
didalamnya sehingga memerlukan perhatian lebih dari segi tingkat keamanan termasuk
mengenai sistem pemadam kebakaran.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 5


Sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya yaitu
dalam bentuk alarm peringatan kebakaran. Fire  Alarm System adalah alat yang berfungsi
untuk memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas.
Cara Kerja Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti
gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang
berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat
ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell atau
alarm.

Komponen Fire Alarm System

Gambar 3.1.1. Komponen Fire Alarm System


1. Sumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-
kebakaran-fire-alarm.html

Gambar 3.1.2. Fire Alarm Control Panel


Fire Alarm Control Panel memiliki berbagai Sumber : http://sistem-pemadam-
macam bentuk dan variasi sesuai fungsi kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-
pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html
dan produsennya. Fungsi Fire Alarm ini
adalah untuk mengintegrasikan berbagai sensor dan audio visual indicator yang
berkaitan dengan fire alarm system. Fire alarm umumnya juga dilengkapi built-in
telephone yang dapat digunakan pada saat terjadi kebakaran.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 6


2. Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas
adalah sensor yang digunakan untuk
mendeteksi temperatur tinggi, yaitu
detektor panas yang dapat diintegrasikan
dengan panel controller (security alarm).

Gambar 3.1.3. Heat Detector


Sumber : http://sistem-pemadam-
kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-
pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

3. Smoke Detector adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya gumpalan asap.

tector
madam-
013/05/alat-
-alarm.html
4. Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas
Alarm Standalone Gas Detector adalah
alat yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kebocoran gas
berbahaya seperti LPG dan Methane.
Detector ini dapat berfungsi tanpa
harus menggunakan panel controller.
Gambar 3.1.5. Gas Detector
Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat
Sumber : http://sistem-pemadam-
ini akan membunyikan built-in kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-
sirine.Alat  ini dapat ditempatkan pada pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas detector,
alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.

Prinsip Kerja Fire Alarm System

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 7


Rangkaian Alarm Tanda Kebakaran adalah suatu rangkaian yang dapat dipakai
untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran. Rangkaian ini mempunyai sensor yang
sangat peka terhadap panas yang disebut Thermistor atau NTC (Negative Temperature
Coefisient). Dalam pemakaiannya sebaiknya alat ini ditempatkan di dekat peralatan yang
dapat menimbulkan panas. NTC ini tahanannya akan kecil apabila kena panas dan akan
mengakibatkan transistor akan aktif dan relay akan menghubungkan alarm dengan sumber
listrik (baterai/accu/jala-jala listrik) sampai speaker berbunyi.

Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi dengan
sistem tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang pengendali
kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak
hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan
kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, di mana tanda bahaya
kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem
sprinkler.

Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel,
utama pengendalian kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau
secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus pendek yang akan
menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi.

Sederhananya, sensor dapat berupa sakelar yang ditempatkan pada lokasi tertentu
dan dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda bahaya berfungsi. Pada benda-
benda yang diam, panjang pantulan gelombangnya tetap sama, tetapi jika ada objek yang
bergerak, maka terjadi perubahan panjang pantulan gelombang, dan hal ini akan
mengaktifkan tanda bahaya. 

Prinsip di atas digunakan pada sensor ultrasonik dan sensor gelombang mikro.
Sensor ultra sonik dapat dikacaukan jika terjadi turbulensi udara akibat sistem tata udara
atau adanya bunyi yang disebabkan oleh dering telephon, suara kipas udara, atau getaran
peralatan dalam ruangan. Sensor ultrasonik dapat mencakup luas 7,00 meter x 9,00 meter.
Sedangkan pada gelombang mikro, sensor baru berfungsi jika objek telah mencapai jarak
tertentu, dan perkiraan dimensi objek yang bergerak dapat diatur. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kemungkinan kekeliruan antara manusia dan binatang peliharaan dan
gangguan akibat adanya turbulensi atau getaran benda-benda. Sensor gelombang mikro

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 8


juga dapat menembus kaca, kayu, partisi dan lantai tetapi akan memantul pada benda-
benda yang terbuat dari logam.

3.1.2 Sistem Kompartemenisasi

Kompartemenisasi merupakan suatu usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran


dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok dan elemen lainnya yang
tahan terhadap api dalam waktu yang sesuai dengan kelas bangunan. Ukuran
kompartemenisasi dan konstruksi pemisah harus dapat membatasi kobaran api yang
potensial, perambatan api dan asap.

Kompartemenisasi adalah penyekatan ruang dalam luasan masimum dan/atau


klasifikasi bangunan dan tipe kontruksi tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat
pembentuk kompartemen dimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau
mencegah penjalaran panas keruang bersebelahan.

Salah satu perwujuadan sistem kompartemenisasi pada bangunan biasanya dibuat


dalam bentuk ruang kompartemen atau ruang anti api. Ruang ini berfungsi sebagai tempat
berlindung atau evakuasi bagi korban yang terjebak di dalam gedung. Ruang kompartemen
adalah ruang khusus yang dibuat untuk dapat bertahan dari api jika terjadi kebakaran.
Ruang ini tidak akan ikut terbakar apabila seluruh bangunan mengalami kebakaran. Baik
dinding, lantai maupun lapisan pada langit-langit ruang ini dibuat dari bahan atau material
yang memiliki ketahanan tingga terhadap api.

Selain ruang kompartemen, sistem kompartemenisasi juga dapat diterapkan pada


dinding yang melapisi bagian dalam bangunan dengan areal tangga darurat. Lapisan
dinding pada areal tangga darurat yang difungsikan sebagai jalur evakuasi apabila terjadi
kebakaran umumnya dibuat berbeda. Hal ini berkaitan langsung dengan fungsi dari tangga
darurat itu sendiri. Dingding pada tangga darurat dibuat dari material yang dapat bertahan
dari api dengan ketentuan waktu minimum yaitu 4 jam.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 9


Sebelum sebuah bangunan itu didiami, bangunan hendaknya diperiksa terlebih
dahulu oleh Pihak Jabatan Bomba dan Penyelamat untuk mendapatkan kelulusan dalam
hal bangunan aman untuk didiami. Sistem pencegahan atau perlindungan dari kebakaran
terdiri dari :

1. Sistem Pencegahan Aktif

Sistem pencegahan aktif merupakan upaya pencegahan terjadinya


kebakaran secara dini dari dalam bangunan itu sendiri, yang diusahakan sendiri oleh
pemilik gedung, yang diantaranya adalah dengan memasang :

 Peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis,


 Pemasangan sprinkle,
 Penyediaan hidrant/tabung pemadam kebakaran
 Alarm kebakaran

2. Sistem Pencegahan atau Proteksi Pasif

Sistem Proteksi Pasif (SPP) adalah sistem perlindungan bangunan terhadap


kebakaran melalui pertimbangan sifat termal bahan bangunan, penerapan sistem
kompartemenisasi dalam bangunan, serta persyaratan ketahanan api struktur bangunan.
Sistem proteksi pasif bekerja melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan.
Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api
dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan
bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung
penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran. Yang termasuk di dalam sistem
proteksi pasif ini antara lain :

A. Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunan

Dalam perencanaan dan desain site, akses, dan lingkungan bangunan


beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan
penanggulangan kebakaran ini antara lain :

 Penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan


 Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 10


 Tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan
 Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan
 Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman

B. Perencanaan struktur dan konstruksi bangunan

Dalam perencanaan sistem ini hal yang perlu diperhatikan antara lain:

 Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material


 Kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-
komponen struktur.
 Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya, dengan
memilih material struktur yang lebih resisten.
Dalam hal konstruksi, konstruksi yang dipilih adalah konstruksi yang tahan terhadap
api. Terdapat tipe kontruksi tahan api terdiri dari tipe A, B, dan C menurut SNI 03-
1736-989

 Tipe A : Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan.
 Tipe B : Kontruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang dalam bangunan.
 Tipe C : Komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat
terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural
terhadap kebakaran.

C. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan

Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan biasanya diperuntukkan untuk


bangunan pemukimna berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih
kompleks. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini :

 Kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan


 Tangga kebakaran dan jenisnya
 Pintu kebakaran
 Daerah perlindungan sementara

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 11


 Jalur keluar bangunan
 Peralatan dan perlengkapan evakuasi

USAHA PENCEGAHAN
Pencegahan dalam hal ini adalah suatu usaha secara bersama untuk menghindari
kebakaran dalam arti meniadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Usaha ini pada
mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang dan menuntut peran serta dari masyarakat.
Sedangkan usaha – usaha yang dilakukan Pemerintah adalah :

a. Mengadakan dan menjalankan undang – undang / peraturan daerah seperti :


o Undang – undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.
o Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung
bertingkat.
o Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang
ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta.

b. Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa


pembuatan jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan
sosial penduduk.
c. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah
kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang ada
serta penyuluhan – penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak
dijalankan dengan baik.

3.2 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem
pemadam kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya
kebakaran. Namun ini difungsikan ketika bencana kebakaran sudah melanda gedung atau

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 12


bangunan. Sistem ini memiliki beberapa tahapan dalam cara kerjanya dan komponen
pendukung lainnya.

Akan lebih baik jika cara pemadaman kebakaran diketahui terlebih dulu. Dari pengertian
tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman api, yaitu :

a. Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan /


menjauhkan benda – benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakaran
dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar /
dimatikan.

b. Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas.


Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.

c. Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2 pada
lokasi sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistem
lokalisasi, yaitu dengan membatasi / menutupi benda – benda yang terbakar agar
tidak bereaksi dengan O2, contohnya :

 Menutup benda – benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air,
misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.

 Menimbun benda – benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.

 Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2

3.2.1 Macam-macam Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hydrant dan Fire Extinguisher. Dan
pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya sistem
yang digunakan terdiri dari :

A. Sistem sprinkler

Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara
otomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap
lantai (dalam plafon) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 13


salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler.
Sistem sprinkler terdiri dari :

1. Wet Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Pada
umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet Riser. Pada sprinkler ini,
pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat
(retard chamber) yang berfungsi untuk menghindarkan aktifnya alarm gong dari
akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali.

Cara kerja sistem :

Cara kerja sistem ini adalah melalui pecahnya kepala srinkler yang
menerima rangsangan panas berdasarkan tingkat suhunya. Air memancar dari
kepala sprinkler dan mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi turun sampai
ke titik tertentu sesui desain/rancangan. Turunnya tekanan selanjutnya akan
mengaktifkan.

2. Dry Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika
instalasi fire alarm memerintahkannya.

Cara kerja sistem :

Pada saat panas atau asap pada ruang yang dilindungi mencapai suhu
tertentu atau jumlah tertentu, panas/asap tersebut akan dideteksi oleh detektor yang
terpasang pada sistem sprinkler ini. Selanjutnya detector ini akan mengaktifkan
katup curah (Deluge value). Air yang mengalir ke sistem sprinkler selanjutnya akan
mengaktifkan pompa kebakaran dan alarm bel yang sekaligus berfungsi memberi
peringatan kepada petugas sebelum terpancarnya air dari kepala sprinkler yang
pecah.

KOMPONEN DALAM SPRINKLER

1. Pipa pada sprinkler

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 14


Pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai (dalm plafon) dengan jarak antara 3
sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api dari titik
kebakaran akan memecahkan head sprinkler. Dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa
pembagi, maka perhitungan harus dimulai dari pipa cabang yang terdekat pada katup
kendali. Jika pipa cabang atau kepala springkler tunggal disambung pada pipa pembagi
dengan pipa tegak, maka pipa tegak dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah
tempat dimana dimulai perhitungan pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan
ukuran pipa pada sistem springkler, ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan dengan arah
pengaliran air.

2. Kepala sprinkler

Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa
dan diletakkan sedemikian rupa sehingga akibat adanya perubahan suhu tertentu akan
memecahkan kepala sprinkler tersebut dan akan memancarkan air secara otomatis. Jenis
kepala sprinkler dibedakan atas :

a. Arah pancaran 

 Kepala sprinkler pancaran atas

Pada umumnya kepala sprinkler pancaran keatas dipasang diruangan/area yang


tidak dilengkapi plafon seperti di basement atau ruang parkir. Dasar
pemikirannya adalah bahwa panas selalu bergerak keatas, sehingga untuk itu
perlu untuk mendekatkan bulb sprinkler ke sumber panas.

 Kepala sprinkler pancaran bawah

Kepala sprinkler semacam ini dipasang di ruangan/area yang menggunakan


plafon

 Kepala sprinkler dinding

Kepala sprinkler dengan arah pancaran seperti ini biasanya di pasang dimana
faktor teknis ataupun estetika tidak dimungkinkan pemasangan instalasi
pemipaan.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 15


Gambar 3.2.1. Bentuk kepala sprinkler berdasarkan arah pancaran

Sumber : http://pkppksupadio.wordpress.com/

Keterangan gambar :

 Deret pertama adalah sprinkler dengan pancaran ke arah atas;


 Deret kedua adalah sprinkler dengan pancaran ke arah bawah;
 Deret ketiga adalah sprinkler dengan pancaran dari arah dinding.

b. Tingkat kepekaannya terhadap suhu atau temperatur dapat dibedakan menjadi


beberapa jenis yaitu :

 Kepala sprinkler dengan segel berwarna

Gambar 3.2.2. Contoh bentuk kepala sprinkler berdasarkan segel berwarna

Sumber : http://pkppksupadio.wordpress.com/
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 16
Tingkat kepekaan kepala sprinkler berdasarkan warna dan tingkat suhunya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

Tingkat suhu ºC

Jingga 57

Merah 69

Kuning 79

Hijau 93

Biru 141

Ungu 182

Hitam 204/260

3. Sistem penyediaan air

Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu


jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
pemilik bangunan atau diwakilkan penuh. Air yang digunakan tidak boleh mengandung
serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler, sambungan pada
sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan tekanannya mencukupi serta
tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik dapat
diterima sebagai sistem penyediaan air.

B. Sistem Hydrant

Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara
sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah. Berdasarkan
tempat/lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

1. Sistem Hydrant Gedung

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 17


Hydrant yang terletak atau dipasang di dalam bangunan. Sistem serta peralatannya
disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan atau gedung tersebut. Hidran jenis ini,
sesuai penggunaannya di klasifikasikan ke dalam 3 kelompok sebagai berikut :

a. Hidran Kelas 1 :

Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 2½ inci, yang


penggunaanya diperuntukkan secara khusus bagi petugas pemadam atau orang
yang telatih.

b. Hidran kelas II :

Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 1½ inci , yang


penggunaannya diperuntukkan penghuni gedung atau petugas yang belum terlatih.

c. Hidran kelas III :

Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter gabungan antara Hidran
kelas I dan II diatas.

2. Sistem Hydrant Halaman (Pilar)


adalah hidran ini terletak diluar atau lingkungan bangunan, sedangkan instalasi dan
peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik bangunan. Hidran halaman sering
disebut sebagai Outdoor Hydrant karena terletak di luar gedung.

3. Sistem Hydrant Kota


adalah hidran yang terpasang ditepi sepanjang ialah jalan pada daerah perkotaan
yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh pemerintah daerah setempat guna
menanggulangi bahaya kebakaran. Persedian air untuk jenis atau ini dipasok oleh
perusaahaan air minum (PDAM) setempat.

INSTALASI HYDRANT

Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran


secara manual dengan menggunakan hydrant box. Hydrant box tersedia pada setiap lantai
dengan beberapa zone /tempat. Pada hydrant box terdapat fire hose( selang) ,nozzle, valve,
juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 18
untuk diluar gedung (area taman / parkir ) terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.
Sistem hydrant terdiri atas sebagai berikut.

1. Gambar 3.2.3. Instalasi pipa hydrant

Sumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem-
hydrant.html
Tempat penyimpanan air (Reservoir)

Reservoir merupakan

pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa
tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah
maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air
untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan kapasitas
minimum pompa 500 galon per menit.

Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali
dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam
reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungan
dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai, dll.

2. Sistem Distribusi

Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi
yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant.
Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system
jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan
beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 19


 Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa
mengalami kerusakan.
 Semburan air hydrant lebih stabil meskipun seluruh titik hydrant dibuka.

Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydrant biasanya berukuran 12-16 inch.
Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan
untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung
dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk
menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya
berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang
berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan
ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan
supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas
pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil pemadam
kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

3. Sistem pompa hydrant

Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa.
Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta
mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa.
Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa
untuk menyedot dan menyemburkan air. Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:

 Pompa Generator
Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati.
 Pompa Utama
Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik
hydrant.
 Pompa Jockey
Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 20


Alat-alat pemadam kebakaran besar ada yang dilayani secara manual ada pula yang
bekerja secara otomatis. Sistem hydrant mempergunakan air sebagai pemadam api. Terdiri
dari komponen-komponen hydrant yaitu :

 Sistem persediaan air (45,60,90 menit)


 Sistem Pompa (Picu,Utama & Cadangan)
 Jaringan pipa
 Kopling outlet / Pilar / Landing valve
 Slang dan nozzle
 Sistem kontrol tekanan & aliran
 Katup-katup (valve)
 Saklar Tekanan (Pressure Swicth)
 Tangki Bertekanan (Pressure Tank)
 Tangki Pemancing (Priming Tank)
 Manometer
 Kotak Hidran berisi 1 set slang dan pipa pemancar (hose & nozzle)
 Sambungan Dinas Kebakaran (Siamese Connection)

KOMPONEN HYDRANT

Bak penampungan air hydrant untuk memasok kebutuhan sistem hidran kebakaran
berada di basement berdekatan dengan tangki filter air tanah dan air PDAM. Untuk
pasokan air tersebut dapat menggunakan pompa dan peralatan seperlunya untuk
menyediakan pasokan air ke sambungan selang. Fungsi Pompa ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan air kebakaran dari groundtank sampai ke ujung pengeluaran (nozzel).
Pompa kebakaran atau biasa disebut Fire Pump diperhitungkan dengan besar debit
kebutuhan air hydrant kebakaran dan Head (tinggi permukaan air sampai ujung
pengeluaran tertinggi ditambah kehilangan tekanan). Adapun komponen dalam instalasi
pipa hydrant :

1. Pipa Hydrant

Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran


secara manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box ini tersedia pada setiap
lantai dengan beberapa zone/tempat.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 21


Pada hydrant box terdapat fire hose [selang] ,nozzle, valve, juga terpasang alat
bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar
gedung [area taman/parkir] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet. 

Gambar 3.2.4. pipa hydrant


Sumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem-
sprinkler-dan-hydrant.html

2. Jocky Fire Pump 

Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada


pipa dan pressure tank. 

Gambar 3.2.5. jocky fire pump


Sumber : http://sistem-pemadam-
kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem
-sprinkler-dan-hydrant.html

3. Main Fire Pump

Digunakan sebagai pompa utama,


bila tekanan/pressure tank turun setelah
jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi
pump
emadam- [jocky pump akan mati sesuai dengan setting pressure tank] maka main pump akan
2013/04/sistem bekerja. 
tml
4. Diesel Fire Pump

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 22


Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal
operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja
mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis
berdasarkan pressure swicth. Bekerjanya
diesel fire pump secara otomatis
menggunakan panel diesel stater, panel ini
juga melakukan pengisian accu/me-charger
accu dan dapat bekerja secara manual dengan
kunci stater pada diesel tersebut . Untuk
perawatan pada diesel fire pump ini
dilakukan pemanasan setiap minggu [2 kali
Gambar 3.2.7. diesel fire pump
pemanasan], sebelum dilakukan pemanasan Sumber : http://sistem-pemadam-
diesel dilakukan pemeriksaan pada accu, kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem
-sprinkler-dan-hydrant.html
pendingin air [air radiator] dan peng-
checkkan pada pelumas mesin [oli mesin]. 

5. Siemense Conection

Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa


[diesel fire pump, fire main pump dan jocky pump]
tidak bisa di operasional / gagal bekerja pmaka
dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari
mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain
untuk menggantikan fungsi peralatan yang ada
dalam keadaan emergency , siemese conection
dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant. 

Gambar 3.2.8. siemense conection


Sumber : http://sistem-pemadam-
kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem
-sprinkler-dan-hydrant.html
6. Sistem Fire Alarm

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 23


Fire alarm adalah merupakan
sistem untuk membantu pemilik gedung
untuk mengetahui secepatnya suatu
sumber kebakaran , sehingga sebelum api
menjadi besar pemilik gedung sudah
dapat mengambil tindakan pemadaman.

Sistem ini memakai panel kontrol


Gambar 3.2.9. sistem fire alarm
[ MCFA ] yang biasanya dikontrol dari Sumber : http://sistem-pemadam-
kebakaran.blogspot.com/2013/04/sistem-
ruang teknik dan panel Annuciator [panel sprinkler-dan-hydrant.html
kontrol tambahan] di pasang di ruang
posko security agar petugas keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran
pada setiap lantai.

Sistem Alarm kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu

a. Sistem Alarm Kebakaran Kota

Sistem Alarm Kebakaran Kota adalah suatu cara atau alat komunikasi dari
penduduk/ warga masyarakat Kepada Dinas Kebakaran Kota untuk
menginformasikan tentang adanya bahaya kebakaran guna mendapatkan
pertolongan pemadaman. Sistem Tanda Bahaya Kebakaran seperti ini pada
kebanyakan kota di Indonesia mengunakan peasawat telepon dgn nomor panggail
113. Sistem alarm kebakaran Kota terdiri dari dua sistem yaitu :

 Sistem Lokal
Alarm kebakaran sistem lokal mengunakan titik panggil (Box circuits) yang
di pasang di beberapa tempat tertentu di dalam wilayah kota. Box tersebut
dilengkapi dengan saklar berupa tombol tekan, tombol tarik atau handle
tarik
 Sistem Central, (Pusat )
Alarm kebakaran kota sistem central pada hakekatnya memiliki komponen
yang sama dengan sistem lokal hanya perbedaannya terletak pada prinsip
kerjanya saja.

b. Sistem alarm kebakaran gedung

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 24


Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu alat untuk memberikan
peringatan dini kepada penghuni gedung atau petugas yang di tunjuk, tentang
adanya kejadian atau indikasi kebakaran di suatu bagian gedung. Dengan adanya
peringatan secara dini tersebut akan memungkinkan penghuni/petugas dapat
mengambil langkah/tindakan berikut pemadaman atau bila mungkin melaksankan
evakuasi jiwa maupun harta benda. Sesuai dengan namanya maka sistem alarm
kebakaran gedung hanya menjangkau suatu bangunan gedung.

Cara Kerja Alarm Kebakaran gedung :

1) Manual, dengan menggunakan titik panggil manual ( Manual call box ) atau sesuai
dengan petunjuk pemakaian pada titik panggil tersebut.

2) Otomatis, melalui alat pendeteksi kebakaran (fire detector)

C. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR sering disebut dengan tabung
gas fire extinguisher atau racun api. Fire extinguisher atau yang biasanya disebut racun
api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang biasanya
berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya darurat. Alat
pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya sudah out-of-
control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit bangunan, atau
situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi oleh petugas pemadam
kebakaran yang sudah terlatih.

Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu :

1. Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis
bahan terbakar.

2. Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, Fire extinguisher atau
racun api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 25


3. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8
detik.
4. Bila telah dipakai harus diisi ulang.
5. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

Fire extinguisher atau racun api dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan perbedaan tipe-tipe
api. Masing-masing pemadam api juga memiliki rating numerik yang menunjukkan
besarnya api yang bisa ditangani oleh fire extinguisher tersebut. Semakin besar angkanya,
semakin besar kemampuan memadamkan apinya. Berikut adalah tipe-tipe alat pemadam
api fire extinguisher :

 Class A Fire Extinguisher

Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti


kertas, kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini
menunjukkan banyaknya air yang terkandung serta besarnya api yang dapat
dipadamkannya.

 Class B Fire Extinguisher

Pemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline
(bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini
menunjukkan berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.

 Class C Fire Extinguisher

Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti


peralatan rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah
menggunakan air untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan
jauh lebih besar. Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

 Class D Fire Extinguisher

Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia.


Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang
mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire
extinguisher ini juga tidak memiliki rating angka.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 26


Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis
APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan
gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan
terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas
bertekanan. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis APAR yaitu :

a. Water (gas cartridge type) extinguishers, Warna Merah

Alat pemadam ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham
pemadam. Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas
dan kayu. Dan tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang
menggunakan listrik atau cairan kimia organik yang tidak larut didalam air. Akhir-
akhir ini sudah dikembangkan alat pemadam yang menggunakan air yang mengandung
foaming agent (bahan pembentuk busa) yang dikenal dengan AFFF yang dapat
digunakan untuk kebakaran pada cairan kimia mudah terbakar dan peralatan listrik.

Gambar 3.2.10. Water (gas cartridge type) extinguishers, Warna Merah

Sumber
b. Carbon : http://safety108.blogspot.com/2011_09_01_archive
dioxide extinguishers, warna hitam e.html

Jenis pemadam ini menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan


pemadam. Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel
COP padat pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana
terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti instrument
laboratorium, server, komputer, dsb. Jenis pemadam ini tidak boleh digunakan
pada area confine space atau basemen karena awan karbon dioksida dapat

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 27


membahayakan bagi personel kebakaran itu sendiri. Jenis pemadan CO 2 ini juga tidak
boleh digunakan untuk kebakaran bahan logam atau metal.

c. Halon Gambar 3.2.11 Carbon dioxide extinguishers, warna hitam


Sumber : http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/
(bromochlo rofluorometh
ane BCF type) extinguishers, Warna Hijau

Alat pemadam ini menggunakan gas Halon sebagai bahan pemadam. Alat
pemadam jenis ini digunakan di pabril, laboratorium atau area workshop dimana
terdapat kemunkinan minyak dan bahan mudah terbakar. Tapi jenis pemadan ini tidak
bias digunakan untuk area-area dimana terdapat peralatan
elektronik. Jenis pemadam ini dikembangkan untuk memadam
kebakaran pada pesawat udara. Alat pemadam ini mengeluarkan
uap dan gas yang menyelimuti api dan menyingkirkan oksigen
sehingga dapat memadamkan api. Atom Bromin merupakan
terminator dari proses oksidasi yang terjadi pada saat kebakaran.
Salah satu kelemahan dari jenis pemadam ini adalah jika
terdapat logam yang terbakar maka BCF dapat terdegradasi dan
membentuk hydrogen halide yang bersifat beracun dan korosif.
Jika digunakan pada area confine space maka Gambar 3.2.12. Halon
(bromochlorofluoromethane BCF
diperlukan ventilasi yang cukup. type) extinguishers, Warna Hijau
Sumber :
d. Powder extinguishers (gas cartridge type), http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/

Warna Biru

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 28


Jenis pemadam ini mengandung serbuk kering yang bersifat inert seperti
serbuk silica yang dicampur dengan serbuk sodium bikarbonat. Serbuk dipompa keluar
tabung dengan bantuan gas karbon dioksida yang berasal dari catridge. Serbuk yang
dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen
yang merupakan salah satu kompenen kebakaran. Adanya karbon dioksida juga akan
menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Sangat tidak disarankan
untuk digunakan pada area yang terdapat peralatan produksi atau instrument produksi
yang sangat bernilai, karena serbuk-serbuk pemadam dapat merusak komponen-
komponen peralatan tersebut.

Gambar 3.2.13. Powder extinguishers (gas cartridge type), Warna Biru

Sumber : http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/

e. Foam extinguishers (gas cartridge type), Warna Krem

Jenis pemadam ini menggunakan bahan


kimia yang dapat membentuk busa yang stabil dan
didorong dengan karbon dioksida pada saat keluar
dari tabung. Foam yang keluar akan menyelimuti
bahan yang terbakar sehingga dapat memadamkan
api karean oksigen tidak bisa masuk untuk proses
kebakaran. Jenis pemadam ini dapat digunakan pada
area dimana jenis pemadam air tidak bisa
Gambar 3.2.14 Foam extinguishers
digunakan. Seperti pada area yang terdapat minyak (gas cartridge type), Warna Krem

yang tidak bisa bercampur dengan air. Sumber :


http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/
3.3 SISTEM EVAKUASI

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 29


Setelah terjadinya kebakaran, terdapat dua hal yang umum dilakukan yaitu
tindakan pemadaman dan evakuasi. Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukan
dengan cara menyelamatkan korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayah
yang terbakar. Penyelamatan korban dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui
beberapa jalur evakuasi yang memang disediakan sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi
tersebut diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada ruang-
ruang yang ada pada gedung bertingkat.
Sistem evakuasi adalah sistem yang menyangkut mengenai proses penyelamatan
korban pada suatu keadaan yang dianggap berbahaya. Sistem evakuasi yang dilakukan
untuk para korban pada lokasi kebakaran dapat dilakukan melalui beberapa cara
diantaranya sebagai berikut.

3.3.1 KOMPONEN SISTEM EVAKUASI

TANGGA DARURAT

Tangga pada bangunan bertingkat rendah dan tinggi, disediakan sebagai tangga
darurat dan tangga kebakaran. Keduanya memiliki syarat yang berbeda. Tangga darurat
digunakan oleh pemakai bila alat transportasi lain tidak berfungsi seperti lift atau escalator.
Berbeda dengan tangga kebakaran, sesuai dengan namanya, tangga kebakaran memang
digunakan pada saat kebakaran. Untuk itu faktor keselamatan sangat diperhatikan pada
tangga jenis ini.

Tangga darurat, diletakkan terbuka dan dekat dengan lobby lift, sehingga pemakai
mudah menemukannya. Tangga kebakaran diletakkan pada tempat tertentu yang
memenuhi persyaratan keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Persyaratan mengenai
elemen penyusun dan tata letak tangga darurat diantaranya sebagai berikut.

1. Tangga diletakkan di dalam ruangan tangga kebakaran yang di depan dan


didalamnya diberi lampu emergency otomatis penunjuk arah.
2. Tangga terbuat dari material yang kuat terhadap kebakaran dalam waktu tertentu.
3. Tangga terletak di dalam ruang yang kedap api berdinding cukup tebal dan
minimal tidak ikut terbakar dalam waktu tertentu sehingga penghuni bisa
menyelematkan diri.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 30


4. Memiliki ruang udara tekan (supaya asap tidak masuk ke dalam ruang tangga), bisa
juga menggunakan pressure fan yang berfungsi memberikan tekanan pada udara di
dalam ruangan.
5. Memiliki pintu besi tahan api yang membuka kearah dalam ruang tangga, tetapi
pada ruang paling atas dan bawah, pintu membuka kearah luar tangga. Yang tidak
kalah penting adalah ruang tangga kebakaran yang terletak di lantai dasar memiliki
pintu langsung berhubungan dengan udara luar.
6. Ukuran lebar tangga dihitung sesuai kapasitas gedung.
7. Jarak antar tangga kebakaran sesuai dengan standar keamanan gedung.
8. Sesuai dengan standard dan perhitungan tangga, jenis tangga ini juga memiliki
syarat keselamatan. Ukuran tinggi pijakan dan lebarnya sesuai dengan pemakainya,
begitu pula untuk material yang digunakan cukup aman (tidak licin dan tidak
membahayakan), dan tidak mudah terbakar.

Sebagai pemakai gedung, sebaiknya juga memahami perbedaan tangga darurat dan
tangga kebakaran, sehingga dapat menggunakan kedua jenis tangga ini dengan tepat.
Keselamatan bersama dapat terjadi dengan adanya penggunaan tangga yang tepat sesuai
fungsi.

KORIDOR

Koridor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Lebar minimum 1,80 m

 Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran yang terdekat tidak
boleh lebih dari 25 m.

 Dilengkapi tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu


kebakaran.

PINTU DARURAT

 Persyaratan Umum

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 31


Pintu penahan asap harus dibuat sedemikian rupa sehingga asap tidak akan
melewati pintu dari satu sisi ke sisi yang lainnya, dan bila terdapat bahan kaca pada
pintu tersebut, maka bahaya yang mungkin timbul terhadap orang yang lewat harus
minimal.

 Konstruksi yang memenuhi syarat.

Pintu penahan asap, baik terdiri dari satu ataupun lebih akan memenuhi
persyaratan butir bila pintu tersebut dikonstruksikan sebagai berikut:

 Daun pintu dapat berputar disatu sisi dengan arah sesuai arah bukaan
keluar; atau berputar dua arah.

 Daun pintu mampu menahan asap pada suhu 2000 C selama 30 menit

 Daun pintu padat dengan ketebalan 35 mm

 Pada daun pintu dipasang penutup atau pengumpul asap.

 Daun pintu pada umumnya pada posisi menutup; atau

 Daun pintu menutup secara otomatis melalui pengoperasian penutup pintu


otomatis yang dideteksi oleh detektor asap yang dipasang sesuai dengan
standar yang berlaku dan ditempatkan disetiap sisi pintu yang jaraknya
secara horisontal dari bukaan pintu tidak lebih dari 1,5 m, dan dalam hal
terjadi putusnya aliran listrik ke pintu, daun pintu berhenti aman pada posisi
penutup.

 Pintu akan kembali menutup secara penuh setelah pembukaa secara manual.

 Setiap kaca atau bahan kaca yang menyatu dengan pintu kebakaran atau
merupakan bagian pintu kebakaran harus memenuhi standar yang berlaku.

 Bilamana panel berkaca tersebut bisa membingungkan untuk memberi jalan


keluar yang tidak terhalang maka adanya kaca tersebut harus dapatdikenali
dengan konstruksi tembus cahaya.

LIFT PEMADAM

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 32


Lift pemadam adalah lift yang digunakan oleh pemadam kebakaran untuk
mengakses bangunan, atau bagian bangunan yang tinggi yang sedang mengalami musibah
kebakaran, umumnya akses yang digunakan oleh pemadam kebakaran untuk mengakses
bagian bangunan tersebut adalah hidrolik yang terdapat pada mobil pemadam, karena jika
menggunakan tangga pada bangunan penyelamatan akan menjadi sangat lambat, dan jika
menggunakan lift akan sangat berbahaya bagi petugas pemadam, sehingga yang umumnya
digunakan untuk mengakses bagian atas bangunan yang sedang mengalami musibah
kebakaran adalah hidrolik yang terdapat pada mobil pemadam kebakaran.

Gambar 3.3.1 Mobil pemadam sebagai lift untuk petugas pemadam kebakaran

Sumber : https://www.google.com/liftpemadam

RUANG KOMPARTEMEN

Kompartemen Kebakaran merupakan suatu bangunan atau ruangan yang


mempunyai elemen pembentuk ruang berupa dinding atau lantai yang tahan terhadap
kebakaran/api dengan bukaan yang dilindungi secara baik.
Pada bangunan tinggi di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan
cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan
sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api
dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar
sudah aman.
Kompartemen kebakaran didesain sebagai
Gambar 3.3.2 kompartemen
berikut : Sumber : https://www.google.com/kompartemen
 Tidak terpengaruh terhadap suhu dan tekanan yang diakibatkan dari kebakaran
pada bagian bangunan yang digunakan bersama,

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 33


 Melaksanakan fungsinya secara independen tanpa bantuan dari pemadam
kebakaran manapun,
 Memiliki akses masuk dan peralatan penutup akses masuk seminimal mungkin
(seperti; pintu, jalur pemipaan, lubang, dan segel jalan masuk pipa dan kabel) yang
di desain memiliki tingkat tahan api paling sedikit sama dengan tingkat tahan api
dari kompartemen itu sendiri,
 Memiliki beberapa struktur, sistem dan komponen yang penting untuk keselamatan
yang ditempatkan pada setiap kompartemen kebakaran yang berbeda,
 Mempunyai pencahayaan darurat,
 Mempunyai bagian permukaan yang tidak terbakar dan tidk mengeluarkan gas
yang mudah terbakar, dan
 Mempunyai tingkat tahan api paling singkat satu jam.

Gambar 3.3.3 Konsep Ruang Kompartemen


Tingkat tahan Sumber : https://www.google.com/kompartemen

api dari kompartemen kebakaran harus memiliki :


 Kestabilan
Kemampuan spesimen yang menahan beban untuk mendukung uji pembebanan,
tanpa melampaui kriteria mengenai pertambahan atau laju deformasi atau
keduanya.
 Integritas
Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi suatu kebakaran
sampai kriteria tertentu untuk runtuh, bebas dari lubang, retak dan celah, dan
kebakaran yang berkelanjutan pada permukaan yang tidak terpapar.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 34


 Insulasi
Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi kenaikan suhu
dari permukaan yang tidak terpapar sampai ke batas bawah level yang ditentukan
pada kondisi kebakaran.

Kriteria fisik pada kompartemen kebakaran :


 Ketahanan mekanik,
 Kapasitas ketahanan terhadap nyala api,
 Kapasitas ketahanan terhadap gas yang panas atau mudah terbakar, dan
 Insulasi panas.
Karakterisasi dari kompartemen kebakaran mengikuti standar Indonesia atau
standar Internasional.

SISTEM TANDA

 Tanda Keluar (Eksit)

Suatu tanda eksit harus jelas terlihat bagi orang yang menghampiri
eksit dan harus dipasang pada, di atas atau berdekatan dengan setiap :

 Pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari satu lantai ke tangga,
jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan api, yang
 Berfungsi sebagai eksit yang memenuhi persyaratan
 Pintu dari suatu tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur
tahan
 Api atau tiap level hamburan ke jalan umum atau ruang terbuka; dan eksit
horisontal, dan
 Pintu yang melayani atau membentuk bagian dari eksit yang disyaratkan
pada lantai
 Tanda Penunjuk Arah

3.3.2 PERSYARATAN JALUR EVAKUASI

Dalam setiap bangunan harus memiliki jalur evakuasi darurat yang berguna untuk
mengevakasi penghuni bangunan apabila terjadi suatu bencana dalam bangunan tersebut,

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 35


biasanya dalam setiap bangunan memiliki tangga dadurat yang umumnya digunakan untuk
jalur evakuasi saat terjadi kebakaran dan tidak memungkinkan menggunakan lift.

Syarat-syarat jalur evakuasi tersebuat adalah sebagai berikut :

• Jalur Evakuasi bersifat permanen,


menyatu dengan bangunan gedung.
• Jalur Evakuasi harus memiliki akses
langsung ke jalan atau ruang terbuka yang
aman.
• Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang
jelas dan mudah terlihat.
• Penanda/ Safety Sign dapat menyala di
kegelapan (glow in the dark).
• Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan
yang cukup.
• Jalur Evakuasi bebas dari benda yang
mudah terbakar atau benda yang dapat
membahayakan.
• Jalur Evakuasi bersih dari orang atau
barang yang dapat menghalangi gerak.
• Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.
• Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal
230 cm.
• Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul.
• Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
• Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.
• Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan
yang lain.
• Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam.
• Anak tangga pada tangga darurat harus terbuat dari bahan yang anti slip

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 36


Di Cina pada sisi tangga darurat dipasang rell yang berfungsi sebagai perosotan
darurat jadi jika umumnya orang berlari menuruni tangga untuk menghindari bencana
kebakaran, maka dengan adanya perosotan darurat ini korban dapat menghemat tenaga
untuk berlari menuruni tangga dan dapat mencapai daerah yang aman dengan cepat.
Seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.3.4 Kompartemen


Sumber : https://www.google.com/kompartemen

Membuat Akses Penyelamatan Dengan Merusak Bagian Gedung


Jika kebakaran berlangsung sangat hebat maka cara yang biasanya dilakukan oleh
petugas untuk mengevakuasi korban kebakaran adalah denan merusak beberapa bagian
bangunan untuk mempercepat akses dari lokasi kebakaran ke lokasi penyelamatan, bagian
gedung yang umumnya dirusak adalah jendela, karena jendela merupakan bagian
bangunan yang mudah untuk dihancurkan, tetapi untuk beberapa situasi tidak menutup

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 37


kemungkinan juga petugas merusak tembok bangunan sebagai salah satu cara untuk
menyelamatkan korban bencana.
Bagi korban yang berada di lantai atas gedung yang sudah terlanjur terjebak oleh
api dan tidak bisa menyelamatkan diri melalui tangga darurat maka petugas akan
menyiapkan trampolin ataupun kasur yang berisi udara di samping gedung, jadi untuk
korban yang benar-benar terpojok di atas gedung tersebut dapat melompat dari atas degung
dan mendarat di kasur udara maupun trampolin yang telah disiapkan oleh petugas
pemagam, hal ini biasanya cukup efektif dalam penyelamatan korban-korban kebakaran
pada situasi yang sangat darurat.

3.3.3 CARA EVAKUASI PADA GEDUNG BERTINGKAT

Kebakaran umumnya ditandai dengan bunyi alarm, dan pengumuman dari Gedung
mengenai keadaan darurat kebakaran. Saat alarm tanda kebakaran berbunyi itu berarti
proses kebakaran mulai terjadi dan sistem pemadam kebakaran pada suatu bangunan akan
bekerja. Saat sistem pemadaman mulai bekerja secara otomatis ada baiknya apabila
penghuni bangunan dapat menyelamatkan diri dengan mengikuti prosedur keamanan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan benar. Hal yang pelu dilakukan bagi penghuni
bangunan adalah sebagai berikut.

1. TETAP TENANG. Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan tanggap.
Mengikuti latihan tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau di fasilitas
publik lainnya (atau bahkan di rumah), bisa membuat kita semakin tenang dan tahu apa
yang harus dilakukan.

2. PADAMKAN API BILA TERLATIH. Bila melihat api, segera beritahu orang
terdekat di sekitar anda. Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam api
ringan (APAR), maka raihlah APAR terdekat dan padamkan api tersebut. Mintalah
orang lain yang terdekat dengan anda untuk menghubungi petugas sekuriti atau petugas
tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila tidak terlatih, segera beritahu orang
terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari sumber api. Orang terdekat (yang
terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas tanggap darurat akan memadamkan api
tersebut.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 38


3. TIDAK MENGGUNAKAN LIFT. Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda
DILARANG menggunakan lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan lift saat
kebakaran, saat gempa, atau saat gedung belum menyatakan lift aman untuk
digunakan! Di gedung yang mengikuti standar keselamatan gedung bertingkat, lift
orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift barang –karena peruntukannya
untuk barang–punya disain teknis yang lebih kuat. Saat keadaan darurat, hanya
digunakan untuk mengevakuasi mereka yang mengalami gangguan kesehatan,
ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan lantai. Penggunaan lift barang berada di
bawah pengawasan penuh tim tanggap darurat dari Gedung.

4. IKUTI PETUNJUK PETUGAS TANGGAP DARURAT. Nah, anda beruntung


apabila saat keadaan darurat, ada petugas tanggap darurat lantai yang membimbing
anda. Umumnya, mereka memakai rompi warna merah, hijau, atau band-aid berwarna
di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan dimintai bantuan. Petugas tidak akan
mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di lobi lift sampai instruksi itu diberikan.
Saat itu, petugas dan komandannya menunggu instruksi dari Gedung –apakah
dilakukan evakuasi atau tetap di tempat.

5. EVAKUASI LEWAT TANGGA DARURAT. Pola barisan mengikuti besar ruangan


tangga darurat, ada yang berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan. Ikuti saja instruksi
Komandan tanggap darurat (floor warden). Pekerja/tamu perempuan di barisan paling
depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di barisan paling depan, ada petugas pemadam
api (fire warden/fire suppressor) dan petugas kesehatan (first aider). Di barisan paling
belakang, juga ada kedua petugas tersebut, plus Komandan petugas. Selama berbaris,
TETAP TENANG.

6. BERJALAN TERTIB, TIDAK BERLARI. Ketika menuruni tangga darurat,


berjalanlah menuruni tangga darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari. Perilaku
anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak, dan menyusul orang di depan anda, dapat
membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah tercipta kerumunan masal
bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga darurat, saling mendorong,
lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak. Korban yang tercatat adalah sebagian
besar berasal dari korban dari tangga darurat yang terinjak-injak dan lemas. Maka dari
itu,  tetaplah di dalam barisan dan ikuti instruksi yang diberikan oleh petugas tanggap
darurat.
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 39
7. BERJALAN MENUJU MUSTER POINT (TEMPAT BERKUMPUL). Ikuti saja
orang yang berjalan di depan anda. dan petugas tanggap darurat. Tetaplah dalam
barisan.

8. LAPORKAN DIRI ANDA PADA SAAT PENGHITUNGAN ORANG (HEAD


COUNT). Petugas akan mengabsen nama-nama orang yang turun bersamanya.
Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-orang yang tertinggal di gedung.

9. TETAP DI MUSTER POINT. Di muster point, petugas tanggap darurat menunggu


instruksi dari petugas Gedung apakah Gedung telah aman atau masih berbahaya untuk
dimasuki. Apabila dinyatakan telah aman, petugas akan mempersilahkan anda untuk
kembali ke gedung.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan selama proses evakuasi diantaranya sebagai berikut.

 Di dalam proses evakuasi, apabila mengalami gangguan kesehatan (keringat


dingin, sesak napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah), maka pisahkan diri dari
barisan dan TENANGKAN DIRI ANDA. Panggillah petugas first aider atau orang
terdekat di sekitar anda. Petugas first aider akan menenangkan anda. Anda tidak
akan ditinggal oleh petugas.
 Bila menemukan ada orang yang pingsan, segera panggil petugas first aider atau
petugas tanggap darurat lainnya. Ketiga petugas (first aider, fire suppressor, floor
warden) memiliki keterampilan memadamkan api dan memberikan first aid.
Namun, apabila anda terlatih untuk menolong orang yang pingsan, maka lakukan
pertolongan pertama dan tetaplah tenang. Minta orang terdekat di sekitar anda
untuk memanggil petugas tanggap darurat.
 Hindari membawa barang-barang yang bisa menghambat proses evakuasi diri anda
DAN diri orang lain. Prioritas utama adalah jiwa, bukan materi. Di dalam proses
evakuasi, kita diharapkan sekali untuk saling menjaga ketenangan dan membuat
tenang orang lain. Bawaan barang yang besar bisa membuat orang lain tidak tenang
karena proses menuruni tangga darurat menjadi lebih lama, belum lagi risiko
tertimpa barang itu (bila barang tiba-tiba jatuh).

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 40


3.4 FIRE SAFETY MANAGEMENT

Berbagai kejadian yang menimpa bangunan gedung tinggi akibat kebakaran atau
emergency lainnya baik karena akibat kelalaian atau sebab lain seperti kasus kebakaran
sejumlah bangunan di pusat bisnis Pontianak baru-baru ini ( Nopember 2003 ) dan Hotel
Perdana Wisata ( 2002 ), atau pun akibat kesengajaan ( arsom fire ) seperti kasus di
gedung WTC ( 2001 ), gedung JW Marriot ( 2003 ), dan hotel Harmoni Nagoya Batam
( 2003 ), telah menyadarkan pentingnya penerapan Fire Safety Management ( FSM ).
Penerapan FSM telah dipersyatkan dalam Kepmeneg PU No. 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran Perkotaan.Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan tinggi belum menerapkan system
FSM dengan baik dan konsisten. Undang-Undang Bangunan Gedung ( UUBG-2002 )
yangmensyaratkan aspek keselamatan bangunan perlu ditindaklanjuti dengan penerapan
pedoman teknis seperti FSM dan Rencana Tindak Darurat Kebakaran atau Fire
Emergency Plan (FEP) yang merupakan sub bagian dari FSM.

FIRE SAFETY MANAGEMENT DALAM PERSPEKTIF PERATURAN


PERUNDANGANUNDANGAN LEGAL

A. Undang-undang Bangunan gedung


Jaminan keselamatan bagi penghuni yang berada dalam bangunan, secara
legal telah menjadipersyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan
gedung.Hal ini dituangkan melalui persyaratan keandalan yang harus dipenuhi oleh
suatu bangunan gedung.Undang-undang no. 28/2002 tentang Bangunan Gedung
pasal 16 butir 1 menyatakan :
Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
Sedangkan pada pasal 17 butir 1 :
Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung
beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dalam bahaya petir.
Pada UUBG 2002, memang tidak disebutkan secara langsung, mengenai
kewajiban pembentukan manajemen keselamatan kebakaran pada bangunan.
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 41
Namun dalam system proteksi kebakaran., dikenal apa yang disebut sebagai
segitiga proteksi, dimana manajemen keselamatan kebakaran (FSM) menjadi salah
satu komponen tak terpisahkan, selain dua komponen lainnya : system proteksi
aktif dan system proteksi pasif.

B. Kepmenneg PU no. 10/KPTS/2000


Untuk menjamin keselamatan terhadap bahaya kebakaran baik pada
penghuni bangunan dan lingkungan yang dapat terjadi sewaktu-waktu maka
diperlukan upaya pengawasan dan pengendalian yang sistematis terhadap bahaya
kebakaran dalam bangunan gedung. Dalam Bab VI butir 5.4, sebagai upaya
jaminan keandalan system adalah :
“ Unsur manajemen pengamanan kebakaran (fire safety management), terutama
yang menyangkut kegiatan pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, audit
keselamatan kebakaran, dan latihan penanggulangan kebakaran harus
dilaksanakan secara periodic sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana
proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.”

C. Kepmenneg PU no.11/KPTS/2000
Dalam Kepmenneg PU no. 11/KPT/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Bab IV Manajemen
Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung, Klausul 1.1 point 1, mensyaratkan
adanya manajemen keselamatan kebakaran pada suatu bangunan gedung :
“Setiap bangunan umum termasuk apartemen yang berpenghuni minimal
500 orang, atau yang memiliki luas lantai minimal 5.000 m2, atau mempunyai
ketinggian bangunan lebih dari 8 lantai, atau bangunan rumah sakit, diwajibkan
menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK).”
Tujuan adanya Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) ini, masih
dalam Kepmen yang sama,sebagaimana disebutkan dalam Bab IV klausul 2.1 point
2:
“Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi
kemungkinan terjadinya kebakaran melakui kesiapan dan keandalan system
proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran,
sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.”

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 42


Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa menjadi kewajiban bagi
pemilik/penggelola bangunan gedung untuk menjamin keselamatan penghuni
bangunan gedung melalui penerapan MPK.

Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain gedung,
commisioning dan operasional gedung. Selama ini dalam pembangunan gedung, pemilik
gedung hanya melibatkan konsultan perencana bangunan (arsitek), manajemen konstruksi,
listrik dan kontraktor bangunan tetapi belum melibatkan konsultan fire safety. Artinya
pihak pemilik/pengelola harus lebih berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten
untuk setiap bidang, tidak terkecuali masalah fire safety, dalam perencanaan pembangunan
gedung. Sementara di negara maju dalam pembangunan gedung harus melibatkan fire
safety consultant.
Penyusunan Fire Safety Management memang tidak mudah karena terdiri dari
beberapa rangkaian system yang harus dijelaskan secara terinci dan dapat diaplikasikan.
Berikut ini adalah model / elemen Fire Safety Management System untuk gedung dalam
keadaan beroperasi, yakni:
 Management Commitment
 Baseline Assessment
 Pre-Fire Planning
 Implementation
 Control
 Audit
 Management Review
Dari elemen-elemen Fire safety Management tersebut memperlihatkan bahwa
komitmen dari manajemen menjadi dasar dalam penyusunan Fire Management System.
Dan biasanya komitmen menjadi kendala tersendiri seperti yang sudah dijelaskan dalam
penelitian Fire Safety Management.
Elemen berikutnya adalah Baseline Assessment.Tujuan dari baseline assessment
adalah untuk memberikan gambaran kepada manajemen atas kondisi terakhir aspek-aspek
keselamatan gedung miliknya atau yang dikelolanya.Aspek-aspek tersebut adalah personil,
peralatan dan sistem atau prosedur yang ada. Dengan data yang terkumpul dari ketiga
aspek tersebut maka pemilik/pengelola gedung akan dapat melihat posisi kesiapannya

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 43


dalam menghadapi kebakaran atau bentuk emergency lainnya. Dengan demikian baseline
assessment menjadi dasar dalam penentuan perencanaan fire emergency.
Sementara itu untuk Pre-Fire Planning terdiri dari beberapa elemen yaitu:
prevention, preparedness, response dan recovery.
Fungsi Prevention (pencegahan) di sini adalah mengidentifikasi penyebab-
penyebab maupun akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa tindakan
dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang mengakibatkan
kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung maupun sekitar gedung.
Preparedness berarti merencanakan aktivitas, program dan sistem yang disiapkan
sebelum terjadi kebakaran.Pada preparedness inilah pihak manajemen merancang suatu
perencanaan yang matang dalam hal penciptaan kesiapan tanggap darurat kebakaran.
Seperti pemberian training kepada security agar dapat menanggulangi kebakaran dini,
emergency drill yang melibatkan penghuni, penyiapan kerjasama dalam penanggulangan
kebakaran (mutual aid), pelaksanaan fire safety meeting dengan penghuni atau pengguna
gedung dan kegiatan lain yang bersifat peningkatan kesiapsiagaan.
Response (Penanggulangan) bertujuan menstabilkan dan mengendalikan fire
emergency.Jika suatu kebakaran terjadi maka tindakan penanggulangan secara efektif
harus dilakukan.Bagaimana mengkoordinasikan sumber daya yang ada?Bagaimana
evakuasi dapat berjalan dengan efektif?Belum lagi aspek keselamatan dalam
penanggulangan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab dalam operasi
penanggulangan emergency.
Recovery (Pemulihan) merupakan elemen yang dipersiapkan untuk
mengembalikan fasilitas, lingkungan sekitar gedung dan perangkat lainnya agar kembali
berfungsi.Pada recovery inilah analisa dampak dan minimalisasi dampak kebakaran harus
dituangkan dalam perencanaan recovery yang efektif dan dilaksanakan secara konsisten.
Beberapa hal penting yang patut dipertimbangkan secara matang adalah Incident
Investigation, Damage Assessment, Clean Up and Restoration, Business Interruption,
Claim Procedures dan lainnya.
Setelah Pre-Fire Planning ini tersusun maka langkah berikutnya adalah tinggal
pelaksanaannya.Dalam tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan pengawasan agar setiap
kegiatan mencapai tujuan yang ditetapkan.Dalam sebuah sistem, elemen yang perlu
dilakukan adalah audit. Pelaksanaan audit ini sangat esensial untuk menjamin bahwa
selama sistem berjalan pada kurun waktu tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan perusahaan.
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 44
Fire Safety Management ini juga harus dikaji ulang (review) agar selalu
kontekstual dengan perubahan gedung dan lingkungan gedung. Sehingga Fire Safety
Management akan selalu dapat diaplikasikan dan tidak menimbulkan kebingungan.
Review ini biasanya dilakukan karena adanya perubahan organisasi, perubahan fisik
bangunan gedung, adanya ketentuan atau perundangan yang baru, adanya tuntutan
keselamatan dari penyewa gedung dan sebagainya.
Sistem Manajemen Keamanan Kebakaran dapat dijabarkan menjadi lima jenis,
Antara lain:
1. Sistem Manajemen Penanggulangan
Sistem Manajemen Penanaggulangan Kebakaran adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan penanggulangan kebakaran dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Tujuan penerapan MPK adalah untuk menciptakan suatu sistem MPK di
tempat kerja dengan melibatkanunsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka :

- Mencegah dan mengurangi potensi kebakaran

- Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan


kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta
membuat tempat kerja yang sehat.
2. Sistem Manajemen Pemadaman
Pemadam kebakaran atau branwir adalah petugas atau dinas yang dilatih dan
bertugasuntuk menanggulangi kebakaran. Pakaian yang digunakan pemadam
kebakaran adalahpakaian khusus yang berbentuk astronot yang biasanya
dipakai untuk menyelamatkan korbankebakaran. Biasanya para pemadam
kebakaran mamakai baju anti api agartidak mudah terbakar dan juga mereka
memakai bagian baju yang mengkilat agar mudahterlihat. Api terbentuk
karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang padakesetimbangan
tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu
peristiwabencana yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 45


manusia dan bisamengakibatkan kerugian nyawa dan harta. Dalam
pemadaman kebakaran, api ditinjau dari jenisnya dan dapat
dikategorikanmenjadi 2 jenis api yaitu api jinak dan api liar.Jenis api jinak
artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar
tidakdapat dikuasai, inilah yang dinamakan kebakaran. Dalam proses
pemadaman kebakaran, pemadam kebakaran biasanya menggunakan jaket
berwarna orange. Jaket orange yang digunakan oleh petugas pemadam
kebakaran berfungsi untukmelindungi diri dari panasnya api pada saat
memadamkan api. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk
menyelamatkan korban dari kebakaran,juga dilatih untuk menyelamatkan
korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain. Dinas pemadam
kebakaran adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggungjawab
dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran, yang
termasukdalam dinas gawat darurat.
3. Sistem Manajemen Evakuasi
Evakuasi merupakan usaha penyelamatan korban, yang dimaksud dengan
korban disini adalah semua orang yang mengalami dampak negatif dari
adanya sesuatu hal. Evakuasi dilakukan setelah terjadinya kebakaran.
Sedangkan sistem manajemen evakuasi dibuat saat masih dalam proses
perancangan gedung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
sistem manajemen evakuasi, antara lain:
- Menganalisa letak potensi terjadinya kebakaran. Ini sangat penting
dilakukan karena dari sini kita dapat mengetahui bagian mana dari
bangunan yang rawan terhadap kebakaran, sehingga kita bisa
memperjelas bagaimana sistem evakuasi apabila terjadi kebakaran.
- Menganalisa jalur evakuasi. Jalur evakuasi sendiri harus dibuat secara
sistematis agar penghuni gedung dapat dievakuasi dengan mudah.
4. Sistem Manajemen Alat dan Manusia
Dalam sistem ini, dijelaskan bagaimana cara menempatkan dan
menggunakan alat pemadam yang ada pada bangunan, dan juga bagaimana
sistem dari manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Sehingga
diupayakan agar alat pemadam mudah untuk dilihat dan dijangkau oleh
orang dewasa.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 46


5. Sistem Manajemen Edukasi
Manusia yang ada di dalam gedung wajib mendapatkan edukasi mengenai
api, kebakaran, dan bagaimana cara evakuasi baik secara lisan maupun
tulisan. Ini dimaksudkan agar siapapun yang berada di lokasi kebakaran agar
mampu melakukan pertolongan pertama pada diri sendiri melalui jalur-jalur
yang telah dijelaskan pada edukasi kebakaran.

3.5 SISTEM PEMADAMAN BERDASARKAN FUNGSI BANGUNAN


Saat ini terdapat banyak jenis bangunan yang kita kenal baik berdasarkan fungsi,
bentuk maupun karakteristik bangunan yang berbeda-beda. Karena keberagaman jenis
bangunan tersebut, maka sistem pemadam kebakaran yang disediakan pun berbeda-beda.

3.5.1 Sistem Pengaman Pasif Pada Bangunan Hotel

Hotel membutuhkan pengamanan lebih dari bahaya kebakaran karena terdapat


beberapa fungsi ruang yang dapat memicu kebakaran, di samping penggunaan material
yang juga rawan terbakar.
Selain itu mengingat bahwa fungsi dan aktivitas hotel bersifat unik dan spesifik, maka
dibutuhkan suatu sistem sirkulasi evakuasi kebakaran yang jelas dan sesuai standar.
Berikut beberapa sistem pengamanan pasif yang wajib ada pada bangunan hotel :
a. Tangga Kebakaran
Tangga kebakaran difungsikan sebagai tempat evakuasi untuk pengguna
bangunan ketika terjadi kebakaran namun hanya sebagai tempat evakuasi sementara
dan hanya untuk menyambungkan antara lantai atas dengan lantai bawah bangunan
sehingga pada saat kebakaran penghuni dapat terevakuasi keluar dari bangunan.

b. Pengendalian Asap
Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada
bangunan tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan
harus bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang bertekanan (Pressurized
Stair Well) diaktifkan secara otomatis pada saat kebakaran. Pengisian ruang tangga
dengan udara segar bertekanan positif akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi
yang terbakar.
Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 47
c. Kompartemen
Kompartemen merupakan tempat yang menyediakan penampungan
sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api
dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman. Fungsi kompartemen adalah
menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi pengguna bangunan
dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan dengan
sumber api.

d. Koridor, Jalan Keluar, dan Material Pendukung


Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan
arah dan lokasi pintu keluar. Tanda “exit” atau ‘keluar’ dengan anak panah harus
menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran. Selain itu material
yang digunakan pada sirkulasi ruang dalam yang juga berfungsi sebagai sarana
evakuasi juga berperan penting terhadap keselamatan pengguna bangunan pada saat
evakuasi sedang berlangsung. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kecepatan
perambatan api dari material yang digunakan.

e. Pintu keluar
Beberpa syarat pintu keluar untuk keamanan pada bangunan hotel,
diantaranya :
 Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya selama dua jam.
 Pintu harus dilengkapi minimal dengan tiga engsel.
 Pintu harus dilengkapi dengan tuas/tungkai pintu yang beerada diluar ruang
tangga.
 Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1m 2
dan diletakkan disetengah bagian atas dari daun pintu.
 Pintu harus dicat dengan warna merah.

3.5.2 Sistem Pengaman Pasif Pada Bangunan Bertingkat

Fakta bahwa banyak kebakaran terjadi pada bangunan-bangunan tinggi, yang


kemudian memakan korban jiwa karena faktor sirkulasi untuk meloloskan diri pada saat
terjadi kebakaran tidak didesain dengan baik. Di Oleh sebab itu, sangat penting setiap

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 48


perancangan memperhatikan factor keamanan berkaitan dengan bahaya kebakaran ini.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan hal itu, diantaranya adalah
integrasi bangunan; kontrol bahaya kebakaran, material bangunan, kepadatan dan registrasi
penghuni, serta jalur sirkulasi untuk meloloskan diri pada saat terjadi kebakaran. Berikut
beberapa contoh dari sistem pengamanan pasif bangunan bertingkt :

a. Kontruksi Bangunan
Gedung bertingkat dibangun dengan menggunakan kontruksi beton yang
pada dasarnya tidak mudah terbakar. Lay out interior gedung haruslah
merupakan ruang terbuka (open space) hal ini memungkinkan memperlambat
api untuk menjalar. Penyekat ruang plafond terpasang dengan bahan asbes
tahan api, memungkinkan penahan menjalarnnya api.
b. Jarak Antar Bangunan
Jika bangunan gedung bertingkat lebih dari satu bangunan, usahakan jarak
bangunan satu dengan bangunan lainnya berjarak minimal 30 m yang dapat
dipergunakan untuk akses masuk mobil pemadam kebakaran dengan
perkerasan lapisan conblock.
c. Akses Petugas Pemadam Kebakaran Didalam Gedung
Fasilitas yang tersedia untuk akses petugas adalah lobby gedung yang dapat
dipergunakan untuk koordinasi operasi pemadaman kebakaran dan juga
tersedianya akses berupa lift dan tangga .
d. Akses Untuk Evakuasi
Tersedia tangga darurat yang tertutup dengan pintu tahan api, tangga
darurat diharuskan adanya lebih dari satu buah, dengan jarak maksimal 20 m
dari akses pintu masuk atau pintu keluar gedung. Tangga darurat harus
langsung menuju ke arah luar bangunan.
e. Lingkungan Bangunan
Pada areal lingkungan bangunan harus tersedia hydrant dengan sumber air
yang memadai yang bisa berasal dari tangki bawah tanah, ataupun sumber air
lainnya.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 49


3.5.3 Sistem Pengaman Pasif Pada Bangunan Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu wadah fasilitas umum untuk masyarakat dibidang
kesehatan yang terorganisir melalui tenaga medis serta sarana kedokteran. Rumah sakit
melayani kesehatan masyarakat yang bersifat promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan sebelum sakit), kuratif (penyembuhan dalam kondisi sakit) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan). Rumah Sakit merupakan bangunan dengan zona dan alur aktifitas
yang beragam. Sebagian besar pengguna bangunannya ialah pasien yang tidak memiliki
kemampuan untuk mengevakuasi dirinya sendiri ketika terjadi kebakaran, sehingga
berpengaruh penting dalam mendesain pola sirkulasi yang baik serta dapat menjadi jalur
evakusi kebakaran bagi pasien juga petugas medis yang aman pada saat terjadi kebakaran,
dan tetap menempatkan peralatan pendukung evakuasi kebakaran di sepanjang jalur
evakuasi. Berikut beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pengamanan pasif gedung
rumah sakit :

 Perlindungan kebakaran pasif meliputi perencanaan struktur penghambat


penjalaran api dan asap. Sistem
 Menjauhkan benda-benda yang dapat terbakar, ada pula pendinginan yang
berfungsi menyemprotkan air. pada benda-benda yang terbakar. Sistem isolasi atau
sistem lokalisasi dengan menyemprotkan bahan kimia CO2 serta blasting effect
system yakni dengan memberikan tekanan yang tinggi.
 Perencanaan ruang- ruang yang berpotensi sebagai sumber nyala api pada zona
terpisah dengan ruang yang menyimpan bahan–bahan mudah terbakar, Misalnya
gudang peralatan mesin, dan sebagainya.
 Exit sign merupakan bagian penting dalam saran escape guna memudahkan
pengguna bangunan untuk menuju tempat yang aman. Exit sign diletakan pada
tempat-tempat yang telah dipersiapkan sebagai petunjuk sarana penyelamatan diri
ketika terjadi sebuah bencana, seperti pintu darurat, exit route(jalan keluar), tangga
darurat dan meeting point (titik pertemuan).
 Persyaratan waktu tempuh dan jarak tempuh, apabila terdapat koridor yang harus di
lengkapi pintu keluar (exit), tidak diperbolehkan melebihi 45 m jaraknya (untuk
bangunan satu lantai), sedangkan untuk bangunan yang lebih dari satu lantai tidak
boleh lebih dari 18 m jaraknya.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 50


BAB V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan yang dibuat pada bab sebelumnya, maka


kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut.

4.1.1 Sistem Pencegahan


Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan
sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran dapat dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-
bahan disekitar kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu
sendiri.
4.1.2 Sistem Pemadaman
Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem
yang difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung.
A. Sistem sprinkler
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran
secara otomatis disetiap ruangan.
B. Sistem Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air. Instalasi
pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran
secara manual dengan menggunakan hydrant box.
4.1.3 Sistem Evakuasi
Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukan dengan cara
menyelamatkan korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayah yang
terbakar. Penyelamatan korban dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui
beberapa jalur evakuasi yang memang disediakan sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi
tersebut diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada
ruang-ruang yang ada pada gedung bertingkat.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 51


4.1.4 Fire Safety Management
Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain gedung,
commisioning dan operasional gedung. Artinya pihak pemilik/pengelola harus
lebih berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap bidang, tidak
terkecuali masalah fire safety, dalam perencanaan pembangunan gedung.

4.2 SARAN

Adapun saran yang dapat penulis berikan diantaranya yaitu sebagai berikut.

 Sebaiknya cara pencegahan mengenai pemadaman kebakaran yang sudah


dijabarkan diatas dapat diaplikasikan dengan baik. Termasuk pula mengenai
rancangan fire safety management yang seharusnya sudah dipersiapkan
sebelum proses pembangunan dimulai.
 Apabila bencana kebakaran terjadi, maka masyarakat dapat mengikuti langkah-
langkah evakuasi yang telah diberikan diatas.
 Pada gedung-gedung atau bangunan dengan dimensi yang cukup luas sebaiknya
memiliki sistem pemadam kebakaran yang baik dan jalur evakuasi yang
memadai sesuai jumlah penghuni gedung.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 52


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. “SISTEM PENCEGAH KEBAKARAN”.


http://id.scribd.com/doc/23443428/SISTEM-PENCEGAH-KEBAKARAN. Tanggal
akses : 3 Maret 2014

Anonim. “sistem pencegahan kebakaran”.


http://imajinasi35.blogdetik.com/2011/01/24/sistem-pencegahan-kebakaran/ . Tanggal
akses : 3 Maret 2014

Suprapto. “SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF KAITANNYA DENGAN


ASPEK KESELAMATAN JIWA (Passive fire protection and life safety)”. [pdf].
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20131119123054.pdf. Tanggal akses : 3
Maret 2014

Nurfitri,Anastasha. 2013.“SISTEM PROTEKSI PASIF”.


http://anastashanurfitri2010.blogspot.com/2013/05/sistem-proteksi-pasif.html Tanggal
akses : 3 Maret 2014

Basuki, Achmad. 2008. “NCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG


MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG”. [pdf].
http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/07/antisipasi-bahaya-kebakaran1.pdf .
Tanggal akses : 3 Maret 2014

Loekmantara, A.2012.”Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting System)”.


http://aloekmantara.blogspot.com/2012/09/sistem-pemadam-kebakaran-fire-fighting.html .
Tanggal akses 1 Maret 2014

HSP.2012.” Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran Portable (Portable Fire Extinguisher)”.


http://healthsafetyprotection.com/jenis-jenis-alat-pemadan-portable-portable-fire-
extinguisher/ . Tanggal akses 1 Maret 2014

Anonim.2012.” Fasilitas Pemadam Kebakaran Bandara”. http://sistem-pemadam-


kebakaran.blogspot.com/2013_04_01_archive.html. Tanggal akses 1 Maret 2014

PT INDOLOK BAKTI UTAMA CABANG JAMBI.2012.” Mengenal Alat Pemadam Api


Fire Extinguisher”. http://indolokbaktiutamajambi.wordpress.com/2012/12/11/mengenal-
alat-pemadam-api-fire-extinguisher/. Tanggal akses 1 Maret 2014

Rohmah, Lia Yulia Siti.2012.” Cara Kerja Alat Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher)”
http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/12/cara-kerja-alat-pemadam-kebakaran-
fire.html. Tanggal akses 2 Maret 2014

Templates Sora.2013.”Sistem Pemadam Kebakaran”.


http://indonetwork.co.id/pt_saberindo_pacific/group+16827/fire-equipment.htm Tanggal
akses 2 Maret 2014

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 53


Kiswanto, Eko. 2012. “Materi Pelatihan Hydrant 2”.
http://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/materi-pelatihan-hydrant-2-14245294.
Diakses tanggal 9 Maret 2014.

Saputra, Agus. 2011. “Peralatan Hydrant”.


http://agus-fire.blogspot.com/2011/07/peralatan-hydrant.html. Diakses tanggal 12 Maret
2014.

Kiswanto, Eko. 2012. “Hydrant”. http://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/hydrant-


15633604. Diakses tanggal 12 Maret 2014.

Sains Bangunan dan Utilitas 2 |SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 54

Anda mungkin juga menyukai