Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUGAS SPPK

PERANCANGAN SISTEM APAR


GEDUNG J

KELOMPOK 4
BELLA SETIA (0519140101); EDY SUSANTO (0519140106); KEIKKO FARIDA (0519140112);
RIYAN TEGAR (0519140119); VIODEA (0519140125);WINDA FUROIDATUL (0519140127)

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


JURUSAN TEKNIK PERMERSINAN KAPAL
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
(RPL)
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan pesatnya perkembangan jaman, pembangunan diberbagai
sektor juga ikut mengalami kemajuan, salah satunya yang banyak kita jumpai
yaitu pembangunan gedung - gedung fasilitas umum.
Untuk membangun gedung bertingkat tinggi diperlukan konstruksi yang
kokoh dan kuat untuk menunjang rasa aman bagi penghuninya. Selain itu,
dalam bangunan gedung, juga harus memperhatikan satu kesatuan sistem dan
merupakan keharusan pada konsep perencanaan bangunan tinggi, salah satunya
berupa perencanaan terhadap bahaya kebakaran (fire protection) yang setiap
saat selalu mengancam kehidupan manusia.
Salah satu fasilitas umum yang banyak digunakan oleh masyarakat umum
adalah gedung pendidikan, seperti kampus atau sekolah. Kampus merupakan
tempat terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa
dan dosen. Selain itu, kampus merupakan tempat dimana mahasiswa melakukan
kegiatan untuk mengembangkan diri diluar dari kegiatan akademik, seperti
kegiatan organisasi, kegiatan ekstrakulikuler mahasiswa, dll.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) merupakan salah satu
kampus di kota Surabaya yang letaknya berada di satu lahan yang sama dengan
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. PPNS memiliki
beberapa gedung yang digunakan sebagai tempat mahasiswanya melakukan
pembelajaran baik akademik maupun nonakademik. Salah satunya adalah
Gedung J. Gedung J terdiri dari 6 Lantai, yang terdiri dari ruang instrumen,
laboratorium fluida, laboratorium komet, laboratorium pneumatic, dll.
Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kerugian baik
secara materi maupun nyawa. Sekarang ini musibah kebakaran sering terjadi
tanpa diduga-duga dan dapat terjadi sewaktu-waktu yang menimbulkan banyak
kerugian material, korban jiwa dan kerusakan lingkungan. Selain itu kebakaran
yang terjadi sering sekali sulit diatasi sehingga kerugian yang ada bertambah.
Oleh karena itu diperlukan sarana pemadam kebakaran yang dapat menghambat
sekaligus memadamkan api agar tidak menjalar sampai jauh sebelum pemadam
kebakaran datang. Salah satu peralatan pemadam kebakaran yang harus ada di
dalam gedung adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat perlindungan kebakaran
aktif yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran
kecil, biasanya dalam situasi darurat. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada
umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang
bertekanan tinggi. Pemasangan dan peletakan APAR dalam bangunan gedung
merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu pada laporan kali ini akan dibuat
perencanaan system penempatan APAR pada Gedung J PPNS.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada perencanaan system APAR, sebagai berikut:
1. Bagaimana rencana system APAR pada Gedung J Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya?
2. Bagaimana rencana tata letak system APAR pada Gedung J Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya?
1.3. Tujuan
Tujuan pada perencanaan system APAR, sebagai berikut:
1. Mampu merencanakan system APAR pada Gedung J Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya?
2. Mampu merencanakan tata letak system APAR pada Gedung J Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya?
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup perencanaan system APAR pada Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran meliputi:
1. Lokasi kami melakukan perencanaan system APAR adalah Gedung J
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
2. Standar yang kami gunakan adalah KEP.186/MEN/1999 tentang unit
penangulangan kebakaran di tempat kerja dan NFPA 10 Standart for
portable fire extinguishers 2002 edition
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar Kebakaran


2.1.1. Definisi Kebakaran
Menurut dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal
dari api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian,
baik kerugian meteri (berupa harta benda, bangunan fisik,
deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun
kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain)
hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan oleh
kebakaran tersebut.
Kebakaran terjadi dari reaksi oksigen akibat terpapar oleh panas
dan terdapatnya bahan bakar yang dapat munculnya api. Api yang yang
cepat menyebar ke benda lain yang mudah terbakar menjadikan api
semakin besar dan sulit untuk dikendalikan. Dengan demikian api
tersebut dapat menjadi ancaman bagi keselamatan manusia, lingkungan
dan asset pada suatu perusahaan.
2.1.2. Teori Munculnya Api
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat
digambarkan dengan istilah “Segitiga Api”. Teori segitiga api ini
menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api
diperlukan 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang terbakar (fuel), oksigen
yang cukup dari bahan oksidator, dan panas yang cukup (Materi
Pengawasan K3 Penanggunalngan Kebakaran Depnakertrans, 2008).
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila unsur diatas
bertemu maka akan terjadi api. Namum, apabila salah satu unsur
tersebut tidak ada atau tidak berada pada keseimbangan yang cukup,
maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api dipakai sebagai dasar
untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api idak terjadi) dan
penanggulangan api yakni memadamkan api yang dapat dicegah
(Juwita, 2007).
Selain teori segitiga api juga terdapat teori lain yang menjelaskan
tentang proses terciptanya api. Teori tersebut adalah teori “Tethrahedron
Api”. Teori tethrahedron of fire ini didasarkan bahwa panas
pembakaran yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi
menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2,
asap dan gas (Fatmawati, 2009). Berdasarkan teori tersebut dijelaskan
ada 4 unsur yang diperlukan untuk proses nyala api, yaitu: oksigen,
panas, bahan bakar dan rantai reaksi. Perbedaan teori tethrahedron api
dengan segitiga api adalah pada rantai reaksi. Rantai reaksi adalah
peritiwa dimana ketiga unsur tersebut saling bereaksi secara kimiawi.
Sehingga dalam teori tethrahedron api tiga unsur tersebut tidak akan
dapat memunculkan api jika tidak berada dalam satu rantai reaksi yang
sama.

2.2. Klasifikasi Kebakaran


Klasifikasi kebaran merupakan penggolongan kebakaran atas dasar jenis bahan
bakarnya.

2.2.1. Klasifikasi Kebakaran Mennurut NFPA


NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu lembaga
swasta yang khusus menangani di bidang penanggulangan kebakaran di
Amerika Serikat. Menurut NFPA, kebakaran dapat diklasifikasikan
menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas A
Yaitu bahan padat kecuali logam. Kelas ini mempunyai ciri-ciri
kebakaran yang meninggalkan arang atau abu. Unsur bahan
yang terbakar biasanya mengandung karbon. Misalnya: kertas,
kayu, tekstil, plastik, karet, busa, dan lain-lain yang sejenis dengan
itu. Aplikasi media pemadam yang cocok adalah bahan jenis
basah yaitu air. Karena prinsip kerja air dalam memadamkan
api adalah menyerap kalor/ panas dan menembus sampai
bagian dalam.
2. Kelas B
Yaitu kebakaran cair dan gas yang mudah terbakar. Kelas ini
terdiri dari unsur bahan yang mengandung hidrokarbon dari
produk minyak bumi dan turunan kimianya. Misalnya: bensin,
aspal, minyak, alkohol, gas LPG, dan lain- lain sejenis dengan
itu. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan cair
adalah jenis busa. Prinsip kerja busa dalam memadamkan api
adalah menutup permukaan cairan yang mengapung pada
permukaan. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan gas
adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas dasar substitusi
oksigen dan atau memutuskan reaksi berantai yaitu jenis tepung
kimia kering atau CO2.
3. Kelas C
Yaitu kebakaran listri yang bertegangan. Misalnya: peralatan
rumah tangga, trafo, komputer, televisi, radio, panel listrik,
transmisi listrik, dan lain-lain. Aplikasi media pemadam yang
cocok untuk kelas C adalah jenis bahan kering yaitu tepung kimia
atau CO2.
4. Kelas D
Pada prinsipnya semua bahan dapat terbakar tak terkecuali benda
dari jenis logam, hanya saja tergantung pada nilai titik
nyalanya. Misalnya: potassium, sodium, aluminium, magnesium,
calcium, zinc, dan lain-lain. Bahan pemadam untuk kebakaran
untuk kebakaran logam tidak dapat menggunakan air dan bahan
pemadam seperti pada umumnya. Karena hal tersebut justru
dapat menumbulkan bahaya. Maka harus dirancang secara khusus
media pamadam yang prinsip kerjanya adalah menutup permukaan
bahan yang terbakar dengan cara menimbun. Diperlukan
pemadam kebakaran khusus (misal, Metal-X, foam) untuk
memadamkan kebakaran jenis ini.

2.3. Klasifikasi Gedung Berdasarkan Potensi Bahaya Kebakaran


Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.
186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran, klasifikasi hunian atau
jenis usaha ditinjau dari potensi bahaya kebakaran dibagi dalam tingkatan
kategori sebagai berikut :

1. Bahaya Kebakaran Ringan


Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Yang
termasuk pada klasifikasi ini adalah: tempat beribadah, perpustakaan,
rumah makan, hotel, rumah sakit, penjara, perkantoran.
2. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan mudah
terbakar dengan tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga api menjalar sedang. Yang termasuk
dalam klasifikasi ini adalah tempat parker, pabrik roti, pabrik minuman, dll.
3. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemdahan terbakar sedang, penimbunan bahan mudah
terbakar dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga menjalar api sedang. Yang termasuk
kedalam klasifikasi bahaya kebakaran ini yaitu: penggilingan gandum,
pabrik bahan makanan, pabrik kimia, dll.
4. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk
kedalam klasifikasasi bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik ban, bengkel
mobil, pabrik kertas, dll.
5. Bahaya Kebakaran Berat
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api cepat. Yang termasuk
kedalam klasifikasi bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik kimia, pabrik bahan
peledak, pabrik cat.

2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi
ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air
(water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2,
yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar
bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena
dorongan gas bertekanan. Terdapat beberapa jenis APAR , yaitu:

1. APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)

Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll. Air
merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna sekaligus
ekonomis. Semua pemadam api berbahan air produksi memiliki aplikasi tipe
jet yang mampu menghasilkan arus yg terkonsentrasi sehingga membuat
operator mampu melawan api dari jarak yang lebih jauh dari pada Nozzle
semprot biasa.

2. APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)


Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.), kelas
B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan kelas C
(Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.). Alat Pemadam Api
Ringan berbahan bubuk kering, sangat serbaguna untuk melawan api Kelas A,
B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi. Selain berguna dalam
mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan gas, bubuk juga efektif
untuk kebakaran kendaraan.

3. APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)

Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api Kelas A
& B. Alat pemadam berbahan busa memiliki kemampuan untuk mengurangi
resiko menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah api dipadamkan,
busa secara efektif menghilangkan uap bersamaan dengan pendinginan api.
Alat pemadam api berbahan busa menyediakan kemampuan yang cepat dan
kuat dalam mengatasi api kelas‟A‟ dan „B‟. Sangat efektif terhadap bensin
dan cairan yang mudah menguap, membentuk “segel” api diatas permukaan
dan mencegah pengapian ulang. Ideal untuk penggunaan multi-risiko.
Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu alat
pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A
contohnya kotak api kayu yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x
panjang. Angka rating adalah sepuluh kali panjang dalam meter, misalnya.
13A menggunakan tumpuka kayu 1,3 meter. Kelas B terkait dengan
kebakaran luas permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah
terbakar dalam rasio 1 / 3 air , 2 / 3 bahan bakar yang dapat dipadamkan
dalam areal melingkar.

4. APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)

Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-listrik dan
api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak serta
efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-konduktif
dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang
halus, sangat ideal untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak,
solvent dan lilin sering digunakan. Kinerja yang tidak merusak dan sangat
efektif serta bersih sangatlah penting. Kedua model memiliki corong yang
tidak ber-penghantar dan anti statis, cocok untuk situasi yang melibatkan
cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik. Gas (yang dihasilkan) tidak
(bersifat) merusak peralatan dan bahan yang halus. Ideal untuk lingkungan
kantor modern, dengan semua risiko elektronik-nya, dan dimana minyak,
bahan pelarut dan lilin sering digunakan. Peringkat Api menyediakan cara
untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran
maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas B ini terkait dengan kebakaran
luas permukaan dengan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah
terbakar dalam rasio air 1/3, 2/3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam 1
area melingkar.

5. APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.) dan C
(Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.) Alat Pemadam Api
Otomatis yang berisi Clean Agent Halotron™ I. Alat pemadam Api Ringan
(APAR) Otomatis ini menggunakan gas pendorong Argon, dan alat pengukur
tekanan dipasang di Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis. Kapasitas
unit 2 kg dan 5 kg difungsikan otomatis oleh sensitifitas panas dengan kepala
sprinkler dan lengkap dengan tekanan. Alat pemadam Api Ringan (APAR)
Otomatis ini memerlukan pemeliharaan minimum 1 tahun dan Thermatic
Halotron™ I ini juga bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media isi yang paling
bersih, tidak meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika terhirup
manusia dan juga ramah lingkungan. Thermatic Halotron™ I ini desain
sebagai pengganti gas Halon dan tidak mengandung CFC. Cara Kerja
Thermatic Halotron™ I integrasi fire alarm adalah sebagai berikut :
- Keberadaan asap dalam ruangan dideteksi smoke detector yang
mengcover kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm bell berbunyi.

- Apabila ada kebakaran dan belum sempat dipadamkan dan suhu


ruangan mencapai panas 68OC, bulb sprinkler otomatis pecah dan gas
Halotron™ I menyemprot otomatis sehingga api dalam sekejap akan segera
padam.
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Gedung Lab Integrasi (Lt 1-4 ) Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya .
Gedung Lab Integerasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
merupakan gedung yang baru risesmikan di kampus PPNS. Gedung ini
berfungsi untuk mendungkung kegiatan akademik DI Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya. Gedung ini terdiri dari 8 lantai ( hanya lantai 1-4 yang akan
dilakukan perencanaan )
Luas bangunan lantai 1 Lab Integerasi adalah 896,4 M2, terdapat
bengkel dengan luas 500 M2. Selain itu terdapat ruang instrument , ruang
penyimpanan alat., ruang kosong. Serta terdapat ruang panel di dekat lift. Pada
lantai 2 terdapat Lab hidrolik, Lab. Pneumatic, lab komet, Lab fluida, ruang
elektro kimia, dan gudang. Luas bangunan lantai 2 adalah 896, 4 M2.. Pada
lantai 3 terdapat Lab. Ergonomi, Lab Kmia, Lab Limbah, lab riset terbaru, serta
ruang kelas. Luas bangunan lantai 3 adalah896, 4 M2. Pada lantai 4 terdapat
Lab SPPK, Lab PLk, Lab Reparasi Listrik. Luas bangunan lantai 4 adalah 896,4
M2. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep 186/MEN/1999
Lap Integerasi (lt 1-4) merupakan bahaya kebakaran sedang kelompok 2.
Bangunan ini perlu dilakukan perancangan dan pemasangan sistem
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, seperti: APAR, ERP, Sistem
detektor,hidran,sprinkler. Bangunan wajib diberikan pengaman karena
bangunan dengan bahaya kebakaran ringan ini akan menjadi sangat berbahaya
jika tidak tersedia sistem proteksi kebakaran yang lengkap.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam perancangan APAR pada Lab
Integerasi PPNS lantai 1 – 4 diantaranya yaitu:
1. Software komputer diantaranya yaitu Microsoft Word, Microsoft Excel, dan
Autocad.
2. Denah Gedung Lab Integerasi lantai 1-4 PPNS
3.3. Flowchart pengerjaan
MULAI

Study literature :
1. KEP.186/MEN/1999 tentang unit penangulangan
kebakaran di tempat kerja
2. NFPA 10 Standart for portable fire extinguishers
2002 edition

Penentuan lokasi gedung

Penentuan data dan denah gedung

Perencanaan
1. Menentukan Luas Bangunan
2. Menentukan Klasifikasi Bahaya bangunan
3. Menetukan jenis kebakaran dan menetukan jenis
apar yang digunakan
4. Menghitung jumlah APAR yang digunakan
5. Menentukan peletakan titik apar

Analisa Data
Peerancangan berdasarkan NFPA 10 Standart for portable fire
extinguishers 2002 edition

kesimpulan

SELESAI
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN APAR

4.1. Spesifikasi Gedung Lab Integeritas PPNS Lt (1-4)

Gedung Lab Integeritas PPNS lantai 1-4 memiliki luas gedung yang
sama yaitu 896,4 M2. Perenhitungan dan perencanaan APAR hanya dilakukan
pada lantai 1-4. Pada tiap lantai terdiri dari beberapa laboratorium yang
digunakan untuk praktikum mahasiswa di PPNS.

4.2. Data Ruang Tiap Lantai


a. Jenis Bangunan = Bangunan Umum
b. Luas bangunan tiap lantai (1 - 4) = 896, 4 M2
c. Bentuk atap = Datar
d. Jenis dinding = Tembok dari batu bata
e. Fungsi bangunan = Sesuai ruang masing-masing
f. Material (peralatan) = Meja, Kursi, AC, Bahan kimia, Peralatan listrik
lainnya.

Tabel Data Ruangan Tiap Lantai


Data Ruangan Lantai 1 (Lab. Integrasi)
Jenis
No Luas
Nama Ruangan APAR
(m2)
1 Bengkel (J101) 500 D&C
2 Ruang Instrument (J102) 22.68 C
3 Ruang Alat (J103) 11.34 A
4 Ruang Kosong (J104) 9.54 A
5 Ruang Panel (J105) 4.1 C
6 Tangga dan Lift (J106) 34.78 A
7 Ruang Kosong (J107) 4.14 A
8 Kamar Mandi Pria (J108) 8.64 A
9 Kamar Mandi Wanita (J109) 8.64 A
10 Ruang Panel (J110) 4.1 C
11 Tangga dan Lift (J111) 34.78 A
Data Ruangan Lantai 2 (Lab. Integrasi)
Jenis
No Luas
Nama Ruangan APAR
(m2)
1 Tangga (J201) 24.12 A
2 Ruang Kosong (J202) 4.14 A
3 Kamar Mandi Pria (J203) 8.64 A
4 Kamar Mandi Wanita (J204) 8.64 A
5 Ruang Panel (J205) 4.1 C
6 Laboratorium Pneumatik (J206) 72.9 A
7 Gudang (J207) 7.29 A
Ruang Instruktur Laboratorium
8 (J208) 7.29 A
9 Laboratorium Komet (J209) 51.03 A
10 Ruang Admin (J210) 7.29 A
11 Ruang Seminar (J211) 14.58 A
12 Ruang Elektro Kimia (J212) 14.58 C
13 Ruang Panel (J213) 4.1 C
14 Tangga (J214) 24.12 A
15 Labotarorium Fluida (J215) 125.64 C
16 Ruang KALAB (J216) 12.93 A
17 Gudang (J217) 12.96 A
18 Laboratorium Hidrolik (J218) 125.64 C
19 Ruang KALAB (J219) 12.93 A
20 Gudang (J220) 12.96 A

Data Ruangan Lantai 3 (Lab. Integrasi)


Jenis
No Luas
Nama Ruangan APAR
(m2)
1 Tangga (J301) 24.12 A
2 Ruang Kosong (J302) 4.14 A
3 Kamar Mandi Pria (J303) 8.64 A
4 Kamar Mandi Wanita (J304) 8.64 A
5 Ruang Panel (J305) 4.1 C
6 Laboratorium Ergonomi (J306) 72.9 A
7 Gudang (J307) 7.29 A
Ruang Instruktur Laboratorium
8 (J308) 7.29 A
9 Laboratorium Riset Terbaru (J309) 72.9 A
10 Gudang (J310) 7.29 A
11 Ruang Instruktur (J311) 7.29 A
12 Ruang Panel (J312) 4.1 C
13 Tangga (J313) 24.12 A
14 Laboratorium Limbah (J314) 77.76
15 Labotarorium Limbah (J315) 73.06
16 Ruang Instruktur (J316) 6.48
17 Laboratium Kimia (J317) 73.06
18 Ruang Instruktur (J318) 6.48
19 Ruang Kelas(J319) 38.8
20 Laboratorium Limbah (J314) 37.08

Data Ruangan Lantai 4 (Lab. Integrasi)


Jenis
No Luas
Nama Ruangan APAR
(m2)
1 Tangga (J401) 24.12
2 Ruang Kosong (J402) 4.14
3 Kamar Mandi Pria (J403) 8.64
4 Kamar Mandi Wanita (J404) 8.64
5 Ruang Panel (J405) 4.1
6 Laboratorium PLK(J406) 72.9
7 Ruang Kalab SPPK (J407) 7.29
8 Laboratorium SPPK (J408) 72.9
9 Ruang Kalab SPPK (J409) 51.03
10 Ruang Panel (J410) 7.29
11 Tangga (J411) 24.12
12 Laboratium Reparasi Lisyrtik (J412) 126.47
Ruang Kalab Laboratorium Reparasi
13 (J143) 12.9
14 Gudang (J414) 12.9
15 Laboratorium Mesin (J415) 126.47
16 Ruang kalab Lab Mesin (J416) 12.93
17 Gudang (J417) 12.96

Anda mungkin juga menyukai